Anda di halaman 1dari 57

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Melalui

Penggunaan Alat Peraga

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

      Oleh

NURLIA WULANDARI

NIM: 14221068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Putra (2016) matematika merupakan ilmu pengetahuan yang

memiliki peranan penting dalam kehidupan karena sebagai dasar logika dan

penyelesaian kualitatif yang digunakan dalam ilmu pengetahuan lainnya. Salah

satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah statistika dan peluang.

Konsep statistika dan peluang dalam kehidupan sehari hari pasti pernah kita

gunakan, baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Tetapi nyatanya di

lapangan saat kita mendapatkan materi ini masih mengalami kesulitan dan hasil

nilai yang kita dapatkan tidak memuaskan. Hal inilah yang menjadi indikator

bahwa masih banyak siswa yang tidak dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM) saat mempelajari matematika.

Menurut Susanto (2015) pemahaman ialah suatu proses yang terdiri dari

kemampuan untuk menerangkan dan menginterprestasikan sesuatu, mampu

memberikan gambaran,contoh dan penjelasan yang lebih luas dan memadai serta

mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif. Sedangkan konsep

ialah sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan atau suatu

pengertian. Dari pengertian diatas sehingga peserta didik dikatakan mempunyai

kemampuan konsep matematika jika dia dapat merumuskan strategi

penyelesaian,menerapkan perhitungan sederhana, menggunakan simbol untuk

mempersentasikan konsep dan mengubah suatu bentuk ke bentuk lain.

Pembelajaran matematika sebagian besar masih menerapkan

pembelajaran yang berpusat pada pendidik yang masih berlaku dan banyak
digunakan oleh guru-guru di sekolah, dimana proses pembelajaran masih

menggunakan pembelajaran konvensional yaitu ekspositori. Menurut Sanjaya

(2010) Ekspositori merupakan pembelajaran yang lebih menekankan pada proses

penyampaian materi secara verbal dari seorang pendidik kepada sekelompok

peserta didik dengan maksud agar peserta didik bisa memahami materi secara

optimal. Ekspositori merupakan pembelajaran yang lebih mementingkan hasil

dibandingkan proses sehingga siswa lebih memilih menghafal dari pada

memahami. Hal ini menyebabkan pemahaman konsep matematika lebih

cenderung bersumber dari hafalan bukan pemahaman.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan proses pembelajaran

yang dapat menambah potensi siswa dalam memahami konsep yang akan

dipelajari siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Salah satunya

dengan ditambahkannya alat peraga atau media belajar. Suatu pembelajaran akan

lebih bermakna dengan menggunakan suatu pendekatan salah satunya

menggunakan pendekatan media. Menurut Sjahrudin,dkk (2016) dengan media ini

diharapkan siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep dalam belajar.

Dengan demikian diharapkan dapat membuat siswa memahami konsep secara

sistematis dengan adanya alat peraga yang mendukung proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Dengan melandasi latar belakang,maka rumusan masalah yang di dapat yaitu

“Bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematis siswa melalui

penggunaan alat peraga ?”


C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui bagaimana kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa melalui penggunaan alat peraga.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Saya sendiri sebagai peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian

ini supaya dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa dan saya juga berharap dengan adanya penelitian ini

dapat membuat siswa tidak takut lagi dengan pelajaran matematika dan

pelajaran matematika dapat digemari oleh siswa.

2. Bagi Siswa

a. Mempermudah siswa dalam memahami konsep matematika secara

baik dan benar.

b. Belajar dengan menggunakan alat peraga ini diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

c. Membantu siswa dalam belajar matematika dengan menyenangkan

sehingga belajar matematika tidak terkesan membosankan.

3. Bagi Guru

a. Memberi pengetahuan terhadap guru mengenai media dan strategi

yang dapat digunakan saat pembelajaran di kelas.

b. Membantu guru untuk mempermudah siswa dalam memahami

konsep matematis dalam pembelajaran matematika.


c. Menjadi motivasi guru dapat menciptakan suasana pembelajaran

yang menyenangkan dan tidak kaku.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemahaman Konsep Matematis

1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematis

Menurut Purwanti,dkk (2016) pemahaman konsep matematis merupakan

hal terpenting dalam pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan tujuan

umum pembelajaran matematika yang disusun oleh pemerintah melalui

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang tertuang dalam

Permendiknas No. 22 Tahun 2006, yaitu :

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep,

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien

dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematik.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,diagram atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam memperlajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menurut Pratiwi (2016) kemampuan untuk memahami konsep-konsep

dalam matematika merupakan hal yang diperlukan dalam belajar matematika.

Memahami dalam pembelajaran matematika umumnya melibatkan tindakan

untuk mengetahui konsep dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan prosedur

dan berhubungan atau menciptakan hubungan yang bermakna antar konsep

yang ada dengan konsep yang baru dipelajari.

Kata “pemahaman” berasal dari kata kerja “paham”, yang berarti

mengerti benar atau tahu yang dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2002). Maka pemahaman merupakan tingkatan lanjut dari ranah

kognitif berupa kemampuan dalam memahami atau mengerti tentang isi suatu

pembelajaran yang hendak dipelajari tanpa mempertimbangkan atau

menghubungkan dengan isi pelajaran lain.

Menurut Daryanto (2012) Umumnya kemampuan ini memerlukakan

penekanan dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik diharuskan

dapat memahami atau mengerti apa yang akan diajarkan, mengetahui apa

yang sedang dibicarakan serta dapat memggunakan isinya tanpa harus

menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Menurut Farida (2015)

pengetahuan hendaknya dipelajari dengan pemahaman dan akan memberikan

pengetahuan dasar dalam membentuk pengetahuan baru sehingga bisa

digunakan dalam memecahkan masalah-masalah baru, setelah terbentuknya

pemahaman dari sebuah konsep, peserta didik dapat memberikan pendapat,

menjelaskan suatu konsep. Kemampuan ini diukur menggunakan penyebaran

berupa soal pilihan ganda maupun uraian.


B.Uno (2011) berpendapat bahwa konsep merupakan symbol berpikir

yang diperoleh dari hasil yang memuat tafsiran terhadap fakta atau realita

serta hubungan antara berbagai faktor. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,

dan pengalaman. Gagne berpendapat bahwa konsep adalah suatu ide abstrak

yang memunginkan untuk mengelompokkan objek ke dalam contoh dan

bukan contoh.

Berdasarkan uraian diatas, konsep merupakan suatu pemikiran seseorang

atau kelompok yang dinyatakan dalam suatu definisi sehingga melahirkan

suatu pengetahuan dan teori. Konsep bisa diperoleh dari fakta, peristiwa,

pengalaman, serta melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Pemahaman

konsep merupakan kemampuan seseorang atau kelompok dalam berpikir

untuk mengetahui hal tertentu yang dinyatakan dalam suatu definisi dan

dilihat dari berbagai segi sehingga produk dari pengetahuan yang meliputi

prinsip, hukum, dan teori terbentuk menjadi suatu symbol berpikir.

Berdasakan beberapa uraian di atas, disimpulkan bahwa pemahaman konsep

matematis merupakan kemampuan seseorang dalam menguasai suatu ide

abstrak dari suatu objek yang terbentuk dengan melihat sifat-sifat yang sama

dari sekumpulan objek.

Seseorang dikatakan memahami suatu konsep matematis bila ia telah

mampu melakukan beberapa hal seperti berikut :

a) Menemukan (kembali) suatu konsep yang sebelumnya belum diketahui

berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui

dan dipahami sebelumnya.


b) Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara dan

kalimatnya sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan

ide atau gagasan konsep tersebut.

c) Mengidentifikasi hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan cara-

cra yang tepat.

d) Memberikan contoh dan bukan contoh atau ilustrasi yang berkaitan

dengan suatu konsep guna memperjelas konsep tersebut.

Pemahaman konsep merupakan salah satu kemampuan yang diharapkan

dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan tujuan

mata pembelajaran matematika di sekolah yaitu agar peserta didik memiliki

kemampuan memahami konsep matematis, menjelaskan keterkaitan antara

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,

efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Bertolak fari pernyataan inilah

perlu kita ketahui manfaat pemahamn konsep bagi siswa.

