Anda di halaman 1dari 29

Pertemuan 2

Pengisian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau


26 untuk Pegawai Tetap yang Bekerja
selama Satu Tahun Pajak
Hallo Stanners,
Kami ucapkan selamat ya, karena Stanners telah berhasil menyelesaikan
pembelajaran pada Pertemuan 1 dan bisa melanjutkan ke Pertemuan 2. Pada
pertemuan 2 s.d. 4, Stanners akan mempelajari mengenai pengisian SPT Masa
PPh Pasal 21 dan/atau 26 untuk bagian pemotongan pajak yang bersifat tidak
final, atas penghasilan yang diterima oleh Pegawai Tetap dan penerima
pensiun berkala. Untuk pegawai tetap, pembahasan akan dipecah-pecah
menjadi:
1. Pertemuan 2, mendiskusikan mengenai pegawai tetap yang memperoleh
penghasilan teratur dan penghasilan tidak teratur yang bekerja selama
satu tahun pajak.
2. Pertemuan 3,mendiskusikan pegawai tetap yang mulai/berhenti bekerja
pada bagian tahun pajak, , yang perhitungannya disetahunkan.
3. Pertemuan 4, mendiskuaikan pegawai tetap yang mulai/berhenti bekerja
pada bagian tahun pajak yang perhitungannya tidak disetahunkan.
Jadi untuk pertemuan 2 ini, Stanners diajak mengingat kembali dan
melakukan overviu atas materi Pajak Penghasilan Pemotongan dan
Pemungutan, mengenai penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap.
Selanjutnya, Stanners akan diajak membuat bukti potong formulir 1721-A1
dan mengisikannya pada SPT Masa PPh Pasal 21/26 untuk bagian pegawai
tetap.
Harapan Kami, setelah Stanners mempelajari materi pertemuan 2 ini,
Stanners mampu untuk:
1. Menghitung PPh 21 atas penghasilan yang diterima pegawai tetap.
Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia
2. Membuat formulir 1721-A1 untuk pegawai tetap pada akhir tahun.
3. Mengisi formulir SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau 26 bagian pegawai
tetap (Formulir 1721-I) dan induk SPT.

A. PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK


PEGAWAI TETAP

1. Kuy, kita ingat kembali para penerima penghasilan itu.


Stanners, di mata kuliah Pajak Penghasilan Pemotongan-Pemungutan
Semester lalu, Stanners sudah mempelajari bermacam-macam penerima
penghasilan, yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21. Pemotongan PPh
Pasal 21 tersebut, ada yang bersifat Final, dan ada juga yang bersifat tidak
Final. Untuk pemotongan PPh yang bersifat tidak final, Stanners harus paham
mengenai kelompok penerima penghasilan dan mekanisme penghitungannya.
Gambaran secara umum mengenai pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final,
dapat Stanners sebagai berikut.

Bagan Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang sifatnya


Tidak Final (Sumber: Sosialisasi PER-16/PJ/2016, DJP, 2016)
Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia
Sedangkan untuk penerima penghasilan yang dikenakan pemotongan
PPh Pasal 21 yang bersifat final, Stanners perlu melihat dari jenis
penghasilannya dan siapa penerimanya. Jangan lupa Stanners, tarif yang
digunakan dalam pengenaan PPh Final ini juga diatur tersendiri dalam
Peraturan Pemerintah, jadi tidak menggunakan tarif Pasal 17 UU PPh. Coba
Stanners cek ke catatan semester lalu ya.
Gambaran untuk pengenaan PPh yang bersifat final ini, bisa Stanners
lihat sebagai berikut

2. Siapa sih Pegawai Tetap itu?


Stanners, definisi Pegawai Tetap telah diatur dalam PER-16/PJ/2016.
Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan
anggota dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak
untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur. Pegawai sendiri
didefinisikan sebagai orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja,
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun
tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan
tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode
tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi
kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


Pegawai terdiri dari Pegawai Tetap dan pegawai tidak tetap. Pegawai
tetap memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu dalam periode tertentu,
atau bisa dibilang, kerja ga kerja, dia dibayar. Contohnya adalah PNS. PNS
setiap bulan pasti menerima gaji dalam jumlah tertentu, meskipun dia mungkin
tidak bekerja, misalnya sedang cuti. Untuk pegawai tidak tetap, dia baru
dibayar kalau bekerja, misalnya tukang yang dibayar harian. Kalau ia tidak
masuk bekerja, maka ia tidak dibayar.

Nah, Stanners, dari penjelasan tersebut yang mendasari pengelompokan


pegawai dalam ketentuan pajak adalah karakteristiknya. Apabila ada seseorang
bekerja dengan perjanjian kerja (tertulis maupun tidak tertulis), dan menerima
penghasilan secara teratur dalam periode tertentu, maka ia termasuk pegawai
tetap, dan PPh Pasal 21-nya dihitung sesuai dengan ketentuan pegawai tetap.
Adakalanya nanti, Stanners akan menemukan beberapa pegawai yang bekerja
dengan nama jabatan pegawai tidak tetap, misalnya ada Guru Tidak Tetap atau
pegawai honorer, namun pada kenyataannya menerima pembayaran dalam
jumlah tetap dalam periode tertentu. Apabila kondisinya demikian, maka para
penerima penghasilan tersebut adalah pegawai tetap sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

3. Kuy, ngitung-ngitung pajaknya pegawai tetap


Stanners, di semester lalu, stanners udah belajar banyak mengenai
perhitungan PPh 21 pegawai tetap. Namun demikian, di mata kuliah ini, materi
Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia
tersebut diulang sedikit, karena dalam pengisian SPT Masa PPh Pasal 21
dan/atau 26, Stanners harus bisa menghitung besarnya PPh Pasal 21/26 yang
dipotong oleh pemberi kerja.
Berdasarkan penjelasan pada bagian sebelumnya, Stanners bisa
menyimpulkan bahwa perhitungan PPh Pasal 21 untuk setiap kelompok
penerima penghasilan, ternyata berbeda-beda. Untuk pegawai tetap, PPh Pasal
21 dihitung dengan mengalikan tarif Pasal 17 UU PPh dengan Penghasilan
Kena Pajak. Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar pengenaan pajak.
Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari pengurangan Penghasilan Neto
dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). PTKP diberikan kepada
pegawai tetap karena secara umum, penghasilan dari pekerjaaan tersebut
adalah penghasilan utama dari penerima penghasilan, atau bahkan satu-
satunya. Pemberian PTKP ini juga dimaksudkan agar nantinya dalam
perhitungan pajak yang terutang di akhir tahun (PPh Pasal 29), jumlah pajak
yang telah dibayar oleh para penerima penghasilan, yang juga merupakan
Wajib Pajak ini, jumlahnya sama atau mendekati jumlah PPh yang terutang.
Untuk menghitung PPh Pasal 21 pegawai tetap yang bekerja penuh
selama satu tahun pajak, ada beberapa hal yang harus Stanners ingat dan
perhatikan, yaitu:
a. Cek masa pajaknya.
Kenapa sih perlu diperhatikan masa pajaknya? Masa pajak penting
karena perhitungan PPh Pasal 21 masa pajak terakhir dan PPh Pasal 21
masa pajak selain masa pajak terakhir agak sedikit berbeda. Sebelum kita
lanjutkan, Stanners masih ingat kan apa itu masa pajak terakhir?
Masa pajak terakhir merupakan masa pajak, pegawai tersebut terakhir
bekerja dan memperoleh penghasilan dari pemberi kerja Oleh karena itu,
di masa pajak terakhir akan dilakukan perhitungan atas seluruh
penghasilan yang diterima selama pegawai ybs bekerja pada pemberi
kerja tersebut pada satu tahun/bagian tahun, berapa PPh 21 yang terutang
atas penghasilannya tersebut, berapa yang telah dipotong, dan berapa
yang masih harus dipotong. Jadi untuk perhitungan PPh Pasal 21-nya,
digunakan jumlah seluruh penghasilan yang diterima dalam satu tahun
pajak atau bagian tahun pajak. Masa pajak terakhir umumnya adalah

