Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

KETERLAMBATAN TINDAKAN BRONKOSKOPI


PADA SUSPEK BENDA ASING DI BRONKUS
Fachzi Fitri, Yelvita Roza

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RS. Dr. M. Djamil
email : majalahkedokteranandalas@gmail.com

Abstrak
Aspirasi benda asing di bronkus adalah kasus emergensi THT-KL yang
merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada anak,
terutama usia dibawah 3 tahun. Aspirasi benda asing yang tersering pada bayi dan
anak adalah benda organik, sehingga membutuhkan penanganan yang cepat
karena akan menimbulkan komplikasi serius apabila tindakannya terlambat.
Keterlambatan diagnosis aspirasi benda asing dipengaruhi oleh faktor tingkat
pengetahuan orang tua, ketidak tajaman diagnosis awal dan komplikasi dari benda
asing di jalan nafas. Tindakan bronkoskopi tepat waktu akan menghindarkan
komplikasi yang ireversibel.
Dilaporkan satu kasus aspirasi benda asing biji jeruk pada seorang bayi laki-laki
usia 7 bulan dengan gagal nafas akut karena keterlambatan diagnosis dan
tatalaksana dan telah dilakukan bronkoskopi dalam anastesi umum dengan
menggunakan bronkoskopi kaku.
Kata kunci : aspirasi benda asing organik, gagal nafas akut, keterlambatan
diagnosis, bronkoskopi kaku, anastesi umum

Abstract
Foreign body aspiration in bronchus is an emergency case in ENT-HNS,
representing one of the major cause of morbidity and mortality in childhood,
especially in children younger than 3 years of age. The most foreign body
aspirated in infant and toddler is an organic product, which can cause severe
complication if the management was delay. Delayed diagnosis of foreign body
aspiration was influenced by parenthal education, early misdiagnosis and
complication of the foreign body. Timely bronchoscopy will prevent an
irreversible complication.
A case of foreign body orange seed aspiration in a boy 7 months old with acute
breathing failure because of delayed diagnosis and management, the management
was bronchoscopy using rigid bronchoscopy in general anesthesia.
Key word : organic foreign body aspiration, acute respiratory distress, delayed
diagnosis, rigid bronchoscopy, general anesthesia

159
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.35. Juli-Desember 2011 160

Pendahuluan pada bayi sering terjadi karena


Aspirasi benda asing di bron-kus kesalahan dalam posisi dan cara
sering menyebabkan gangguan pemberian makan.(1,3-5)
pernafasan pada anak dan merupakan Diagnosis aspirasi benda asing
penyebab morbiditas dan mortalitas yang tepat waktu sangatlah penting
karena dapat mengakibatkan gang-guan untuk menghindari komplikasi awal dan
nafas akut, penyakit paru kronis dan lambat yang berat, seperti asfiksia,
bahkan kematian. Umumnya terjadi pneumonia, atelek-tasis atau
pada anak usia antara 6 bulan sampai 4 bronkiektasi. Diagnosis ditegakkan
tahun dengan puncaknya pada umur 1-2 berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
tahun. Diperkirakan aspirasi benda fisik, radiologi dan bronkoskopi yang
asing bertanggung jawab terhadap 7% merupakan standar baku emas
kematian men-dadak pada anak diagnosis. Oleh karena itu, pasien
dibawah usia 4 tahun. Di Amerika dengan kecurigaan aspirasi benda asing
Serikat, pada tahun 2006 terdapat 4100 dari anamnesis, haruslah menjalani
kasus (1.4 per 100.000) kematian anak bronkoskopi diagnostik walaupun
yang disebabkan aspirasi benda asing di pemeriksaan fisik dan radiologi normal.
jalan nafas.(1-3) Bronkoskopi kaku merupakan prosedur
Aspirasi benda asing dapat pilihan untuk diagnosis dan tatalaksana
muncul tanpa gejala dan tidak terdeteksi benda asing di jalan nafas pada anak.
dalam hitungan jam, bahkan sampai Bronkoskopi kaku dilaksanakan dalam
tahunan. Benda asing yang terbanyak anastesi umum agar anak dapat dalam
teraspirasi pada anak adalah benda keadaan tidak aktif.(1,6,7)
organik adalah biji-bijian, kacang- Keterlambatan diagnosis
kacangan, dan bahan makanan lainnya. aspirasi benda asing dapat terjadi
Plastik dan bahan metal lainnya cukup karena orang tua yang tidak waspada
jarang ditemukan. Variasi tipe material dengan gejala aspirasi atau pada saat
organik lainnya dipengaruhi oleh adat, klinisi melewatkan gejala klinis aspirasi
daerah dan kebiasaan memberi dan gambaran radiologi. Reaksi
makanan yang berbeda. Faktor yang inflamasi dan jaringan granulasi akan
berperan dalam aspirasi benda asing terbentuk disekitar benda asing,
pada kelompok umur ini antara lain sehingga seringkali pasien ditatalaksana
belum lengkapnya pertumbuhan gigi sebagai penyakit lain seperti demam
geligi, kecen-derungan untuk yang persisten, asma atau pneumonia
memasukkan benda ke dalam mulutnya, rekuren dalam waktu yang lama.
koordinasi menelan yang belum Diagnosis dan pengangkatan benda
matang, kebiasaan makan sambil asing akan menjadi lebih sulit dalam
bermain atau berlari. Dibanding anak kondisi seperti ini.(8)
dengan usia lebih besar, aspirasi benda
asing
Fachzi Fitri, Yelvita Roza, KETERLAMBATAN TINDAKAN BRONKOSKOPI 161
PADA SUSPEK BENDA ASING DI BRONKUS