Ada beberapa manfaat yang didapat dari pemahaman terhadap konsep

bagi siswa, yaitu :

1. Mengurangi beban berat bagi memori karena kemampuan siswa dalam

mengkategorisasikan berbagai stimulasi terbatas atau dengan kata lain

dengan paham terhadap suatu konsep siswa tidak lagi harus hafal

terhadap konsep atau rumus-rumus matematika.

2. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun berpikir, maksudnya

adalah sebuah konsep merupakan dasar pemikiran yang akan

menentukan langkah selanjutnya.

3. Konsep-konsep merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi.


4. Konsep perlu untuk memecahkan masalah. Suatu masalah tidak akan

dapat diatasi apabila konsep-konsep yang diterapkan keliru, sehingga

penting bagi siswa untuk paham dan tepat dalam menerapkan konsep

untuk menyelesaikan suatu masalah matematika.

2. Indikator Pemhaman Konsep Matematis

Untuk mengetahui kempuan siswa dalam memahami konsep matematika

maka perlu diadakan penilaian terhadap pemahaman konsep dalam

pembelajaran matematika. Menurut teori NCTM (National Council of

Teachers of Mathematics) (2000) berikut adalah indikator yang menunjukkan

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa adalah:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa untuk

mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya.

Contohnya : pada saat siswa belajar mka siswa mampua menyatakan

ulang maksud dari pelajaran itu.

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan

konsepnya adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek

menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi.

Contoh : siswa belajar suatu materi dimana siswa dapat

mengelompokkan suatu objek dari materi tersebut sesuai sifat-sifat yang

ada pada konsep.

c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep adalah kemampuan untuk

dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi. Contoh :
siswa dapat mengerti contoh yang benar dari suatu materi dan dapat

mengerti yang mana contoh yang tidak benar.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis adalah

kemampuan siswa mempersentasikan soal dalam bentuk representasi

matematis, seperti dalam tabel, grafik dan piktogram sehingga orang lain

mampu memahami maksud dari soal tersebut. Contoh : pada saat siswa

belajar di kelas, siswa mampu mempersentasikan atau memaparkan suatu

materi secara berurutan.

e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep adalah

kemampuan siswa mengkaji mana syarat perlu dan mana syarat cukup

yang terkait dalam suatu konsep materi. Contoh : siswa dapat memahami

suatu dengan melihat syarat-syarat yang harus diperlukan atau mutlak

dan yang tidak diperlukan harus dihilangkan.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu adalah

kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan

prosedur. Contoh : dalam belajar siswa harus mampu menyelesaikan soal

dengan tepat sesuai dengan langkah-langkah yang benar.

g. Mengklasifikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah adalah

kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosdur dalam

menyelasaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Contoh

: dalam belajar siswa mampu menggunakan suatu konsep untuk

memecahkan suatu masalah.

Penulis mengambil lima indikator dari teori NCTM ini untuk mengetahui

pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematis siswa, yaitu :


a) Menyatakan ulang sebuah konsep.

b) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

c) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

d) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu.

e) Mengklasifikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.

Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan matematika. Dalam

pemahaman konsep, siswa harus mampu untuk menguasai konsep, operasi

dan relasi matematika. Pengukuran kemampuan pemahaman konsep siswa

dapat dilakukan dengan tes tertulis. Soal tes terdiri dari soal-soal yang

mengacu pada indikator pemahaman konsep.

B. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk dari kata

medium yang secara harfiah yang artinya perantara atau pengantar. Media

merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Menurut teknologi dan komunikasi pendidikan (Association of Education and

Comunication technology/ AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk

dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.

Gerlach & Ely, mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar

adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat

siswa mampu memperoleh pengetahuan dan keterampilan atau sikap. Secara

khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan

sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronik untuk menangkap, memproses,

dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Dengan kata lain, media
mrupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi

instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Adapun media pembelajaran ialah media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronik untuk

menagkap memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari atas buku, tape recorder,

kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik,

dan komputer. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi

terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media

pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan

data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan

memadatkan informasi.

Secara umum, media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, di antaranya

adalah sebagai berikut :

1. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

2. Mengamati benda atau peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya

jauh, berbahaya, atau terlarang.

3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau hal-hal yang sukar

diamati secara langsung karena ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil.

4. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung.


5. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara

langsung karena sukar ditangkap.

6. Dapat memudahkan melihat dan mengamati hal-hal yang tidak bisa di

tangkap oleh mata secara cepat.

7. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu objek

secara serempak.

8. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-

masing.

Ada tiga ciri media yang merupakan petunjuk penggunaan media, yaitu:

a. Ciri fiksatif

Ciri ini menggambarkan kemampuan media dalam merekam, menyimpan,

melestarikan, dan mengkontruksi suatu peristiwa atau objek.

b. Ciri manipulasi (manipulatif property)

Ciri manipulatif, yaitu media harus mampu memanipulasi atau mengubah

suatu objek.

c. Ciri distributif (distributive property)

Ciri distributif dari media menggunakan suatu objek atau kejadian

ditransformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan, kejadian tersebut

disajikan kepada sejumlah besar siswa, stimulus pengalaman yang relatif

sama mengenei kejadian itu.


Secara garis besar, media pembelajaran terbagi atas :

1) Media audio merupakan media yang hanya dapat didengar atau yang

memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.

2) Media visual merupakan media yang dapat dilihat dan tidak mengandung

unsur suara, seperti gambar, lukisan, foto dan sebagainya.

3) Media audio visual merupakan media yang mengandung unsur suara dan juga

memiliki unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film, dan

sebagainya.

4) Orang (people) merupakan orang yang menyimpan infomari.

5) Bahan (materials) merupakan suatu format yang digunakan untuk

menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, alat peraga, transparansi,

film, slide, dan sebagainya.

6) Alat (device) merupakan benda-benda yang berbentuk fisik yang sering

disebut dengan eprangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan bahan

pembelajaran, seperti komputer, radio, televisi, VCD/DVD, dan sebagainya

7) Teknik (technic) merupakan cara atau prosedur yang digunakan orang dalam

memberikan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, seperti

ceramah, diskusi, seminar, simulasi, permainan, dan sejenisnya.

8) Latar (setting) merupakan lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun

di luas sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara

khusus disiapkan untuk pembelajaran, seperti ruang kelas, studio,

perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan

sebagainya.
Dalam penelitian ini media yang dibagai adalah media bahan (materials)

yaitu berupa alat peraga yang digunakan untuk membantu menjelaskan materi

urutan operasi bilangan secara benar.

C. Alat Peraga

1. Pengertian Alat Peraga

Ada beberapa pengertian tentang alat peraga pendidikan:

a. Alat Peraga Pendidikan mrupakan suatu alat yang dapat diserap oleh

mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar

mengajar siswa lebih efektif dan efisien.

b. Alat peraga pendidikan merupakan instrumen audio maupun visual yang

digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik

dan membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi.

c. Alat pereaga pendidikan merupakan media pendidikan berperan sebagai

perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga

siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.

d. Alat peraga pendidikan merupakan alat-alat yang dapat dilihat dan

didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif sedangkan

yang dimaksud dengan alat peraga adalah “alat bantu dalam mengajar

lebih efektif”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa alat peraga pendidikan ialah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Pemakaian alat peraga
merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang mendalam dalam

mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu

dirangsang, digunakan dan libatkan melakukan apa yang dipelajari. Menurut

Mokijat “alat peraga yaitu semua benda yang digunakan dalam proses belajar

mengajar atau pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan dalam rangka

mempermudah dan memperjelas dalam penyampaian materi pelajaran atau

pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan”.

Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa alat peraga adalah bagian dari

media pembelajaran dan sebagai alat bantu yang memperjelas penyampaian

konsep seabgai perantara atau visualisasi dalam pembelajaran, sehingga siswa

dapat memahami konsep dengan baik karena menggunakan benda-benda

yang konkret. Alat peraga dalam proses belajar mengajar memegang peranan

penting sebagai alat bantu menciptakan proses belajar yang efektif.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat alat peraga

yang sederhana yaitu dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat agar tahan

lama, bentuk dan warnanya menarik, sederhana dan mudah diolah, ukurannya

seimbang dengan ukuran fisik anak, dapat menyajikan (dalam bentuk rill,

gambar dan diagaram) konsep matematika, sesuai dengan konsep, dapat

menunjukkan konsep matematika dengan jelas, siswa diharapkan bisa aktif

(sendiri atau berkelompok), karena alat peraga dapat dimanipulasikan dan

juga dapat berfaedah ganda atau banyak.