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


masa Desember, namun bisa jadi bukan masa pajak Desember, apabila
pegawai tersebut berhenti bekerja pada bagian tahun pajak.
Untuk masa pajak selain masa pajak terakhir, perhitungan PPh 21
dilakukan dengan dasar penghasilan bulanan. Untuk lebih jelasnya,
Stanners dapat melihat tabel berikut.
Masa Pajak selain Masa Pajak Masa Pajak Terakhir
Terakhir
Penghasilan dalam bulan itu Seluruh penghasilan dalam satu
(perhatikan perhitungan untuk tahun/bagian tahun (teratur dan
penghasilan teratur dan tidak tidak teratur)
teratur)
Biaya jabatan adalah sebesar 5% Biaya jabatan adalah penjumlahan
dari bruto (tidak melebihi biaya jabatan yang telah
Rp500.000/bulan) dikurangkan dan biaya jabatan
yang boleh dikurangkan pada
masa pajak terakhir
Pengurangan Ph Bruto dengan Pengurangan Ph Bruto dengan
Biaya Jabatan adalah Ph Neto biaya jabatan adalah Ph Neto
sebulan, sehingga perlu setahun, sehingga tidak perlu lagi
disetahunkan/setahun disetahunkan/setahun
PPh 21 sebulan dihitung dengan PPh 21 Masa Pajak terakhir
membagi PPh 21 setahun dengan dihitung dengan mengurangkan
jumlah bulan PPh 21 setahun dengan PPh 21
yang telah dipotong dan
disetorkan
Sumber: diolah dari PER-16/PJ/2016
b. Cek siapa pemberi kerjanya
Kenapa pemberi kerja penting? Pemberi kerja penting karena terdapat
perlakuan yang berbeda mengenai jenis penghasilan yang menjadi objek,
khususnya ketika penghasilan yang diberikan berupa natura. Stanners
dapat mengecek bunyi Pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPh.
“Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
a.......

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.

Artinya, kalau ada pemberi kerja yang bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak
yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan
norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15, memberikan penghasilan kepada pegawai tetap dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan, maka penghasilan tersebut akan
dihitung dalam menentukan PPh Pasal 21.
c. Cek apa saja penghasilan yang merupakan objek pajak
Untuk mengetahui penghasilan apa saja yang merupakan objek pajak,
Stanners dapat melihat lagi pada Pasal 4 ayat (1) UU PPh. Penghasilan
yang diterima dapat dibedakan menjadi penghasilan yang bersifat teratur
dan penghasilan yang bersifat tidak teratur.
Penghasilan yang Bersifat Teratur adalah penghasilan bagi Pegawai
Tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan imbalan
dengan nama apapun yang diberikan secara periodik berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur,
sedangkan penghasilan yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan
bagi Pegawai Tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang
diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain
berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem,
gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.
d. Cek adakah penghasilan tidak teratur yang diterima
Penting sekali bagi Stanners untuk mengidentifikasi penghasilan tidak
teratur yang diterima oleh pegawai tetap. Kenapa penting? Karena ketika
terdapat penghasilan tidak teratur, PPh 21 yang terutang ada dua, yaitu
PPh 21 atas penghasilan teratur dan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang
tidak teratur. PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur adalah PPh 21
yang terutang seluruhnya dikurangi dengan PPh 21 atas penghasilan

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


teratur. Karena penghasilan tidak teratur pada umumnya diterima sekali
dalam setahun, maka perhitungan PPh 21 atas penghasilan teratur dan
tidak teratur (seluruhnya) dihitung dengan cara mengalikan penghasilan
teratur dengan 12 (jumlah bulan).
e. Cek besaran biaya jabatan atau biaya pensiun
Biaya jabatan merupakan salah satu pengurang Penghasilan Bruto bagi
pegawai tetap. Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih
dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang
mempunyai jabatan ataupun tidak. Besarnya biaya jabatan ditetapkan
sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp.
6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun atau Rp. 500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah) sebulan.
Contoh 1:
A, pegawai tetap, memperoleh penghasilan bruto bulan Januari sebesar
Rp8.000.000. Maka atas penghasilan bruto ini, ia berhak memperoleh
pengurang berupa biaya jabatan sebesar 5% x Rp8.000.000 = Rp400.000.
Contoh 2:
B, pegawai tetap, memperoleh penghasilan bruto bulan Januari sebesar
Rp12.000.000. Maka atas penghasilan bruto ini, biaya jabatannya adalah
5% x Rp12.000.000 = Rp600.000. Namun demikian, karena jumlah ini
melebihi besaran biasa jabatan maksimal, maka jumlah biaya jabatan
yang dapat dikurangkan adalah sebesar yang paling tinggi, yaitu
Rp500.000.
f. Cek pengurang penghasilan neto
Salah satu pengurang penghasilan neto telah dibahas pada bagian e, yaitu
biaya jabatan. Selain biaya jabatan, pegawai tetap juga berhak atas
pengurangan berupa iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh
pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
g. Cek status dan besaran PTKP sesuai kondisi 1 Januari Tahun Pajak
Untuk bagian ini, cukup jelas ya Stanner.

