Anda di halaman 1dari 9

RESUM TEORI AKUNTANSI

“EARNING MANAGEMENT”

KELOMPOK 8

ANGGOTA:

1. Siti Qamariah T. 2016310353


2. Affifa May W. 2017310757
3. Andhara Ratna S. 2017310778
4. Hudhoifatun Noviva 2017310789
5. Linggar Palupi 2017310793

STIE PERBANAS SURABAYA


CHAPTER 11

Earning Management

A. Overview

Sebuah peneliti mendefinisikan earning management sebagai pilihan yang


dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai
beberapa tujuan tertentu. Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori
keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktek manajemen laba
dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan pemilik
(principle) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.

Teori keagnenan memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata


termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent. Pihak pemilik (principal) termotivasi
mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu
meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi pinjaman maupun
kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena
pemilik (principal) tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk
memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham
(pemilik).

Dalam hubungan keagenan, pemilik (principal) tidak memiliki informasi yang


cukup tentang kinerja agen, agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai
kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan
agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi.
Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya
sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang
dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh
pemilik (principal). Berdasarkan informasi di atas, maka earning management adalah
suatu usaha atau upaya dalam mengatur pendapatan atau keuntungan untuk
kepentingan-kepentingan tertentu yang dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi tertentu.
Ada dua cara dalam memahami earning management yaitu sebagai berikut:

1. Memandang manajemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer untuk


memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang dan kos
politik.
2. Memandang manajemen laba dari perspektif kontrak efisien, artinya earning
management memberi fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dari
perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan
pihak-pihak yang terlihat dalam kontrak.

B. Pola dalam Manajemen Laba


1. Taking a bath
Terjadinya taking a bath pada periode yang menjenuhkan atau reorganisasi
termasuk pengangkatan CEO yang baru. Bila pemesahan melaporkan laba
yang tinggi, maka manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi,
konsekuensinya adalah manajer akan menghapuss aktiva dengan harapan
bahwa laba yang akan datang dapat meningkat.
2. Income minimization
Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak
mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa
penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan
pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya
ekslporasi.
3. Income maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk
tujuan bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data
akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut
guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Jadi
tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan yang melakukan
pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan.
4. Income smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan
meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama
bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yaang relatif
stabil.

C. Tujuan Earning Management untuk Mendapatkan Bonus

Alasan mendapatkan bonus ini merupakan adanya sebuah asimetri informasi


mengenai keuangan perusahaan yang menyebabkan pihak manajemen dapat
mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka. Motivasi bonus
merupakan dorongan manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya
untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer perusahaan
dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang
meningkatkan pendapatan yang dilaporkan pada periode berjalan. Disini ada
beberapa asumsi penjelasaan untuk poin akrual yaitu sebagai berikut :

a) Beban amortisasi, beban amortissasi tahunan yang ditetapkan oleh kebijakan


amortisasi perusahaan dan mengestimasikan manfaat ekonomis asset
b) Kenaikan pada piutang usaha bersih, berasumsi bahwa ini berasal dari
penurunan penyisihan piutang tak tertagih, yang dihasilkan dari perkiraan
konservatif dikurangi dari tahun-tahun sebelumnya.
c) Kenaikan pada persediaan, berasumsi bahwa ini berasal dari perusahaan
manufaktur yang kuat pada saham selama periode kapasitas produksi yang
berlebihan. Hasilnya adalah termasuk biaya overhead dalam persediaan tetap
daripada sebagai penambahan beban volume yang bervariasi yang
menguntungkan.
d) Penurunan pada utang usaha dan kewajiban akrual, berasumsi bahwa ini berasal
dari perusahaan yang lebih optimis tentang klaim garansi pada produk-
produknya dari yang telah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
D. Motivasi Lain Pada Earnings Management
 Motivasi Kontrak
Kontrak hutang biasanya tergantung pada variabel akuntansi, yang timbul dari
masalah moral hazard antara manajer dan pemberi pinjaman yang tidak terwujud.
Untuk mengendalikan masalah ini, kontrak pinjaman jangka Panjang biasanya
berisi perjanjian untuk melindungi terhadap tindakan oleh manajer yang
menentang kepentingan pemberi pinjaman. Manajemen laba untuk tujuan
perjanjian hutang mengikuti teori kontrak efisisen. Mengingat bahwa pelanggaran
perjanjian dapat menimbulkan biaya besar, manajer perusahaan diharapkan untuk
menghindarinya. Manajaer akan berusahaan untuk menghindari menjadi dekat
dengan pelanggaran, karena ini akan membatasi kebebasan bertindak mereka
dalam mengoperasikan perusahaan. Dengan demikian, manajemen laba dapat
muncul sebagai alat untuk mengurangi kemungkinan pelanggaran perjanjian
dalam kontrak hutang.
 Memenuhi Motivasi Ekspektasi Laba Investor dan Mempertahankan
Reputasi