2. Fungsi Alat Peraga

Dalam referensi lain juga disebutkan bahwa alat-alat peraga sebagai alat

pembantu dalam mengajar agar efektif yang dimana dalam garis besarnya

alat peraga mempunya beberapa nilai yaitu proses belajar mengajar

termotivasi, konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan

karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti dan dapat ditanamkan pada

tingkat-tingkat yang lebih rendah, hubungan antara konsep abstrak

matematika dengan benda-benda di alam sekotar akan lebih dapat dipahami

dan konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret.

Selain dari fungsi di atas, penggunaan alat peraga juga dapat kita

dikaitkan dan dihubungkan dengan salah satu atau beberapa dari tujuan yaitu

sebaigai pembentukan konsep, sebagai pemahaman konsep, latihan dan

penguatan, pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru serta

penyimpulannya secara umum, sebagai pemecahan masalah pada umumnya,

termotivasi untuk berfikir, termotivasi untuk berdiskusi dan termotivasi untuk

partsipasi aktif.

Alat peraga juga mempunyai dua jenis yaitu Alat peraga dua dimensi

artinya alat yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan alat

peraga tiga dimensi mempunyai ukuran panjang dan lebar juga ukuran tinggi

dan juga ada alat peraga yang diproyeksikan adalah alat pergaa yang

menggunakan proyeksi sehingga gambar nampak pada layar.

Alat peraga juga mempunyai beberapa karakteristik yang harus di pahami

ialah tahan lama, bentuk dan warna menarik, sederhana dan mudah dikelola,

ukurannya sesuai dengan ukuran fisik anak, tidak mempersulit pemahaman,


sesuai dengan konsep pembelajaran dam dapat memperjelas konsep

pembelajaran.

Alat peraga juga mempunyai beberapa prinsip dalam penggunaannya

yaitu menentukan jenis alat peraga dengan tepat, menetapkan atau

memperhitungkan subyek dengan tepat, menyajikan alat peraga dengan tepat

dan menempatkan atau memperlihatkan alat peragaan pada waktu, tempat,

dan situasi yang tepat.

D. Tinjauan Tentang Materi Ajar

1. Statistika

Banyak sekali manfaat dalam mempelajari statistika terutama dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya untuk mengumpulkan data tentang minat

siswa dan kepadatan penduduk dapat disajikan dalam bentuk tabel dan

diagram sehingga mempermudah bagi pembacanya. Ukuran pemusatan data

dan ukuran penyebaran data juga diperlukan untuk mengetahui keterangan

tertentu yang diperlukan. Ukuran pemusatan untuk menggambarkan

kecenderungan data mengumpul atau terpusat, sedangkan ukuran penyebaran

untuk mengukur keragaman data. Ukuran pemusatan data, yaitu :

a) Mean (rata-rata hitung)

Mean merupakan salah satu ukuran pemusatan data. Mean adalah teknik

penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok

tersebut. Rata-rata (Mean) ini didapat dengan menjumlahkan data seluruh

individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang

ada pada kelompok tersebut. Dengan mengetahui mean kamu dapat


memperkirakan variasi data yang lain. Misalnya kita mempunyai data

X1,X2,X3,....,Xn dengan mean X́ . Mean dapat di rumuskan :

X 1+ X 2+ X 3+ …+ X n
X́ = dengan X́ = mean dan n = banyaknya data.
n

b) Modus

Modus adalah nilai data yang paling sering muncul atau nilai data yang

mempunyai frekuensi terbesar, untuk menentukan nilai modus dari data

tunggal, kita cukup mencari milai data yang frekuensinya paling besar atau

paling sering muncul.

c) Median

Median ialah nilai tengah suatu data yang telah di urutkan. Median

membagi data menjadi dua bagian sama banyak. Cara penentuan median

tergantung pada banyaknya data. Jika banyaknya data ganjil maka mediannya

adalah data yang berada di tengah-tengah setelah data di urutkan. Sedangkan

jika banyaknya data genap maka mediannya adalah rataan hitung dari dua

data yang berada di tengah-tengah. Rumusnya, yaitu :

n+1
 Untuk n banyaknya data ganjil, mediannya adalah data ke-[ ]
2

 Untuk n banyaknya data genap, mediannya adalah [

n n
datake− +data ke−[ + 1]
2 2 ]
2

2. Peluang

a) Kejadian

(1) Pengertian Kejadian


Kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel. Suatu

kejadian yang anggota-anggotanya semua titik sampel disebut

kejadian pasti. Sedangkan suatu kejadian yang tidak mempuanyai

anggota atau himpunan kosong disebut kejadian mustahil.

(2) Kejadian Acak

Kejadian acak ialah kejadian yang tidak bisa ditentukan munculnya

hasil tertentu karena ada kemungkinan munculnya kejadian yang lain.

Kejadian acak biasa terjadi saat kita melempar dadu, uang logam dan

mengambil kertu bridge.

(3) Kejadian Tidak Acak

Adakalanya anggota suatu kejadian merupakan susunan

sekelompok unsur yang diambil dari sejumlah unsur yeng tersedia,

kejadian ini disebut kejadian tidak acak.

b) Peluang Empirik atau Frekuensi Relatif (fr)

Peluang empirik atau frekuensi relatif ialah suatu perbandingan antara

frekuensi kejadian terhadap percobaan yang dilakukan. Rumusnya, ialah :

k
fr(k) = , dengan n = banyaknya percobaan, k = banyaknya kejadian K
n

yang muncul dengan 0 < k < n dan fr = frekuensi relatif.

E. Hubungan Alat Peraga dan Kemampuan Pemahaman Konsep

Dari kajian teori yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa

penggunaan alat peraga pada pembelajaran matematika di SMP sangatlah penting

karena terdapat faktor yang mengharuskan untuk menggunakan alat peraga, faktor
pertama yaitu karakteristik pembelajaran matematika ialah mempunyai kajian

yang abstrak jadi seorang guru harus mengurangi keabstrakan pada pembelajaran

matematika dan yang kedua yaitu karakteristik peserta didik Sekolah Menengah

Pertama terutama pada kelas VIII SMP masih berada pada tahap operasional

konkret oleh karena itu seharusnya pesera didik dihadapkan pada benda yang

nyata atau situasi konkret dan yang ketiga yaitu fungsi alat peraga untuk

membantu menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak, agar peserta

didik mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut supaya bisa

dimanfaatkan sampai ke jenjang lebih tinggi. Dengan melihat, meraba dan

memanipulasi obyek atau alat peraga maka siswa mengalami pengalaman-

pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dari suatu konsep. Oleh karena itu

pemikiran peneliti bahwa pembelajaran yang menggunakan alat peraga, siswa

akan lebih mudah memahami konsep materi yang disampaikan guru sehingga

kemampuan pemhaman konsep matematis peserta didik dapat tercapai secara

maksimal.

F. Penelitian yang Relevan

Berikut ini ada beberapa penelitian yang relevan dan terkait dengan

kemampuan konsep matematis dan kreativitas siswa :

1. Penggunaan Media Alat Peraga Konkrit untuk meningkatkan Pemahaman

Konsep Pecahan dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas III MIN

Kranggan Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran

2013/2014.
2. Nifsu Laila Yazida Fauzia. Implementasi Model Pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS) menggunakan alat peraga untuk meningkatkan hasil

belajar matematika pokok bahasan bangun ruang pada siswa kelas VIII MTs

Negeri Aryojeding tahun pelajaran 2012-2013.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan

penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Moleong (2017),

Penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dan lain-lain. Dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan yaitu jenis data kualitatif

Data yang akan disajikan berupa deskriptif yang mana berupa kata-kata, yaitu

meliputi data tentang kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

melalui penggunaan alat peraga.

2. Sumber Data

Pada penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif memiliki

sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer

Menurut Sugiyono (2015) sumber data primer ialah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dengan kata lain, sumber

data primer ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli. Sumber asli

disini dimaksud sebagai sumber pertama dimana data tersebut diperoleh.

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini ialah guru

mata pelajaran matematika dan siswa kelas VIII yang mengikuti kegiatan

pembelajaran di kelas penelitian.

b. Sumber data sekunder

Menurut Sugiyono (2015) sumber data sekunder ialah sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau lewat dokumen. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini ialah

berupa data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan lain-lain.