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


h. Cek kepemilikan NPWP
Kepemilikan NPWP akan mempengaruhi besarnya PPh Pasal 21 yang
dipotong. Sesuai ketentuan UU PPh Pasal 21 ayat (5a) besarnya tarif yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok
Wajib Pajak. Artinya, kalau WP ber-NPWP misalnya dipotong dengan
tarif sebesar 5%, maka untuk WP belum ber-NPWP akan dipotong
dengan tarif 120% x 5%. Perlu Stanners ingat bahwa:
1) Pemotongan yang lebih tinggi ini hanya berlaku untuk pemotongan
PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.
2) Dalam hal Pegawai Tetap atau penerima pensiun berkala sebagai
penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif
yang lebih tinggi mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama
sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember, PPh
Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20%
(dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal
21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak.
Contoh:
C, pegawai tetap, mulai bekerja pada bulan Januari (belum ber-NPWP).
Penghasilan Kena Pajak A adalah sebesar Rp2.000.000, maka PPh Pasal
21 setahun adalah sebesar 120% x 5% x Rp2.000.000 = Rp120.000, PPh
Pasal 21 bulan Januari adalah sebesar Rp120.000/12= Rp10.000.
C, mendaftarkan diri untuk ber-NPWP, dan memberitahukan NPWP-nya
kepada perusahaannya. Perhitungan PPh 21 yang dipotong dari
penghasilan C bulan Februari adalah sebagai berikut:

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


Penghasilan Kena Pajak Rp 2.000.000
PPh Pasal 21 setahun (5% x Rp2.000.000) Rp 100.000
PPh Pasal 21 sebulan (Rp100.000/12) Rp 8.333
Kelebihan pemotongan PPh 21 masa Januari (karena belum ber-NPWP) 1.667
PPh 21 dipotong masa Jan Rp 10.000
PPh 21 seharusnya dipotong Rp 8.333
Kelebihan Rp 1.667
PPh dipotong Masa Februari Rp 6.666

Oya, satu hal yang tidak kalah penting dalam menghitung PPh 21 pegawai
tetap, kita selalu berpegang pada asumsi going concern, artinya, pegawai
tersebut akan bekerja terus menerus pada pemberi kerja tersebut. Asumsi
tersebut baru dipatahkan apabila sembelum pembayaran penghasilan
diketahui bahwa pegawai ybs akan pensiun, atau jauh-jauh hari telah
menyampaikan akan berhenti bekerja.
Tahapan perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap daan
penerima pensiun berkala adalah sebagai berikut.

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


PPh setahun hasil perkalian tarif dengan Penghasilan Kena Pajak
selanjutnya akan dibagi dengan jumlah bulan, untuk mendapatkan PPh
sebulan.
Nah, untuk menghitung PPh 21 pegawai tetap, Stanners juga perlu melihat
karakteristik penghasilan yang diterima pegawai tetap tersebut, apakah
termasuk penghasilan teratur atau tidak teratur. Agar lebih jelas, berikut
ilustrasi perhitungan dan penjelasannya ya...
a. Penghasilan Teratur
(1) Ikha Hapsari, ber-NPWP, karyawati dengan status menikah dan
mempunyai tiga anak bekerja pada PT Sinar Unggul. Suami dari Ikha
Hapsari merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang. Ikha Hapsari menerima gaji Rp5.000.000,00
sebulan. PT Sinar Unggul mengikuti program pensiun dan BPJS
Kesehatan. Perusahaan membayar iuran pensiun kepada dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, sebesar
Rp60.000,00 sebulan.Ikha Hapsari juga membayar iuran pensiun sebesar
Rp50.000,00 sebulan, disamping itu perusahaan membayarkan iuran

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


Jaminan Hari Tua karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji,
sedangkan Ikha Hapsari membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing
sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji. Pada bulan Juli 2019 disamping
menerima pembayaran gaji Ikha Hapsari juga menerima uang lembur
(overtime) sebesar Rp2.000.000,00.
Untuk menghitung PPh 21 atas pegawai tetap ini, Stanners ikuti langkah-
langkah di atas ya. Perhatikan bahwa pada bulan Juli 2019, Ikha Hapsari
menerima uang lembur. Menurut PER-16/PJ/2016, uang lembur
termasuk dalam penghasilan teratur.
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2019 adalah sebagai berikut:
A Penghasilan Teratur sebulan
Gaji Rp 5.000.000
Uang Lembur Rp 2.000.000
Premi JKK dibayar pemberi kerja Rp 50.000
Premi JKM dibayar pemberi kerja Rp 15.000
Jumlah Ph. Bruto Rp 7.065.000
B Pengurang Ph Bruto
Biaya Jabatan Rp 353.250
Iuran Pensiun dibayar sendiri Rp 50.000
Iuran JHT dibayar sendiri Rp 100.000
Jumlah Pengurang Ph. Bruto Rp 503.250
C Penghasilan Neto Sebulan Rp 6.561.750
D Penghasilan Neto Setahun Rp 78.741.000
E PTKP Rp 54.000.000
F Penghasilan kena pajak Rp 24.741.000
G PPh 21 setahun Rp 1.237.050
H PPh 21 sebulan Rp 103.088

PPh 21 atas penghasilan Ikha pada bulan Juli 2019 adalah sebesar
Rp103.088.

(2) Untuk kasus Ikha Hapsari seperti pada nomor (1) hitunglah besarnya
PPh Masa Desember 2019 apabila uang lembur tidak diterima lagi pada
bulan yang lain (hanya diterima pada bulan Juli 2019).
Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia
Ingatlah Stanners bahwa untuk Desember merupakan masa pajak
terakhir. Untuk menghitung PPh Masa Pajak terakhir adalah PPh
setahun dikurangi dengan PPh yang telah dipotong 11 masa
sebelumnya. Nah, karena pada bulan selain Juli tidak terdapat uang
lembur, maka kita perlu menghitung besarnya PPh 21 yang dipotong
ketika Ikha tidak mendapat uang lembur.
A Penghasilan Teratur sebulan
Gaji Rp 5.000.000
Uang Lembur Rp -
Premi JKK dibayar pemberi kerja Rp 50.000
Premi JKM dibayar pemberi kerja Rp 15.000
Jumlah Ph. Bruto Rp 5.065.000
B Pengurang Ph Bruto
Biaya Jabatan Rp 253.250
Iuran Pensiun dibayar sendiri Rp 50.000
Iuran JHT dibayar sendiri Rp 100.000
Jumlah Pengurang Ph. Bruto Rp 403.250
C Penghasilan Neto Sebulan Rp 4.661.750
D Penghasilan Neto Setahun Rp 55.941.000
E PTKP Rp 54.000.000
F Penghasilan kena pajak Rp 1.941.000
G PPh 21 setahun Rp 97.050
H PPh 21 sebulan Rp 8.088
PPh 21 sebesar Rp8.088 dipotong atas penghasilan Ikha Hapsari selama
bulan Januari s.d. November 2019 kecuali masa Juli 2019.
Perhitungan PPh 21 Masa Desember 2019 adalah sebagai berikut.

