Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Glioma
Glioma merupakan tumor otak primer yang paling banyak terjadi serta
Glioma dianggap berasal dari sel glia atau stem cell yang dalam
neoplastic. Sampai saat ini, diagnosis histopatologi tetap menjadi baku emas
pusat telah berubah seiring waktu (gambar 2). Selama lebih dari tiga dekade
digunakan untuk akurasi diagnosis. Saat ini, pemeriksaan tersebut paling banyak
seperti ATRX, TERT, dan mutasi TP53 dapat memberikan informasi tambahan
A. Epidemiologi
distribusi geografi pada penderita glioma yang baru didiagnosis pertama kali.
Banyak orang menganut pendapat bahwa glioma lebih banyak terjadi pada
kelompok usia tua, pria, dan ras Kaukasia. Meskipun secara umum glioblastoma
populasi berusia 35-50 tahun. Insiden glioma paling tinggi terjadi di Eropa (5,5
per 100.000 populasi), Amerika Utara (5,3 per 100.000 populasi), Australia (5,3
per 100.000 populasi), Asia Barat (5,2 per 100.000 populasi), dan Afrika Utara (5
per 100.000 populasi). Insiden penyakit ini relatif tidak berubah dalam dekade
terakhir, meskipun terjadi pertambahan signifikan antara tahun 1970 dan 1985,
co-delesi 1p19q, mutasi isocitrate dehydrogenase (IDH 1/2), dan metilasi O6-
2016).
penyakit ini. Sampai saat ini, terdapat tujuh varian genetic yang berhubungan
p53 (TP53), dan RTELI (regulator dari pemanjangan telomere). Mekanisme yang
mendasari peningkatan risiko masih belum diketahui sampai saat ini (Berger et
al., 2016).
banyak diakui. Radiasi pengion akan menyebabkan kerusakan DNA, baik rantai
bahwa pada penderita tinea capitis yang mendapat terapi radiasi, insiden glioma
meningkat sampai dua kali lipat. Risiko terjadinya glioma yang berkaitan dengan
telepon seluler telah banyak diteliti dalam dua dekade terakhir. Laporan awal dari
B. Radiologi
vaskularisasi, perkiraan sel, efek massa, dan luasnya edema di sekitarnya. Adanya
derajat II dan III pada umumnya tidak begitu menyangat kontras. Pada keadaan
tersebut, batas tumor pada FLAIR secara umum dianggap menjadi batas tumor
dan menjadi target pembedahan dan radiasi. Imejing fungsional akan diperlukan
saat tumor berada pada daerah yang dianggap fungsional. Diffuse tensor imaging
(DTI) sangat berguna untuk menggambarkan jalur white matter subkorteks. MRI
traktografi dengan DTI, dan MRI perfusi akan mempermudah dokter untuk
C. Patologi
merupakan glioma yang paling banyak terjadi pada dewasa muda yang ditandai
dengan infiltrasi difus pada parenkim otak disertai kecenderungan rekurensi yang
tinggi serta progresi menjadi malignansi. Tumor dianggap berasal dari neural stem
atau neuroglial precursor cell. Mutasi dari gen IDH1 atau IDH 2 sering menjadi
awal dari kejadian ini, meskipun tidak cukup untuk menciptakan sebuah tumor.
Diperkirakan mutasi IDH 1/2 harus disertai dengan mutasi germline TP53 agar
morfologis sel neuroglia yang ditemukan pada otak normal. Klasifikasi lebih
profil molekuler yang membuktiakn bahwa hanya ada 2 subtipe molekuler, yaitu
D. Diagnosis Molekular
2016).
A. Epidemiologi
glioblastoma. Insiden tahunan penyakit ini mencapai 3,1 per 100.000 populasi,
meskipun masih jauh lebih rendah dibandingkan kanker yang berasal dari orgak
lain, seperti payudara (171,2 per 100.000 populasi) atau prostat (201,4 per
variatif, berkisar antara 0,15 per 100.000 populasi anak sampai 15,03 pada
100.000 populasi usia 75-84 tahun. Harapan hidup berbanding terbalik dengan
usia. Harapan hidup dalam lima tahun pertama hanya berkisar 5% dan menurun
lebih banyak menderita penyakit ini dibandingkan wanita (6:1) dan orang kulit
putih lebih banyak menderita penyakit ini dibandingkan orang kulti hitam (2:1).
