Anda di halaman 1dari 19

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di   Facebook,   Twitter,   Instagram, dan   Telegram

Kesultanan Mataram
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Untuk kegunaan lain, lihat Mataram.

Nagari Kasultanan Mataram

ꦤꦒꦫꦶꦏꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤꦤ꧀ꦩꦠꦫꦩ꧀

1588–1680

Bendera

Cakupan terluas Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sri


Sultan Agung Hadi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645)

Ibu kota Kuthagedhe (1588-


1613)
Karta (1613-1647)
Plered (1647-1681)

Bahasa yang umum digunakan Jawa

Agama Islam

Pemerintahan Monarki absolut

Panembahan, Susuhunan, Sultan  

• 1575-1601 HSK Panembahan


Senapati
• 1601-1613 SSHP
Hanyakrawati

• 1613 (bertakhta hanya satu hari) Pangeran Arya


Martapura

• 1613-1645 SSAHP
Hanyakrakusuma

• 1646-1677 SSHP
Hamangkurat I

Sejarah  

• Sultan Hadiwijaya memberi 1588


tanah Mataram kepada Ki Ageng
Pamanahan

• Hamangkurat 1680
II memindahkan Mataram ke Kartasura.

Didahului oleh Digantikan oleh


Kesultanan Kasunanan
Pajang Kartasura
Kesultanan Kasunanan
Kalinyamat Surakarta
Kerajaan Kasultanan
Sumedang Yogyakarta
Larang

Sekarang bagian dari  Indonesia

---
Status Politik:

 Status quo wilayah persemakmuran Alas Mentaok (1556-


1575)
 De facto negara dependen dari Kesultanan Pajang (1575-
1587)
 De jure negara merdeka (1588-1680)
 Didirikan wilayah protektorat Wanakarta sebagai Negara
Kasunanan Kartasura pada September 1680

Kesultanan Mataram (bahasa Jawa: ꦤꦒꦫꦶꦏꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤꦤ꧀ꦩꦠꦫꦩ꧀; Nagari


Kasultanan Mataram, kadang disebut Mataram Islam atau Mataram Baru) adalah
suatu negara Islam berbentuk kesultanan di pulau Jawa yang pernah ada pada abad
ke-17. Kesultanan ini sudah didirikan sejak abad ke-16, namun baru menjadi sebuah
negara berdaulat di abad ke-17 yang dipimpin suatu wangsa yang bernama Wangsa
Mataram. Awal mulanya berupa wilayah Alas Mentaok yang diberikan oleh Sultan
Hadiwijaya kepada Ki Ageng Pamanahan atas jasanya, kemudian menjadi
suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang. Keraton Kotagede menjadi pusat
awal pemerintahan. Sultam pertama yang berdaulat adalah Panembahan Senapati,
putra dari Ki Ageng Pamanahan.
Kesultanan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan pulau
Jawa (kecuali wilayah Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon) dan sekitarnya,
termasuk Madura. Kesultanan ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk
mencegah semakin luasnya kekuasaan perusahaan dagang itu, namun ironisnya,
Mataram menerima bantuan VOC pada masa akhir menjelang keruntuhannya.
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris. Namun keberadaan kerajaan ini
memberikan bukti peninggalan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini,
seperti kampung Matraman di Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat,
penggunaan Carakan dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan,
serta beberapa pembagian wilayah administrasi yang masih berlaku hingga
sekarang.