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


A Penghasilan Teratur setahun
Gaji Rp 60.000.000
Uang Lembur Rp 2.000.000
Premi JKK dibayar pemberi kerja Rp 600.000
Premi JKM dibayar pemberi kerja Rp 180.000
Jumlah Ph. Bruto Rp 62.780.000
B Pengurang Ph Bruto
Biaya Jabatan Rp 3.139.000
Iuran Pensiun dibayar sendiri Rp 600.000
Iuran JHT dibayar sendiri Rp 1.200.000
Jumlah Pengurang Ph. Bruto Rp 4.939.000
C Penghasilan Neto Rp 57.841.000
D Penghasilan Neto Setahun Rp 57.841.000
E PTKP Rp 54.000.000
F Penghasilan kena pajak Rp 3.841.000
G PPh 21 setahun Rp 192.050
H PPh 21 yang telah dipotong Rp 183.963
I PPh 21 Masa Desember 2019 Rp 8.088

(3) Retto pada tahun 2019, ber-NPWP, bekerja pada perusahaan PT Jaya
Abadi dengan memperoleh gaji sebulan Rp5.750.000,00 dan membayar
iuran pensiun sebesar Rp200.000,00. Retto menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan Juni 2019 menerima kenaikan gaji,
menjadi Rp6.750.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari
2019. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut maka
Retto menerima rapel sejumlah Rp5.000.000,00 (selisih gaji yang
seharusnya diterima untuk masa Januari s.d. Mei 2019). Berapakah PPh
Pasal 21 Retto pada bulan Juni 2019?
Nah, untuk soal ini, Stanners perhatikan bahwa pada bulan Juni 2019,
Retto menerima penghasilan bulanan dan uang rapel. Maka, PPh 21-
nya juga ada 2 unsur, yaitu PPh bulanan dan PPh atas rapel.
Uang rapel ini sebenarnya seharusnya dibayarkan sejak bulan Januari,
namun karena satu dan lain hal, baru dibayar sekaligus untuk bulan
Januari s.d. Mei sebesar Rp5.000.000 (Rp1jt/bulan), pada bulan Juni
2019. Dengan demikian, sebenarnya pada bulan Januari, gaji Retto
adalah sebesar Rp5.750.000+Rp1.000.000=Rp6.750.000, namun
Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia
karena belum dibayarkan dan baru diketahui saat belakangan, maka
perhitungannya baru dilakukan pada saat dibayarkan, yaitu bulan Juni
2019. Nah, meskipun dibayarkan hanya satu kali, uang rapel ini bukan
penghasilan tidak teratur, karena sebenarnya terutang pada setiap bulan
(untuk kasus Retto Januasri s.d. Mei). Maka PPh rapel adalah PPh yang
seharusnya (setelah kenaikan gaji) dikurangi dengan PPh yang sudah
dipotong (sebelum kenaikan gaji) dikalikan jumlah bulan yang dirapel.
Mari kita hitung bersama.
Pertama: Menghitung PPh bulan Juni 2019
A Penghasilan Teratur sebulan
Gaji Rp 6.750.000
Uang Lembur Rp -
Premi JKK dibayar pemberi kerja Rp -
Premi JKM dibayar pemberi kerja Rp -
Jumlah Ph. Bruto Rp 6.750.000
B Pengurang Ph Bruto
Biaya Jabatan Rp 337.500
Iuran Pensiun dibayar sendiri Rp -
Iuran JHT dibayar sendiri Rp -
Jumlah Pengurang Ph. Bruto Rp 337.500
C Penghasilan Neto Sebulan Rp 6.412.500
D Penghasilan Neto Setahun Rp 76.950.000
E PTKP Rp 58.500.000
F Penghasilan kena pajak Rp 18.450.000
G PPh 21 setahun Rp 922.500
H PPh 21 sebulan Rp 76.875

Selanjutnya kita akan menghitung PPh 21 atas rapel. Untuk


menghitung PPh 21 rapel, kita perlu menghitung berapa
besarnya PPh 21 yang telah dipotong atas penghasilan Retto
pada bulan Januari s.d. Mei 2019 dengan penghasilan yang
lama (sebelum kenaikan) yaitu sebesar Rp5.750.000.

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


A Penghasilan Teratur sebulan
Gaji Rp 5.750.000
Uang Lembur Rp -
Premi JKK dibayar pemberi kerja Rp -
Premi JKM dibayar pemberi kerja Rp -
Jumlah Ph. Bruto Rp 5.750.000
B Pengurang Ph Bruto
Biaya Jabatan Rp 287.500
Iuran Pensiun dibayar sendiri Rp -
Iuran JHT dibayar sendiri Rp -
Jumlah Pengurang Ph. Bruto Rp 287.500
C Penghasilan Neto Sebulan Rp 5.462.500
D Penghasilan Neto Setahun Rp 65.550.000
E PTKP Rp 58.500.000
F Penghasilan kena pajak Rp 7.050.000
G PPh 21 setahun Rp 352.500
H PPh 21 sebulan Rp 29.375
PPh 21 yang telah dipotong = 5x Rp29.375 =Rp146.875
PPh 21 yang seharusnya = 5x Rp76.875 =Rp384.375
PPh 21 atas rapel =Rp237.500

PPh 21 Masa Juni 2019 = Rp76.875+Rp237.500 = Rp314.375.

