KELOMPOK 3:
SACHA CLARISSA NORONHA 27673
MUTIARA ISTIQOMAH 28384
B. TEORI SINTATIK
Teori sintaktik berusaha menjelaskan praktik akuntansi dan memprediksi bagaimana
akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau bagaimana mereka melaporkan
peristiwa tertentu.
Teori akuntansi sintaktik adalah teori yang berorientasi untuk membahas masalah-
masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah dirumuskan
secara semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam bentuk
laporan keuangan.
Teori sintaktik meliputi pula hubungan antara unsur-unsur yang memebentuk struktur
pelaporan keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu negara yaitu manajemen,
entitas pelapor, pemakai informasi, sistem akuntansi,dan pedoman penyusunan
laporan.
Interpretasi teori akuntansi atas dasar sintatiks dapat digambarkan sebagai berikut:
input semantik dalam sistem tersebut adalah transaksi dan pertukaran yang dicatat
dalam jurnal dan buku besar perusahaan. Transaksi tersebut kemudian dimanipulasi
(dibagi dan dijumlah) atas dasar alasan dan asumsi-asumsi akuntansi kos historis.
Contohnya, akuntan menganggap bahwa inflasi tidak perlu dicatat dan nilai pasar
(nilai wajar) aset dan utang dihiraukan. Akuntan kemudian menggunakan konsep
pembukuan berpasangan (double entry) dan prinsip-prinsip akuntansi kos historis
untuk menghitung laba dan rugi serta neraca saldo. Dalil atau prinsip individu
diverifikasi setiap saat laporan keuangan diaudit, dengan cara mengecek kebenaran
perhitungan dan manipulasi. Dengan cara ini, akuntansi kos historis telah
dipraktekkan sejak dahulu sampai sekarang.
C. TEORI SEMANTIK
Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau
peristiwa) dan istilah atau simbol yang mewakilinya.
Dari aspek bahasa, kerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki 3
komponen di atas, pragmatik, sintatik, dan semantik (Hendriksen, 1989). Kerangka
teoris yang diperlukan untuk mengembangkan praktik akuntansi yang sehat harus
mempertimbangkan faktor berikut ini:
D. PENDEKATAN NORMATIVE
Pendekatan normative yaitu teori akuntansi yang mengharuskan dan menggunakan
kebijakan nilai yang mengandung minimum sebuah premis. Pendekatan ini berusaha
menjelaskan informasi apa yang seharusnya dikomunikasikan kepada para pemakai
informasi dan bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan.
Pendekatan normative sering disebut sebagai teori a priori (dari sebab ke akibat) yang
menggunakan penalaran deduktif dan dihasilkan bukan dari penelitian empiris tetapi
hanya sebatas semi research.
Teori akuntansi normatif mendasarkan konsep ekonomi klasik tentang laba dan
kemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional.
Pendekatan ini disebut juga teori pengukuran akuntansi. Pendekatan normative
didasarkan pada anggapan berikut:
Pendekatan teori positif mulai berkembang pada tahun 1970-an. Positivisme atau
empirisme berarti menguji atau menghubungkan hipotesis akuntansi dengan praktik
sebenarnya.
Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori
akuntansu adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi.
Teori akuntansi positif dikelompokkan menjadi dua tahap (Godfrey at al, 1997 dalam
Anis dan Iman, 2003 dalam Indira Januarti 2004) sebagai berikut:
Orang akan lebih percaya pada suatu pernyataan apabila didukung oleh bukti empiris
yang objektif daripada pernyataan yang hanya berasal dari rasionalisasi.
Akuntan yang mendukung pendekatan ilmiah ingin adanya bukti empiris dan
penjelasan yang logis untuk mendukung praktik akuntansi, sehingga para praktisi
dapat memberi rekomendasi kebijakan yang tepat dalam kondisi tertentu.
G. PENDEKATAN NATURALIS
Perlu bagi peneliti akuntansi untuk menentukan asumsi apa yang digunakan dalam
penelitian serta alternatif pendekatan apa yang lebih sesuai, pendekatan ilmiah atau
pendekatan naturalis.
Pendekatan naturalis mempunyai dua pengertian, yaitu:
Pendekatan naturalis dilakukan secara fleksibel, melalui pengamatan langsung studi kasus
secara mendetil, tanpa menitikberatkan pada analisis matematis, tes statistik, survey, ataupun
tes laboratorium. Karena pendekatan dilakukan melalui studi kasus (spesifik), hasil penelitian
akan sulit untuk digeneralisasi. Tomkins and Groves berpendapat bahwa pendekatan naturalis
adalah cara yang tepat untuk menghadapi perbedaan asumsi ontologi.
H. PERBANDINGAN PENELITIAN ILMIAH DAN NATURALIS
Penelitian Ilmiah Penelitian Naturalis
Asumsi Ontologi Melihat realita secara Melihat realita
objektif dan konkret sebagai hasil
(berwujud) konstruksi sosial dan
Melihat akuntansi imajinasi manusia
sebagai objek Melihat akuntansi
sebagai konstruksi
Pendekatan Epistemologi Pengembangan Holistik (realita
pengetahuan secara sebagai sesuatu yang
sedikit demi sedikit utuh, bukan
Reduksionisme merupakan kesatuan
(realita terdiri dari dari bagian-bagian
jumlah minimum dari yang terpisah)
beberapa jenis entitas Kompleksitas duni
atau substansi) tidak bisa dipecahkan
Pengujian hipotesis melalui
individu reduksionisme
Hukum yang dapat Hukum tidak dapat
tergeneralisasi direduksi
Metodologi Terstruktur Tidak terstruktur
Menggunakan dasar Tidak ada dasar
teoritis sebelumnya teoritis sebelumnya
Validasi empiris atau
ekstensi
Metode Model formulasi Studi kasus
sintaksis (prinsip Eksplorasi yang
pembuatan kalimat) fleksibel
Hipotesis dibuat Mengalami peristiwa
berdasarkan induksi
empiris
Penggunaan metode
statistik yang sesuai