Daftar isi

 1Masa awal
 2Sultan Agung
 3Terpecahnya Mataram
 4Daftar raja-raja kesultanan Mataram
 5Daftar Pahlawan Nasional Indonesia dari Trah Mataram
 6Peristiwa Penting
 7Lihat pula
 8Pranala luar

Masa awal[sunting | sunting sumber]


Danang Sutawijaya naik tahta setelah ia merebut wilayah Pajang sepeninggal Sultan
Hadiwijaya dengan gelar Panembahan Senapati. Pada saat itu wilayahnya hanya di
sekitar Jawa Tengah saat ini, mewarisi wilayah Kesultanan Pajang. Pusat
pemerintahan berada di Kotagede, wilayah yang terletak kira-kira di timur Kota
Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keratonnya pada
masa awal terletak di Banguntapan, kemudian dipindah ke Keraton Kotagede.
Sesudah ia meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan oleh
putranya Raden Mas Jolang yang setelah naik takhta bergelar Sri Susuhunan Hadi
Prabu Hanyakrawati.
Pemerintahan Hanyakrawati tidak berlangsung lama karena dia wafat karena
kecelakaan saat berburu di hutan Krapyak. Karena itu ia juga disebut Susuhunan
Seda hing Krapyak atau Panembahan Seda hing Krapyak yang artinya Raja (yang)
wafat (di) Krapyak. Setelah itu takhta beralih sebentar ke tangan putra keempat
Raden Mas Jolang yang bernama Raden Mas Wuryah bergelar Adipati Martapura.
Ternyata Adipati Martapura menderita penyakit saraf sehingga takhta beralih ke
putra sulung Raden Mas Jolang yang bernama Raden Mas Rangsang yang kelak
bergelar Sri Sultan Agung Hadi Prabu Hanyakrakusuma pada masa pemerintahan
Raden Mas Rangsang, Mataram mengalami masa keemasannya.
Sultan Agung[sunting | sunting sumber]
Sesudah naik takhta Raden Mas Rangsang bergelar Sri Sultan Agung Hadi Prabu
Hanyakrakusuma atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya
Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Pada puncak kejayaannya,
wilayah kekuasaan Mataram mencakup sebagian Pulau Jawa dan Madura (kira-kira
gabungan Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Barat, DIY, dan Jawa
Timur sekarang, dengan pengecualian daerah Blambangan atau yang sekarang
adalah wilayah Probolinggo hingga Banyuwangi). Ia memindahkan lokasi kraton
ke Karta (Jw. "kertå", maka muncul sebutan pula "Mataram Karta"). Akibat terjadi
gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Mataram dengan VOC yang
berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan
Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara
Mataram melawan VOC. Setelah wafat (dimakamkan di Imogiri), ia digantikan oleh
putranya bernama Raden Mas Sayidin yang bergelar Sri Susuhunan Hadi Prabu
Hamangkurat I atau Hamangkurat I.

Terpecahnya Mataram[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Babad Tanah Jawi

Peta Mataram Baru yang telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830, setelah Perang
Diponegoro. Pada peta ini terlihat bahwa Kasunanan Surakarta memiliki banyak enklave di
wilayah Kasultanan Yogyakarta dan wilayah Belanda. Mangkunagaran juga memiliki sebuah enklave di
Yogyakarta. Kelak enklave-enklave ini dihapus.

Susuhunan Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered pada tahun 1647.


Tidak jauh dari Karta. Selain itu, ia tidak lagi menggunakan gelar sultan, melainkan
"sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang Dipertuan"). Pemerintahan Amangkurat I
kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya,
terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa
Amangkurat bersekutu dengan VOC. Pada tahun 1677, ia wafat di Tegalarum ketika
mengungsi, sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat
II (Sunan Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang
tidak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, keraton dipindahkan
lagi ke Kartasura, sekitar 5 km sebelah barat Pajang karena keraton yang lama
dianggap telah tercemar.
Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (1703-1708),
Pakubuwana I (1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726), Pakubuwana II (1726-
1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC
mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua
raja dan ini menyebabkan perpecahan internal. Amangkurat III memberontak dan
menjadi "king in exile" hingga tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon (sebutan
dunia Internasional dari Sri Lanka).
Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah
pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan
Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Pembagian
wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti (nama diambil dari lokasi
penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, Jawa Tengah). Berakhirlah
Kesultanan Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian
sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa Kesultanan
Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah "ahli waris" dari Kesultanan
Mataram.

