Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

MASA NIFAS PADA PERSALINAN NORMAL DENGAN PEB (PRE


EKLAMPSIA BERAT) DI RUANG ADAS MANIS RSPA BOYOLALI

Disusun Oleh :

Rika Fatmawati
NIM. PB1801045

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN AJARAN 2018/2019
Tinjauan Teori

A. PEB (Pre Eklampsia Berat)


1. Penegrtian PEB
Preeklamsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai peningkatan
tekanan darah dan proteinuria (Cuningham, 2013). Preeklamsia adalah penyulit
kehamilan yang akut yang timbul 20 minggu kehamilan disertai proteinuria (Saifuddin,
2009).
Preeklamsia berat adalah  preeklamsia dengan tekanan darah sistolik >160 mmHg
dan tekanan darah diastolic >110 mmHg disertai proteinuria yang diukur secara
kualitatif sebesar +2 persisten atau lebih (gr/liter) (Cuningham, 2013).
Preeklampsia pada perkembangannya dapat berkembang menjadi eklampsia, yang
ditandai dengan timbulnya kejang atau konvulsi. Eklampsia dapat menyebabkan
terjadinya DIC (Disseminated intravascular coagulation) yang menyebabkan jejas
iskemi pada berbagai organ, sehingga eklampsia dapat berakibat fatal

2. Etiologi PEB
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori
telah dikemukakan tentang terjadinya preeklamsia, tetapi tidak ada satupun teori
tersebut yang dianggap mutlak benar. Menurut Prawirohardjo (2009). Teori tentang
etiologi preeklamsia yang sekarang banyak dianut adalah :
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Tidak terjadinya invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan
jaringan matriks di sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan
keras, sehingga relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling
arteri spiralis.
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, disfungsi endotel
Terjadinya kegagalan remodeling arteri spiralis mengakibatkan plasenta
mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan dan radikal bebas.
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
d. Teori adaptasi kardiovaskular genetik

Hilangnya daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, dan terjadinya peningkatan


kepekaan terhadap bahan vasopresor.

a. Teori defisiensi gizi


Konsumsi cukup gizi, misalnya minyak ikan atau asam lemak tak jenuh dan
kalsium dapat menurunkan resiko terjadinya preeklamsi.
b. Teori inflamasi
Terjadinya disfungsi endotel karena produksi debris trofoblas berlebihan
mengakibatkan aktivitas leukosit yang sangat tinggi.

Faktor Predisposisi

a. Usia : primigravida dengan usia di bawah 20 tahun dan semua ibu dengan usia
di atas 35 tahun dianggap lebih rentan.
b. Paritas : primigravida memiliki insiden hipertensi hampir dua kali lipat.
c. Komplikasi obstetrik : kehamilan kembar, kehamilan mola atau hydrops fetalis.
d. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya : hipertensi kronis, penyakit ginjal,
diabetes mellitus, sindrom antifosfolipid antibodi (Edwin, 2013)

Faktor risiko

Faktor risiko terjadinya preeklamsia menurut Prawirohardjo (2009):

a. Primigravida, primiparitas
b. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan ganda, diabetes mellitus,
hidropsfetalis, bayi besar
c. Riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia
d. Penyakit-penyakit ginjal atau hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
e. Obesitas
3. Tanda dan Gejala PEB
Menurut Cuningham (2013) beberapa tanda dan gejala preeklamsia berat yaitu :
a. Gejala : Gejala-gejala disfungsi sistem saraf pusat (sakit kepala berat, penglihatan
kabur) dan Gejala-gejala peregangan kapsul hati (nyeri kuadran kanan atas
dan/atau epigastrik).
b. Tanda Klinis : Peningkatan tekanan darah yang berat (didefinisikan sebagai
TD>160/110 mmHg), Edema paru dan Cedera serebrovaskular.
c. Temuan laboratorium, berupa :

1) Proteinuria secara kualitatif +2 persisten atau lebih ( gr/liter )


2) Oliguria (<500ml/24 jam) atau (<30ml/1 jam)
3) Cedera hepatoselular (kadar serum transaminase ³2x normal)
4) Trombositopenia (<100.000 trombosit)