Laporan Kasus tampak sakit berat, gelisah dan sesak


Seorang bayi laki-laki usia 7 nafas dengan frekwensi nafas
bulan dirujuk dari rumah sakit daerah 66x/menit, nadi 140x/menit dan suhu
pada tanggal 8 Juni 2011, dengan 39oC, berat badan 7 kg, terdapat stridor
diagnosis bronkopneumonia + suspek inspirasi. Pemeriksaan THT-KL dalam
benda asing (biji jeruk) di jalan nafas. batas normal. Pada pemeriksaan daerah
Pasien telah mengalami sesak nafas leher dan toraks didapatkan retraksi di
sejak 3 hari sebelum ke rumah sakit suprasternal, epigastrium, interkostal
disertai batuk berdahak. Sesak nafas dan suprakla-vikula. Gerakan kedua
bertambah berat sejak satu hari yang paru sama, perkusi sonor, auskultasi
lalu, tidak disertai bunyi menciut, tidak bronkove-sikuler, ronkhi pada kedua
dipengaruhi oleh cuaca. Tiga minggu lapangan paru, tidak ada wheezing.
sebelumnya pasien tersedak sewaktu Tidak didapatkan audible slap,
diteteskan jeruk oleh ibunya, disertai palpatory thud dan asmatoid wheeze.
batuk-batuk dan sesak nafas sampai Pemeriksaan foto polos toraks Antero-
mulut pasien membiru, kemudian batuk posterior (AP) didapatkan gambaran
berhenti dan pasien dapat bernafas bronkopneumonia pada kedua lapangan
biasa. Seminggu kemudian pasien batuk paru. (gambar 1 dan 2).
berdahak, demam dan sesak nafas,
pasien berobat ke dokter spesialis anak
di daerahnya, dan dianjurkan di rawat
dirumah sakit I selama 5 hari dengan
diagnosis bronkopneumonia. Pasien
diperbolehkan pulang setelah sesak
hilang, akan tetapi batuk masih ada.
Dua hari kemudian pasien kembali
sesak nafas dan berobat ke dokter di
rumah sakit yang berbeda, dan dirawat
dengan diagnosis yang sama selama
Gambar 1. Foto polos toraks AP, seminggu
empat hari, setelah sesak hilang, pasien
setelah pasien tersedak
dipulangkan. Tiga hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit, pasien
sesak nafas kembali, tambah lama
tambah hebat, sewaktu berobat ke RS
PP, dianjurkan ke RSUP. Dr. M. Djamil
Padang karena curiga aspirasi benda
asing (biji jeruk) di jalan nafas. Pasien
telah menjalani pemeriksaan
laboratorium dan radiologi di rumah
sakit PP.
Pada pemeriksaan fisik dida-
patkan keadaan umum pasien yang
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.35. Juli-Desember 2011 162

asing (biji jeruk) di jalan nafas, setuju


dilakukan bronkoskopi emergensi,
toleransi operasi jelek dengan risiko
tinggi.
Hasil konsul anastesi: Per-baiki
kondisi gagal nafas terlebih dahulu,
bronkoskopi baru dilakukan setelah
keadaan umum teratasi.
Saran dari bagian anak: O2 non
rebreathing 5 lt/menit, IVFD KaEN 1B
30 tetes/menit (mikrodrip), puasa.
Pasien dirawat di bagian anak.
Gambar 2. Foto polos toraks 3 minggu Hari pertama perawatan 9 Juni
setelah tersedak. 2011 jam 6.00 wib, anak tampak sakit
berat, sesak nafas masih ada, nafas
Pemeriksaan Analisa Gas Darah masih berbunyi, demam tidak ada,
(AGD) memberikan hasil : pH : 7.23, batuk masih ada. Anak sadar, frekwensi
pCO2: 69 mmHg, pO2: 117 mmHg, nafas 64x/menit, nadi 88x/menit, suhu
Na+: 138 mmol/L, K+: 4.5 mmol/L, 37,2oC. Pemeriksaan fisik THT-KL
Ca++: 0.51 mmol/L, HCO3 -:28.9 dalam batas normal, pemeriksaan
mmol/L, BE: 1.3, sat: 98%. Hb: 10 toraks; retraksi di suprasternal,
g/dL, leukosit 28.000/mm3, hematokrit : epigastrium dan interkostal, nafas
31.5%, trombosit: 711.000/mm3, PT: bronco-vesikuler, tidak terdapat rhonki
14.5”, APTT: 36”. dan wheezing pada kedua lapangan
Diagnosis kerja pada saat itu paru. Hasil AGD: pH:7.45, pCO2: 29
aspirasi pneumonia dan asidosis mmHg, pO2: 120 mmHg, HCO3-: 19.7
respiratorik et causa suspek aspirasi mmol/L, TCO2: 20.5 mmol/L, BE: -3.3
benda asing (biji jeruk) di jalan nafas mmol/L, Sat O2 : 99%. Kesan: asidosis
bawah dengan diagnosis banding metabolik terkom-pensasi dengan
bronkopneumonia. Direncanakan dila- hiperoksemia. Sikap ; oksigen
kukan tindakan bronkoskopi diagnostik diturunkan menjadi 4 lt/menit sesuai
emergensi dalam narkose umum. dengan kebutuhan anak.
Diberikan terapi terapi seftriakson 350 Pada jam 10.00 wib, anak
mg/12 jam IV, deksametason 3.5 mg IV tampak lebih tenang, nafas masih
(bolus), dilanjutkan dengan Deksa- berbunyi, batuk masih ada, frekwensi
metason 3x1 mg IV. Pasien dikonsulkan nafas 44x/menit, nadi 90x/menit, suhu
ke bagian Ilmu Kesehatan Anak dan 37,2oC, stridor inspirasi (+), retraksi
bagian Anastesi. Informed consent dari suprasternal dan epigastrium (+). Pada
orang tua pasien. saat ini ditegakkan diagnosis aspirasi
Hasil konsul dari bagian anak : pneumonia et causa suspek benda asing
aspirasi pneumonia dengan gagal nafas (biji jeruk) di saluran nafas. Dari bagian
akut et. causa suspek aspirasi benda
Fachzi Fitri, Yelvita Roza, KETERLAMBATAN TINDAKAN BRONKOSKOPI 163
PADA SUSPEK BENDA ASING DI BRONKUS

