Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK 5
DISUSUN OLEH :
1. WIJAYANTO (185503359)
Tiada kata yang pantas kami ucapkan terkecuali syukur kepada yang Maha Kuasa
atas rahmat dan berkatnya kepada saya dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan
Mata Kuliah Manajemen Pemasaran. Selain itu, isi makalah dapat dijadikan
pembelajaran dan pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam kesempatan ini saya
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prihartini Budi Astuti, S.E., M.Acc.,Ak sebagai
Dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberi tugas pembuatan makalah ini, yang
mana bagi saya sebagai suatu nilai tambah untuk pengetahuan dan juga pengembangan
kpribadian saya.
Saya sangat menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna terutama mengenai masalah dalam
penyampaian bahasa dan struktur isi makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
Kebumen, 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dari sudut ekonomi makro kebijakan fiskal dapat dilihat dari dua sisi,
kebijakan yang bersifat kontraktif (ketat) dan kebijakan yang bersifat ekspansif
(longgar). Umumnya kebijakan kontraktif dijalankan ketika perekonomian sedang
mengalami pemanasan dengan tujuan meredam perekonomian biasanya dilakukan
untuk menekan laju inflasi. Kebijakan fiskal kontraktifl juga bisa dilakukan
dalam upaya konsolidasi fiskal guna mewujudkan ketahanan fiskal yang
berkelanjutan atau dengan kata lain menciptkan kesinambungan fiskal.
Kesinambungan fiskal berkaitan dengan keseimbangan primer dan kondisi utang
suatu negara. Posisi fiskal akan aman apabila PDB tumbuh lebih tinggi dari
pertumbuhan stok utang dan bersifat continue . Buiter dan Graf (2002)
mendefinisikan kesinambungan fiskal suatu negara sebagai ketiadaan resiko gagal
bayar. Sementara Ntamatungiro (2004) menekankan kebijakan fiskal dapat
disebut berkesinambung apabila kebijakan fiskal dimaksud dapat memelihara
rasio utang terhadap PDB minimal konstan, atau secara bertahap menurun. Jika
pertambahan utang diiringi dengan kenaikan PDB yang sama ataupun lebih besar
bukanlah merupakan ancaman bagi kesinambungan fiskal.
1.2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Pengertian kebijakan Fiskal yaitu merujuk pada sebuah kebijakan yang dibuat oleh
sebuah pemerintah untuk dapat mengarahkan pada ekonomi suatu negara yang melalui
pengeluaran dan pendapatan ( berupa pajak ) pemerintah. Kebijakan fiskal ini sangat berbeda
sekali dengan kebijakan moneter yang bertujuan men-stabilkan suatu perekonomian dengan
cara mengontrol dalam tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama
kebijakan fiskal ialah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan
pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variable-variable berikut ini :
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang berasal
dari migas.Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai kewajiban melakukan
pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan yang dilakukan.Pajak yang
dibayarkan digunakan semata-mata untuk pembangunan negara tersebut.Kebijakan
pemerintah atas perpajakan mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax
reform (pembaharuan pajak).Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya
perubahan di dalam masyarakat, seperti meningkatnya pendapatan, meningkatnya.
Salah satu gagasan utama Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan fiskal
dapat dan hendaknya digunakan untuk menstabilkan tingkat keluaran dan peluang
kerja. Secara spesifik menurut Keynes, terdapat dua hal yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dalam kebijakan fiskal yaitu:
Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh
pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan
meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya
kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum.
Menurut Gambar 2.1, penerimaan negara di Indonesia dari tahun 2006 sampai
tahun 2008 selalu meningkat diiringi dengan belanja negaranya. Namun pada tahun
2008 terjadi krisis keuangan global Amerika yang kemudian berdampak pada APBN
Indonesia, yaitu terjadi penurunan penerimaan negara dan belanja negara pada tahun
2009.
Selain masalah defisit anggaran, aspek lain yang penting adalah masalah
sinkronisasi kebijakan fiskal dengan siklus bisnis perekonomian. Idealnya, kebijakan
fiskal memiliki sifat sebagai automatic stabilizer perekonomian. Artinya, dalam
kondisi perekonomian sedang mengalami ekspansi, maka pengeluaran pemerintah
seharusnya berkurang atau penerimaan pajak yang bertambah. Sebaliknya, jika
perekonomian sedang mengalami kontraksi, kebijakan fiskal seharusnya ekspansif
melalui peningkatan belanja atau penurunan penerimaan pajak.
Untuk kasus Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Akitoby, et.al. (2004)
dan Baldacci (2009) belum menemukan adanya countercyclicality dalam kebijakan
fiskal. Karakter kebijakan fiskal Indonesia lebih cenderung asiklikal atau bahkan
prosiklikal. Kesimpulan tersebut juga diperkuat oleh riset di Bank Indonesia
(2009) bahwa kebijakan fiskal Indonesia cenderung bersifat asiklikal secara agregat
atau justru prosiklikal jika berdasarkan pengelompokan pengeluaran. Sifat siklikalitas
yang demikian berpotensi memberikan tekanan instabilitas dalam perekonomian ,
seperti kenaikan inflasi. Plotting antara rasio pengeluaran pemerintah, dengan tidak
memasukkan pembayaran bunga, dengan pertumbuhan ekonomi menunjukkan
adanya hubungan yang searah pada periode setelah krisis 1998. Sebelum krisis
ekonomi 1998, hubungan diantara kedua variabel tersebut cenderung berlawanan
arah. Grafik 1 menggambarkan pengeluaran pemerintah terhadap PDB dan
pertumbuhan PDB yang menggambarkan hubungan searah pada periode setelah krisis
1998. Sebelum krisis ekonomi 1998, hubungan kedua variable tersebut cenderung
berlawanan arah.
Dalam menangani kedua permasalahan tersebut diantaranya ada empat solusi yaitu:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/12/19/analisis-kebijakan-
fiskal-di-indonesia-620852.html
https://www.dosenpendidikan.co.id/kebijakan -fiskal/