C. Subjek Penelitian

Pada metode kualitatif penentuan subjek penelitian dilakukan secara

purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Subjek dalam

penilitian ini ialah siswa kelas VIII SMP.

D. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Tahap persiapan

Langkah-langkah yang digunakan dalam tahap ini adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.

b. Melakukan wawancara terhadap guru matematika.


c. Konsultasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan dan

dosen pembimbing.

d. Menyusun instrumen penelitian

e. Konsultasi kembali dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan

guna menentukan sampel dan jadwal penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa melalui penggunaan alat peraga. Peneliti

juga melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran matematika untuk

memperoleh data mengenai proses pembelajaran dan wawancara terhadap

siswa untuk mengetahui apakah pernah dalam pembelajaran matematika di

sekolah itu menggunakan alat peraga untuk pemahaman konsep matematis

siswa.

3. Tahap penyelesaian

Adapun langkah-langkah dalam tahap penyelesaian ini adalah :

a. Menganalisis data yang diperoleh.

b. Mendeskripsikan hasil pengolahan data.

c. Menyusun laporan penelitian.

E. Definisi Operasional

1. Penjelasan Alat Peraga

Alat peraga pendidikan ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri

siswa. Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan


kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan

seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan libatkan melakukan apa yang

dipelajari. Menurut Mokijat “alat peraga yaitu semua benda yang digunakan

dalam proses belajar mengajar atau pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan

dalam rangka mempermudah dan memperjelas dalam penyampaian materi

pelajaran atau pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan”.

2. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan yang ditunjukan

guru dalam memahami suatu konsep dan melakukan prosedur (algoritma)

secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Adapun Indikator pemahaman konsep

matematis adalah: (a) Menyatakan ulang sebuah konsep, (b) Mengklasifikasi

objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, (c) Memberi

contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, (d) Menyajikan Konsep dalam

berbagai bentuk representasi matematis, (e) Mengembangkan syarat perlu dan

syarat cukup dari suatu konsep, (f) Menggunakan dan memanfaatkan serta

memilih prosedur atau operasi tertentu dan (g) Mengaplikasikan konsep atau

algoritma pada pemecahan masalah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan berupa

dokumentasi, tes tertulis, angket dan wawancara.

a) Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk melihat pelaksanaan penerapan alat peraga

dalam proses pembelajaran. Dokumentasi ini berupa video dan photo yang di

peroleh selama proses kegiatan belajar dan mengajar sedang berlangsung.


Pada data dokumentasi ini ada tiga tahapan yaitu tahap deskripsi, tahap

reduksi dan tahap seleksi.

b) Tes Tertulis

Tes tertulis ini digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan penalaran

siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran.

Tes ini berupa Post Test yang berisi beberapa soal dengan durasi

pengerjaannya selama 30 menit, yang dimana soal ini berhubungan dengan

indikator pemahaman konsep. Selanjutnya soal yang telah di rancang dan

telah di validasi oleh pakar. Kemudian diberikan pada siswa SMP Negeri 55

Palembang. Hasil dari tes siswa dihitung sesuai dengan point-point pada

pedoman penskoran kemampuan pemahaman konsep matematis.

Tabel 1. Pedoman Pemberian Penskoran Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis

Indikator Aspek yang dinilai Skor


Menyatakan ulang Tidak menyatakan ulang maksud dari 0

sebuah konsep. suatu konsep ukuran pemusatan data.


Menyatakan ulang maksud dari suatu 1

konsep ukuran pemusatan data tetapi

salah.
Menyatakan ulang maksud dari suatu 2

konsep ukuran pemusatan data dengan

benar.
Memberi contoh dan Tidak menyebutkan contoh yang benar 0

bukan contoh dari dan contoh yang salah.


Menyebutkan contoh yang benar dan 1
konsep.
contoh yang salah tetapi kurang tepat.
Menyebutkan contoh yang benar dan 2

contoh yang salah dengan tepat.


Menyajikan konsep Tidak memaparkan suatu objek dalam 0

dalam berbagai bentuk tabel dan diagram pada soal.


Memaparkan suatu objek dalam bentuk 1
bentuk representasi
tabel dan diagram pada soal tetapi
matematis.
kurang tepat.
Memaparkan suatu objek dalam bentuk 2

tabel dan diagram pada soal dengan

tepat.
Menggunakan dan Tidak menggunakan prosedur yang 0

memanfaatkan tepat dalam memecahkan

memilih prosedur permasalahan.


Menggunakan prosedur yang tepat 1
atau operasi tertentu.
dalam memecahkan permasalahan

tetapi masih ada yang salah.


Memilih dan menggunakan prosedur 2

yang tepat dalam memecahkan

permasalahan.
Tidak menyelesaikan soal dengn 0

langkah-langkah yang tepat.


Menyelesaikan soal dengn langkah- 1

langkah yang salah.


Menyelesaikan soal dengn langkah- 2

langkah yang tepat.


Mengaplikasikan Tidak menjelaskan kesimpulan dari 0

konsep atau algoritma permasalahan yang ada dengan konsep

dalam pemecahan ukuran pemusatan data.


Menjelaskan kesimpulan dari 1
masalah.
permasalahan yang ada dengan konsep
ukuran pemusatan data tetapi kurang

tepat.
Menjelaskan kesimpulan dari 2

permasalahan yang ada dengan konsep

ukuran pemusatan data dengan benar

dan tepat.

c) Wawancara

Pada tahap ini siswa diberikan pertanyaan untuk memperkuat hasil dari tes

tertulis yang telah diberikan bahwa pembelajaran matematika melalui

penggunaan alat peraga bisa meningkatkan pemahaman konsep matematis

siswa.

Tabel 2. kisi-kisi pedoman wawancara

No Indikator Nomor

. Pernyataan
1. Siswa dapat menjelaskan apa itu median, 1

mean, dan modus.


2. Siswa dapat memberikan contoh dan bukan 2

contoh dari ukuran pemusatan data.


3. Siswa dapat menyajikan data dalam bentuk 3

tabel dan diagram.


4. Siswa dapat menggunakan prosedur yang 4

tepat dalam memecahkan permasalahan.


5. Siswa dapat menjelaskan kesimpulan dari 5

permasalahan yang ada dengan konsep

ukuran pemusatan data.


6. Siswa dapat menjelaskan apa itu peluang 6

empirik.
7. Siswa dapat memberikan contoh dan bukan 7
contoh dari peluang empirik.
8. Siswa dapat menyajikan data dalam bentuk 8

tabel.
9. Siswa dapat menggunakan prosedur yang 9

tepat dalam memecahkan permasalahan.


10 Siswa dapat menjelaskan kesimpulan dari 10

permasalahan yang ada dengan konsep

peluang empirik.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data ialah kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data yang lainnya telah terkumpul. Adapun beberapa

tahapan analisis data pada data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data,

kesimpulan dan triangulasi data. Menurut Moleong (2016) mereduksi data ialah

mengidentifikasi satuan (unit) pada mulanya diidentifikasi adanya bagian terkecil

yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitan dengan fokus dan

masalah penelitian. Penyajian data merupakan kegitan menyajikan data dalam

bentuk tabel, gambar, transkip dan lain lain.

Triangulasi ialah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding hasil dari sumber data yang diperoleh. Selanjutnya

mengkonfirmasikan hasil yang didapat dengan teman sejawat. Triangulasi data

melihat keajekan data. Kemudian kesimpulan (counclussion) ialah langkah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukan akan

dibandingkan dengan fakta yang ada pada saat di lapangan selama penelitian

dilakukan. Penarikan kesimpulan data ini ditinjau dari kesamaan data.


1) Dokumentasi

Reduksi data dokumentasi yaitu berupa memilah-milah video yang sesuai

dengan rencana pembelajaran. Yang dimana peneliti memisahkan video yang

dipilih dan yang tidak dipilih. Selanjutnya setelah video terpilih dilakukan

penyajian data dalam bentuk gambar, tabel dan lain-lain. Langkah terakhir yang

dilakukan yaitu menyimpulkan hasil yang diperoleh dari data dokumentasi yang

berupa video setelah mengtriangulasi data yang ada.

2.) Tes Tertulis

Pada tes tertulis ini dihitung menggunakan rubrik penskoran. Setelah hasilnya

didapatkan data siswa tersebut selanjutnya dikategorikan sesuai dengan kempuan

pemahaman konsep matematis siswa rendah, sedang dan tinggi. Kemudian yang

peneliti lakukan yaitu menyimpulkan hasil data yang diperoleh setelah

mentriangulasi data.