THT-KL dianjurkan untuk atasi infeksi Pada hari ketiga perawatan,


terlebih dahulu, terapi lain dilanjutkan. tanggal 11 Juni 2011, anak kembali
Jam 21.00 wib, anak kembali bertambah sesak dan gelisah, frekwensi
gelisah dan sesak nafas, frekwensi nafas nafas 68x/menit, stridor (+), retraksi
66x/menit, retraksi supras-ternal, suprasternal, epigastrium dan interkos-
epigatrium dan interkostal semakin tal semakin jelas, pemeriksaan fisik
jelas, stridor (+). AGD : pH: 7.3, pCO2: lainnya masih dalam kondisi yang
72 mmHg, pO2: 42 mmHg, HCO3-: sama. Kesan : perburukan, Sikap:
35.4 mmol/L, TCO2: 37.6 mmol/L, BE: bronkoskopi diagnostik dalam narkose
7.3 mmol/L, sat O2: 72%. Kesan: umum. Konsul anastesi : setuju untuk
Asidosis respiratorik dengan dilakukan tindakan bronkoskopi
hipercarbia dan hipoksemia et causa diagnostik dalam narkose umum.
aspirasi pneumonia et.causa benda Sebelum operasi dilakukan simulasi
asing (biji jeruk) di jalan nafas bawah. pengangkatan benda asing biji jeruk
Sikap: bronkoskopi diagnostik dengan menggunakan bronkoskop
emergensi dalam narkose umum. dimeter 3.5 mm dan forsep peanut.
Konsul anastesi: setuju dilakukan Pada tanggal 11 Juni 2011 jam
tindakan bronkoskopi diagnostik dalam 14.30 wib, dilakukan broncos-kopi
narkose umum. Jam 24.00 wib sewaktu dalam narkose umum.
anak telah berada dikamar terima
ruangan operasi, tampak anak tertidur Laporan Operasi :
dan lebih tenang, frekwensi nafas Pasien tidur telentang di meja
40x/menit, anjuran dari anastesi: operasi dalam narkose umum, kepala
sebaiknya tindakan bronkoskopi dan leher berada di posisi garis tengah.
ditunda dulu, jika keadaan memburuk Dilakukan tindakan septik aseptik di
baru ditindak. Dilakukan pemeriksaan lapangan operasi.Dengan tangan kanan
AGD ulang, hasil : pH: 7.53, pCO2: 42 bronkoskop kaku ukuran 3.5 mm x 30
mmHg, pO2: 60 mmHg, HCO3-: 34.9 mm dimasukkan menyusuri sisi kanan
mmol/L, BE: 11.7 mmol/L, sat O2: lidah menuju laring sam-pai ke trakea,
92%. Kesan: alkalosis metabolik. Dimasukkan skop 00, trakea tampak
Diberikan acetazolamide 3x60 mg. normal. Bronkoskop diteruskan menuju
Pada hari kedua rawatan, karina, dievaluasi muara bronkus kanan,
tanggal 10 Juni 2011, anak masih tampak benda asing bulat berwarna
tampak lemah, sesak nafas masih ada putih yang telah dipalut sekret di muara
fluktuatif, frekwensi nafas antara 40- bronkus kanan, tidak menutupi semua
56x/menit, pemeriksaan fisik masih lumen bronkus, benda asing tersebut
dalam kondisi yang sama, kesan: dieks-traksi dengan menggunakan
perbaikan tidak ada. Orang tua pasien forsep peanut. Ditarik bersamaan
menolak untuk dilakukan tindakan dengan bronkoskop (gambar 3 dan 4).
bronkoskopi diagnostik dan bersedia Tampak bahwa benda asing
menerima segala risiko yang akan tersebut adalah biji jeruk yang ber-
terjadi. Terapi lain masih dilanjutkan.
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.35. Juli-Desember 2011 164