b. Penghasilan Tidak Teratur


Sudiro, belum menikah, tidak ber-NPWP, bekerja pada PT Qolbu Jaya
dengan memperoleh gaji sebesar Rp5.000.000,00 sebulan. Pada bulan
Maret 2019 Sudiro memperoleh bonus sebesar Rp8.000.000,00, sehingga
pada bulan Maret 2019 Sudiro memperoleh penghasilan berupa gaji
sebesar Rp5.000.000,00 dan bonus sebesar Rp8.000.000,00. Setiap
bulannya Sudiro membayar iuran pensiun ke dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar
Rp80.000,00.
Hitunglah PPh 21 yang dipotong atas penghasilan Sudiro Masa Maret
2019!
Perhatikan Stanners, bahwa pada masa Maret 2019 Sudiro menerima
bonus, yang termasuk dalam penghasilan tidak teratur. Maka PPh 21
masa Maret 2019 untuk Sudiro, terdiri dari 2 jenis, yaitu PPh 21 bulanan
dan PPh 21 atas bonus. Yuk, kita hitung sama-sama...
Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia
PPh 21 bulanan
A Penghasilan Teratur sebulan
Gaji Rp 5.000.000
Uang Lembur Rp -
Premi JKK dibayar pemberi kerja Rp -
Premi JKM dibayar pemberi kerja Rp -
Jumlah Ph. Bruto Rp 5.000.000
B Pengurang Ph Bruto
Biaya Jabatan Rp 250.000
Iuran Pensiun dibayar sendiri Rp 80.000
Iuran JHT dibayar sendiri Rp -
Jumlah Pengurang Ph. Bruto Rp 330.000
C Penghasilan Neto Sebulan Rp 4.670.000
D Penghasilan Neto Setahun Rp 56.040.000
E PTKP Rp 54.000.000
F Penghasilan kena pajak Rp 2.040.000
G PPh 21 setahun Rp 122.400
H PPh 21 sebulan Rp 10.200
PPh 21 atas bonus:
A Penghasilan teratur dan tidak teratur
Penghasilan teratur setahun Rp 60.000.000
Bonus Rp 8.000.000
Penghasilan Bruto setahun Rp 68.000.000
B Pengurang Penghasilan Bruto
Biaya Jabatan setahun Rp 3.400.000
Iuran Pensiun dibayar sendiri Rp 960.000
Iuran JHT dibayar sendiri Rp -
Jumlah Rp 4.360.000
C Penghasilan Neto setahun Rp 63.640.000
D PTKP Rp 54.000.000
E Penghasilan Kena Pajak Rp 9.640.000
F PPh 21 setahun (teratur dan tidak) Rp 578.400
G PPh 21 atas Ph Teratur setahun Rp 122.400
H PPh 21 atas Bonus Rp 456.000
Maka PPh 21 Masa Maret 2019 adalah PPh Bulanan + PPh atas bonus
=Rp10.200+Rp456.000 = Rp466.200.
Untuk pemotongan PPh 21 atas pegawai tetap setiap bulan, tidak dibuatkan
bukti potong. Pembuatan bukti potong hanya dilakukan pada masa pajak
terakhir, yaitu pada Masa Desember atau masa terakhir pegawai tetap bekerja
pada pemberi kerja tersebut.

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


B. PENGISIAN FORMULIR 1721-A1
1. Ini Formulir apaan ya?
Formulir 1721-A1 merupakan bukti pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 21 bagi Pegawai Tetap atau Penerima Pensiun atau Tunjangan Hari
Tua/Jaminan Hari Tua Berkala, yang bukan merupakan PNS, anggota
TNI/Polri/pejabat negara. Formulir ini dibuat sebagai bukti pemotongan pajak
dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak. Apabila pegawai bekerja
selama satu tahun pajak, maka formulir 1721-A1 merupakan rekapitulasi
penghasilan dan PPh Pasal 21 yang dipotong selama satu tahun pajak untuk
masa perolehan penghasilan Januari sampai Desember. Apabila pegawai
bekerja pada bagian tahun pajak, maka formulir merupakan rekapitulasi
penghasilan dan PPh Pasal 21 yang dipotong selama bagian tahun pajak untuk
masa perolehan penghasilan mulai pegawai bekerja sampai pegawai berhenti
bekerja. Misalnya pegawai bekerja di Januari dan berhenti di bulan Mei, maka
formulir 1721 dibuat untuk Masa perolehan penghasilan Januari s.d. Mei.
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 harus memberikan
formulir 1721-A1 paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir,
apabila pegawai bekerja sampai dengan bulan Desember. Dalam hal Pegawai
Tetap berhenti bekerja sebelum bulan Desember, Formulir 1721-A1 harus
diberikan paling lama 1 (satu) bulan setelah yang bersangkutan berhenti
bekerja. Pengaturan jangka waktu ini dimaksudkan untuk memudahkan para
pegawai tetap melaporkan SPT Tahunannya, karena informasi dalam formulir
1721-A1 digunakan untuk mengisi formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi, khusunya formulir 1770S dan 1770SS.
Contoh 1:
E, pegawai tetap, bekerja bulan Januari s.d. Desember 2019. Maka formulir
1721-A1 wajib diberikan oleh perusahaan tempat E bekerja, paling lambat
tanggal 31 Januari 2020.
Contoh 2:
F, Pegawai tetap, bekerja bulan Januari s.d. Mei 2019. Maka formulir 1721-
A1 wajib diberikan oleh Perusahaan tempat F bekerja, paling lambat tanggal
30 Juni 2019.

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


Oya Stanners, formulir 1721-A1 tidak perlu disampaikan ke KPP.
Formulir ini hanya perlu disampaikan ke pegawai yang dipotong dan
digunakan sebagai dokumen sumber dalam mengisi formulir 1721-I untuk satu
tahun pajak di Masa Desember.
2. Kaya apa sih Formulirnya?
Bentuk formulirnya, bisa Stanners lihat di pertemuan 1 ya. Ingat, karena
merupakan rekapitulasi, penghasilan yang dicantumkan dalam Formulir
1721-A1 merupakan jumlah seluruh penghasilan yang diperoleh
selama masa perolehan penghasilan, termasuk penghasilan tidak
teratur.
Sekarang, kita coba isi ya.....
Contoh data perusahaan, penghasilan, dan identitas pegawainya seperti
ini:
Pemberi kerja:
Nama Perusahaan: PT Arung Bahari
NPWP Perusahaan: 01.111.111.1-021.000
Pimpinan Perusahaan: Kunkun
NPWP Pimpinan Perusahaan: 19.222.002.2-021.000
Tanggal pembuatan bukti potong:7 Januari 2019
Penerima Penghasilan (Pegawai Tetap)
Nama: Randu Alas
NPWP: 34.333.003.3-021.000
NIK: 3277001290281001
Alamat: Jl. Kenangan No. 1, Jakarta Selatan
Jenis Kelamin: Laki-laki
Status PTKP: K/0
Nama Jabatan: Sekretaris
Kewarganegaraan Indonesia
Masa Perolehan Penghasilan: Agustus s.d. Desember 2018
Data Penghasilan:
Gaji : Rp50.000.000
Tunjangan PPh : Rp500.000
Tunjangan Lainnya : Rp40.000.000
Premi Asuransi dibayar Pemberi Kerja : Rp420.000

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


Penerimaan dalam bentuk natura : Rp15.000.000
THR : Rp5.000.000
Biaya Jabatan : Rp2.500.000
Iuran Pensiun dibayar sendiri : Rp2.000.000

Maka, Formulir 1721-A1-nya nanti seperti ini lhooooo. Untuk


mengkonfirmasi pemahaman Stanners, coba lihat lagi petunjuk pengisian
SPT-nya yaaa.