Tabel 3. interprestasi nilai kemampuan pemahaman konsep matematis

No Nilai Kriteria
1 85,00-100 Sangat baik
2 70,00-84,99 Baik
3 55,00-69,99 Cukup
4 40,00-54,99 Rendah
5 0,00-39,99 Sangat Rendah
(Adaptasi Ningsih,2010)

3.) Wawacara

Setelah data wawancara diperoleh maka selanjutnya peneliti mereduksi data

dengan mendengarkan kembali hasil wawancara dengan siswa. Selanjutnya

merangkum, mentranskip dan memfokuskan jawaban siswa dari beberapa

pertanyaan yang sudah ditanyakan dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya serta

mencarinya bila diperlukan. Setelah diketahui dari data wawancara bahwasannya

indikator yang menjadi tolak ukur tercapai dengan baik. Dengan demikian

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa melalui penggunaan alat peraga

dapat menjadi lebih baik lagi dan peserta didik dalam lebih bersemangat dalam

mengikuti pembelajaran matematika.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian yang berjudul “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Melalui Penggunaan Alat Peraga” merupakan suatu penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

melalui penggunaan alat peraga untuk materi statistika menggunakan alat

peraga pantik (papan statistika) dan materi peluang menggunakan alat peraga

putaran peluang. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 13 Maret 2020

sampai dengan 16 Mei 2020. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap

yaitu persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian. Berikut ini tahap-tahap

kegiatan yang telah dilakukan.

Tabel 4. Tahap Kegiatan Penelitian

Prosedur Kegiatan Tanggal Kegiatan Kegiatan


Persiapan 27 Februari 2020 Peneliti Menyiapkan kisi-kisi
soal tes dan pedoman
wawancara yang telah
divalidasi oleh pakar.
13 Maret 2020 Peneliti menghubungi pihak
sekolah yang akan dijadikan
tempat penelitian selanjutnya
peneliti memperoleh izin
untuk melakukan penelitian
dan mengadakan konsultasi
dengan guru mata pelajaran
matematika.
Pelaksanaan 11 Mei 2020 Peneliti mengujicobakan alat
peraga pantik (papan
statistika) pada siswa kelas
VIII SMP melalui
pembelajaran online.
13 Mei 2020 Peneliti mengujicobakan alat
peraga putaran peluang pada
siswa kelas VIII SMP
melalui pembelajaran online.
15 Mei 2020 Peneliti melaksanakan tes
soal statistika pada siswa
kelas VIII SMP melalui
pembelajaran online.
16 Mei 2020 Peneliti melaksanakan tes
soal peluang pada siswa kelas
VIII SMP melalui
pembelajaran online.
18 Mei 2020 Peneliti mengoreksi jawaban
siswa dan menentukan
tingkat kemampuan
matematika siswa.
22 Mei 2020 Peneliti melaksanakan
wawancara terhadap subjek
penelitian yang telah dipilih
sebagai subjek wawancara
23 Mei 2020 Peneliti membuat transkrip
wawancara dan
menyimpulkan hasil
wawancara
Penyelesaian 27 Mei 2020 s/d selesai Peneliti membuat laporan
akhir tentang pemahaman
konsep matematis melalui
penggunaan alat peraga yang
telah dilakukan.

1. Deskripsi Kegiatan Penelitian

a. Deskripsi Persiapan Penelitian


Pada tahap persiapan ini peneliti menggunakan alat peraga yang

telah peneliti kembangkan. Kemudian peneliti menentukan sekolah yang

menjadi tempat penelitian. Peneliti menentukan sekolah yang menjadi

sasaran dalam penelitian dengan memperhatikan alat peraga yang

digunakan. Selanjutnya peneliti menganilisis kurikulum dan materi yang

akan digunakan yang bertujuan untuk mengetahui alat peraga yang dibuat

sesuai dengan kurikulum dan materi. Setelah itu peneliti berdiskusi

dengan guru matematika dan menentukan kelas yang akan digunakan

dalam penelitian. Setelah berdiskusi dengan guru matematika maka

terpilihlah kelas VIII untuk dijadikan subyek penelitian dikarenakan

materi yang sesuai dengan materi kelas VIII.

Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, peneliti melakukan

validasi RPP yang akan digunakan saat penelitian dan soal tes yang akan

digunakan saat penelitian. Peneliti melakukan validasi kepada dua orang

pakar yang terdiri dari dua dosen pendidikan matematikan untuk

memberikan komentar dan saran yang digunakan untuk merevisi.

Adapun validatorny adalah sebagai berikut :

1) Liana Septy, M.Pd yang merupakan Dosen Pendidikan Matematika

di UIN Raden Fatah Palembang.

2) Harisman Nizar, M.Pd yang merupakan Dosen Pendidikan

Matematika di UIN Raden Fatah Palembang.

Adapun proses validasi tersebut dilakukan pada tanggal 27 Februari

2020 – 9 Maret 2020 oleh Liana Septy, M.Pd dosen Pendidikan

Matematika UIN Raden Fatah Palembang secara face to face dan pada
tanggal 6 Maret 2020 – 11 Maret 2020 oleh Harisman, M.Pd dosen

Pendidikan Matematika UIN Raden Fatah Palembang secara face to

face.

Tabel 5. Komentar Validator 1 dan Komentar Validator 2

Jenis Komentar dan saran Komentar dan saran


Instrumen Validator 1 Validator 2
RPP 1) Perbaiki penulisan pada 1) Perhatikan tanda baca
RPP. yang digunakan.
2) Perbaiki penulisan pada
RPP
Soal post test 1) Buatlah kisi-kisi post 1) Perbaiki penulisan
test yang berhubungan pada post test.
dengan pemahaman 2) Sesuaikan kalimat
konsep. anya yang akan
2) Buatlah descriptor dari ditanyakan.
indicator pemahaman 3) Buatlah soal yang
konsep. sesuai dengan fakta
3) Buatlah post test yang yang ada.
sesuai dengan 4) Pada soal nomor 5.
pemahaman konsep. Buatlah kata-kata
4) Gunakanlah bahasa yang yang lebih rumit lagi
tepat untuk menanyakan jadi sedikit membuat
pertanyaan pada soal siswa terkecoh
post test. dengan soal.
5) Sesuaikanlah soal post
test dengan indicator
pemahaman konsep.

Setelah mendapatkan komentar dan saran dari validator, peneliti

memperbaiki RPP, soal post test, dan pedoman wawancara bedasarkan

komentar dan saran validator. Adapun keputusan yang peneliti revisi :

1. Peneliti menambahkan kisi-kisi pada post test yang berhubungan

dengan pemahaman konsep.

2. Peneliti menambahkan deskriptor yang berhubungan dengan

pemahaman konsep.
3. Peneliti membuat post test yang sesuai dengan saran validator.

4. Peneliti membuat soal sesuai dengan fakta yang ada sesuai saran

validator.

5. Peneliti merevisi bahasa yang tepat digunakan pada pertanyaan

post test sesuai saran validator.

6. Peneliti merevisi soal post test sesuai indicator pemahaman konsep.

7. Peneliti memperbaiki tanda baca penulisan pada RPP dan post test

sesuai saran validator

8. Peneliti memperbaiki kata-kata pada soal nomor 5 sesuai komentar

validator.

b) Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan 4 kali

pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 11 Mei 2020

yaitu materi yang diajarkan adalah mean, modus dan median dengan

menggunakan alat peraga PANTIK (Papan Statistika). Pertemuan kedua

dilakukan pada tanggal 13 Mei 2020 yaitu materi tentang peluang dengan

menggunakan alat peraga putaran peluang. Selanjutnya pertemuan ketiga

tes soal statistika pada tanggal 15 Mei 2010 dan pertemuan keempat tes

soal peluang pada tanggal 16 Mei 2020.

Dikarenakan kendala akibat wabah corona dan sekolah diliburkan

sejak bulan Maret maka dari itu penelitian ini ditunda sementara,

kemudian peneliti berdiskusi dengan dosen pembimbing agar

pelaksanaan penelitian ini bisa berjalan maka dilakukanlah kegiatan


pembelajaran online dengan menggunakan aplikasi whatsapp untuk

membuat grup yang di dalamnya terdapat 20 siswa kelas VIII. Peneliti

memfungsikan grup tersebut untuk mengirimkan video pembelajaran

sebelum kegiatan berlajar berlangsung dan digunakan saat kegiatan

pembelajaran melalui video call whatsapp.