Daftar raja-raja kesultanan Mataram[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Daftar raja Jawa §  Kasultanan Mataram
Daftar raja-raja yang berkuasa di Kesultanan Mataram merupakan keturunan dari Ki
Ageng Pamanahan, pendiri Wangsa Mataram.

Awal Na Akhir
Kel
N meme ik meme
Gambar Nama Lahir uarg Catatan
o. rinta tak rinta
a
h hta h

Raden Mas
Danang
Sutawijaya
Hingkan  • 1584 diangkat sebagai
g penguasa baru Mataram
Sinuhun oleh Sultan Hadiwijaya
Kangjen 1601
Wan  • 1587 Memerdekakan Kadip
g (14
15 gsa aten Mataram dari Kesultanan
1 Panemb 1530 1587 tahun
84 Mat Pajang
ahan bertak
aram  • Raja Kesultanan
Senapati hta)
Mataram pertama
hing-  • Anak dari Ki Ageng
Ngalaga Pamanahan
Sayiddin
Panatag
ama

1601 1613 Wan  • Anak dari Panembahan


2 Raden Mas (12 gsa Senapati
Jolang tahun Mat
bertak aram
hta)
Paduka
Hingkan
g
Sinuhun
Kang
Jumenen
g
Sri
Susuhun
an Hadi
Prabu
Hanyakr
awati
Senapati-
hing-
Ngalaga
Sayiddin
Panatag
ama

(Panemb
ahan
Hanyakra
wati)

Raden Mas
Wuryah
Pangeran 1613
Arya (berta Wan
Martapur Kotagede, M khta gsa  • Anak dari Panembahan
3 1613
a ataram, 1605 hanya Mat Hanyakrawati
Adipati satu aram
Martapu hari)
ra
4 Raden Mas Kotagede, M 1613 16 1645 Wan  • Anak dari Panembahan
Jatmika ataram, 1593 13 (32 gsa Hanyakrawati
Raden Mas
tahun Mat  • 1613 naik takhta pada usia
Rangsang
bertak aram 20 tahun menggantikan
hta) adiknya, Adipati Martapura
Paduka (beda ibu) yang menderita
Hingkan tunagrahita
g
Sinuhun
Kang
Jumenen
g
Sri
Susuhun
an
Agung
Hadi
Prabu
Hanyakr
akusuma
Senapati-
hing-
Ngalaga
Sayiddin
Panatag
ama (gelar
1624)

Sri
Sultan
Agung
Hadi
Prabu
Hanyakr
akusuma
Senapati-
hing-
Ngalaga
Abdurra
hman
Sayiddin
Panatag
ama (gelar
1640)

Sultan
Abdulla
h
Muham
mad
Maulana
Matara
m (gelar
1641)

(Panemb
ahan
Hanyakra
kusuma)

5 Raden Mas Kotagede, M 1646 1677 Wan  • Anak dari Sultan Agung


Sayidin ataram (31 gsa
Paduka tahun Mat
Hingkan bertak aram
g hta)
Sinuhun
Kang
Jumenen
g
Sri
Susuhun
an Hadi
Prabu
Hamang
kurat I
Senapati-
hing-
Ngalaga
Sayiddin
Panatag
ama
Pada bulan September 1680 Amangkurat II membangun keraton baru di hutan Wanakarta
karena Keraton Plered telah diduduki Pakubuwana I. Keraton baru tersebut bernama Kartasura

Daftar Pahlawan Nasional Indonesia dari Trah


Mataram[sunting | sunting sumber]

Nama Lahir Wafat Keterangan

Sultan Agung 1591 1645 Sultan Mataram, melakukan perlawanan terhadap VOC

Hamengkubuwana I 1717 1792 Sultan Yogyakarta, melakukan perlawanan terhadap VOC, mendirikan Y

Sultan Yogyakarta, aktivis kemerdekaan, pemimpin militer, dan politisi;