warna putih kehijauan, utuh, tidak ada l/menit, IVFD D 12.5% 16


bagian yang hilang. tts/mikrodrip, aminofuchsin ped 200 cc,
Bronkoskop dimasukkan ceftriakson 2x350 mg IV, deksametason
kembali untuk evaluasi, tampak 3x1 mg IV, puasa. Pasien dirawat di
bronkus kanan edema, hiperemis dan ruangan semi intensif bagian anak dan
sekret mukoid di muara bronkus kanan diobservasi dalam 24 jam.
dan kiri, tidak tampak adanya Hari pertama post operasi,
ekskoriasi, laserasi atau jaringan tanggal 12 Juni 2011, pasien tidak
granulasi pada bronkus kanan, trakea demam, tidak sesak nafas, batuk
dan laring. berdahak masih ada. Keadaan umum
tampak sakit sedang, frekwensi nadi
Operasi selesai. 110x/menit, nafas 34x/menit, suhu
36,80C, stridor tidak ada, retraksi dan
tanda-tanda emfisema subkutis tidak
ada. Pemeriksan fisik THT-KL dalam
batas normal. Dari peme-riksaan paru
didapatkan gerakan dada simetris kiri
dan kanan, perkusi sonor, bunyi nafas
bronkovesikuler, tidak terdapat rhonki
dan wheezing. Pada saat ini ditegakkan
diagnosis post ekstraksi benda asing
dengan bronkoskopi atas indikasi
aspirasi benda asing (biji jeruk) di
bronkus. Terapi antibiotika seftriakson
2 x 350 mg IV, deksamethason 2 x 1
Gambar 3: Benda asing di bronkus kanan mg IV. Anjuran foto polos toraks dan
cek darah lengkap. Orang tua pasien
menolak dilakukan foto polos toraks
dan cek darah lengkap pada pasien.
Tanggal 13 Juni 2011, kon-disi
pasien lebih baik, pasien dipindahkan
ke ruangan perawatan biasa, pasien
telah bisa bermain, demam tidak ada,
sesak nafas tidak ada, batuk masih ada
tapi telah jauh berkurang. Keadaan
umum pasien tampak sakit sedang,
Gambar 4. Biji jeruk post ekstraksi benda frekwensi nadi 110 x/menit, nafas
asing di bronkus kanan
32x/menit, suhu 36.60C. pemeriksaan
Instruksi post operasi: awasi THT-KL dalam batas normal. Paru,
vital sign, tanda-tanda perdarahan dan bunyi nafas bronkovesikuler, tidak
tanda emfisema subkutis. Post operatif ditemukan rhonki dan wheezing.
pasien mendapatkan terapi: O2 2 Diagnosis: Post ekstraksi benda asing
Fachzi Fitri, Yelvita Roza, KETERLAMBATAN TINDAKAN BRONKOSKOPI 165
PADA SUSPEK BENDA ASING DI BRONKUS

dengan bronkoskopi atas indikasi usia 6-12 bulan.(1,3,5,9) Pada kasus ini,
benda asing (biji jeruk) di bronkus hari pasien adalah seorang bayi berusia 7
ke dua + bronkopneumonia dalam per- bulan, dimana aspirasi benda asing biji
baikan. Terapi masih sama dengan hari jeruk terjadi pada waktu ibunya
sebelumnya. Kembali direncana-kan meneteskan air jeruk langsung dari
pemeriksaan photo polos toraks, namun buahnya pada saat posisi anak
orang tua pasien tetap menolak. Pada telentang.
hari ini, orang tua pasien memutuskan Data terpenting untuk eva-luasi
untuk membawa pulang anaknya anak yang dicurigai teraspirasi benda
dengan segala risiko dan asing adalah anamnesis yang akurat dari
konsekuensinya. saksi mata, tapi sering kali kejadian
aspirasi benda asing pada anak tidak
DISKUSI diketahui oleh orang dewasa
Aspirasi benda asing ke jalan disekitarnya. Gambaran kla-sik aspirasi
nafas adalah salah satu dari keadaan benda asing pada anak adalah tersedak
yang mengancam nyawa pada anak- tiba-tiba diikuti batuk, sesak nafas,
anak, terutama pada anak dibawah 3 penurunan bunyi nafas dan sering
tahun dan merupakan penyebab diikuti oleh sianosis perioral
(5,8)
kematian mendadak yang tersering pada sementara. Hal ini sesuai dengan
bayi. Pada anak, faktor yang anamnesis yang diperoleh dari ibu
mempengaruhi tingginya prevalensi pasien, dimana pasien ter-sedak tiba-
aspirasi benda asing antara lain tiba setelah ibu meneteskan jeruk,
kecenderungan anak untuk mema- diikuti batuk, sesak nafas dan biru
sukkan benda asing ke mulutnya disekitar mulut dan kemudian pasien
sebagai usaha untuk mengenali kembali normal.
lingkungan sekitarnya, gigi geligi Interval kejadian aspirasi
bagian posterior yang belum lengkap, dengan kunjungan ke dokter merupakan
mekanisme menelan dan proteksi yang variabel yang penting untuk
belum sempurna, dan seringnya anak menentukan morbiditas aspirasi benda
menangis, ber-teriak, lari-lari atau asing. Beberapa penelitian
bermain sementara ada benda dalam memperlihatkan bahwa interval
mulut-nya, ditambah kurangnya kejadian aspirasi dengan konsultasi ke
kesadaran dan penga-wasan dari orang dokter tergantung pada faktor
tua atau orang dewasa yang sosioekonomi penderita, akses ke
mendampingi anak. Pada bayi, faktor institusi kesehatan dan kesalahan
yang lebih berperan adalah belum diagnosis awal. Disamping itu
bertumbuhnya gigi geligi bagian keterlambatan diagnosis aspirasi benda
posterior dan kemampuan proteksi jalan asing pada anak juga dapat terjadi
nafas dan mekanisme menelan yang karena klinisi melewatkan tanda dan
belum matang. Bayi usia 0-6 bulan gejala awal aspirasi dan cenderung
mem-punyai konsistensi diet dan posisi menilai berdasarkan temuan
(1,8,10)
makan yang berbeda dibanding bayi radialogi. Suatu penelitian di
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.35. Juli-Desember 2011 166