Penyebab perbedaan ini masih belum diketahui. Sinar radiasi pengion merupakan
satu-satunya faktor risiko eksogen yang sudah terbukti. Pada penderita tumor otak
anak yang mendapat radiasi dosis tinggi (30-44,9 Gy), odds ratio terjadinya
glioma mencapai 21. Dosis radiasi pada scan untuk tujuan diagnosis tidak cukup
untuk menjadi faktor risiko. Telepon genggam tidak terbukti berhubungan dengan
produk gen CMV pada beberapa bagian dari jalur terjadinya malignansi
C. Sel Asal
perlindungan otak yang luar biasa dari stress genotoksik. Molekul ATP-binding
cassete (ABC) membatasi difusi mutagen kimiawi pada sawar darah otak. Selain
itu, DNA menjadi sangat sensitive terhadap stress genotoksik saat replikasi.
sebagian kecil neural stem and progenitor cell (NSPC) yang berada pada daerah
NSPC tetap memiliki kemampuan untuk memasuki fase mitosis dan memiliki
peran penting dalam plastisitas otak. Sebagian kecil populasi sel glioblastoma
(dikenal dengan istilah glioma stem-like cells) memiliki gambaran yang sama
jenis sel. Sel dikatakan sebagai glioma-initiating cell jika mampu membentuk
tumor sekunder yang mirip dengan tumor awal setelah transplantasi serial.
Beberapa penanda glioma initiating cells yang banyak diteliti adalah CD133,
D. Lokasi Tumor
lokasi NSPC, selain kenyataan bahwa sebagian besar glioblastoma berada pada
glioblastoma pada seluruh otak, bahkan pada derajat awal sekalipun. Meskipun
(19,7%), dan parietal (12,2%). Glioma pada occipital (3,2%), cerebellum (2,9%),
batang otak (4,2%), dan spinal cord (4,3%) jarang terjadi. Glima brainstem sangat
jarang terjadi pada dewasa, tetapi sangat banyak terjadi pada anak-anak. Harapan
jauh sudah dilaporkan beberapa kali, terutama pada paru, pleura, kelenjar getah
bening, tulang, dan hati. Alasan mengapa metastasis jauh sulit terjadi masih belum
E. Radiologi
glioblastoma. CT Scan digunakan hanya pada keadaan akut, seperti saat terdapat
kecurigaan perdarahan atau saat MRI tidak dapat digunakan (seperti pada pasien
dengan pacu jantung atau implant logam). Sebelum biopsy, amino acid positron
F. Histopatologi
mitosis yang tinggi, dan invasi. Ketiga gambaran ini juga ditemukan pada
yang dapat mendeteksi mutasi IDH-1 mulai banyak digunakan pada kecurigaan
G. Penanda Molekuler
pada kasus baru dan rekuren. MGMT adalah protein yang memperbaiki DNA
yang sangat penting dalam pengambilan keputusan klinis, terutama pada orang tua
Mutasi IDH terjadi pada sekitar 5-10% kasus glioblastoma. Mutasi ini
dihubungkan dengan usia muda dan outcome yang lebih baik. Mutasi IDH jarang
terjadi pada glioma malignan di mana vaskularisasi yang banyak terlihat sebagai
faktor prognosis yang tidak baik. Keluarga dari VEGF adalah yang paling
neuroectodermal tumor (PNET), limfoma dan yang lain; ekspresi VEGF lebih
tinggi pada tumor derajat tinggi dibandingkan derajat rendah (Oehring, 1999)
(VPF), suatu protein yang disekresikan oleh tumor yang dimurnikan dari cairan
asites yang disekresi oleh karsinoma hepar pada babi yang menyebabkan
untuk sel-sel endotelial, VEGF, diisolasi dari sel-sel folliculostellata dari hipofisis.
Urutan asam amino dari VEGF dan VPF adalah sama, mengindikasikan bahwa
adalah dimiliki oleh molekul yang sama. VEGF merupakan protein dimerik
sama dengan platelete derived growth factor (PDGF). Beberapa karakter VEGF
spesifik pada sel-sel endotelial; merupakan suatu mitogen dan suatu faktor
terhadap protein plasma tanpa menyebabkan cedera sel endotel, degranulasi sel
mast, atau respon inflamasi yang signifikan. Sama dengan histamin dan mediator
inflamasi lainnya, VEGF menyebabkan efek pada venul dan kapiler kecil; efeknya
mikrovaskular. Sama juga seperti histamin, VEGF bertindak secara langsung pada
sel-sel endotelial tetapi tidak pada otot-otot polos kecil, fibroblast, atau neutrofil,
perkembangan alami dan pada sebuah model angiogenesis tumor (Machein &
Plate, 2000).