Hamengkubuwana IX 1912 1988
Indonesia kedua

Pangeran Harya Putra Hamengkubuwana III, melangsungkan perang lima tahun melawa


1785 1855
Dipanegara Belanda

Pakubuwana VI 1807 1849 Susuhunan Surakarta, memberontak melawan pasukan kolonial Belanda

Pakubuwana X 1866 1939 Susuhunan Surakarta, mendukung berbagai proyek untuk kepentingan P

Peristiwa Penting[sunting | sunting sumber]


Bagian dari seri artikel mengenai

Sejarah Indonesia

Garis waktu
Prasejarah[tampilkan]

Kerajaan Hindu-Buddha[tampilkan]

Kerajaan Islam[tampilkan]

Kerajaan Kristen[tampilkan]

Kolonialisme Eropa[tampilkan]

Kemunculan Indonesia[tampilkan]

Kemerdekaan[tampilkan]

Menurut topik[tampilkan]

 Portal Indonesia

 l
 b
 s

 1556 - Sultan Hadiwijaya menghadiahkan tanah


Mataram kepada Ki Ageng Pamanahan atas jasanya
mengalahkan Arya Penangsang
 1577 - Ki Ageng Pamanahan membangun istananya
di Keraton Kuthagedhe.
 1584 - Ki Ageng Pamanahan meninggal. Sultan Pajang
mengangkat Sutawijaya, putra Ki Ageng Pamanahan
sebagai penguasa baru di Mataram, yang sebelumnya
sebagai putra angkat Sultan Pajang bergelar "Mas
Ngabehi Loring Pasar" (karena rumahnya di sebelah
utara pasar). Ia mendapat gelar "Senapati in Ngalaga"
(karena masih dianggap sebagai Senapati Utama
Pajang di bawah Sultan Pajang).
 1587 - Pasukan Kesultanan Pajang yang akan
menyerbu Mataram porak-poranda diterjang badai
letusan Gunung Merapi. Sutawijaya dan pasukannya
selamat.
 1588 - Mataram menjadi kerajaan
dengan Sutawijaya sebagai Sultan, bergelar "Senapati
Ingalaga Sayidin Panatagama"
artinya Panglima Perang dan Ulama Pengatur
Kehidupan Beragama.
 1590 - Perang Mataram-Purbaya berakhir dengan
takluknya Purbaya. Mataram juga menaklukkan Madiun,
kemudian menyerbu Jepara namun berhasil dipukul
mundur oleh pasukan Kesultanan Kalinyamat.
 1596 - Belanda untuk pertama kalinya tiba di Jawa.
Mereka mendarat di Banten, namun masih sebatas
berdagang. Benteng Kuta Raja Cirebon dibangun
sebagai simbol persahabatan antara Cirebon dengan
Mataram.
 1599 - Peristiwa Bedhahe Kalinyamat. Mataram
melancarkan invasi besar-besaran terhadap Jepara dan
berhasil menguasainya. Kerajaan Kalinyamat pun
runtuh.
 1600 - Pemberontakan Pati pimpinan Adipati Pragola.
Berhasil ditumpas oleh putra mahkota Mataram, Raden
Mas Jolang.
 1601 - Panembahan Senopati wafat dan digantikan
putranya, Raden Mas Jolang yang
bergelar Panembahan Hanyakrawati.
 1602 - Pemberontakan Demak pimpinan Pangeran
Puger. Perang sipil Mataram-Demak dimulai. Belanda
resmi membentuk VOC, sebuah kongsi dagang
internasional. VOC kemudian mendirikan pos dagang
pertamanya di Gresik dan Jaratan.
 1605 - Pangeran Puger ditangkap dan dibuang ke
Kudus. Demak kembali menjadi bagian dari Mataram.
 1607 - Pemberontakan Ponorogo pimpinan Jayaraga,
adik Hanyakrawati. Berhasil dipadamkan dan Jayaraga
dibuang ke Nusakambangan.
 1610 - Mataram menyerbu Surabaya, namun
mengalami kegagalan.
 1613 - Mataram kembali menyerbu Surabaya, namun
kembali gagal. Pos-pos VOC di Gresik dan Jaratan ikut
terbakar. Sebagai permintaan maaf, Hanyakrawati
mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru
di Jepara.
 1613 - Hanyakrawati kemudian wafat dalam kecelakaan
saat berburu kijang di hutan, kemudian digantikan oleh
putranya Pangeran Arya Martapura. Karena sering
sakit, kemudian digantikan oleh kakaknya Raden Mas
Rangsang. Gelar pertama yang digunakan adalah
Panembahan Hanyakrakusuma atau "Prabu Pandita