Ekspetasi penghasilan investor dapat dibrntuk dengan berbagai cara, seperti


penghasilan untuk periode yang sama tahun lalu atau pada analis atau firma
perusahaan yang melaporkan pendapatan lebih besar dari yang diharapkan telah
menikmati kenaikan saham secara signifikan. Dan sebaliknya perusahaan dengan
pendapatan yang lebih kecil dari harapan mengalami penurunan harga saham yang
sangat besar.

Manajer memilliki insentif yang kuat untuk memastikan bahwa ekspetasi


pendapatan terpenuhi, terutama jika mereka memiliki ESOs atau kompensasi terkait
saham lainnya. Salah satu caranya adalah mengelola pendapatan ke atas. Kegagalan
untuk memenuhi harapan pendapatan investor memiliki efek langsung pada harga
saham perusahaan dan biaya modal.
 Stock Offerings
Ketika suatu perusahaan berencana untuk menerbitkan saham baru atau
tambahan kepada public, manajemen menghadapi godaan untuk mengelola penilaian
ke atas , sehingga dapat memaksimalkan jumlah yang diterima dari perusahaan. Hal
ini perusahaan dapat menggunakan IPO. Initial Public Offering (IPO) adalah
penawaran perdana saham oleh perusahaan yang hendak go public kepada investor
yang berminat, dengan melakukan IPO perusahaan yang awalnya berbentuk privat
maka menjadi perusahaan yang go public.

E. Sisi Baik Earnings Management


 Komunikasi diblokir
Konsep komunikasi yang terhambat atau diblokir dimaksudkan ketika agen
yang memperoleh informasi khusus sebagai bagian dari keahlian mereka, dan
informasi ini bias sangat mahal untuk berkomunikasi kepada pelaku utama, yakni
komunikasi diblokir.
Ada banyak cara untuk mengurangi blokir. Seperti Gu dan Li (2007)
melporakan peningkatan reaksi pasar positif terhadap pengungkapan strategi bisnis
oleh perusahaan teknologi tinggi, Hirst, Koonce, dan Venkataraman (2007)
melaporkan, berdasarkan penelitian eksperimenental dan biaya serta pendapatan
bersih meningkatkan kredibilitasnya. Selain 2 cara itu, perusahaan bias menggunakan
manajemen laba untuk menjadi perangkat untuk mengurangi penyumbatan. Dengan
manajemen laba, pemblokiran dari informasi orang dalam menajaer dengan cara
akresi besar untuk menghasilkan hasil yang diinginkan memiliki kredibilitas.
Pembukaan atas informasi manajer melalui akrual diskresioner yang membuat hasil
yang diinginkan memiliki kepercayaan.

 Bukti Empiris Sisi Baik Earnings Management


Banyak bukti yang menunjukkan sisi baiknya. Seperti temuan Sweeny, bahwa
perusahaan yang gagal dalam perjanjian hutang yang menggunakan tingkat akrual
diskresioner yang meningkatkan pendapatan dapat diartikan sebagai oportunistik atau
efisien, tergantung pada apakah perusahaan yang bangkrut berusaha menunda atau
menyembunyikan kesulitan keuangan mereka . serta Cohen dan Zarowin bahwa
perusahaan yang meningkatkan pendapatan yang dikelola modal ke atas dapat
diartikan sebagai oportunistik atau efisisen tergantung pada apakah manajer tidak
berusaha untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan mengorbankan
yang baru, atau apakah manajer itu bereaksi terhadap harapan rasional investor bahwa
perusahaan akan mengelola kenaikan.

Alasan lain untuk perkembangan manajemen laba adalah bahwa ada "baik"
sisi untuk itu. Seperti disebutkan, kita dapat mempertimbangkan sisi baik dari
manajemen laba baik dari kontraktor dan perspektif pelaporan keuangan. Dari
perspektif kontrak sejauh mana laba manajemen bisa baik berhubungan dengan
kontrak yang efisien versus oportunistik bentuk teori akuntansi positif. Berdasarkan
kontrak yang efisien, maka diinginkan untuk memberikan manajer beberapa
kemampuan untuk mengelola pendapatan di dalam menghadapi kontak lengkap dan
kaku. Kita harus berhati-hati untuk tidak selalu menafsirkan bukti manajemen laba
untuk bonus, perjanjian hutang, dan alasan-alasan politik sebagai buruk. Manajemen
laba bisa menjadi alat untuk menyampaikan informasi kepada pasar, sehingga harga
saham dapat lebih mencerminkan prospek masa depan perusahaan.