4. Patofisiologi PEB
Pada ibu bersalin dengan preeklamsia berat terjadi beberapa gejala klinik seperti
tekanan darah tinggi, oedema pada ekstremitas dan muka, serta protein urine positif.
Pada kasus preeklamsia berat terjadi spasme hebat arteriola glomerulus pada biopsi
ginjal. Lumen arteriola menjadi sempit sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah
akan naik. (Sofian, 2012)
Protein urine disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi kerusakan pada
glomerulus yang akan meningkatkan permeabilitas membran basalis dan menyebabkan
terjadinya kebocoran pada filtrasi glomerulus. (Sofian, 2012)
Pada kasus persalinan dengan preeklamsia, dapat menyebabkan iskhemia plasenta
yaitu terjadi vasospasmus yang menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralis
deciduae dengan akibat menurunya aliran darah ke plasenta. Dengan demikian terjadi
gangguan nutrisi maupun oksigenasi bagi janin. (Sofian, 2012)

5. Penatalaksanaan PEB
Tujuannya : mencegah kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan
suportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan :
a. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
b. Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
c. Pemberian obat antikejang.
d. Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru, payah
jantung. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
e. Pemberian antihipertensi
Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut off) tekanan darah, untuk
pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort mengusulkan cut offyang dipakai
adalah ≥ 160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg. Di RSU Soetomo Surabaya batas
tekanan darah pemberian antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik ≥ 180 mmHg
dan/atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
f. Pemberian glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu.
Diberikan pada kehamilan 32 – 34 minggu, 2 x 24 jam. Obat ini juga diberikan
pada sindrom HELLP.

B. Masa Nifas
1. Pengertian Persalinan Spontan
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat,
2008). Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Mitayani, 2009). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Prawirohardjo, 2009). Persalinan spontan adalah persalinan
seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

2. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2013). Wanita yang
melalui periode puerperium disebut puerpura.
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting
dalam nifas adalah involusi dan laktasi ( Saifuddin, 2016).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali
pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru
(Mitayani, 2009)

3. Klasifikasi Masa Nifas


Nifas dibagi menjadi 3 periode :
a. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
b. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
c. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (bisa
dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun)

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetalia ini dalam keseluruhannya involusio. Perubahan-perubahan yang lain yang
penting yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi.  Yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mammae.

4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Involusi uterin
Involusi uterin terjadi 4-6 minggu dengan prinsip pengecilan sel miometrium dan
kondisi normal setelah kelahiran bayi pada ukuran dan kondisi normal setelah
kelahiran bayi.
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi.

Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram


Uri lahir 2 jari di bawah perut 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat 500 gram
simpisis
2 minggu 350 gram
Tidak teraba di atas
6 minggu simpisis 50 gram
8 minggu Bertambah kecil 30 gram

Sebesar normal

b. Kontraksi uterin
Intesintas konstraksi uterin meningkat secara bermakna setelah persalinan bayi
merupakan respon untuk mengurangi jumlah volume intra uterin, biasanya
berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.

c. Tempat pelepasan plasenta


Segera setelah plasenta dan membrank-membran dikeluarkan terjadi kontraksi
vaskuler dan trombos untuk menutupi kembali timbulnya plasenta dengan nodul-
nodul yang ireguler dan elevasi. Regresi endometrium sempurna pada saat akhir
minggu ketika post partus kecuali pada tempat pelepasan plasenta. Placental bed
mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm,
sesudah 2 minggu terjadi 3,5 cm. Pada minggu keenam 2, 4 cm dan akhirnya pulih.

d. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Pada awal pemulihan uterin post persalinan adalah merah terang tua
kemudian coklat kemerahan. Menurut Rustam Mochtar (2010) lochea ada :
a. Lochea rubra (kruenta) keluar dari 1-3
pasca persalinan. Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
b. Lochea sanguinolenta (keluar 3-7 pasca
persalinan) berwarna merah kuning berisi darah dan lendir.
c. Lochea serosa (keluar hari ke 7-14 pasca
persalinan) berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi.
d. Lochea alba, cairan putih, setelah 2
minggu.
e. Serviks
Bagian atas serviks sampai segmen bagian bawah uterin menjadi sedikit oedem,
menipis dan flagii untuk beberapa hari setelah persalinan seperti corong berwarna
merah kehitaman, konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat perlukaan-
perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah
2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

6. Vulva dan vagina


Vulva dan vagina beberapa hari pertama setelah persalinan tetap dalam keadaan
kendur tetapi setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali ke dalam, keadaan tidak
hamil dari regue dalam vagina biasanya sedikit membuka setelah wanita tersebut
melahirkan.

7. Perineum
Setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya terenggang oleh
tekanan kepala bayi bergerak maju.

8. Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah
bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak
jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi kendor, setelah melahirkan kebiasaan
wanita Indonesia melakukan “berkusuk” atau berurut dimana sewaktu melahirkan
ligamenta, fasia dan jaringan penunjang menjadi kendor. Jika dilakukan kusuk/
urut banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau terbalik untuk
memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan dan gimnastik pasca
persalinan.

9. Dinding abdominal blood


Pada waktu seorang wanita terdiri pada hari pertama setelah persalinan otot-otot
abdominal tidak dapat menahan isi abdomen. Abdomen menonjol dan memberikan
bentuk seperti masih hamil. Diperlukan waktu kira-kira 6 minggu sebelum dinding
abdominal kembali seperti semula.

10. Payudara
Sekresi dan eksresi kolostrum berlangsung beberapa hari setelah persalinan pada
hari ke 4 atau ke 5 payudara menjadi penuh, tegang, bengkak, keras, perih dan
hangat ketika disentuh. Menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari
kehamilan telah menjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae, yaitu :

a. Proliferasi jaringan pada kelenjar-


kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.
b. Keluaran cairan susu jolong dari duktus
laktiferus disebut colostrums berwarna kuning putih susu.

5. Perubahan Psikologis Masa Nifas


Depresi akan terjadi pada ibu post partum yang baru pertama kali mempunyai anak
dan mendapatkan anaknya sedang menangis. Apabila depresi terjadi lebih dari atau dua
hari pasien harus dirujuk ke bagian psikiatrik untuk menyingkirkan kemungkinan
psikosis nifas. Penyesuaian maternal dapat dibagi dalam 3 fase penyesuaian ibu
terhadap peran prenatal, yakni :
a. Fase dependen (fase taking – in)
Pada 1-2 hari post partum setelah melahirkan dalam memenuhi kebutuhannya ibu
sangat tergantung pada orang lain. Energi psikologis ibu tercurah pada bayi. Fase
ini berlangsung hanya dalam waktu 24 jam setelah persalinan. Fase dependen
merupakan waktu dimana ibu biasanya sangat cerewet dalam memverbalisasikan
pengalamannya selama kehamilan dan persalinan.
b. Fase dependen-independen (taking-hold)
Pada fase ini ibu akan memilih antara kebutuhan untuk asuhan yang luas dari
penerimaan orang lain. Dalam 6-8 minggu setelah melahirkan penguasaan tugas
sebagai orang tua adalah sangat penting. Penerimaan yang realities mempermudah
fungsionalisasi keluarga selanjutnya.
c. Fase independen (letting go)
Ibu mampu merawat bayinya sendiri dan perhatikan ibu pada bayinya meningkat.
Dan hubungan anggota keluarga-keluarga kembali harmonis seperti sebelum hamil.

6. Pathway
Terlampir

7. Data Fokus Masa Nifas


a. Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis
kelamin,
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : biasanya  klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit
kepala,
2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
c. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
d. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
e. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
f. Riwayat KB
g. Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut
KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan
pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan
kontrasepsi.

8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada masa nifas adalah sebagai berikut
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
b. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
c. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi
uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
e. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
f. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
g. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
h. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
i. Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan.
9. Intervensi Keperawatan
DX NOC NIC
Nyeri b/d 1. Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
agen injury 1. Lakukan pengkajian nyeri
fisik 2. Tingkat Nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
3. Pemulihan pembedahan : segera
frekuensi, kualitas, intensitas atau
setelah operasi
beratnya nyeri dan factor pencetus
2. Pastikan perawatan analgesic bagi
Setelah dilakan tindakan Asuhan
pasien dilakukan dengan
keperawatan yang diberikan kepada
pemantauan yang ketat
pasien selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang dengan 3. Tentukan akibat dari pengalaman
Kriteria Hasil : nyeri terhadap kualitas hidup
1. Sering menunjukkan mengenali pasien (misalnya, tidur, nafsu
kapan nyeri terjadi, makan, pengertian, perasaan,
menggambarkan factor hubungan, performa kerja, dan
penyebab, menggunakan tanggung jawab peran)
tindakan tanpa analgesik,
melaporkan nyeri yang 4. Berikan informasi mengenai nyeri
terkontrol dan menggunakan
5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
analgesic yang di
nyeri
rekomendasikan
6. Ajarkan penggunaan Teknik non
2. Tidak ada nyeri yang
farmakologi
dilaporkan, ekspresi nyeri
wajah, ketegangan otot dan 7. Berikan individu penurun nyeri
mengerluarkan keringat. yang optimal dengan persepan
analgesic
3. Deviasi ringan dari kisaran
normal dengan kepatenan jalan 8. Evalusai keefektifan dari tindakan
nafas, tekanan darah, tekanan pengontrolan nyeri yang dipakai
nadi, suhu tubuh, irama selama pengkajian nyeri dilakukan
pernafasan, tingkat kesadaran
dan integritas jaringan
4. Tidak ada nyeri, perdarahan,
cairan merembes pada balutan
dan pembengkakan pada sisi
luka