Hanyakrakusuma". Setelah Menaklukkan Madura dia
menggunakan gelar "Susuhunan Hanyakrakusuma".
Terakhir setelah 1640-an dia menggunakan gelar
bergelar "Sultan Agung Senapati Ingalaga
Abdurrahman"
 1614 - Mataram
menaklukkan Malang dan Lumajang. VOC mengirim
duta besar pertamanya ke Mataram untuk menjalin
kerja sama namun ditolak oleh Hanyakrakusuma.
 1615 - Patih Mataram, Ki Juru Martani wafat.
Kedudukannya digantikan oleh Tumenggung Singaranu.
Mataram menaklukkan Wirasaba. Surabaya membalas
dengan mengirim pasukan ke Wirasaba.
 1616 - Pasukan Mataram mengalahkan pasukan
Surabaya di desa Siwalan. Mataram kemudian lanjut
menaklukkan Lasem.
 1617 - Pemberontakan Pajang pimpinan Ki
Tambakbaya. Berhasil dipadamkan dan Tambakbaya
melarikan diri ke Surabaya. Mataram
menaklukkan Pasuruan. Cirebon menjadi bawahan
Mataram.
 1618 - Mataram menaklukkan Galuh.
 1619 - VOC menaklukkan kota Jayakarta dan
mengganti namanya menjadi Batavia. Markas VOC
yang semula di Ambon pun dipindah ke Batavia. Jan
Pieterszoon Coen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal
VOC. Pendudukan Belanda di pulau Jawa pun dimulai.
Mataram menaklukkan Tuban.
 1620 - Invasi Mataram ke Surabaya dimulai. Pasukan
Mataram membendung Sungai Mas untuk
menghentikan suplai air. Mataram juga menggempur
dan menaklukkan kerajaan Sumedang Larang.
 1621 - Mataram mulai menjalin hubungan diplomatik
dengan VOC.
 1622 - Mataram menaklukkan kerajaan Sukadana
di Kalimantan Barat.
 1624 - Mataram menaklukkan Madura.
Hanyakrakusuma mendapatkan gelar baru, Sultan
Agung.
 1625 - Surabaya dilanda bencana kelaparan akibat
suplai pangan terputus oleh invasi Mataram.
Jayalengkara akhirnya menyerah dan bersedia
menjadikan Surabaya sebagai bagian dari Mataram.
 1627 - Pemberontakan Pati pimpinan Adipati Pragola,
sepupu Sultan Agung. Berhasil ditumpas.
 1628 - Invasi Mataram ke Batavia dimulai. Pasukan
Mataram berhasil menduduki sebuah benteng VOC,
namun kemudian terpukul mundur akibat kekurangan
perbekalan.
 1629 - Mataram kembali menyerbu Batavia, namun
kembali mengalami kekalahan. Walaupun begitu,
pasukan Mataram berhasil membendung dan
mengotori Sungai Ciliwung yang mengakibatkan wabah
kolera melanda Batavia. Gubernur Jenderal VOC
pertama, JP Coen tewas menjadi korban wabah
tersebut.
 1630 - Sultan Agung mengirim utusan
ke Gresik agar Giri Kedaton bersedia menjadi bawahan
Mataram, namun ditolak oleh Sunan Kawis Guwa,
penguasanya saat itu. Akibatnya, Mataram menyerbu
Giri Kedaton. Pertempuran besar terjadi hingga enam
tahun berikutnya.
 1631 - Pemberontakan Sumedang Larang.
 1632 - Cirebon yang setia pada Mataram berhasil
memadamkan pemberontakan Sumedang Larang.
 1633 - Mataram menyerang Blambangan. Sultan Agung
menciptakan 'Kalender Jawa dan memberlakukannya
pada negerinya.
 1636 - Perang Mataram-Giri Kedaton berakhir. Giri
Kedaton takluk dan dianeksasi oleh Mataram. Di tahun
yang sama, Mataram menundukkan Kesultanan
Palembang di Sumatra Selatan. Mataram akhirnya juga
dapat menaklukkan Blambangan setelah berperang 3
tahun lamanya.
 1641 - Sultan Agung menggubah Serat Nitipraja.
 1645 - Sultan Agung wafat. Sebelumnya, ia
memerintahkan pembangunan Imogiri sebagai pusat
pemakaman keluarga bangsawan kesultanan Mataram.
Raden Mas Sayidin naik takhta menggantikan ayahnya
dan bergelar Hamangkurat I.
 1646 - Mataram kembali menjalin hubungan dengan
VOC.
 1647 - Ibu kota Mataram dipindah ke Keraton Plered.
 1649 - Sultan Cirebon, Panembahan Girilaya diundang
oleh Amangkurat I untuk mengunjungi Mataram.
Sesampainya di sana, ia dan kedua putranya justru
dilarang kembali ke Cirebon dan dipaksa untuk tinggal
di Mataram. Pangeran Wangsakerta diangkat sebagai
wali sultan karena ayahnya tak kunjung kembali.
 1652 - Mataram menyerahkan
wilayah Bekasi kepada VOC. Tawang Alun naik takhta
di Blambangan.
 1659 - VOC menduduki Palembang. Kekuasaan
Mataram di Sumatra pun lenyap. Blambangan bekerja
sama dengan Bali untuk melepaskan diri dari Mataram.
Pertempuran terjadi dan berakhir dengan dikuasainya
ibu kota Blambangan oleh pasukan Mataram. Sang
Prabu Tawang Alun dan pengikutnya mundur ke Bali.
 1661 - Putra mahkota Mataram, Raden Mas Rahmat
melancarkan aksi kudeta setelah terlibat perselisihan
dengan sang ayah, namun mengalami kegagalan.
 1674 - Trunojoyo, seorang bangsawan Madura
memerdekakan wilayah tersebut dari kekuasaan
Mataram.
 1676 - Laskar Madura pimpinan Trunojoyo berturut-turut
menduduki Lasem, Rembang, Demak, Semarang,
dan Pekalongan. Tawang Alun
memerdekakan Blambangan dari jajahan Mataram.
 1677 - Trunojoyo berturut-turut
menduduki Tegal, Cirebon, dan Banyumas, hingga
akhirnya berhasil menguasai dan menjarah ibu kota
Mataram. Amangkurat I pun terpaksa meninggalkan
keraton dan kemudian wafat dalam pelariannya di
Tegalwangi. Raden Mas Rahmat naik takhta sebagai
raja Mataram bergelar Amangkurat II. Ia mengadakan
perjanjian dengan VOC di Jepara untuk mengalahkan
Trunojoyo. Pangeran Wangsakerta mengadakan
seminar sejarah Gotrasawala di Cirebon dengan para
sejarawan dari beberapa negara di Nusantara saat itu.
Cirebon kehilangan wilayah Rangkas Sumedang
(Karawang-Purwakarta-Subang) yang direbut oleh
Belanda.
 1679 - Pemberontakan Trunojoyo berhasil ditumpas
oleh pasukan aliansi VOC-Mataram yang dibantu oleh
armada Bugis pimpinan Arung Palakka. Ibu kota
Mataram berhasil direbut kembali. Namun sebagai
imbalannya, Mataram harus menyerahkan pesisir utara
Jawa kepada VOC. VOC pun mulai terlibat dalam
suksesi pemerintahan di Mataram dan juga
Madura. Sultan Ageng Tirtayasa membagi Cirebon
menjadi dua untuk menghindari perpecahan keluarga,
yaitu keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman.
 1680 - Trunojoyo dihukum mati oleh Amangkurat II.
VOC menyerbu dan menghancurkan Giri Kedaton,
sekutu terakhir yang loyal terhadap Trunojoyo. Ibu kota
Mataram dipindah ke Kartasura.
 1681 - Pakubuwana I diturunkan dari takhta Plered.
 1703 - Amangkurat II wafat. Putra mahkota diangkat
menjadi Susuhunan Amangkurat III.
 1704 - Dengan bantuan VOC Pangeran Puger
ditahtakan sebagai Susuhunan Pakubuwono I. Awal
Perang Takhta I (1704-1708). Susuhunan Amangkurat
III membentuk pemerintahan pengasingan.
 1708 - Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan
dibuang ke Sri Lanka sampai wafatnya pada 1734.
 1719 - Susuhunan Paku Buwono I meninggal dan
digantikan putra mahkota dengan gelar Susuhunan
Hamangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa.
Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).
 1726 - Susuhunan Amangkurat IV meninggal dan
digantikan Putra Mahkota yang bergelar Susuhunan
Paku Buwono II.
 1742 - Ibu kota Kartasura dikuasai pemberontak.
Susuhunan Pakubuwono II berada dalam pengasingan.
 1743 - Dengan bantuan VOC Ibu kota Kartasura
berhasil direbut dari tangan pemberontak dengan
keadaan luluh lantak. Sebuah perjanjian sangat berat
