Artinya, kalau ada pemberi kerja yang bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak
yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan
norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15, memberikan penghasilan kepada pegawai tetap dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan, maka penghasilan tersebut akan
dihitung dalam menentukan PPh Pasal 21.
c. Cek apa saja penghasilan yang merupakan objek pajak
Untuk mengetahui penghasilan apa saja yang merupakan objek pajak,
Stanners dapat melihat lagi pada Pasal 4 ayat (1) UU PPh. Penghasilan
yang diterima dapat dibedakan menjadi penghasilan yang bersifat teratur
dan penghasilan yang bersifat tidak teratur.
Penghasilan yang Bersifat Teratur adalah penghasilan bagi Pegawai
Tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan imbalan
dengan nama apapun yang diberikan secara periodik berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur,
sedangkan penghasilan yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan
bagi Pegawai Tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang
diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain
berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem,
gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.
d. Cek adakah penghasilan tidak teratur yang diterima
Penting sekali bagi Stanners untuk mengidentifikasi penghasilan tidak
teratur yang diterima oleh pegawai tetap. Kenapa penting? Karena ketika
terdapat penghasilan tidak teratur, PPh 21 yang terutang ada dua, yaitu
PPh 21 atas penghasilan teratur dan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang
tidak teratur. PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur adalah PPh 21
yang terutang seluruhnya dikurangi dengan PPh 21 atas penghasilan
Oya, satu hal yang tidak kalah penting dalam menghitung PPh 21 pegawai
tetap, kita selalu berpegang pada asumsi going concern, artinya, pegawai
tersebut akan bekerja terus menerus pada pemberi kerja tersebut. Asumsi
tersebut baru dipatahkan apabila sembelum pembayaran penghasilan
diketahui bahwa pegawai ybs akan pensiun, atau jauh-jauh hari telah
menyampaikan akan berhenti bekerja.
Tahapan perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap daan
penerima pensiun berkala adalah sebagai berikut.
PPh 21 atas penghasilan Ikha pada bulan Juli 2019 adalah sebesar
Rp103.088.
(2) Untuk kasus Ikha Hapsari seperti pada nomor (1) hitunglah besarnya
PPh Masa Desember 2019 apabila uang lembur tidak diterima lagi pada
bulan yang lain (hanya diterima pada bulan Juli 2019).
Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia
Ingatlah Stanners bahwa untuk Desember merupakan masa pajak
terakhir. Untuk menghitung PPh Masa Pajak terakhir adalah PPh
setahun dikurangi dengan PPh yang telah dipotong 11 masa
sebelumnya. Nah, karena pada bulan selain Juli tidak terdapat uang
lembur, maka kita perlu menghitung besarnya PPh 21 yang dipotong
ketika Ikha tidak mendapat uang lembur.
A Penghasilan Teratur sebulan
Gaji Rp 5.000.000
Uang Lembur Rp -
Premi JKK dibayar pemberi kerja Rp 50.000
Premi JKM dibayar pemberi kerja Rp 15.000
Jumlah Ph. Bruto Rp 5.065.000
B Pengurang Ph Bruto
Biaya Jabatan Rp 253.250
Iuran Pensiun dibayar sendiri Rp 50.000
Iuran JHT dibayar sendiri Rp 100.000
Jumlah Pengurang Ph. Bruto Rp 403.250
C Penghasilan Neto Sebulan Rp 4.661.750
D Penghasilan Neto Setahun Rp 55.941.000
E PTKP Rp 54.000.000
F Penghasilan kena pajak Rp 1.941.000
G PPh 21 setahun Rp 97.050
H PPh 21 sebulan Rp 8.088
PPh 21 sebesar Rp8.088 dipotong atas penghasilan Ikha Hapsari selama
bulan Januari s.d. November 2019 kecuali masa Juli 2019.
Perhitungan PPh 21 Masa Desember 2019 adalah sebagai berikut.