Resiko 1. Keparahan Infeksi Kontrol Infeksi


infeksi b/d 2. Status Imunitas 1. Ajarkan pasien mengenai tehnik
trauma 3. Kontrol Risiko mencuci tangan dengan benar
jalan lahir Setelah diberikan Asuhan 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
keperawatan kepada pasien selama kegiatan perawatan pasien
3 x 24 jam diharapkan masalah 3. Jaga lingkungan aseptik yang
teratasi dengan Kriteria Hasil : optimal selama penusukan di
1. Tidak ada kemerahan, drainase samping tempat tidur dari saluran
yang purulen, nanah dalam penghubung
urine, demam, dan 4. Pastikan tehnik perawatan luka
ketidakstabilan suhu yang benar
2. Tidak terganggu fungsi 5. Tingktakan intake nutrisi yang
genitourinary, suhu tubuh, dan tepat
intregitas kulit 6. Dorong intake cairan yang sesuai
3. Secara konsisten menunjukkan 7. Berikan terapi antibiotik yang
mencari informasi risiko sesuai
kesehatan, mengidentifikasi
faktor risiko, dan memonitor
faktor risiko individu
Resiko 1. Keseimbangan Cairan Pencegahan Perdarahan
defisit 2. Hidrasi 1. Monitor dengan ketat risiko
volume 3. Status cairan : Asupan Makanan terjadinya perdarahan
cairan b/d dan Cairan 2. Catat nilai hemoglobn dan
pengeluara hematokrit sebelum dan setelah
n yang Setelah dilakan tindakan Asuhan pasien kehilangan darah sesuai
berlebihan; keperawatan yang diberikan kepada indikasi
perdarahan; pasien selama 3 x 24 jam 3. Monitor tanda dan gejala
diuresis; diharapkan cairan tercukupi dengan perdarahan menetap
keringat Kriteria Hasil : 4. Pertahankan agar pasien tetap tirah
berlebihan. 1. Sedikit terganggu tekanan baring jika terjadi perdarahan aktif
darah, keseimbangan intake dan 5. Berikan produk-produk
output dalam 24 jam, turgor penggantian darah
kulit, dan kelembaban membran Manajemen Cairan
mukosa 1. Jaga intake/asupan yang akurat dan
2. Sedikit terganggu turgor kulit, catat output pasien
membran mukosa lembab, 2. Monitor status hidrasi (misalnya
intake cairan dan output cairan. membran mukosa lembab, denyut
3. Sebagian besar adekuat asupan nadi adekuat, dan tekanan darah
makanan secara oral, asupan ortostatik)
cairan secara oral dan asupan 3. Monitor tanda-tanda vital pasien
cairan intravena 4. Berikan cairan IV
5. Monitor hasil laboratorium yang
relevan dengan retensi cairan
( misalnya peningkatan berat jenis,
peningkatan BUN, penurunan
hematokrit dan peningkatan kadar
osmolalitas urin)

Monitor Cairan
1. Tentukan jumlah dan jenis
intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi
2. Periksa isi ulang kapiler
3. Periksa turgor kulit
4. Monitor membran mukosa, turgor
kulit, dan respo haus
5. Pastikan bahwa semua IV dan
asupan enteral berjalan dengan
benar
Daftar Pustaka

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016.Nursing


Interventions Classification (NIC).Singapore : Elsevier Global Rights.

Cunningham, F.G., et al. 2013. Obstetri William. Edisi 23. Jakarta: EGC. pp: 741-85

Herdman, T Heather, Shigemi Kamitsuru.2018.NANDA-I Diagnosa Keperawatan :


Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Alih Bahasa Budi Anna Keliat,Henny Suzana
Mediani, Teuku Tahlil.Jakarta : EGC
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016.Nursing Outcomes Classification
(NOC).Singapore: Elsevier Global Rights

Prawiroharjo.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp:


530-58

Saifuddin, A.B. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp: 212-500
Boyolali, Februari 2019
Mahasiswa

Rika Fatmawati

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Chori Elsera, S.Kep.Ns. M.Kep Sulastri Amd. Keb

Anda mungkin juga menyukai