(menggadaikan kedaulatan Mataram kepada VOC
selama belum dapat melunasi hutang biaya perang)
bagi Mataram dibuat oleh Susuhunan Pakubuwono II
sebagai imbalan atas bantuan VOC.
 1745 - Susuhunan Pakubuwana II membangun ibu kota
baru di desa Sala di tepian Bengawan Beton.
 1746 - Susuhunan Pakubuwana II secara resmi
menempati ibu kota baru yang dinamai Surakarta.
Konflik Istana menyebabkan saudara Susuhunan, P.
Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang
Tahta Jawa Ketiga yang berlangsung lebih dari 10
tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram
menjadi dua Kerajaan besar dan satu kerajaan kecil.
 1749 - 11 Desember Susuhunan Paku Buwono II
menandatangani penyerahan kedaulatan Mataram
kepada VOC. Namun secara de facto Mataram baru
dapat ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12
Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi
diproklamirkan sebagai Susuhunan Pakubuwono oleh
para pengikutnya. 15 Desember van Hohendorff
mengumumkan Putra Mahkota sebagai Susuhunan
Pakubuwono III.
 1752 - Mangkubumi berhasil menggerakkan
pemberontakan di provinsi-provinsi Pasisiran (daerah
pantura Jawa) mulai dari Banten sampai Madura.
Perpecahan Mangkubumi-RM Said.
 1754 - Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata
dan perdamaian. 23 September, Nota Kesepahaman
Mangkubumi-Hartingh. 4 November, PB III meratifikasi
nota kesepahaman. Batavia walau keberatan tidak
punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.
 1755 - 13 Februari Puncak perpecahan terjadi, ditandai
dengan Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan
Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan
Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Pangeran
Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan
Yogyakarta dengan gelar "Ingkang Sinuwun Kanjeng
Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga
Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah"
atau lebih populer dengan gelar Sri Sultan
Hamengkubuwono I.
 1757 - Perpecahan kembali melanda
Mataram. Perjanjian Salatiga, perjanjian yang lebih
lanjut membagi wilayah Kesultanan Mataram yang
sudah terpecah, ditandatangani pada 17
Maret 1757 di Kota Salatiga antara Raden Mas Said
(Pangeran Sambernyawa) dengan Sunan Paku Buwono
III, VOC dan Sultan Hamengkubuwono I. Raden Mas
Said diangkat sebagai penguasa atas sebuah
kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas
dari Kesunanan Surakarta dengan gelar "Kanjeng Gusti
Pangeran Adipati Arya Mangku Nagara Senopati Ing
Ayudha".
 1788 - Susuhunan Pakubuwono III mangkat.
 1792 - Sultan Hamengkubuwono I wafat.
 1795 - KGPAA Mangkunegara I meninggal.
 31 Desember 1799 - Voc dibubarkan
 1813 - Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata
Kusuma diangkat sebagai penguasa atas sebuah
kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang terlepas
dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kanjeng
Gusti Pangeran Adipati Paku Alam".
 1830 - Akhir perang Diponegoro. Seluruh
daerah mancanagara Yogyakarta dan Surakarta
dirampas Belanda. 27 September, Perjanjian Klaten
menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan
Yogyakarta dan membagi secara permanen Kerajaan
Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Patih
Dalem Surakarta, dan Danurejo, Patih Dalem
Yogyakarta. Mataram secara de facto dan de yure
dikuasai oleh Hindia Belanda.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