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


area staples

BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN


PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP ATAU
PENERIMA PENSIUN ATAU TUNJANGAN HARI FORMULIR 1721 - A1
TUA/JAMINAN HARI TUA BERKALA Lembar ke-1 : untuk Penerima Penghasilan
Lembar ke-2 : untuk Pemotong

MASA PEROLEHAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI PENGHASILAN [m m - m m ]

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NOMOR : H.01 1 . 1 - 12 . 18 - 0000003 H.02 08 - 12

NPWP
PEMOTONG : H.03 01.111.111.1 - 021 . 001
NAMA
PEMOTONG : H.04 PT ARUNG BAHARI

A. IDENTITAS PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG

1. NPWP : - 021 . 000 6. STATUS /JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP


A.01 34.333.003.3

2. NIK/NO. K/ 0 TK / HB /
PASPOR : A.02 3277001290281001 A.07 A.08 A.09

3. NAMA : A.03 RANDU ALAS 7. NAMA JABATAN : A.10 SEKRETARIS

4. ALAMAT : 8. KARYAWAN ASING : YA


A.04 JL. KENANGAN NO.1 JAKARTA SELATAN A.11

9. KODE NEGARA DOMISILI : A.12

5. JENIS KELAMIN : A.05 X LAKI-LAKI A.06 PEREMPUAN

B. RINCIAN PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21


URAIAN JUMLAH (Rp)

KODE OBJEK PAJAK : X 21-100-01 21-100-02

PENGHASILAN BRUTO :

1. GAJI/PENSIUN ATAU THT/JHT 50.000.000

2. TUNJANGAN PPh 500.000

3. TUNJANGAN LAINNYA, UANG LEMBUR DAN SEBAGAINYA 40.000.000

4. HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN SEJENISNYA -

5. PREMI ASURANSI YANG DIBAYAR PEMBERI KERJA 420.000

6. PENERIMAAN DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN LAINNY A Y ANG DIKENAKAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 15.000.000

7. TANTIEM, BONUS, GRATIFIKASI, JASA PRODUKSI DAN THR 5.000.000

8. JUMLAH PENGHASILAN BRUTO (1 S.D.7) 110.920.000

PENGURANGAN :

9. BIAYA JABATAN/ BIAYA PENSIUN 2.500.000

10. IURAN PENSIUN ATAU IURAN THT/JHT 2.000.000

11. JUMLAH PENGURANGAN (9 S.D 10)


4.500.000
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 :

12. JUMLAH PENGHASILAN NETO (8-11) 106.420.000

13. PENGHASILAN NETO MASA SEBELUMNYA -

14. JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 (SETAHUN/DISETAHUNKAN) 106.420.000

15. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) 58.500.000

16. PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN (14 - 15) 47.920.000

17. PPh PASAL 21 ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN 2.396.000

18. PPh PASAL 21 YANG TELAH DIPOTONG MASA SEBELUMNYA -

19. PPh PASAL 21 TERUTANG 2.396.000

20. PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 26 YANG TELAH DIPOTONG DAN DILUNASI 2.396.000

C. IDENTITAS PEMOTONG

1. NPWP : C.01 19.222.002.2 - 021 . 000 3. TANGGAL & TANDA TANGAN

2. NAMA : C.02 KUNKUN C.03 07 - 01 - 2019 KUNKUN


[dd - m m - yyyy]
Arung
Bahari

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


C. PENGISIAN FORMULIR 1721-I DAN INDUK SPT
Pada bagian sebelumnya, Stanners telah mempelajari cara mengisi
Formulir 1721-A1. Nah pada bagian ini, Stanners akan mempelajari cara
mengisi formulir 1721-I dan induk SPT.
1. Formulir 1721-I
Formulir 1721-I terdiri dari 2 jenis, yaitu yang digunakan untuk
melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 untuk satu masa pajak dan 1721-I untuk
satu tahun pajak. Formulir 1721-I untuk satu masa pajak dilaporkan setiap
bulan apabila ada pemotongan. Formulir 1721-I untuk satu tahun pajak
dilaporkan setiap masa Desember.
Formulir 1721-I memuat informasi seluruh pegawai tetap, baik yang
penghasilannya di atas PTKP maupun yang dibawah PTKP. Pegawai tetap
yang melebihi PTKP akan diisikan pada bagian A, sedangkan pegawai tetap
yang tidak memiliki PTKP diisi pada bagian B, dengan jumlah penghasilan
adalah jumlah seluruh penghasilan pegawai tetap yang dibawah PTKP.
Misalnya terdapat 10 orang pegawai tetap dengan gaji Rp4.000.000/bulan,
maka jumlah penghasilan bruto pada bagian B diisi dengan 10 x Rp4.000.000
= Rp 40.000.000. Untuk Formulir 1721-I untuk satu tahun pajak, maka jumlah
penghasilannya adalah jumlah penghasilan dalam satu tahun pajak.
Untuk memahami perbedaannya, Stanners bisa melihat contoh formulir
berikut. Berikut adalah formulir 1721-I untuk satu masa pajak.

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


DAFTAR PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU a
TUNJANGAN HARI TUA/JAMINAN HARI TUA BERKALA SERTA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL, ANGGOTA TENTARA NASIONAL
FORMULIR 1721-I r
INDONESIA, ANGGOTA POLISI REPUBLIK INDONESIA, PEJABAT NEGARA DAN PENSIUNANNYA
e
Lembar ke-1:untuk KPP
x SATU MASA PAJAK
a
KEMENTERIAN KEUANGAN RI MASA PAJAK : Lembar ke-2:untuk Pemotong
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK [m m - yyyy] H.01 12 - 2018 SATU TAHUN PAJAK NPWP PEMOTONG : H.02 01.111.111.1 - 021 . 001
s
t
A. PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI, PEJABAT NEGARA DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA MELEBIHI PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
a
BUKTI PEMOTONGAN MASA KODE p
KODE OBJEK JUMLAH PENGHASILAN
NO NPWP NAMA PPh DIPOTONG (Rp) PEROLEHAN NEGARA
NOMOR TANGGAL (dd - mm - yyyy) PAJAK BRUTO (Rp)
PENGHASILAN DOMISILI l
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
e
s
1. 09.111.111.1-021.000 RARAS 21-100-01 115.920.000 28.460.167
2. 09.222.222.2-021.000 TANAYA 21-100-01 80.752.000 18.022.317
4. 09.555.555.5-021.000 RANDU 21-100-01 21.184.000 429.200
6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

JUMLAH A (PENJUMLAHAN ANGKA 1 S.D ANGKA 20) 217.856.000 46.911.683

PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI, PEJABAT NEGARA
B. : 19.000.000
DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA TIDAK MELEBIHI PTKP B.01 4 ORANG