Israel, sebagaimana dikutip oleh sangat bervariasi, tergantung dari


Shubha1 menyatakan bahwa 47% anak lokasi, derajat obstruksi dan reaksi lokal
dengan aspirasi benda asing mengalami yang terjadi dan terakhir, komplikasi
keterlambatan diagnosis antara 1 hari benda asing di jalan nafas.(1,12)
sampai satu bulan, hal senada juga Penelitian yang dilakukan Tomaske dkk
dilaporkan dalam penelitian di Cina pada tahun 2006 sebagaimana dikutip
yang mendapatkan sekitar 28.7% oleh Shubha(1) menyimpulkan bahwa
diagnosis aspirasi benda asing trias tersedak, batuk dan sesak nafas
dilaporkan setelah 7 hari dan 6.8% mempunyai sensitivitas yang rendah
setelah satu bulan.(1) Pada pasien ini, (26.5-42.6%) dengan spesifisitas yang
kecurigaan adanya aspirasi benda asing tinggi (96.2-98.6%) untuk keberadaan
baru ditegakkan setelah tiga minggu benda asing di jalan nafas, sebanding
riwayat tersedak, dimana sebelumnya dengan anamnesis kesaksian aspirasi
pasien telah dua kali berobat pada dua benda asing oleh orang dewasa disekitar
tempat yang berbeda dengan diagnosis anak. Sementara dari review article
bronkopneumonia, yang mengakibatkan yang dilakukan oleh Fidkowski dkk,(13)
keterlambatan diagnosis aspirasi benda pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa
asing karena ketidaktajaman diagnosis riwayat batuk mempunyai sensitivitas
awal. yang tinggi tetapi tidak spesifik untuk
Diagnosis aspirasi benda asing aspirasi benda asing, sementara riwayat
yang tepat waktu akan menghindari sianosis dan sesak nafas sangat spesifik
anak dari risiko komplikasi awal dan namun tidak begitu sensitif untuk
lambat, seperti asfiksia, pneumonia, keberadaan benda asing di jalan nafas.
atelektasis atau bronkiektasis. Rentang Kecurigaan aspirasi benda asing
waktu optimal untuk diagnosis aspirasi biasanya di konfirmasi dengan foto
benda asing adalah pada waktu kejadian polos toraks. Benda asing yang
aspirasi sampai 24 jam berikutnya.(6) teraspirasi pada anak pada umumnya
Gejala klinis aspirasi benda bersifat radiolusen, sehingga peng-
asing pada anak tergantung pada jenis gunaan radiologi hanya bertujuan untuk
benda asing, tempat tersangkutnya, melihat tanda tidak langsung
derajat obstruksi lumen jalan nafas dan keberadaan benda asing seperti air
rentang waktu antara aspirasi dan trapping, pneumonia, lobules yang
evaluasi.(1,11) kolaps, atau atelektasis, dapat juga
Gejala dan tanda aspirasi benda ditemukan gambaran radiologi yang
asing dapat dilihat dalam tiga tahap, normal. Idealnya posisi rutin foto polos
yaitu episode tersedak yang akut, diikuti toraks adalah antroposterior dan lateral,
batuk-batuk keras dan sesak nafas akan tetapi pada bayi posisi lateral
sampai obstruksi jalan nafas komplit, harus diganti dengan lateral dekubitus.
kedua; episode asimptomatik, ketika Hiperinflasi obstruksi bronkus
benda asing tersangkut dan reflek unilateral merupakan gambaran awal
pernafasan melemah, sehingga dari kelainan paru akibat aspirasi benda
diagnosis terlambat ditegakkan, fase ini asing, sementara gambaran pneumonia
Fachzi Fitri, Yelvita Roza, KETERLAMBATAN TINDAKAN BRONKOSKOPI 167
PADA SUSPEK BENDA ASING DI BRONKUS