(3) Retto pada tahun 2019, ber-NPWP, bekerja pada perusahaan PT Jaya
Abadi dengan memperoleh gaji sebulan Rp5.750.000,00 dan membayar
iuran pensiun sebesar Rp200.000,00. Retto menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan Juni 2019 menerima kenaikan gaji,
menjadi Rp6.750.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari
2019. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut maka
Retto menerima rapel sejumlah Rp5.000.000,00 (selisih gaji yang
seharusnya diterima untuk masa Januari s.d. Mei 2019). Berapakah PPh
Pasal 21 Retto pada bulan Juni 2019?
Nah, untuk soal ini, Stanners perhatikan bahwa pada bulan Juni 2019,
Retto menerima penghasilan bulanan dan uang rapel. Maka, PPh 21-
nya juga ada 2 unsur, yaitu PPh bulanan dan PPh atas rapel.
Uang rapel ini sebenarnya seharusnya dibayarkan sejak bulan Januari,
namun karena satu dan lain hal, baru dibayar sekaligus untuk bulan
Januari s.d. Mei sebesar Rp5.000.000 (Rp1jt/bulan), pada bulan Juni
2019. Dengan demikian, sebenarnya pada bulan Januari, gaji Retto
adalah sebesar Rp5.750.000+Rp1.000.000=Rp6.750.000, namun
Equal TaxHome| Rumah Pendidikan Pajak Indonesia
karena belum dibayarkan dan baru diketahui saat belakangan, maka
perhitungannya baru dilakukan pada saat dibayarkan, yaitu bulan Juni
2019. Nah, meskipun dibayarkan hanya satu kali, uang rapel ini bukan
penghasilan tidak teratur, karena sebenarnya terutang pada setiap bulan
(untuk kasus Retto Januasri s.d. Mei). Maka PPh rapel adalah PPh yang
seharusnya (setelah kenaikan gaji) dikurangi dengan PPh yang sudah
dipotong (sebelum kenaikan gaji) dikalikan jumlah bulan yang dirapel.
Mari kita hitung bersama.
Pertama: Menghitung PPh bulan Juni 2019
A Penghasilan Teratur sebulan
Gaji Rp 6.750.000
Uang Lembur Rp -
Premi JKK dibayar pemberi kerja Rp -
Premi JKM dibayar pemberi kerja Rp -
Jumlah Ph. Bruto Rp 6.750.000
B Pengurang Ph Bruto
Biaya Jabatan Rp 337.500
Iuran Pensiun dibayar sendiri Rp -
Iuran JHT dibayar sendiri Rp -
Jumlah Pengurang Ph. Bruto Rp 337.500
C Penghasilan Neto Sebulan Rp 6.412.500
D Penghasilan Neto Setahun Rp 76.950.000
E PTKP Rp 58.500.000
F Penghasilan kena pajak Rp 18.450.000
G PPh 21 setahun Rp 922.500
H PPh 21 sebulan Rp 76.875
MASA PEROLEHAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI PENGHASILAN [m m - m m ]
NPWP
PEMOTONG : H.03 01.111.111.1 - 021 . 001
NAMA
PEMOTONG : H.04 PT ARUNG BAHARI
2. NIK/NO. K/ 0 TK / HB /
PASPOR : A.02 3277001290281001 A.07 A.08 A.09
PENGHASILAN BRUTO :
6. PENERIMAAN DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN LAINNY A Y ANG DIKENAKAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 15.000.000
PENGURANGAN :
14. JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 (SETAHUN/DISETAHUNKAN) 106.420.000
20. PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 26 YANG TELAH DIPOTONG DAN DILUNASI 2.396.000
C. IDENTITAS PEMOTONG
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI, PEJABAT NEGARA
B. : 19.000.000
DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA TIDAK MELEBIHI PTKP B.01 4 ORANG
Sednagkan yang ini adalah Formulir 1721-I untuk satu tahun pajak.
