Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batik merupakan budaya Indonesia yang mulai diperhitungkan


oleh masyarakat dunia sebagai warisan bangsa indonesia, setelah diakui
oleh UNESCO dan “ dimasukkan dalam Daftar Representatif sebagai
Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible
Cultural Heritage of Humanity) “(Antara news.com, 2009).
Beberapa daerah di negeri kita tercinta ini mempunyai batik
dengan karakteristiknya sendiri sendiri. Sebagai contoh, batik Pekalongan,
batik Solo, dan lain lain. Salah satu batik yang terkenal adalah batik
Cirebon. Daerah Trusmi di Cirebon adalah daerah yang terkenal akan
produksi batiknya, yaitu batik trusmi. Sejarah membatik Desa Trusmi
dimulai dari Ki Gede Trusmi. Salah seorang pengikut setia Sunan Gunung
Jati ini mengajari rakyat seni membatik sambil mengajarkan islam. Oleh
sebab itu banyak ditemukan toko – toko batik di Cirebon, di jalan poros
yang berjarak 1,5 km dari Desa Panembahan sampai Desa Trusmi.
Teknik dan bahan yang digunakan pada proses proses yang dilalui
saat pembuatan batik yang berbeda beda antara satu produsen batik
dengan produsen lainnya sangat mempengaruhi kualitas batik. Sebagai
contoh, penggunaan bahan pewarna yang bagus akan memberi pengaruh
pada kualitas batik yang dihasilkan produsen. Misalnya, batik yang
dihasilkan tahan lama dan tidak cepat luntur. Selain itu, teknik
pengeringan dan penjemuran batik setelah proses pewarnaan, juga
mempengaruhi kualitas batik dalam hal keawetan dan kecerahan warna.
Mengeringkan batik adalah langkah akhir dalam pembuatan batik.
Proses pengeringan batik ada dua jenis, yaitu proses pengeringan secara
alami dan proses pengeringan secara buatan. Proses pengeringan alami
menggunakan Sumber Daya Alam berupa matahari. Sedangkan proses
pengeringan buatan menggunakan oven. Mayoritas pebatik
menggunakan proses pengeringan alami dikarenakan lebih murah dan
warna batik cerah tidak kecoklatan seperti jika menggunakan oven.

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa masalah yang dibahas dalam Karya Tulis Ilmiah ini
adalah:
1.2.1 Apa yang mebuat batik Trusmi lebih awet?
1.2.2. Kenapa Suhu berpengaruh pada tingkat penguapan zat pewarna
batik?
1.2.3 Apakah cahaya berpengaruh pada proses penguapan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:


1.3.1 Untuk mengukur pengaruh proses penguapan pada keawetan
batik Trusmi
1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh suhu pada keawetan batik Trusmi
1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh cahaya pada proses penguapan

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan Karya Tulis ilmiah ini adalah:
1.4.1 Memberi informasi tentang hubungan suhu, cahaya, dan tingkat
penguapan
1.4.2 Memberi pandangan kewirausahaan alternatif pada santriwan
dan santriwati
1.4.3 Memberi pengalaman menulis karya tulis ilmiah kepada para
penulis

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Suhu
“Pengertian Suhu adalah besaran termodinamika yang
menunjukkan besarnya energi kinetik translasi rata-rata molekul dalam
system gas” (Widayati, September 2014). Suhu secara umum menunjukan
besaran derajat panas suatu benda. Semakin panas suatu benda,
dikarenakan meningkatnya suhu daripada benda tersebut. Suhu bisa juga
didefinisikan sebagai ukuran panas dinginnya suatu benda.
Suhu sangat berpengaruh dalam proses pembuatan batik. Dalam
proses perendaman untuk menyusutkan batik misalnya, batik direndam
dalam beberapa tahap perendaman dengan suhu berbeda. Suhu suhu
tersebut antara lain; ”air suhu kamar (30⁰C), air mendidih (100⁰C), larutan
batang sabun 5 g/L suhu 30⁰C, larutan batang sabun 5 g/L suhu 65⁰C,
larutan batang sabun 5 g/L suhu 10⁰C” (Sugiarto Hartanto, 1980; 254).
Begitu pun dalam tahap pengecapan batik, lilin dipertahankan pada kisaran
suhu 60-70⁰C sehingga lilin tersebut tidak membeku atau mengeras.
Kemudian dalam proses pewarnaan, suhu juga merupakan faktor penting
untuk menunjang keawetan dan kecerahan warna batik
(batikyogya.wordpress.com, Fithriana). Juga dalam tahap pengeringan,
suhu dari panas matahari dipertahankan pada keadaan yang optimal
dengan cara tidak menjemur batik langsung di bawah sinar matahari.
Pemaparan langsung dengan sinar matahari dapat mempengaruhi
kecerahan warna batik.
Suhu sangat berhubungan dengan proses penguapan (Evaporasi).
Karena semakin bertambahnya suhu udara, semakin mudah terjadi suatu
proses evaporasi.

2.2. Penguapan
Penguapan atau evaporasi merupakan perubahan molekul dari
keadaan cair dengan spontan berubah menjadi gas. Penguapan dapat
diketahui melalui hilangnya suatu zat cair dengan perlahan ketika terkena
gas dengan volume tertentu. Proses ini merupakan cara perubahan air dari
bentuk yang cair menjadi gas. Lebih spesifik lagi bahwa “penguapan adalah
proses perpindahan suatu zat cair dari permukaan bumi ke atmosfer”
(slideplayer.info, Scout Figo). Penguapan hanya terjadi jika terdapat
perbedaan tekanan uap air antara permukaan dan udara.
Energi panas, harus hadir dalam suatu proses penguapan. Energi tersebut
merupakan energi yang memecah suatu ikatan molekul air.

Anda mungkin juga menyukai