165 ditemukan sebagai isoform yang paling banyak. Pada glioblastoma manusia
Telah ditunjukkan bahwa BEGF-121 dan VEGF-165 tetapi tidak VEGF-189 dapat
mungkin meniliki fungsi yang berbeda. Walaupun begitu, signifikansi biologi dari
VEGF juga merupakan target yang menarik untuk strategi pengobatan anti
(Johansson, 2002).
2), ditemukan pada sel-sel endotelial. Ekspresi selektif dari reseptor VEGF
meyakinkan bahwa peran VEGF adalah pada sel-sel endotelial (Machein & Plate,
2000).
Reseptor fms like tyrosie (Flt, VEGFR-1) terdiri dari 7 IgG yang terikat
pada ligan utama, sebuah transmembran tunggal dan sebuah tyrosine kinase.
keterlibatan Flt-1 dalam migrasi dan proliferasi sel endotelial. Flt-1 terlarut (sflt-
1), dibentuk oleh sambungan alternatif dari pre-mRNA yang sama yang
dimodulasi oleh VEGF melalui ikatan dengan afinitas yang tinggi (Machein &
Plate, 2000).
Fetal liver kinase flk-1 (VEGFR-2) adalah homolog dari kinase pada tikus
menyebabkan defek pada formasi pembuluh darah. Embrio tikus yang kekurangan
VEGF mati pada keadaan heterozigot, memberikan pendapat bahwa kadar basal
yang kritis dari VEGF penting dalam pembentukan vaskular yang baik (Machein
tambahan, inaktivasi dari p53 atau von Hippel-Lindau tumor supressor gene
(VHL) sama seperti aktivasi onkogen seperti ras, raf atau sre meningkatkan
ikatan untuk beberapa faktor transkripsi seperti AP1, AP2 dan SP1. Hipoksia dan
sitokin menginduksi ekspresi VEGF yang memiliki motif DNA yang spesifik,
berlokasi di daerah promotor dari VEGF, yang merupakan respon dari beberapa
stimulus. Namun, dari sudut pandang fisiologi, regulasi dari VEGF oleh hipoksia
adalah yang paling signifikan. Suplai pembuluh darah yang tidak cukup dan hasil
yang diinduksi oleh hipoksia ditemukan sebagai mediator kunci dari respon timbal
VEGF diregulasi oleh hipoksia pada kedua level transkripsional dan post
transkripsi. Regulasi transkripsi oleh VEGF diperantarai oleh trans aktivasi dari
dan terikat ke HIF-1 yang berlokasi pada daerah apitan 5’ dari gen VEGF.
Hipoksia juga menyebabkan stabilisasi mRNA VEGF. Urutan masih tidak dengan
pada sistem saraf. Kebanyakan morbiditas dan mortalitas dari neoplasma sistem
saraf ganas atau jinak berhubungan dengan derajat vaskular tumor dan luas edema
angiogenesis pada tumor dan permeabilitas kapiler pada tumor otak (Machein &
Plate, 2000).
meliputi Fibroblast growth factor (FGF), TGF, EGF, PDGF dan VEGF. Bentuk
ekspresi dari VEGF dan reseptornya pada tumor otak mengundikasikan bahwa
diekspresikan pada spektrum luas tumor otak, tetapi perbedaan di antara di antara
entitas tumor pada mekanisme dari peningkatan VEGF dijumpai. Mayoritas studi
telah fokus pada bentuk ekspresi VEGF dan reseptor VEGF pada glioma,
otak lainnya seperti adenoma hipofisis, tumor sel germinal intrakranial primer,
peningkatan VEGF pada tumor-tumor ini masih perlu dikonfirmasi ((Licht &
Kesbet, 2013)
Astrositoma merupakan tipe tumor otak manusia yang paling sering dijumpai dan
progresi dari astrositoma atau derajat keganasan yang rendah. Progresi dari tumor
derajat rendah ke derajat tinggi meliputi urutan kejadian genetik pada sel-sel
tumor. Secara histologi, progresi glioma ditandai dengan nekrosis fokal dan
sini vaskular sama seperti otak sehat. Glioblastoma, adalah tumor padat manusia
lipat dibandingkan pada jaringan otak normal. Pada analisis hibridisasi in situ,
mRNA VEGF ditemukan diekspresikan relatif rendah pada otak normal, menigkat
pada glioma derajat rendah dan diekspresikan sangat tinggi pada glioblastoma, di
mana ekspresi mRNA VEGF terlihat secara terbatas, di dekat sel-sel perinekrotik
(palisade). Hubungan antara sel-sel penghasil mRNA VEGF dengan area nekrosis
lingkungan mikro yang heterogen di sekitar massa tumor tunggal. Perbedaan pada
yang memiliki tumor supresor gene p53. Sel-sel tumor yang telah kehilangan
mengindikasikan bahwa fisiologi stres hipoksia dapat dipilih untuk sel-sel tumor
yang telah kehilangan fungsi untuk melalui apoptosis yang disebabkan oleh
hubungan antra gangguan genetik dan perubahan angiogenik pada progresi tumor
Pada glioma, ekspresi mRNA VEGFR-2 terbatas pada sel-sel vaskular dari
vaskular baik grade rendah maupun grade tinggi. Ekspresi kedua reseptor tersebut
dalam kadar kecil atau tidak ada ekspresi ditemukan pada jaringan otak sehat.