DAFTAR PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU a
TUNJANGAN HARI TUA/JAMINAN HARI TUA BERKALA SERTA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL, ANGGOTA TENTARA NASIONAL
FORMULIR 1721-I r
INDONESIA, ANGGOTA POLISI REPUBLIK INDONESIA, PEJABAT NEGARA DAN PENSIUNANNYA
e
Lembar ke-1:untuk KPP
SATU MASA PAJAK
a
KEMENTERIAN KEUANGAN RI MASA PAJAK : Lembar ke-2:untuk Pemotong
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK [m m - yyyy] H.01 12 - 2018 X SATU TAHUN PAJAK NPWP PEMOTONG : H.02 01.111.111.1 - 021 . 001
s
t
A. PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI, PEJABAT NEGARA DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA MELEBIHI PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
a
BUKTI PEMOTONGAN MASA KODE p
KODE OBJEK JUMLAH PENGHASILAN
NO NPWP NAMA PPh DIPOTONG (Rp) PEROLEHAN NEGARA
NOMOR TANGGAL (dd - mm - yyyy) PAJAK BRUTO (Rp)
PENGHASILAN DOMISILI l
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
e
s
1. 09.111.111.1-021.000 RARAS 1-1-12-17-0000001 31-12-2017 21-100-01 1.436.040.000 355.022.000 01-12
2. 09.222.222.2-021.000 TANAYA 1-1-12-17-0000002 31-12-2017 21-100-01 418.760.000 94.611.383 08-12
3 09.333.333.3-021.000 JATI 1-1-08-17-0000001 31-08-2017 21-100-01 471.680.000 89.657.333 01-08
4. 09.444.444.4-021.000 JUANITA MCPERON 1-1-07-17-0000001 31-07-2017 21-100-01 557.146.400 89.711.500 01-07
6. 09.555.555.5-021.000 RANDU 1-1-12-17-0000003 31-12-2017 21-100-01 110.920.000 2.396.000 08-12
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI, PEJABAT NEGARA
B. : 228.000.000
DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA TIDAK MELEBIHI PTKP B.01 4 ORANG
Tuliskan perbedaan antara formulir 1721-I untuk satu masa pajak dan formulir
1721-I untuk satu tahun pajak!
2. Induk SPT
Induk SPT atau Formulir 1721 adalah formulir yang wajib disampaikan
oleh pemotong Pajak ke KPP, pada setiap masa pajak apabila terdapat PPh
Pasal 21 yang dipotong. Untuk pertemuan 2 ini, yang akan kita pelajari hanya
pengisian header induk SPT, bagian identitas pemotong pajak, bagian Objek
Pajak yang diterima pegawai tetap, bagian lampiran, dan bagian
penandatangan.
a. Header Induk SPT
Pada header induk SPT, jangan lupa untuk mengisi masa pajak, yaitu bulan
dilakukannya pemotongan pajak, dan status SPT. Ingatlah bahwa SPT
normal adalah SPT yang pertama kali disampaikan, sedangkan SPT
Pembetulan adalah SPT yang disampaikan setelah SPT yang pertama kali
disampaikan.
Misalnya, SPT Masa PPh Pasal 21/26 Masa Maret 2017 disampaikan pada
tanggal 20 April 2017. Wajib Pajak selanjutnya menyampaikan kembali
SPT Masa PPh Pasal 21/26 Masa Maret 2017 pada tanggal 10 Mei 2017.
Maka, SPT Masa PPh Pasal 21/26 yang disampaikan tanggal 20 April 2017
adalah SPT Normal, dan SPT yang disampaikan tanggal 10 Mei 2017
adalah SPT Pembetulan.
area staples
d. Bagian Lampiran
Untuk bagian lampiran diisi dengan tanda silang (X) dan jumlah lembar
yang disampaikan.
D. LAMPIRAN
x 1 X 5. Formulir 1721 - IV 1
1. FORMULIR 1721 - I LEMBAR LEMBAR
D.01 (Untuk Satu Masa Pajak) D.02 D.09 D.10
X 2. X 6. Formulir 1721 - V
FORMULIR 1721 - I 1 LEMBAR
D.03 (Untuk Satu Tahun Pajak) D.04 D.11
RARAS
E.04
4. TANGGAL : E.05
15 - 01 - 2018 (dd - mm - yyyy)
Arung Bahari
5. TEMPAT : E.06 JAKARTA
LA T IHA N
RA N GK UM A N
TU GA S
1. Buatlah formulir 1721-A1 untuk Retto dan Sudiro dengan data yang
terdapat pada ilustrasi pertemuan 2.
2. Hitunglah PPh Pasal 21 Masa Maret 2019 untuk pegawai PT LKPD
sebagai berikut: