Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

OD KATARAK SENILIS IMMATUR


OS Pseudofakia

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat


Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata

Disusun Oleh :
Rokhayati
30101407315

Pembimbing :

dr. H. Harka Prasetya, Sp.M (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Penyakit Mata periode 11 Mei
2020.

Nama : Rokhayati

NIM : 30101407315

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Mata

Periode Kepaniteraan Klinik : 11 Mei 2020

Pembimbing : dr. H. Harka Prasetya, Sp.M (K)

Mengetahui,
Pembimbing

dr. H. Harka Prasetya, Sp.M (K)


1. LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. H
Usia : 56 Tahun
Alamat : Kayen, Pati
Status perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Buruh
No RM : 01-41-42-xx
Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 1 Juli 2020
1.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 1 Juli 2020 di Ruang
Refraksi RSI Sultan Agung Semarang.

Keluhan Utama : Penglihatan mata kanan kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poliklinik mata pada tanggal 1 Juli 2020 dengan keluhan mata
sebelah kanan pandangan kabur seperti melihat kabut namun hanya sebagian ± 1 tahun,
mulanya seperti bercak putih tapi sekarang dirasa lebih luas. Terjadi perlahan-lahan dan
semakin lama semakin memberat. Pasien juga mengeluh mata kanan dirasakan pedes dan
kemeng. Keluhan dirasakan mengganggu aktifitas pekerjaannya. Pasien mengaku tidak
ada riwayat kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata atau riwayat trauma pada
mata yang sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat penyakit hipertensi : diakui
 Riwayat penyakit DM : disangkal
 Riwayat operasi katarak pada mata kiri : ± 3 bulan yang lalu

 Riwayat penggunaan obat tetes mata steroid : disangkal


 Riwayat trauma pada mata : disangkal
 Riwayat infeksi pada mata : disangkal
Riwayat Keluarga

 Riwayat penyakit kencing manis : disangkal

 Riwayat Hipertensi : disangkal

 Riwayat sakit mata sebelumnya : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien menggunakan BPJS PBI. Kesan ekonomi cukup.

1.3. PEMERIKSAAN FISIK


1.3.1. STATUS GENERALIS
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Kompos mentis
1.3.2. VITAL SIGN
 TD : 190/106 mmHg

 Nadi : 80x/menit

 RR : 20 x/menit

 Suhu : 36,50 C

1.3.3. STATUS OFTALMOLOGIS


 Rabu, 1 Juli 2020

OD OS
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
4/60 Visus 3/60
5/60 Pin hole 4/60
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Gerak bola mata baik Gerak bola mata baik
kesegala arah, enoftalmus (-), kesegala arah, enoftalmus (-),
eksoftalmus (-), Bulbus okuli eksoftalmus (-),
strabismus (-) strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-), nyeri Palpebra Edema (-), hiperemis(-),
tekan(-), nyeri tekan (-),
blefarospasme (-), blefarospasme (-),
lagoftalmus (-), lagoftalmus (-)
ektropion (-), ektropion (-),
entropion (-) entropion (-)
Edema (-), Konjungtiva Edema (-),
injeksi konjungtiva (-), injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-), injeksi siliar (-),
infiltrat (-), infiltrat (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
Putih Sklera Putih
Bulat, edema (-), Bulat, edema (-),
keratik presipitat(-), Kornea keratik presipitat(-),
infiltrat (-), sikatriks (-) infiltrat(-), sikatriks (-)
Arkus senilis (+) Arkus senilis (+)
tampak sebuah bekas jahitan
pada limbus kornea.
Jernih, kedalaman cukup Camera Oculi Jernih,kedalaman cukup,
hipopion (-), Anterior hipopion (-),
hifema (-), (COA) hifema (-),
Kripta(N), warna coklat(+), Iris Kripta(N), warna coklat(+),
edema(-), synekia (-) edema(-), synekia (-),
bulat, diameter : ± 3mm, bulat, diameter ± 3 mm,
letak sentral, Pupil letak sentral,
refleks pupil langsung (+), refleks pupil langsung (+),
refleks pupil tak langsung (+) refleks pupil tak langsung (+)
Keruh sebagian, Shadow test Lensa IOL(+), Sentral
(+)
Tidak dilakukan FUNDUSKOPI Tidak dilakukan
N TIO N
Epifora (-), lakrimasi (-) Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-)

1.4. RESUME
Subjektif:
Pasien datang ke poliklinik mata pada tanggal 1 Juli 2020 dengan keluhan mata
sebelah kanan pandangan kabur seperti melihat kabut namun hanya sebagian ± 1 tahun,
mulanya seperti bercak putih tapi sekarang dirasa lebih luas. Terjadi perlahan-lahan dan
semakin lama semakin memberat. Pasien juga mengeluh mata kanan dirasakan pedes dan
kemeng. Keluhan dirasakan mengganggu aktifitas pekerjaannya. Pasien mengaku tidak
ada riwayat kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata atau riwayat trauma pada
mata yang sakit.

Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi, dan riwayat operasi katarak pada mata
kiri ± 3 bulan yang lalu. Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini. Biaya pengobatan
ditanggung jamkesmas.

Objektif:

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)


4/60 Visus 3/60
5/60 Pin hole 4/60
Bulat, edema (-), Bulat, edema (-),
keratik presipitat(-), Kornea keratik presipitat(-),
infiltrat (-), sikatriks (-) infiltrat(-), sikatriks (-)
Arkus senilis (+) Arkus senilis (+)
tampak sebuah bekas jahitan
pada limbus kornea.
Keruh sebagian, Shadow Lensa IOL(+), Sentral,
test (+)
Tidak dilakukan FUNDUSKOPI Tidak dilakukan
N TIO N
Epifora (-), lakrimasi (-) Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-)

1.5. DIAGNOSA BANDING & DIAGNOSA KERJA


DX BANDING:
OD
1. Katarak senilis Immatur

2. Katarak senilis matur

3. Katarak senilis hipermatur

OS

1. Pseudofakia

2. Afakia

DX KERJA

OD : Katarak Senilis Immatur

OS : Pseudofakia

Pasien ini didiagnosis sebagai katarak senilis imatur dengan dasar pemikiran sebagai
berikut:
1. Anamnesis:
- Pasien berusia 56 tahun  katarak senilis
- Penglihatan mata kanan kabur seperti melihat kabut, perlahan-lahan
semakin kabur.
2. Pemeriksaan oftalmologis:
- Visus OD 4/60 dan OS 3/60
- Pada pemeriksaan lensa didapatkan kekeruhan sebagian dengan OD shadow
test (+)
1.6. TERAPI
 Medikamentosa :
- Vitamin C 1dd1
- Vitamin A, 1dd1
 Pasien disarankan untuk operasi katarak (Rencana OD ekstraksi katarak ekstra
kapsular dan pemasangan Intra Ocular Lens )
1.7. EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan mata yang kabur disebabkan
katarak/kekeruhan pada lensa mata.
2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat tetapi dapat
disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada mata.
3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak, jenis
tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan.
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi,
kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan reaksi
peradangan dan peningkatan tekanan bola mata.
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan
pascaoperasi.

1.9 PROGNOSA
OD OS
Quo Ad Vitam Ad bonam Ad bonam
Quo Ad Visam Ad bonam Ad bonam
Quo Ad Cosmetian Ad bonam Ad bonam
Quo Ad Sanationam Ad bonam Ad bonam
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA


Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa memiliki
dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan posterior lebih
cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior 10 mm dan radius
kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan ketebalan lensa adalah
3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa 135 mg pada usia 0-9 tahun
hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun (Khurana, 2007).
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior iris dan
badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di sebut fossa
hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal yang memisahkan
bilik anterior dan posterior bola mata (Lang, 2000). Lensa tidak memiliki serabut saraf,
pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula
yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat zonula ini, yang bersal dari ephitel
siliar, adalah serat kaya fibrilin yang mengelilingi lensa secara sirkular (Khurana, 2007).

Secara histologis, lensa memiliki tiga komponen utama:


1. Kapsul Lensa
Lensa dibungkus oleh simpai tebal (10-20 µm), homogen, refraktil, dan kaya
akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar sel-sel epithel. Kapsul ini
merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas
kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul lensa paling tebal berada di ekuator (14
µm) dan paling tipis pada kutub posterior (3 µm). Kapsul lensa bersifat
semipermeabel, artinya sebagian zat dapat melewati lensa dan sebagian lagi tidak.
1. Epitel Subkapsular
Epitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat
pada permukaan anterior lensa. Epitel subkapsular yang berbentuk kuboid
akan berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus
memanjang dan membentuk serat lensa. Lensa bertambah besar dan
tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel
yang terdapat di ekuator lensa. Sel-sel epitel ini memiliki banyak
interdigitasi dengan serat-serat lensa.
2. Serat Lensa
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan
gepeng. Serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan berasal
dari sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta
organelnya dan menjadi sangat panjang. Sel-sel ini berisikan sekelompok
protein yang disebut kristalin.

Lensa ditahan di tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun radial


yang disebut zonula, yang satu sisinya tertanam di kapsul lensa dan sisi lainnya
pada badan siliar. Serat zonula serupa dengan miofibril serat elastin. Sistem ini
penting untuk proses akomodasi, yang dapat memfokuskan objek dekat dan jauh
dengan mengubah kecembungan lensa. Bila mata sedang istirahat atau
memandang objek yang jauh, lensa tetap diregangkan oleh zonula pada bidang
yang tegak lurus terhadap sumbu optik. Bila melihat dekat, muskulus siliaris akan
berkontraksi, dan koroid beserta badan siliar akan tertarik ke depan. Ketegangan
yang dihasilkan zonula akan berkurang dan lensa menebal sehingga fokus objek
dapat dipertahankan

2.2. FISIOLOGI LENSA dan METABOLISME LENSA


Lensa merupakan salah satu media refraksi penting dari mata dan memfokuskan sinar
cahaya pada retina. Lensa memiliki daya refraksi 10-20 dioptri, tergantung pada
akomodasi individu. Lensa mendapatkan nutria melalui difusi dari humor
aqueous.Dalam hal ini menyerupai biakan jaringan, dengan humor aqueous sebagai
substrat dan bola mata sebagai wadah yang menyediakan suhu konstan. Metabolisme dan
proses rinci biokimia yang terlibat dalam proses penuaan yang kompleks belum
sepenuhnya di pahami. Karena itu, tidak mungkin mempengaruhi perkembangan katarak
dengan obat.Metabolism dan pertumbuhan sel-sel lensa mengatur dirinya sendiri.
Kegiatan metabolik ini penting untuk mempertahankan keutuhan, transparansi, dan
fungsi dari lensa ooptik.
Epitel lensa membantu mempertahankan keseimbangan ion dan transportasi nutrisi,
mineral, dan air ke lensa.Jenis dari transportasi disebut sebagai “pump-leak system”yang
memungkinkan pemindahan aktif dari natrium, kalium, kalsium, dan asam amino dari
humor aqueous ke lensa serta difusi pasif melalui kapsul lensa posterior.Memelihara
keseimbangan (homeostasis/ sangat penting untuk transparansi lensa dan berkaitan erat
dengan keseimbangan air.Kadar air lensa biasanya stabil dan tetap dalam keseimbangan
dengan humor aqueous sekitarnya. Seiring bertambahnya usia kadar air lensa semakin
berkurang, sedangkan protein terlarut dari lensa (albuminoid) meningkat. Lensa menjadi
lebih keraas, kurang elastis, dan kurang transparan.Transparansi lensa secara nyata
berkurang yang dijumpai pada 95% dari semua orang yang berusia diatas 65 tahun.
Bagian tengah atau inti lensamenjaadi sclerosis dansedikit kekuningan dengan usia.

I.
KATARAK

Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis
pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokuler lainnya.
Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Keracunan beberapa
jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti eserin (0,25-0,5%), kortikosteroid, ergot,
antikolinesterase topikal. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan
katarak adalah diabetes melitus, galaktosemi dan distrofi miotonik. Katarak dapat
ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil,
herediter) atau kelainan kongenital mata.
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

 Fisik

 Kimia
 Penyakit predisposisi

 Genetik dan gangguan perkembangan

 Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

 Usia

III. KLASIFIKASI KATARAK

A. Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan dalam

Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun

Katarak Infantile

Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun

Katarak Pre-senilis

Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun

Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya terdapat

pada hampir semua katarak senil, katarak herediter dan kongenital.

Katarak kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir

dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada

bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

 Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak

polaris

 Lentikular, yang termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau

nukleus lensa

Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau

berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum.


Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat

prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat

selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus

atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin

katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi

prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental. Hampir 50% dari katarak

kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pemeriksaan darah pada

katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes

melitus, kalsium dan fosfor.

Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain dan saat

terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung

pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila

terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk pada katarak kongenital.3

Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau

suatu leukokoria. Penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea yang tidak cukup mendapat

rangsangan. Makula tidak akan berkembang sempurna hingga walaupun dilakukan ekstraksi

katarak maka visus biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris

(amblyopia ex anopsia). Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa

nistagmus dan strabismus.

Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang

menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuria, diabetes melitus,

hipoparatiroidism, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik dan histoplasmosis.

Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit

herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa

ektopik, displasia retina dan megalokornea.


Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Operasi katarak

kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak. Biasanya bila katarak bersifat total,

operasi dapat dilakukan usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.

Tindakan bedah pada katarak kongenital yang umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi

liliar, ekstraksi dengan aspirasi.

Katarak juvenil

Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada

usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. katarak juvenil biasanya merupakan

kelanjutan katarak kongenital.

Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik

dan penyakit sistemik lainnya seperti :

1. Katarak metabolik

o Katarak diabetik dan galaktosemik

o Katarak hipokalsemik (tetanik)

o Katarak defisiensi gizi

o Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)

o Penyakit Wilson

o Katarak berhubungan dengan penyakit metabolik lain

2. Otot

 Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)

3. Katarak traumatik

4. Katarak komplikata

 Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmus, aniridia,

pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)


 Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal, seperti Wagner

dan retinitis pigmentosa dan neoplasma)

 Katarak anoksik

 Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,

triparanol (MER-29), antikolinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin,

busulfan dan besi)

 Lain-lain kalinan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit, tulang

(disostosis kraniofasial, osteogenesis imperfecta, khondrodistrofia kalsifikans

kongenital pungtata) dan kromosom

 Katarak radiasi

Katarak Senil

Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut yaitu usia di

atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.

Perubahan lensa pada usia lanjut :

1. Kapsul

 Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)

 Mulai presbiopia

 Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

 Terlihat bahan granular

2. Epitel makin tipis

 Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

 Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa

 Lebih ireguler
 Pada korteks jelas kerusakan serat sel

 Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein

nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna

coklat protein lensa nukleus mengandung sedikit histidin dan triptofan

dibanding normal

4. Korteks tidak berwarna karena :

 Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi

 Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai

terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Pada katarak senil sebaiknya disingkirkan penyakit mata

lokal dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus yang dapat menimbulkan katarak

komplikata.

B. Berdasarkan Maturitas2

Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator

berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai

terlihat di dalam korteks.

Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular

posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda

Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena

indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap

untuk waktu yang lama.

Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang

degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi

bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding

dengan keadaan normal.3 Keadaan ini bisa menyababkan glaukoma sekunder pada orang-
orang yang mempunyai predisposisi, contoh bilik mata dangkal, sudut sempit, karena dengan

perubahan lensa sedikit saja bisa menutup sudut sehingga secara akut bisa terjadi gangguan

filtrasi dan meyebabkan tekanan meningkat secara mendadak. 2 Katarak intumesen biasanya

terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan

ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan

bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada

lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Katarak imatur. Pada stadium ini kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa.

Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan

osmotik bahan lensa yang degeneratif.

Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.

Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau

intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada

ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan

mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal

kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris

negatif.

Katarak hipermatur. Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses

degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang

berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning

dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-

kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor.

Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang

berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk
sebagaisekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena

lebih berat.

Katarak Morgagni Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana korteks

benar-benar mencair, sehingga nukleus seolah-olah tenggelam dalam masa korteks. Nukleus

biasa lebih di bawah sehingga saat korteks mencair nukleus tampak tenggelam. Kapsul sudah

berkerut.

Perbedaan stadium katarak senil

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

(cairan (air+masa lensa

masuk) keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam

depan
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif

Penyulit Negatif Glaukoma Negatif Uveitis &

glaukoma

Katarak Komplikata

Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan

proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra okular,

iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah

mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes

melitus, hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa

intravena, steroid lokal lama, steroid sistemik, oral kontrasepsi dan miotika antikolinesterase).
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya di

daerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata ataupun linear.

Dapat berbentuk rosete, retikulum dan biasanya terlihat vakuol. Ada 2 bentuk yaitu bentuk

yang disebabkan kelainan pada polus posterior mata dan akibat kelainan pada polus anterior

bola mata.

Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa,

ablasi retina, kontusio retina dan miopia tinggi yang mengakibatkan kelainan pada badan

kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial yang biasanya tidak berjalan cepat di dalam

nukleus, sehingga sering terlihat nukleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan

ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan.

Katarak akibat kalainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan kornea berat,

iridosiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridosiklitis akan mengakibatkan

katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaukoma akan terlihat katarak disimanata

pungtata subkapsularis anterior (katarak Vogt).

Katarak Traumatik

Paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau trauma tumpul pada

bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab tersering. Lensa menjadi

putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan

humor aqueus dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa.

2 .GEJALA KATARAK

Gejala Subjektif

 Penglihatan seperti berasap dan visus menurun secara progresif.

Visus mudur tergantung lokalisasi dan tebal tipisnya kekeruhan, Bila Kekeruhan tipis

kemunduran visus sedikit dan bila Kekeruhan terletak diequator, tak ada keluhan apa-

apa.
 silau saat melihat cahaya

 Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.

 Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan oleh karena

refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat penderita akan menyebabkan

silau.

 Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopisasi, hal ini terjadi karena proses

pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan refraksi mata meningkat,

akibatnya bayangan jatuh dimuka retina.

 Melihatpada malamharilebihjelas daripada siang

Gejala Objektif

 Pada oblique illumination(mata disinar dari samping):

 Lensa tampak keruh keabuan seperti asap

 Pada fundus reflex dengan opthalmoscope:

kekeruhan tersebut tampak hitam dengan background orange. Dan pada stadium

matur hanya didapatkan warna putih atau tampak kehitaman tanpa background

orange, hal ini menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya.

 Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera

anterior dapat menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat, akibatnya

dapat terjadi glaukoma.

DIAGNOSIS

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah slitlamp, funduskopi

pada kedua mata bila mungkin, tonometer, selain itu pemeriksaan prabedah yang

diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena

dapat merupakan penyulit yang berat berupa panoftalmitis pascabedah. Pada katarak
sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum dilakukan pembedahan

untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan

KOMPLIKASI KATARAK

Komplikasi yang sering timbul akibat katarak adalah:

 Glaukoma

Ada beberapa fase dari katarak yang bisa menimbulkan glaukoma, yaitu:

1. Phocomorpic Glaucoma

Lensa lebih besar karena menyarap air sehingga pada orang dengan

predisposisi tertentu akan menyebabkan bilik matanya menjadi dangkal dan

jaringan trabekulum bisa tertutup akibat irisnya maju. Bisa menimbulkan

glaukoma sekunder sudut tertutup. Glaukomanya mirip dengan glaukoma

akut, tapi glaukomanya sekunder.

2. Phacolytic Glaucoma

Terjadi pada katarak hipermatur di mana protein lensa keluar dari kapsul, bisa

ke bilik mata depan dan menyumbat trabekulum sehingga menyebabkan

tekanan intraokular meningkat. Pada kasus ini glaukomanya sudut terbuka,

tetapi tersumbat oleh protein-protein lensa.

3. Phacotoxic Glaucoma

Lensa sudah keriput sehingga bisa maju ke depan atau ke belakang. Kalau

lebih ke arah anterior maka keadaan ini bisa menyebabkan blokade pupil yang

bisa menyebabkan glaukoma sekunder sudut tertutup.

 Uveitis

Protein lensa keluar dan dianggap benda asing, sehingga tubuh berusaha

menghancurkannya. Keadaan ini menimbulkan reaksi uveitis.

 Subluksasi dan Dislokasi lensa


Terjadi pada stadium hipermatur, di mana pada stadium ini zonulnya menjadi

kaku dan rapuh sehingga bisa lepas dari lensa. Lensa bisa subluksasi atau

dislokasi.

PENATALAKSANAAN

Pengobatan medikamentosa hanya memperlambat proses degenerasi lensa

namun tidak menghentikannya.

Contoh :

 Vitamin dosis tinggi

 Iodium tetes

Tujuan terapi medikamentosa :

1. Untuk memperlambat kecepatan progresifitas kekeruhan (mencegah rusaknya

protein dan lemak penyusun lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul protein

dari denaturasi) sehingga pasien dapat lebih lama menikmati tajam penglihatan

sebelum proses opasitas memburuk.

Contoh: obat iodine yang memiliki efek antioksidan seperti potassium iodine, natrium

iodine.

2. Untuk menjaga kondisi elemen mata misalnya pembuluh darah dan persyarafan

mata. Contoh: Suplemen vitamin A (berfungsi penting dalam menjaga kondisi

retina), contoh: vitamin A 6000 IU, beta carotene (pro-vitamin A) 12.000 IU

Suplemen vitamin B (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi saraf),

contoh : vitamin B-2 (riboflavin) 20 mg, vitamin B-6 (pyridoxine hydrochloride)

11 mg,vitamin B complex. Vitamin C (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi

pembuluh darah), contoh : asam askorbat 600 mg. Vitamin E (mengurangi resiko

degenerasi makular dan katarak).

 Operatif
Teknik operasi katarak :

 EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular)

Dengan merobek kapsul anterior lensa sehingga massa dan korteks lensa dapat

keluar.

indikasi : pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, perencanaan

implantasi IOL

penyulit : komplikasi katarak sekunder

 EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsular)

Dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama dengan kapsul.

indikasi : pasien dengan zonula zinn yang rapuh dan mudah putus

kontraindikasi : pasien < 40 tahun

penyulit : glukoma, uveitis , perdarahan, endoftalmitis

 FAKOEMULSIFIKASI

Tehnik operasi katarak dengan membuat sayatan kecil pada kornea < dari 3mm

dengan menghancurkan katarak menggunakan getaran ultrasonik yang selanjutnya

mesin phaco akan menyedot massa katarak yang telah hancur tersebut sampai bersih

kemudian sebuah lensa Intra Ocular (IOL) yang dapat dilipat (foldable lens)

dimasukkan melalui irisan tersebut.

PROGNOSIS

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak

sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang

anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada

kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi

paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital

bilateral inkomplit yang proresif lambat. Keberhasilan tanpa komplikasi pada


pembedahan dengan EKEK atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam

penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan

snellen chart.

A. PSEUDOFAKIA
Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah
operasi katarak. L e n s a   i n i a k a n memberikan penglihatan lebih baik. Lensa
intraokular ditempatkan waktu operasi katarak d an ak an te ta p di s a na un tu k
s e um ur hi du p. L en s a in i ti da k a ka n m en gg an gg u da n t id ak    perlu
perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.
Gejala dan tanda pseudofakia :
- Penglihatan kabur
- Visus jauh dengan optotype Snellen
- Dapat merupakan myopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang ditanam
(IOL)
- Terdapat bekas insisi atau jahitan
1. Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam – macam, seperti :
a. Pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris
d e n g a n k a k i p e n y o k o n g n y a  bersandar pada sudut bilik mata
b. Pada daerah pupil, dimana bagian ulti lensa pada pupil dengan fiksasi pupil
c . P ad a b il ik m at a be la ka ng , ya ng di le ta kk an pa da ke du du ka n l en s a
n or ma l di be la ka ng iris. Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra
kapsular
d. Pada kapsul lensa.
Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terle
t a k d i d a l a m   k a p s u l lensa. Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata
memerlukan perhatian khusus :
1. Endotel kornea terlindung
2.  Melindungi iris terutama pigmen iris
3.  Melindungi kapsul posterior lensa
4.  Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa.
Keuntungan pemasangan lensa ini :
1. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada
tempat lensa asli yang diangkat.
2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal
3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat
4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.
Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :
1. Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis)
2. Anak dibawah 3 tahun
3. Uveitis menahun yang berat
4. Glaukoma neovaskuler

B. LENSA INTRAOKULER DAN IMPLAN


Lensa intraocular (IOL) umum digunakan untuk memperbaiki atau menyembuhkan cacat
visual. IOL dikategorikan dalam dua jenis: monofocal atau  ultifocal. Lensa
ultifocal  monofocal atau ultifocal dapat dimanfaatkan dalam penggantian Lensa
mata rusak.
IOL monofokal 
IOL monofokal yang berarti mereka memberikan visi pada satu jarak saja (jauh,
menengah atau dekat) berarti bahwa pasien harus memakai kacamata atau lensa
kontak untuk membaca, menggunakan komputer atau melihat pada jarak lengan.
IOL  ultifocal 
IOL multifokal menawarkan kemungkinan melihat dengan baik pada lebih dari
satu jarak, tanpa kacamata atau lensa kontak.
Toric IOL untuk Astigmatisma
IOL toric dirancang untuk mengoreksi astigmatisme.  Toric IOL datang dalam
berbagai kekuatan visi jarak, dalam 2 versi. Satu, mengoreksi hingga 2,00 dioptri (D)
dari Silindris dan yang lain mengoreksi hingga 3,50 D. Model yang berbeda juga dapat
menyaring UV yang berpotensi merusak atau cahaya biru.
Kebanyakan ahli bedah yang merawat Silindris pada pasien katarak, cenderung
menggunakan astigmatik keratotomi (AK) atau limbal relaxation incision, yang 
membuat sayatan di kornea. Selain astigmatisme kornea, beberapa orang mungkin
memiliki astigmatisme lenticular, yang disebabkan oleh ketidakteraturan dalam bentuk
lensa alami di dalam mata. Hal ini bisa diperbaiki dengan IOL toric namun dengan
risiko penglihatan memburuk karena lensa berputar dari posisi, sehingga butuh operasi
lebih lanjut untuk memposisikan atau mengganti IOL.
Monovision dengan Lensa Intraokuler
Jika operasi katarak melibatkan kedua mata bisa dipertimbangkan menggunakan
monovision. Hal ini dengan menanamkan sebuah IOL di satu mata yang memberikan
penglihatan dekat dan IOL di mata lain yang menyediakan penglihatan jarak.
Biasanya orang dapat menyesuaikan diri. Tapi jika tidak bisa, penglihatan mungkin
menjadi kabur baik dekat dan jauh. Masalah lain adalah bahwa persepsi kedalaman dapat
menurun karena visus binokuler kurang – yang berarti, mata tidak bekerja sama.
Aspheric IOL
IOL berbentuk bola, yang berarti permukaan depan secara seragam
melengkung. IOL aspheric, pertama kali diluncurkan oleh Bausch + Lomb pada tahun
2004, yang sedikit datar di pinggiran dan dirancang untuk memberikan sensitivitas
kontras yang lebih baik. Lensa ini memiliki kemampuan untuk mengurangi
penyimpangan visual.
Beberapa ahli bedah katarak memperdebatkan manfaat IOLs aspheric, karena
manfaat sensitivitas kontras tidak dapat berlangsung pada pasien yang lebih tua karena
sel-sel ganglion retina adalah penentu utama sensitivitas kontras dan pada usia tua secara
bertahap kehilangan sel-sel ini. Namun, orang muda yang menjalani operasi katarak
sekarang cenderung memiliki sel ganglion lebih banyak dan lebih sehat. Jadi mereka
akan dapat menikmati sensitivitas kontras yang lebih baik untuk waktu yang lama.
Blue Light-Filtering IOLs
IOL ini memfilter baik ultraviolet (UV) dan energi tinggi sinar biru, yang keduanya
terkandung dalam cahaya alami maupun buatan. Sinar UV telah lama dicurigai bisa
menyebabkan katarak dan gangguan penglihatan lain, dan IOL
banyak menyaring mereka keluar seperti lensa mata alami sebelum penghapusan
dalam operasi katarak. Sinar biru, yang berkisar 400-500 nanometer (nm) dalam
spektrum cahaya, dapat menyebabkan kerusakan retina dan berperan dalam timbulnya
degenerasi makula.
IOL ini berwarna kuning transparan untuk menyaring sinar biru. Sebenarnya warna ini
mirip dengan lensa kristal alami. Warna kuning ini tidak mengubah warna lingkungan
atau kualitas penglihatan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa
sensitivitas kontras mungkin hilang dengan pemakaian IOL jenis ini. Dalam studi
Austria, beberapa orang yang menggunakan IOL ini melihat adanya penurunan
kualitas penglihatan ketika mereka diberi kuesioner. Sebuah studi yang dilaporkan dalam
edisi Desember 2010, Journal of Cataract & Refractive Surgery menemukan bahwa
pasien katarak dengan IOL berwarna kuning memiliki kesulitan melihat dalam rentang
warna biru pada kondisi pencahayaan yang kurang.
“Piggyback” IOL
Bila pasien memiliki hasil yang kurang dari optimal dari lensa intraokular asli yang
digunakan dalam operasi katarak, ada pilihan untuk memasukkan lensa
tambahan dari yang dimiliki saat ini. Hal ini dikenal sebagai “lensa piggyback”,
mungkin dapat memperbaiki penglihatan dan dianggap lebih aman daripada
mengeluarkan dan mengganti lensa yang ada.
Jika diperlukan derajat yang sangat tinggi dalam koreksi visus, seperti
untuk miopia berat atau astigmatisme, dapat disarankan kombinasi kekuatan dari dua
lensa intraokular pada satu mata dengan menggunakan “lensa piggyback”.

DAFTAR PUSTAKA

Asbury, Vaughan. Glaukoma. Dalam : Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran ECG; 2010.

BEM FK Udip. Dalam : Ilmu Kesehatan Mata. Semarang : Falkutas Kedokteran Universitas

Diponegoro; 2009.

Ilyas S. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin; 2007.

Ilyas S. Lensa Mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

Kedokteran; edisi ke-2. Cetakan I. Jakarta: FKUI, 2002: 143-157.

Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilmu Penyakit Mata; edisi

ke-3. Cetakan I. Jakarta: FKUI, 2006: 200-211.

James, bruce.dkk.2006. lecture notes oftalmologi edisi kesembilan.Jakarta: Erlangga

Khurana, A.K., Comprehensive Opthalmology : Disease Of TheCornea., New Age Int: New

Delhi., 2007.
Kumar K., Childhood cataract : Aetiology and management[serial ordine] 2004; 17: 50.

Available Acessed August 13, 2009.

Lens and cataract. In: Basic and clinical sciences course. Section 11. Chapter 1,3,4.

American Academy of Ophtalmology: Mosby; 2008-2009. p.5-9,19-29Wijana, N.,

1983, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : 41-42.

Lumbantobing, S.M 2008. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental, Jakarta:fakultas

kedokteran Indonesia

Rahmadani, Siti. Diktat Kuliah Ilmu Penyakit Mata Tingkat IV. Jakarta: 2007.

Anda mungkin juga menyukai