Sebelum pembelajaran berlangsung guru membagikan siswa ke

dalam 4 kelompok yang masing-masing anggota kelompok berjumlah 5

orang. Dikarenakan pembelajaran melalui video call whatsapp yang tidak

memungkinkan 20 orang bisa ditelpon secara bersamaan dan agar guru

lebih memantau siswa saat diskusi kelompok maka guru menelpon siswa

sesuai dengan kelompoknya masing-masing secara bergantian selama 30

menit.

Pada pertemuan pertama kegiatan proses belajar dilaksanakan

melalui video call whatsapp sebelumnya peneliti telah mengirimkan

video pembelajaran menggunakan alat peraga yang akan digunakan saat

pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran peneliti mengajar seperti

biasa yaitu membuka pelajaran, dilanjutkan dengan apersepsi, tujuan

pembelajaran dan memulai kegiatan inti sesuai pada RPP. Setiap masing-

masing kelompok memperhatikan guru menjelaskan materi

menggunakan alat peraga pantik. Kemudian guru memberikan sebuah

permasalahan dan menanyakan kepada siswa terkait permasalahan yang

dipaparkan. Siswa menyimak dan menanggapi apa yang dipaparkan guru

melalui video call whatsapp kemudian siswa mengerjakan lembar kerja

siswa yang telah peneliti kirim melalui grup whatsapp kelas VIII.
Setelah itu guru meminta siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-

masing yang terlihat oleh guru melalui video call whatsapp dan guru

memfasilitasi jika ada yang ditanyakan atau tidak dimengerti oleh siswa.

Selanjutnya kegiatan tanya jawab antaraguru dan siswa melalui video

call whatsapp. Kemudian guru meminta siswa mengerjakan soal yang

telah diberikan guru, setelah siswa mengerjakan soal, guru meminta

untuk siswa memfoto hasil jawaban mereka dan guru akan

mengklarifikasi terhadap hasil kerja siswa.

Gambar 1. Guru mengirimkan video pembelajaran Materi statistika

kepada siswa melalui grup whatsapp

Pertemuan kedua membahas tentang peluang, seperti pertemuan

sebelumnya bahwa proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok

dengan menggunakan video call whatsapp. Tujuan pembelajaran ini


siswa mampu apa itu peluang empirik atau frekuensi relatif dan siswa

mampu menentukan nilai peluang empirik atau frekuensi relatif. Tidak

jauh berbeda dari pembelajaran sebelumnya melalui video call whatsapp.

Saat pembelajaran berlangsung guru menyampaikan materi dan

memaparkan sebuah permasalahan dan menanyakan kepada siswa terkait

permasalahan yang dipaparkan. Siswa menyimak dan menanggapi apa

yang dipaparkan guru melalui video call whatsapp kemudian siswa

mengerjakan lembar kerja siswa yang telah peneliti kirim melalui grup

whatsapp kelas VIII. Pada awal pembelajaran guru menjelaskan materi

yaitu peluang empiric atau frekuensi relative. kemudian guru

mengarahkan siswa untuk menggunakan alat peraga putaran peluang,

selanjutnya siswa belajar mandiri dengan bantuan alat peraga untuk

menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Setelah itu siswa

berdiskusi dengan kelompoknya dan guru memfasilitasi jika ada yang

ditanyakan dan tidak dimengerti oleh siswa. Selama proses pembelajaran

siswa diberikan pertanyaan yang memacu siswa dalam menjawab soal.

Kemudian soal yang yang telah siswa kerjakan tadi, guru meminta untuk

siswa mmemfoto hasil jawaban, kemudian siswa memaparkan hasil

diskusi kelompoknya sekaligus diskusi kelas. Saat diskusi ini siswa

ditanya mengenai jawaban yang sama dan jawaban yang berbeda.

Kemudian guru akan mengklarifikasi terhadap hasil kerja siswa.


Gambar 2. Saat Guru video call whatsapp bersama siswa.

Gambar 3. Guru mengirimkan video pembelajaran materi peluang

kepada siswa melalui grup whatsapp


Pertemuan ketiga siswa diberikan soal tes pemahaman konsep

matematis siswa dengan waktu pengerjaan soal 30 menit materi

statistika. Dilaksanakan di video call melalui aplikasi zoom tetapi tidak

dalam berkelompok. Dilaksanakan masing-masing dirumah dan soalnya

dikirim melalui grup whatsapp yang diikuti 20 orang siswa di kelas VIII.

Pertemuan keempat siswa diberikan soal tes pemahaman konsep

matematis siswa dengan waktu pengerjaan soal 30 menit materi peluang.

Dilaksanakan di video call melalui aplikasi zoom tetapi tidak dalam

berkelompok dan dilaksanakan masing-masing dirumah namun soalnya

dikirim melalui grup whatsapp yang diikuti 20 orang siswa di kelas VIII.

Gambar 3. Siswa mengerjakan soal tes di rumah masing-masing

2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Data Keterlaksanaan Penelitian Alat Peraga

Data keterlaksanaan penelitian alat peraga ini digunakan untuk

melihat penerapan proses pembelajaran menggunakan alat peraga


PANTIK (Papan Statistika) dan Putaran peluang. Data yang digunakan

keterlaksanaan penelitian alat peraga ini yaitu data dokumentasi dan

wawancara.

Pada pertemuan pertama, siswa dijelaskan apa itu median, mean

dan modus. Kemudian siswa menyelesaikan permasalahan yang

diberikan dengan menggunkan alat peraga PANTIK. Siswa melalui

pemahamannya mengerjakan soal tersebut kemudia berdiskusi dengan

kelompoknya masing-masing. Guru juga memancing pertanyaan untuk

mengetahui cara siswa bepikir. Selanjutnya salah satu dari masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Ada yang terlihat

aktif dalam diskusi dan ada yang terlihat seperti kebingungan. Saat guru

menanyakan apakah ada jawaban yang berbeda, nampaknya tidak ada

siswa yang menjawab. Di akhir pembelajaran siswa dapat menyimpulkan

terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan alat peraga

PANTIK.

Pada pertemuan kedua yaitu sama seperti pertemuan sebelumnya

hanya saja dengan materi yang berbeda dan alat peraga yang berbeda.

Pada pertemuan kedua ini alat peraga yang digunakan adalah putaran

peluang dan materi yang diajarkan yaitu peluang. Selanjutnya guru

memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran dan guru

memberikan permasalahan. Kemudian dengan strategi kelompoknya

masing-masing mereka menyelesaikan permasalahan yang diberikan

dengan menggunakan alat peraga putaran peluang. Siswa berdiskusi

bersama teman kelompoknya dan kemudian perwakilan dari kelompok


memjelaskan hasil diskusinya pada teman-teman. Setelah itu, siswa

memberikan kesimpulan pemahaman siswa terhadap materi.

Pada pertemuan ketiga yaitu siswa mengerjakan test soal statistika

yang diberikan guru dengan waktu 30 menit dan guru memantau siswa

mengerjakannya melalui aplikasi zoom dan untuk hasil akhirnya guru

meminta hasil jawaban siswa dengan cara difoto dan dikirimkan ke grup

whatsapp. Selanjutnya pertemuan keempat sama seperti pertemua ketiga

yaitu siswa mengerjakan test soal peluang yang diberikan guru dengan

waktu 30 menit dan guru memantau siswa mengerjakannya melalui

aplikasi zoom dan untuk hasil akhirnya guru meminta hasil jawaban

siswa dengan cara difoto dan dikirimkan ke grup whatsapp.

Dilihat dari data dokumentasi, bedasarkan foto-foto dan video saat

penelitian dilakukan masing-masing kelompok sudah baik dalam

berdiskusi, aktivitas-aktivitas kelompok terlihat, presentasi hasil diskusi

siswa sudah baik. Dari ini juga terlihat siswa bersungguh-sungguh dalam

kegiatan pembelajaran walaupun pembelajaran melalu video call

whatsapp. Terdapat juga siswa yang tidak aktif dan kebingungan saat

pembelajaran dilihat dari suara video call whatsapp mereka.

b) Data Kemampuan Pemahaman Konsep

1) Tes Tertulis

Tes tertulis ini menggunakan soal tes pemahaman konsep

yaitu sebanyak 5 soal tes statistika dan 5 soal tes peluang. Yang

meliputi 5 indikator pemahaman konsep matematis siswa.


Tabel 6. Hasil Pemahaman Konsep Matematis

No
Nilai Kriteria
.
1. 85,00 – 100 Sangat Baik
2. 70,00 – 84,99 Baik
3. 55,00 – 69,99 Cukup
4. 40,00 – 54,99 Rendah
5. 0,00 – 39,99 Sangat Rendah
(Adaptasi Ningsih, 2010)

Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan pada soal tes

statistika bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

diperoleh, sebanyak 5 orang siswa memiliki kemampuan

pemahaman konsep cukup, sebanyak 7 orang siswa berkemampuan

baik, sebanyak 8 orang siswa berkemampuan sangat baik.

Selanjutnya pada soal tes peluang yang dilakukan terlihat

bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa diperoleh ,

sebanyak 4 orang siswa memiliki kemampuan pemahaman konsep

cukup, sebanyak 9 orang siswa berkemampuan baik, dan sebanyak 7

orang siswa berkemampuan sangat baik.

Bedasarkan soal tes statistika yang diberikan pada soal nomor

1 siswa dapat menentukan pengertian mean, median dan modus .

tampaknya semua siswa mampu menjawab soal nomor 1 ini. Pada

soal nomor 2 siswa dapat menggolongkan pemusatan data yang

termasuk modus, mean, median. Pada soal nomor 3 ada beberapa

siswa mampu membuat tabel frekuensi, membuat diagram batang,

dan membuat diagram garis. Pada soal nomor 4 siswa dapat


mengelompokkan data yang paling banyak. Kemudian pada soal

nomor 5 mengenai menentukan umur anak tertua dalam keluarga

Pak abu hanya sedikit siswa yang mampu menjawab soal ini .

Bedasarkan soal tes peluang yang diberikan pada soal nomor

1 siswa dapat menentukan pengertian peluang empirik . Pada soal

nomor 2 siswa dapat membedakan peluang empiric dan bukan

peluang empirik. Mayoritas semua siswa bisa membedakan peluang

empiric dan yang bukan peluang empiric. Pada soal nomor 3 siswa

mampu membuat tabel peluang mata dadu . Pada soal nomor 4 siswa

dapat menentukan jawaban terambilnya telur seacara acak.

Kemudian pada soal nomor 5 ada beberapa siswa mampu

menentukan peluang terambilnya keleng putih secara acak pada dua

kantong.

Tabel 7. Analisis Hasil Tes Soal

No Kriteria Tes Soal Kriteria Tes Soal


Nama
. Statistik Peluang
1. AW Sangat Baik Sangat Baik
2. AK Sangat Baik Baik
3. AF Baik Sangat Baik
4. AK Sangat Baik Baik
5. DD Sangat Baik Sangat Baik
6. GD Baik Sangat Baik
7. MN Baik Baik
8. MS Baik Cukup
9. MC Cukup Baik
10. MF Sangat Baik Baik
11. NP Baik Baik
12. PP Sangat Baik Sangat Baik
13. RR Cukup Cukup
14. RM Cukup Baik
15. SZ Baik Sangat Baik
16. KA Sangat Baik Sangat Baik
17. WN Sangat Baik Baik
18. WD Baik Baik
19. ZZ Cukup Cukup
20. ZG Cukup Cukup

Bedasarkan Tabel 7 di atas, dari tes soal statistika yang

diberikan terlihat bahwa 40% siswa memiliki pemahaman konsep

sangat baik, 35% siswa memiliki pemahaman konsep baik dan 25%

siswa memiliki pemahaman konsep cukup. Selanjutnya dari tes soal

peluang yang diberikan terlihat bahwa 35% siswa memiliki

pemahaman konsep sangat baik, 45% siswa memiliki pemahaman

konsep baik dan 20% siswa memiliki pemahaman konsep cukup.

1) Wawancara

Peneliti telah melakukan wawancara kepada siswa yang

berkemampuan matematis sangat baik,baik, rendah. Berikut ini hasil

penjelasan jawaban siswa yang telah di wawancarai :

a. Siswa yang memiliki kemampuan konsep matematis kategori

sangat baik yaitu AK . berikut ini hasil wawancaranya :

Wawancara dengan AK :

“Pada soal statistika nomor 3 AK mampu untuk menyajikan

tabel, diagram batang, dan diagram garis. Pada soal nomor 5

juga AK mampu menjawab dengan baik walaupun ada

kesalahan sedikit tetapi tidak masalah dengan jawabannya.


Pada soal peluang nomor 5 AK mampu menjawab peluang

secara acak terpilihnya kelereng dan dapat menjelaskan

kesimpulan dari permasalahan yang ada dengan konsep.

b. Siswa yang memiliki kemampuan konsep matematis kategori

baik yaitu AF dan MS . berikut ini hasil wawancaranya :

Wawancara dengan AF :

“Pada soal staistika nomor 3 AF belum dapat mengembangkan

dari data tabel ke diagram batang. Sehingga AF tidak

memberikan jawaban sampai akhir. Untuk soal peluang nomor 4

AF belum dapat menggunakan prosedur yang tepat dalam

memecahkan masalah.

Wawancara dengan MS :

“Pada soal statistika nomor 4 terlihat MS masih bingung

mencari data kelompok yang paling banyak nampaknyaMS

masih belum dapat menggunakan prosedur yang tepat dalam

memecahkan masalah. Dan pada soal peluang nomor 5 MS

masih kurang teliti untuk menjawab soal dengan benar.

c. Siswa yang memiliki kemampuan konsep matematis kategori

cukup yaitu NP dan MC. Berikut ini hasil wawancaranya :

Wawancara dengan NP :

“Pada soal staistika nomor 1 terlihat semua sisa bisa

menentukan median,mean dan modus. Hanya saja pada soal


nomor 5 NP ini tidak sampai selesai menjawabnya. Dan juga

pada soal peluang nomor 3 NP ini hanya menjawab tabel

peluangnya saja tidak sampai akhir menjawabnya.

Wawancara dengan MC :

“Pada soal statistika nomor 2 terlihat siswa mampu menentukan

median, modus dan mean. Pada soal nomor 3 siswa mampu

untuk membuat tabel dan diagram hanya saja MC masih kurang

teliti menjawabnya.

Dari hasil tes siswa dan wawancara yang dilakukan bahwa

ada beberapa indikator kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa yang sulit dipahami antara lain kemampuan menggunakan dan

memanfaatkan prosedur atau operasi tertentu dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

B. Pembahasan

Penerapan alat peraga untuk siswa kelas VIII terdiri dari 4 pertemuan. Alat

peraga yang digunakan adalah PANTIK (Papan Statistik) dan putaran peluang.

Dalam pelaksanaan penelitian menggunakan alat peraga ini ada beberapa kendala

yang terjadi sehingga pertemuan tidak tatap muka langsung tetapi melalui video

call whatsapp, siswa juga masih beradaptasi dengan alat peraga yang digunakan

dan juga siswa masih beradaptasi dengan penggunaan cara baru dalam
pembelajaran melalui online. Siswa juga baru kali ini belajar melalui online dan

mendapatkan pengalaman langsung belajar online dari penelitian ini.

Menurut Hamalik (2010:53) dengan penggunaan metode dan alat peraga

yang tepat dalam proses pembelajaran maka diharapkan segala bentuk hambatan

dapat diatasi, karena komponen tersebut mempunyai nilai dan fungsi untuk

memberikan pengalaman yang nyata, memperbesar perhatian siswa, mengurangi

verbalisme serta membantu tumbuhnya pengertian. Maka dari itu alat peraga

dalam pembelajaran dapat membantu siswa dalam mewujudkan konsep-konsep

abstrak dalam pikirannya menjadi lebih konkret yang tentunya akan memudahkan

siswa untuk memahaminya.

Menurut Herdian (2010:7) indikator dari kemampuan pemahaman

matematika itu yaitu siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan atau

menerapkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru, yaitu berupa

ide, teori atau petunjuk teknis. Bedasarkan teori Herdian dapat dilihat bahwa

siswa mampu menggunakan atau menerapkan alat peraga PANTIK (papan

statistic) dan putaran peluang dalam menyelesaikan soal, siswa juga sudah mampu

menggunakan teori dan teknik dari alat peraga tersebut, sehingga siswa mampu

menyelesaikan soal dengan baik.