 Kasunanan Kartasura
 Kasunanan Surakarta
 Kasultanan Yogyakarta
 Kadipaten Mangkunagaran
 Kadipaten Pakualaman
 Kesultanan Cirebon

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


 Menelusuri jejak-jejak situs kerajaan Mataram Islam
 Kronologi sejarah Indonesia 1670-1800 di
www.gimonca.com
Ciutkan
Kerajaan di Jawa

Kendan

Galuh

alakanagara

ndraprahasta

arumanagara

unda-Galuh

Kalingga

Kanjuruhan

Medang (Mataram Hindu)

aunggalah

Kahuripan

anggala

Kadiri

ingasari

Galunggung

alaga Manggung

unda

Cirebon 
Kasepuhan

Kanoman

Kacirebonan

Kaprabonan

ajajaran

Blambangan

Wengker

umedang Larang

Demak

Kalinyamat

ajang

Banten

Mataram Islam 
Kartasura

Surakarta

Yogyakarta

Mangkunegaran

Paku Alam

1. ^ a b c Sekretariat Negara Indonesia, Daftar Nama Pahlawan (2).


2. ^ Mirnawati 2012, hlm. 40–41.
3. ^ Mirnawati 2012, hlm. 26–27.
4. ^ Mirnawati 2012, hlm. 197–198.
5. ^ a b Sekretariat Negara Indonesia, Daftar Nama Pahlawan (1).
6. ^ Mirnawati 2012, hlm. 24–25.
7. ^ Mirnawati 2012, hlm. 36–37.
8. ^ The Jakarta Post 2011, Govt Gives.
9. ^ Mirnawati 2012, hlm. 299.
Kategori: 
 Kesultanan Mataram
 Kerajaan Mataram
 Kota Surakarta
 Kerajaan di Yogyakarta
Menu navigasi
 Belum masuk log
 Pembicaraan
 Kontribusi
 Buat akun baru
 Masuk log
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Versi terdahulu
Pencarian
Cari Lanjut

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Artikel pilihan
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang
Komunitas
 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan
Wikipedia
 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir
Bagikan
 Facebook
 Twitter
Perkakas
 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Kutip halaman ini
 Item di Wikidata
 Pranala menurut ID
Cetak/ekspor
 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak
Bahasa lain
 English
 Español
 Русский
 ‫العربية‬
 Jawa
 Bahasa Melayu
 Sunda
 中文
 Português
13 lagi
Sunting interwiki
 Halaman ini terakhir diubah pada 8 April 2020, pukul 07.36.
 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
 Kebijakan privasi

 Tentang Wikipedia

 Penyangkalan

 Pengembang

 Statistik

 Pernyataan kuki

 Tampilan seluler


Anda mungkin juga menyukai