dan atelektasis ditemukan pada periode suatu pneumonia tanpa ditelusuri


lanjut. Penemuan gambaran radiologi penyakit dasarnya.
yang normal tidak menyingkirkan Keterlambatan diagnosis
diagnosis aspirasi benda asing. aspirasi benda asing akan
Modalitas pencitraan lainnya seperti CT mengakibatkan terbentuknya proses
scan, MRI dan fluoroskopi mempunyai inflamasi disekitar benda asing,
peranan terbatas dalam diagnosis terutama benda asing yang berasal dari
aspirasi benda asing.(1,5,6) Pada pasien tumbuh-tumbuhan. Reaksi inflamasi ini
ini, sebelum dirawat di RS. Dr. M. akan menyulitkan dan meningkatkan
Djamil Padang, pasien telah dua kali risiko komplikasi tindakan
(8,10)
dirawat sebelumnya dengan diagnosis bronkoskopi.
kerja pneumonia dan telah menjalani Komplikasi aspirasi benda asing
dua kali pemeriksaan foto polos toraks di bronkus dapat berupa bronkitis,
AP, tanpa foto toraks posisi lateral atelektasis, pneumonia, pneumo-
dekubitus. mediastinum, pneumotoraks, dan abses
Diagnosis pasti aspirasi benda paru. Komplikasi ini dapat timbul
asing di bronkus hanya bisa ditegakkan akibat obstruksi bronkus oleh benda
dengan bronkoskopi, menurut Cohen asing, reaksi inflamasi mukosa bronkus
dkk seperti yang dikutip oleh Gallardo dan akibat akumulasi sekresi di daerah
dkk,(10) indikasi dari bronkoskopi inflamasi.(1,3,5)
diagnostik adalah; 1). Pasien dengan Bronkoskopi diagnostik harus-
riwayat tersedak benda asing, 2). Pasien lah dilakukan segera setelah ditegakkan
tanpa riwayat aspirasi yang jelas, tetapi suatu kecurigaan adanya aspirasi benda
dengan pemeriksaan fisik dan gambaran asing untuk menghindari komplikasi
radiologi yang abnormal. 3). Pasien dari benda asing dan tindakan
tanpa anamnesis, pemeriksaan fisik dan bronkoskopi, dilanjutkan dengan
gambaran radiologis yang abnormal, ekstraksi benda asing melalui
tetapi dengan gejala batuk, sesak nafas, bronkoskop segera setelah benda asing
disfagia dan demam intermiten yang teridentifikasi.(10)
persisten dengan sebab yang tidak jelas. Pada pasien ini dilakukan
Diagnosis aspirasi benda asing tindakan bronkoskopi menggunakan
yang terlambat akan diikuti dengan bronkoskopi kaku ukuran 3.5 sebagai
kesalahan diagnosis/misdiagnosis alat diagnostik pasti dan untuk
(seperti asma, bronkitis, pneumonia, mengeluarkan benda asing. Bronkos-
croup, dll), periode simptomatis yang kop kaku merupakan pilihan terbaik
memanjang, meningkatnya risiko untuk anak karena dapat menjamin
komplikasi, dan terapi yang lebih patensi jalan nafas dan visualisasi yang
kompleks.(10) Hal yang sama juga jelas. Bronkoskopi kaku dilaksanakan
ditemukan pada kasus ini, dimana dalam anastesi umum agar anak dapat
kecurigaan adanya aspirasi benda asing dikondisikan dalam keaadaan tidak
baru ditegakkan tiga minggu setelah aktif.(1,7)
pasien tersedak, ditatalaksana sebagai
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.35. Juli-Desember 2011 168