Sebuah perbandingan dari ekspresi ligan dan reseptor pada glioma menunjukkan
korelasi yang jelas antara VEGFR-1 dan VEGFR-2. Penemuan ini menjelaskan
bahwa progresi dari glioma derajat rendah ke glioma derajat tinggi dimediasi oleh
induksi VEGF dan reseptor VEGF. Ekspresi reseptor VEGF diregulasi oleh
Protein VEGF dideteksi pada sel-sel tumor penghasil VEGF, tetapi jumlah
yang paling besar ditemukan pada vaskulatur. Observasi ini mendukung hipotesis
dari mekanisme parakrin angiogenesis tumor: VEGF disekresi oleh sel-sel tumor,
telah dilaporkan. Namun, ekspresi VEGF juga dilihat pada astrositoma grade
untuk memicu angiogenesis pada tumor ini (Machein & Plate, 2000).
vaskular adalah ciri khas untuk progresi pada astrositoma derajat rendah,
terjadi biasanya pada anak-anak dan dewasa muda, dan memiliki prognosis yang
VEGF pada tumor derajat rendah masih belum diuraikan, hal ini mungkin relevan
karena telah dijelaskan bahwa ekspresi VEGF berkorelasi dengan prognosis pada
grade 3 karena hal ini sangat membedakan tatalaksana dan prognosis dari pasien
tersebut. Klasifikasi dari WHO tersebut didasarkan oleh akitifitas proliferasi dari
korelasi positif antara Ki-67 dengan grade dari tumor berdasarkan klasifikasi
WHO (Takei, 2007). Ki-67 sangat berguna dalam membantu menetukan grading
dari astrositoma dan ekspresi dari Ki-67 proporsional dengan grading WHO (Saha
et al., 2014).
grade 3 adalah <9% dan >9% (Takei, 2007). Studi lainnya mengatakan bahwa
nilai Ki-67 kurang dari 10% memiliki median angka keselamatan yang lebih
telah digunakan untuk mengestimasi indeks proliferasi pada tumor susunan saraf
pusat dan dari berbagai metode tersebut, metode yang paling poten adalah dengan
Ki-67 labeling index (Thotakura, 2014). Ki-67 terbukti memiliki nilai diagnostik
dan prognostik pada tumor-tumor astrositik (Habberstad, Gulati, & Torp, 2011).
ditemukan oleh Gerdes et al pada tahun 1983. Ki-67 dapat mengenali antigen inti
yang ada pada sel yang sedang berproliferasi dan tidak ada pada sel yang dorman.
Antigen ini diekspresikan pada seluruh fase dari siklus sel kecuali G0 dan fase
awal dari G1. Pada awalnya Ki-67 memiliki masalah praktis karena hanya dapat
digunakan pada jaringan segar atau jaringan yang telah dibekukan karena fiksasi
yang dapat mengenali antigen Ki-67 pada jaringan yang difiksasi dengan formalin
atau pada jaringan yang ditanamkan pada farafin sangat meningkatkan nilai
dari perbedaan waktu siklus sel dan dapat menunjukan perbedaan grading
malignansi pada tumor-tumor astrositik. Oleh karena itu Ki-67 diharapkan dapat
astrositoma. Namun tidak ada perbedaan ekspresi yang signifikan antara pilocytic
outcome pada pasien dibandingkan dengan p53 (Sengupta et al., 2012). Relevansi
antara prognosis dengan ekspresi p53 juga masih diperdebatkan. Mutasi pada gen
mengalami gangguan rantai DNA sehingga mutasi pada gen ini memberikan
(c) grade III astrositoma, dan (d) grade IV astrositoma (Thotakura et al.,
2014)