C. TOTAL (JUMLAH A + B) 236.856.000 46.911.683

Sednagkan yang ini adalah Formulir 1721-I untuk satu tahun pajak.
DAFTAR PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU a
TUNJANGAN HARI TUA/JAMINAN HARI TUA BERKALA SERTA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL, ANGGOTA TENTARA NASIONAL
FORMULIR 1721-I r
INDONESIA, ANGGOTA POLISI REPUBLIK INDONESIA, PEJABAT NEGARA DAN PENSIUNANNYA
e
Lembar ke-1:untuk KPP
SATU MASA PAJAK
a
KEMENTERIAN KEUANGAN RI MASA PAJAK : Lembar ke-2:untuk Pemotong
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK [m m - yyyy] H.01 12 - 2018 X SATU TAHUN PAJAK NPWP PEMOTONG : H.02 01.111.111.1 - 021 . 001
s
t
A. PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI, PEJABAT NEGARA DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA MELEBIHI PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
a
BUKTI PEMOTONGAN MASA KODE p
KODE OBJEK JUMLAH PENGHASILAN
NO NPWP NAMA PPh DIPOTONG (Rp) PEROLEHAN NEGARA
NOMOR TANGGAL (dd - mm - yyyy) PAJAK BRUTO (Rp)
PENGHASILAN DOMISILI l
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
e
s
1. 09.111.111.1-021.000 RARAS 1-1-12-17-0000001 31-12-2017 21-100-01 1.436.040.000 355.022.000 01-12
2. 09.222.222.2-021.000 TANAYA 1-1-12-17-0000002 31-12-2017 21-100-01 418.760.000 94.611.383 08-12
3 09.333.333.3-021.000 JATI 1-1-08-17-0000001 31-08-2017 21-100-01 471.680.000 89.657.333 01-08
4. 09.444.444.4-021.000 JUANITA MCPERON 1-1-07-17-0000001 31-07-2017 21-100-01 557.146.400 89.711.500 01-07
6. 09.555.555.5-021.000 RANDU 1-1-12-17-0000003 31-12-2017 21-100-01 110.920.000 2.396.000 08-12
7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

JUMLAH A (PENJUMLAHAN ANGKA 1 S.D ANGKA 20) 2.994.546.400 631.398.216

PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI, PEJABAT NEGARA
B. : 228.000.000
DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA TIDAK MELEBIHI PTKP B.01 4 ORANG

C. TOTAL (JUMLAH A + B) 3.222.546.400 631.398.216

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


Bisakah Stanners identifikasi perbedaannya?

Tuliskan perbedaan antara formulir 1721-I untuk satu masa pajak dan formulir
1721-I untuk satu tahun pajak!

2. Induk SPT
Induk SPT atau Formulir 1721 adalah formulir yang wajib disampaikan
oleh pemotong Pajak ke KPP, pada setiap masa pajak apabila terdapat PPh
Pasal 21 yang dipotong. Untuk pertemuan 2 ini, yang akan kita pelajari hanya
pengisian header induk SPT, bagian identitas pemotong pajak, bagian Objek
Pajak yang diterima pegawai tetap, bagian lampiran, dan bagian
penandatangan.
a. Header Induk SPT
Pada header induk SPT, jangan lupa untuk mengisi masa pajak, yaitu bulan
dilakukannya pemotongan pajak, dan status SPT. Ingatlah bahwa SPT
normal adalah SPT yang pertama kali disampaikan, sedangkan SPT
Pembetulan adalah SPT yang disampaikan setelah SPT yang pertama kali
disampaikan.
Misalnya, SPT Masa PPh Pasal 21/26 Masa Maret 2017 disampaikan pada
tanggal 20 April 2017. Wajib Pajak selanjutnya menyampaikan kembali
SPT Masa PPh Pasal 21/26 Masa Maret 2017 pada tanggal 10 Mei 2017.
Maka, SPT Masa PPh Pasal 21/26 yang disampaikan tanggal 20 April 2017
adalah SPT Normal, dan SPT yang disampaikan tanggal 10 Mei 2017
adalah SPT Pembetulan.
area staples

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA


PAJAK PENGHASILAN FORMULIR 1721
PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26
KEMENTERIAN KEUANGAN RI Formulir ini digunakan untuk melaporkan area barcode
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Pasal 26
Bacalah petunjuk pengisian sebelum m engisi form ulir ini
MASA PAJAK : JUMLAH LEMBAR SPT
SPT SPT TERMASUK LAMPIRAN:
- x H.03 H.04
[mm - yyyy] H.01 12 2017 H.02
NORMAL PEMBETULAN KE- (DIISI OLEH PETUGAS)
H.05 H.06

b. Identitas Pemotong Pajak

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


Pemotong Pajak diisi dengan nama, NPWP, alamat, nomor telepon, dan
alamat surel dari Badan, orang pribadi, atau pemotong pajak yang lain,
yang merupakan pembayar/pemberi penghasilan.
A. IDENTITAS PEMOTONG

1. NPWP : A.01 01.111.111.1 - 021 . 001

2. NAMA : A.02 PT ARUNG BAHARI

3. ALAMAT : A.03 JL BUNCIS 1 JAKARTA

4. NO. TELEPON : A.04 021 222222 5. EMAIL : A.05 arungbahari@gmail.com

c. Objek Pajak yang diterima Pegawai Tetap


Pada bagian B, objek pajak, diisi pada nomor 1, yaitu Pegawai Tetap.
Jumlah penerima penghasilan, penghasilan bruto, dan jumlah pajak
dipotong yang dicantumkan adalah sebesar yang terjadi bulan itu.
Misalnya untuk SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau 26 Masa Pajak Mei, yang
dicantumkan adalah penghasilah bruto dan jumlah pajak yang dipotong
bulan Mei. Demikian pula untuk Masa Pajak Desember, yang dicantumkan
adalah penghasilan bruto dan pajak penghasilan yang dipotong untuk bulan
Desember.
B. OBJEK PAJAK
JUMLAH
KODE OBJEK JUMLAH PENGHASILAN JUMLAH PAJAK
No PENERIMA PENGHASILAN PAJAK
PENERIMA
PENGHASILAN BRUTO (Rp) DIPOTONG (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PEGAWAI TETAP 21-100-01 7 236.856.000 46.911.683

2. PENERIMA PENSIUN BERKALA 21-100-02 - - -

d. Bagian Lampiran
Untuk bagian lampiran diisi dengan tanda silang (X) dan jumlah lembar
yang disampaikan.
D. LAMPIRAN
x 1 X 5. Formulir 1721 - IV 1
1. FORMULIR 1721 - I LEMBAR LEMBAR
D.01 (Untuk Satu Masa Pajak) D.02 D.09 D.10