Tindakan bronkoskopi diag- ketika ventilasi dibantu dengan bagging


nostik dan terapeutik memerlukan dan sungkup. Segera setelah pasien
komunikasi dan kerjasama yang dianastesi, laringoskop langsung
mendalam antara ahli bedah (operator) dikeluarkan dan bronkoskop
dengan ahli anastesi. Pada bayi dan dimasukkan. Tidak dilakukan
anak, bronkoskopi dila-kukan dalam pemberian muscle relaxan kecuali jalan
anastesi umum dengan menggunakan nafas aman dan tidak ada risiko
bronkoskop kaku berventilasi. Anastesi terdorongnya benda asing kearah distal
dengan broncoskop kaku merupakan dengan ventilasi manual.(14,17)
suatu prosedur yang menantang bagi Pada anak dengan kondisi yang
anastesiologis karena harus membagi stabil, dapat diberikan premedikasi di
jalan nafas antara operator dan ruang rawatan, induksi secara intravena
pemeliharaan kedalaman anastesi yang dan anak dimonitor dengan pulse
adekuat, dimana ventilasi dengan oximeter, stateskop prekordial, EKG
tekanan positif tidak boleh dilakukan dan monitor tekan darah non-invasive.
karena akan mendorong benda asing Diberikan muscle relaxan sesuai dengan
semakin ke distal. Selama penggunaan durasi tindakan. Sirkuit anastesi
bron-koskop kaku, sering sekali terjadi dihubungkan dengan bron-koskop pada
kesulitan untuk mempertahankan sisi ventilator untuk ventilasi. Aliran
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat gas inspirasi disesuaikan untuk
dalam keadaan dimana pertukaran mengkompensasi kebocoran disekitar
oksigen tidak lagi optimal.(3,13-15) bronkoskop.(16,17) Sebagian ahli
Anak dengan kesulitan berpendapat, tindakan bronkoskopi
pernafasan karena benda asing di jalan dapat dilaksanakan secara elektif untuk
nafasnya, aspirasi sisa makan atau mendapatkan kondisi yang optimal
sekret lambung selama anastesi akan dengan operator dan anastesiologis
berakibat fatal, penting untuk yang berpengalaman. Tidak ditemukan
melakukan bronkoskopi pada anak peningkatan morbiditas pada pasien
dengan puasa yang cukup. Pada kasus dengan kondisi stabil yang mengalami
spesifik, seperti gagal nafas akut dan tindakan bronkoskopi elektif.(13,18)
hipoksemia, bronkoskopi harus Babin dkk,(18) memperkenalkan suatu
dilakukan segera mungkin walaupun algoritma untuk menentukan tindakan
dalam kondisi perut yang penuh.(13,16) terhadap kecurigaan aspirasi benda
Pasien dengan kecurigaan asing pada anak. (gambar 5).
aspirasi benda asing yang mengalami Pada kasus ini, terjadi dua kali
gagal nafas haruslah mendapatkan penundaan tindakan broncos-kopi.
oksigen 100% dan harus ditangani Pertama kali tindakan broncos-kopi
sesegera mungkin. Anastesi diinduksi ditunda karena kondisi pasien yang
melalui sungkup, pasien dimonitor mengalami gagal nafas akut, dimana
melalui stateskop pre-kordial, pulse dianjurkan untuk mengatasi kondisi
oximeter dan elektrokardiogram. gagal nafas akut terlebih dahulu.
Anastesi dida-lamkan dengan cepat Tindakan untuk membantu pernafasan
Fachzi Fitri, Yelvita Roza, KETERLAMBATAN TINDAKAN BRONKOSKOPI 169
PADA SUSPEK BENDA ASING DI BRONKUS

pasien adalah dengan pemberian O2 untuk makanan lunak dan 2 jam untuk
nonrebreathing. Penundaan tindakan cairan. 3). Fisioterapi dada, dianjurkan
bronkoskopi ke dua terjadi dengan pada pasien dengan pneumonia sebagai
alasan kondisi pasien yang stabil, diagnosis awalnya, akan tetapi prosedur
dimana dianjurkan tindakan bron- ini berpotensi untuk menggeser benda
coskopi dilakukan jika kondisi pasien asing kearah proksimal sehingga dapat
memburuk. Berdasarkan literatur, kedua mengakibatkan ostruksi jalan nafas
hal diatas tidak dianjurkan, karena pada total. 4). Farmakoterapi, antibotika dan
saat ditegakkan suatu kecurigaan kortikosteroid diindikasikan mengatasi
aspirasi benda asing dengan atau tanpa infeksi dan inflamasi yang disebabkan
komplikasi, tindakan broncoskopi harus oleh benda asing di jalan nafas. 5).
segera dilakukan dan tidak dianjurkan Pengaturan alat, ruangan dan personel
untuk melakukan ventilasi bertekanan tindakan. 6). Akses intravena. Induksi
positif pada anak.(5,10,14-17) Persiapan anastesi dilakukan melalui intra vena,
untuk melakukan tindakan bronkoskopi namun pada kasus emergensi atau bayi
dengan menggunakan bronkoskop kaku dengan gagal nafas, akses intravena
meliputi beberapa aspek, antara lain 1). dapat dilakukan setelah induksi secara
Penilaian pre-bronkoskopi untuk inhalasi dilakukan.(1) Monitoring
menilai perkiraan lokasi benda asing, dengan menggunakan pulse oximeter,
dan tipe obstruksi jalan nafas. 2). Puasa, stateskop prekordial dan EKG.(14,17,19)
waktu optimal puasa adalah 4-6 jam

Gambar 5. Algoritma penatalaksanaan curiga aspirasi benda asing (18)


Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.35. Juli-Desember 2011 170

Setelah tindakan bronkoskopi, benda asing di jalan nafas dalam waktu


anak harus dirawat minimal selama 24 yang lama akan mengakibatkan
jam untuk observasi kondisi klinis dan pneumonia dan penyakit parenkim paru
pemeriksaan radiologis.(3,14,16) lainnya yang dapat bersifat ireversibel.
Komplikasi bronkoskopi yang Tata laksana yang tepat waktu dan
dapat terjadi intra operatif antara lain koordinasi tim bronkoskopi yang
disebabkan oleh trauma tindakan adekuat perlu dilakukan untuk
broncoskopi dan pengaruh tindakan menghindari komplikasi lebih lanjut.
anastesi, dapat berupa laserasi karena Gambaran radiologi normal dan anak
tekanan langsung pada bronkus oleh yang tenang tidak mengesampingkan
operator, terdorongnya benda asing kemungkinan obstruksi dan gangguan
lebih jauh ke distal sehingga tidak pada pernafasan.(3)
terjangkau oleh skop, edema laring,
hipoksia, retensi CO2, laringospasme, KEPUSTAKAAN
bronkospasme, pneumotoraks dan 1. Shubha AM, Das K.
Tracheobronchial foreign bodies in
cardiac arrhythmia, hal ini dapat terjadi
infants. International Journal of
karena operator yang kurang Pediatric Otorhinolaryngology
berpengalaman dan ventilasi yang tidak 2009; 73: 1385-9.
adekuat. Pengaruh anastesi dapat
dihindari dengan mempertahankan 2. Eren S, Balci AE, Dikici B, Doblan
anastesi yang adekuat, menggunakan M, Eren MN. Foreign body
atropin untuk minimalisir sekresi dan aspiration in children: experience of
1160 cases. Annals of Tropical
muscle relaxan untuk ventilasi dan
Pediatric 2003; 23: 31-7.
oksigenasi.(14)
Setelah tindakan bronkoskopi 3. Zur KB, Litman RS. Pediatric
selesai, dilakukan pemberian oksigen airway foreign body retrieval:
100% melalui sungkup dan bagging. surgical and anesthetic perspectives.
Anak diobservasi di recovery room Pediatric Anesthesia 2009; 19: 109-
untuk menilai adanya stridor, gangguan 17.
pernafasan, edema subglotik, perda-
4. Saki N, Nikakhlagh S, Rahim F,
rahan, bronkospasme dan perforasi Abshirini H. Foregin body
jalan nafas.(14) Pada pasien ini tidak aspiration in infancy: a 20-year
ditemukan adanya komplikasi seperti experience. International Journal of
disebutkan diatas, dan edema mukosa Medical Sciences 2009; 6(6): 322-8.
bronkus kanan yang terjadi hanya
5. Rovin JD, Rodgers BM. Pediatric
minimal dan tidak mengakibatkan
foreign body aspiration. Pediatrics
obtruksi jalan nafas. in Review 2000; 21(3): 86-90.
Kecurigaan dan pengenalan
aspirasi benda asing sedini mungkin 6. Huang HJ, Fang HY, Chen HC, Wu
adalah penting untuk menghindari CY,Cheng CY, Chang CL. Three-
tatalaksana yang tidak efektif dan dimensional computed tomography
perawatan yang berulang. Keberadaan for detection of tracheobronchial
Fachzi Fitri, Yelvita Roza, KETERLAMBATAN TINDAKAN BRONKOSKOPI 171
PADA SUSPEK BENDA ASING DI BRONKUS

foreign body aspiration in children. tracheobronchial foreign bodies in


Pediatric surg Int 2008; 24: 157-60. children: A literature review of
12.979 cases. Anasthesia Research
7. Tomaske M, Gerber AC, Weiss M. Society 2010; 11(4): 1016-24.
Anesthesia and periinterventional
morbidity of rigid bronchoscopy for 14. Kalyanappagol VT, Kulkarni NH,
tracheobronchial foreign body Bidri LH. Management of
diagnosis and removal. Pediatric tracheobronchial foreign body
anesthesia. 2006;16:123-9. aspirations in paediatric age group –
a 10 year retrospective analysis.
8. Tokar B, Ozkan R, IlhanH. Indian J. Anaesth. 2007; 51(1): 20-
Tracheobronchial foreign bodies in 3.
children: importance of accurate
history and plain chest radiography 15. Soodan A, Pawar D, Subramanium
in delayed presentation. Clinical R. Anesthesia for removal of
Radiology. 2004; 59:609-15. inhaled foreign bodies in children.
Pediatric anesthesia. 2004; 14: 947-
9. Mahyar A, Tarlan S. Foreign bodies 52.
aspiration in children. Acta Medica
Iranica. 2008; 46(2): 115-8. 16. Bittencourt FS, Camargos AM.
Foreign body aspiration. Journal de
10. Gallardo LCH, Barragan MS, Pediatria. 2002; 78: 9-18.
Sanchez MDE, Garcia AA. Delayed
diagnosis of foreign body 17. Tan HKK, Tan SS. Inhaled foreign
aspiration. Bol Med Hosp Infant bodies in children – anesthetic
Mex. 2011; 68(3): 202-5. considerations. Singapore Med J.
2000; 4(10): 506-10.
11. Midulla F, Guidi R, Barbato A, et
al. Foreign body aspiration in 18. Babin E, Sigston E, Bigeon JY,
children. Pediatrics International. Doppia MA, Edy E. How we do it:
2005; 47: 663-8. management of tracheobronchial
foreign bodies in children. Clin.
12. Blanco MAB, Moran AM, Paredes Otolaryngol. 2004; 29: 750-7.
IA, Vidal JM. Bronchoscopy in
children with foreign body 19. Farrrel P. Rigid bronchoscopy for
aspiration. Acta otorhinolaryngol foreign body removal: anasthesia
Esp. 2008; 59(4): 183-6. and ventilation. Pediatric
Anasthesia. 2004; 14: 84-9.
13. Fidkowski CW, Zheng H, Firth PG.
The anesthetic consideration of

Anda mungkin juga menyukai