F. Sisis Buruk Dari Earning Management


 Manajemen Laba Oportunistik
Terlepas dari teori dan bukti penggunaan tanggung jawab manajer laba, ada
juga manajemen laba yang buruk. Dari perspektif kontrak, ini dapat dihasilkan dari
perilaku manajer opportunistic. Kecenderungan manajer untuk menggunakan
manajemen laba untuk memaksimalkan bonus mereka. Ketentuan reorganisasi tidak
mempengaruhi bonus atau kemampuan untuk memenuhi perkiraan pendapatan dan
pengurangan beban di masa depan yang meningkatkan laba masa depan yang
dievaluasi oleh manajer.
Permasalahannya muncul ketika manajemen laba dikaitkan dengan etika,
apakah tindakan manajer melakukan manajemen laba tidak akan menyesatkan
pemakai laporan keuangan. Apalagi karena laba merupakan komponen penting yang
dipantau para pemakai laporan keuangan.Tekanan persaingan untuk menghasilkan
laba yang tinggi bisa menyebabkan perilaku tidak etis, terutama untuk perusahaan
yang menggunakan angka akuntansi untuk penilaian kinerja secara mutlak. Manajer
dengan kinerja keuangan yang buruk dan perusahaan dengan laba rendah lebih mudah
melakukan tindakan tidak etis dibandingkan manajer dengan kinerja keuangan baik
dan perusahaan dengan laba.

G. Apakah Manajer Menerima Pasar Sekuritas Efisien?


Pertanyaan apakah manajer menerima pasar sekuritas efisien dapat dicerimkan
melalui laba proforma. Pada laba proforma bahwa ukuran ini lebih baik untuk
menggambarkan kinerja perusahaan dari laba bersih GAAP.Namun, ketika laporan
laba-rugi yang didasarkan oleh GAAP tersedia, pasar yang efisien akan menyesuaikan
secara cepat untuk item yang dihilangkan dari laba proforma. Akibatnya, tekanan
manajer atas laba proforma menyarankan mereka untuk tidak menerima efisiensi.

H. Menganalisis Ucapan Manajer Untuk mendeteksi manajemen laba yang buruk.


Dalam menganalisis hal tersebut dapat menggunakan program komplemen
canggih digunakan untuk menganalisis kata-kata tertulis dan lisan dari para manajer
untuk isyarat yang dapat mengungkapkan keyakinan mendasar mereka tentang kinerja
perusahaan dimasa depan dan apakah mereka jujur dalam mengomunikasikan
keyakinan ini. Dalam hal ini ada juga studi yang dilakukan Hobson, Mayew, dan
Venkatachalam yang berorientasi pada deteksi salah saji manajer atas kinerja
keuangan selama panggilan konferensi yang biasanya menyertai rilis informasi
pendapatan.
Studi ini didasarkan pada teori perilaku disonasi kognitif. Dibawah teori ini,
disonasi muncul ketika seseorang bertindak dengan cara yang bertentangan dengan
presepsi diri orang tersebut. Teori ini memrediksi bahwa subjek yang mengalami
disonasi akan mencoba menguranginya. Salah satu caranya adalah mengubah
keyakinannya. Cara lain adalah mundur dari anggota yang membuat disonasi dan
bertanggung jawab. Dengan demikian , jika manajer kita ditanya mengapa penjualan
akan terus meningkat, dia mungkin mencoba mnegubah keyakinannya dengan
memberikan alasan yang meyakinkan.
I. Implikasi bagi akuntan
Implikasi bagi akuntan yang ingin mengurangi manajemen laba yang buruk adalah
menolak efisiensi pasar, tetapi untuk meningkatkan pengungkapan. Pengungkapan
berkualitas tinggi mendorong investor untuk mengevaluasi laporan keuangan
sehingga mengurangi investor menjadi perilaku bias, mengurangi insentif manajer
untuk mengeksploitasi tata kelola perusahaan yang buruk dan ketidakefisienan pasar,
dan mengurnagi kemampuan manajemen untuk melebih-lebihkan kinerja selama
panggilan koferensi.

Anda mungkin juga menyukai