X 2. X 6. Formulir 1721 - V
FORMULIR 1721 - I 1 LEMBAR
D.03 (Untuk Satu Tahun Pajak) D.04 D.11

x 3. FORMULIR 1721 - II X 7. SURAT SETORAN PAJAK (SSP) DAN/ATAU 2


1 LEMBAR LEMBAR
D.05 D.06 D.12 BUKTI PEMINDAHBUKUAN (Pbk) D.13

X 4. FORMULIR 1721 - III 1 8. SURAT KUASA KHUSUS


LEMBAR
D.07 D.08 D.14

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


Formulir lampiran yang disampaikan untuk setiap Masa Pajak adalah
seperti pada Tabel xx. Ingat, yang disampaikan adalah formulir
lampiran yang hanya terdapat pemotongan/setoran. Apabila tidak ada,
formulir tersebut tidak perlu disampaikan. Misalnya pada bulan Maret
2017, pemberi kerja hanya melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas
pegawai tetap saja, maka formulir 1721-II dan1721-III tidak perlu
disampaikan.
Masa Masa Pajak
Formulir
Pajak Des selain Des
1721-I (untuk satu masa pajak) √ √
1721-I (untuk satu tahun pajak) √ -
1721-II √ √
1721-III √ √
1721-IV √ √
1721-V √ √
SSP dan/atau Bukti Pbk √ √
Surat Kuasa Khusus (apabila √ √
penandatangannya adalah Kuasa
Khusus)

e. Pernyataan dan Tanda Tangan Pemotong


Pihak yang memberikan pernyataan dan menandatangani adalah pimpinan
apabila pemotong pajak adalah badan, dan Wajib Pajak sendiri apabila
orang pribadi. Apabila menggunakan kuasa, harus disertai dengan surat
kuasa khusus. NPWP dan Nama adalah NPWP dan Nama dari
penandatangan SPT. Jadi, misalnya contoh yang ada di modul ini,
Perusahaannya adalah PT Arung Bahari pimpinannya adalah Raras
Prayagung. Maka pemotong pajaknya adalah PT Arung Bahari, dengan
NPWP perusahaan, sedangkan penandatangan adalah Raras Prayagung
sebagai pimpinan dengan NPWP pribadi Raras Prayagung.

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


E. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN PEMOTONG
Dengan menyadari sepenuhnya atas segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, saya menyatakan
bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.

1. X E.01 PEMOTONG E.02 KUASA 6. TANDA TANGAN :

2. NPWP : E.03 09.111.111.1 - 021 . 000

3. NAMA : RARAS PRAYAGUNG

RARAS
E.04

4. TANGGAL : E.05
15 - 01 - 2018 (dd - mm - yyyy)
Arung Bahari
5. TEMPAT : E.06 JAKARTA

LA T IHA N

1. PT LKPD (NPWP 02.000.333.2-021.000), alamat Jl. Pelikan no. 1,


Tangerang Selatan, adalah pemberi kerja dari Tono, Toni, Tino, dan
Toto (pada Tugas Pertemuan 1). Anda diminta mengisi SPT Masa
PPh Pasal 21 PT LKPD untuk Masa Pajak Februari 2019, apabila
selain keempat pegawai tersebut, PT LKPD juga mempekerjakan 12
pegawai tetap lain, dengan penghasilan bruto per bulan, masing-
masing sebesar Rp3.500.000.
2. Buatlah Formulir 1721-A1 untuk Tono dan Toto (menggunakan data
pada Tugas Pertemuan 1), apabila diketahui selain bulan Februari
2019, Tono dan Toto hanya menerima penghasilan yang bersifat
teratur, dan uang lembur hanya diterima untuk bulan Februari 2019.

RA N GK UM A N

Pegawai Tetap merupakan salah satu penerima penghasilan yang dikenai


pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau 26. Untuk menghitung PPh Pasal 21
Pegawai Tetap, pemotong pajak perlu mengetahui jenis penghasilan yang
diterima, apakah termasuk penghasilan teratur atau penghasilan tidak teratur,
juga perlu dicek apakah pemotongan pajak dilakukan di masa pajak terakhir
atau bukan masa pajak terakhir.
Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia
Untuk menghitung PPh Pasal 21 Pegawai Tetap, perlu diidentifikasi
penghasilan yang merupakan objek pajak, pengurang penghasilan, besaran
PTKP, kepemilikan NPWP dan sebagainya. Pemotongan PPh Pasal 21 yang
dilakukan terhadap pegawai tetap setiap bulan, tidak perlu dibuatkan bukti
pemotongan. Bukti pemotongan dibuat pada masa pajak terakhir
menggunakan formulir 1721-A1. Formulir ini berisi rekapitulasi seluruh
penghasilan dan pemotongan PPh Pasal 21 yang dilakukan selama satu tahun
pajak/bagian tahun pajak sesuai dengan masa perolehan penghasilan dari
penerima penghasilan.
Atas pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tetap setiap bulan, akan
dilaporkan menggunakan formulir 1721-I untuk satu masa pajak, dan yang
diisi adalah jumlah penghasilan bruto dan besarnya PPh Pasal 21 yang
dipotong untuk masing-masing penerima penghasilan. Rekapitulasi
pemotongan PPh Pasal 21 selama satu tahun pajak akan dilaporkan
menggunakan formulir 1721-I untuk satu tahun pajak. Isian pada formulir
1721-I satu masa pajak akan dipindahkan ke Bagian Pegawai Tetap pada Induk
SPT (Formulir 1721 halaman 1).

TU GA S

1. Buatlah formulir 1721-A1 untuk Retto dan Sudiro dengan data yang
terdapat pada ilustrasi pertemuan 2.
2. Hitunglah PPh Pasal 21 Masa Maret 2019 untuk pegawai PT LKPD
sebagai berikut:

Uraian Amin Amir Amoy


99.888.234.4 98.111.222.1- 19.111.213.2-
NPWP -021.000 021.000 021.000
Jl. Merpati 1, Jl. Bangau 1, Jl. Srigunting
Alamat TangSel TangSel 1, Tangsel
Jabatan Manajer Staf Staf
Status PTKP K/2 K/1 TK/1

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia


Pindahan dari
kantor
Meninggal
cabang
pada akhir
Keterangan dengan Pindah ke Luar
bulan Maret
penghasilan Negeri mulai
2019
bulanannya bulan April
sama 2019
Penghasilan sebulan

Gaji Rp2.500.000 Rp2.000.000 Rp2.000.000


Uang Lembur Rp - Rp - Rp -

Tunjangan Kinerja Rp11.000.000 Rp8.500.000 Rp3.000.000

Tunjangan Kesehatan Rp2.000.000 Rp1.500.000 Rp500.000

Tunjangan PPh Rp150.000 Rp150.000 Rp0


Premi JKK dibayar
pemberi kerja 0,54% dr gaji 0,54% dr gaji 0,54% dr gaji
Premi JKM dibayar
pemberi kerja 0,3% dr gaji 0,3% dr gaji 0,3% dr gaji
Iuran Pensiun dibayar
pemberi kerja 2% dr gaji 2% dr gaji 2% dr gaji
Iuran JHT dibayar
pemberi kerja 3,7% dr gaji 3,7% dr gaji 3,7% dr gaji
Iuran Pensiun dibayar
sendiri 1% dr gaji 1% dr gaji 1% dr gaji
Iuran JHT dibayar
sendiri 2% dr gaji 2% dr gaji 2% dr gaji

Bonus Rp5.000.000 Rp - Rp6.000.000

Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia

Anda mungkin juga menyukai