Pada penelitian ini kemampuan pemahaman konsep matematis materi

statistika menggunakan alat peraga PANTIK (papan statistik) adalah sangat baik ,

sehingga diperoleh hasil kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

sebanyak 8 orang berkemampuan sangat baik, 7 orang berkemampuan baik dan 5

orang berkemampuan cukup. Selanjutnya kemampuan pemahaman konsep

matematis materi peluang dengan menggunakan alat peraga putaran peluang


adalah baik. Sehingga diperoleh kemampuan matematis siswa sebanyak 6 orang

berkemampuan sangat baik, 9 orang berkemampuan baik dan 5 orang

berkemampuan cukup.

Terlihat juga bahwa dari soal tes statistika yang diberikan terlihat bahwa 40%

siswa memiliki pemahaman konsep sangat baik, 35% siswa memiliki pemahaman

konsep baik dan 25% siswa memiliki pemahaman konsep cukup. Selanjutnya dari

soal tes peluang yang diberikan terlihat bahwa 35% siswa memiliki pemahaman

konsep sangat baik, 45% siswa memiliki pemahaman konsep baik dan 20% siswa

memiliki pemahaman konsep cukup.

Adapun dari indikator masing-masing soal diperoleh hasil adalah pada soal

statistic soal nomor 1 tergolong indicator rendah, pada soal nomor 2, soal nomor

3, soal nomor 4 tergolong indicator sedang, dan pada soal nomor 5 tergolong

indicator tinggi. Selanjutnya peluang soal nomor 1 tergolong indicator rendah,

pada soal nomor 2, soal nomor 3 tergolong indicator sedang, dan pada soal nomor

4, soal nomor 5 tergolong indicator tinggi. Maka dari itu terlihat indicator paling

tinggi yaitu kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam

pemecahan masalah. sedangkan indicator terendah yaitu menyatakan ulang sebuah

konsep.

Terlihat dari tes yang telah dilaksanakan pada soal statistika dan peluang

nomor 5 ada beberapa siswa yang keliru menjawab soal dengan benar sehingga

siswa tidak menyimpulkan jawaban sampai akhir, ini disebabkan proses

pembelajaran dilakukan secara online yang menjadi pengalaman pertama bagi


siswa dan guru, jadi siswa sulit untuk memahami dan tidak fokus saat

pembelajaran.

Maka dari itu peneliti menemukan kelemahan dari proses pembelajaran

secara online, banyak faktor yang mempengaruhi penelitian ini tidak sesuai

dengan harapan peneliti yaitu terkadang saat pembelajaran berlangsung ada saja

jaringan yang kurang baik dan terlihat adanya komunikasi yang kurang lancar

dan juga terlihat siswa kebingungan sehingga menjadi kurang efektif saat video

call. Namun diharapkan untuk peneliti selanjutnya pembelajaran secara online ini

agar lebih efektif dilakukan saran untuk peneliti selanjutnya pembelajaran secara

online ini jangan terlalu banyak anggota dalam setiap kelompok diusahakan dalam

satu kelompok beranggota kurang dari 5 orang dan waktu saat video call yang

digunakan agar lebih ditambah lagi.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan hasil

penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

hasil kemampuan pemahaman konsep matematis siswa menggunakan alat

peraga PANTIK (papan statistic) pada siswa kelas VIII yaitu sebanyak 8 orang

berkemampuan sangat baik, 7 orang berkemampuan baik dan 5 orang


berkemampuan cukup. Selanjutnya hasil kemampuan pemahaman konsep

matematis dengan menggunakan alat peraga putaran peluang sebanyak 7 orang

berkemampuan sangat baik, 9 orang berkemampuan baik dan 4 orang

berkemampuan cukup.

A. Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi Guru

Diharapkan dapat lebih aktif menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran, karena dengan alat peraga kemampuan pemahaman

matematika siswa dalam menyelesaikan soal jadi lebih baik dan siswa juga

lebih antusias dalam belajar matematika.

2. Peneliti lain

Dapat melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan alat peraga yang

berbeda mencakup aspek pemahaman konsep dan mengaplikasikannya

pada materi pembelajaran matematika yang berbeda. Dan jika dilakukan

pembelajaran secara online agar pembelajaran lebih efektif siswa dibagikan

dalam kelompok kurang dari 5 orang.


DAFTAR PUSTAKA

Amin, Mutmainnah.”Pengaruh Mind Map dan Gaya Belajar Terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa”. Tadris : Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah

1, no.1, 2016.

Arikunto, S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta, 2014.
Armianti Armianti dkk., Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa

Menggunakan Pembelajaran Matematika GASING (Gampang, ASyIk,

dan menyenaNGkan). Jurnal Elemen 2, no.1, 2016.

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2013.

Bahri,Syaiful dan Aswan zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

2010.

B Uno,Hamzah. Model Pembelajaran Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan

Efektif, ke-8 .Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto. Media Pembelajaran Manual dan Digital.

Bogor: Ghalia Indonesia, 2013.

Daryanto. Evaluasi Pendidikan . Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai

Pustaka, 2002.

Dudeja Ved, V. Madhavi. Jelajah Matematika 2 SMP Kelas VIII. Edisi Kedua.

Jakarta : Yudhistira, 2017.

Farida Farida, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Heuristic Vee Terhadap

Kemampuan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematis Peserta

Didik Kelas VIII MTS Guppiibabatan Lampung Selatan Tahun

Pelajaran”. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika 6, no.2, 2015.

Hamalik.

Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia, 2011.

Hariyanto Suyuno. Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, (2015)
Herdian. Mengajar Dengan Metode Kecerdasan Majemuk. Bandung : Nuansa,

2010.

Hidatullah,Agus. Al-Qur’an dan Terjemahan Per Kata. (Bandung : Cipta Bagus

Segara, 2013.

Kustandi,Cecep, dan Bambang Sutjipto. Media Pembelajaran Manual dan

Digital. Bogor : Ghalia Indonesia, 2013.

Lusiana, “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan

Pendekatan Matematika Realistik di SD”. Artikel Penelitian, 2013.

https://media.neliti.com/media/publications/217010-meningkatkan-

aktivitas-dan-hasil-belajar.pdf. Diakses pada 17 september 2019.

Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010.

Moekijat. Kamus Pendidikan dan Penelitian. Bandung : Mandar Maju, 1993.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja, 2016.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya. Ratumanan, T, G. (2015). Inovasi Pembelajaran.

Yogyakarta: Ombak (Anggota IKPI), 2017.

Mulyati. Pengantar Psikologi Belajar. Yogyakarta : Quality Publishing, 2007.

Mutmainnah Amin, “Pengaruh Mind Map dan Gaya Belajar terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa”, Tadris: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah

1, no.1, 2016.

Relawati dan Nurasni Nurasni. “Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Melalui Pembelajaran CORE dan Pembelajaran Langsung

Pada Siswa SMP”. MENDIDIK: Jurnal Kajian Pendidikan dan

Pengajaran 2, no.2, 2016.


Rohana, Yusuf Hartono, dan Purwoko Purwoko, “Penggunaan Peta Konsep

dalam Pembelajaran Statistika Dasar di Program Studi Pendidikan

Matematika FKIP Universitas PGRI Palembang”. Jurnal Pendidikan

Matematika 3, no.2, 2009.

Sanjaya,Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Kencana, 2010.

Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar. Bandung : Sinar Baru, 2010.

Siti mawaddah, Ratih Maryanti, “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa SMP Dalam Pembelajaran Menggunkan Model Penemuan

Terbimbing (Discovery Learning)”. Jurnal Pendidikan Matematika,

Volume 4,Nomor1, April 2016.

Sjahrudin,Rashar, Tri Achmad Budi Susilo dan Jalan Jenggala Kotak Pos.

“Peningkatan Prestasi Belajar SMP Kelas VII Dengan menggunakan

Media Ubin Aljabar (Improving Students Learning Achiement Of

Mathematics In SMP Grade VIII By Using Algebra Tiles)”, 2016.

Soetomo. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha Nasional,

2009.

Sugandi,dkk. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP PRESS 2010.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta, 2015.

Suhenda. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jakarta :

Universitas Terbuka, 2007.

Suyono,Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2015.
Wardhani, Sri. Permasalahan Kontekstual Mengenalkan Bentuk Aljabar di SMP.

Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat

Pengembangan dan Penataran Guru Matematika, 2004.

Anda mungkin juga menyukai