Farmakoterapi
OBAT ANTIPSIKOSIS GOLONGAN 1 (APG-1)
Disebut juga sebagai anti psikosis tipikal, mekanisme kerja memblokade dopamine pada
reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di system limbic dan system
ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala positif. Efek lainnya APG-1 potensi rendah
(contoh : chlorpromazine) lebih bersifat sedasi sehingga lebih efektif untuk pasien yang
lebih agitatif.
Golongan obat :
1. Golongan phenotiazin
Rantai aliphatic : Chlorpromazine
Rantai Piperazine : Perphenazine, Trifluoperazine, Fluphenazine
Rantai piperidine : Thioridazine
2. Golongan butyrophenone
3. Golongan diphenyl-butyl-piperidine
Efek samping :
1. Dosis tinggi dapat menyebabkan sindrom immobilitas yaitu tonus otot meningkat
dan postur abnormal yang disebut katalepsi. Antipsikosis tipikal dapat menurunkan
aktivitas mototrik karena bekerja mengaktifkan neuron dopamine pada substansia
ringan.
2. Ekstrapiramidal sindrom
Parkinsonisme akibat blockade dopamine di ganglia basal
Gejala : rigiditas, bradikinesai, tremor, muka topeng, berjalan dengan menyeret kaki,
lenggang lengan berkurang seperti robot. Gejala sering terjadi antara 5-30 hari
pertama pengobatan
Dystonia akut yaitu spasme otot yang menetap atau intermiten, awitan biasanya
tiba-tiba. Sekitar 10% dystonia terjadi pada jam-jam pertama terapi dan 90% terjadi
dalam 3 hari pertama terapi.
Gejala yang sering muncul yaitu opistotonus, rigiditas otot-otot belakang, retrokolis,
tortikolis leher, krisis okulogirik, spasme pada sebelah atau kedua mata sehingga
mata mendelik ke atas, makroglosia, protrusi lidah, dystonia laring. Dystonia laring
dan faring dapat menyebabkan kematian mendadak.
Akatisia manifestasi kilinik tersering yaitu pasien tidak mmpu duduk diam, jalan
di tempat, pasien merasa gelisah secara subjectif. Pasien akatsia selalu ingin bergerak
atau jalan. Akatsia terlihat pada hari kedua atau ketiga penggunaan antipsikotik,
tersering pada hari ke lima.
3. Tardive dyskinesia
Tardive dyskinesia sering terjadi setelah terapi jangka panjang dengan APG-1.
Pasien dengan tardive dyskinesia sering memperlihatkan gerakan berulang involunter
pada lidah, wajah mulut/rahang, dan anggota gerak dimana pada waktu tidur gejala
tersebut menghilang.
4. Neuroleptik maligna syndrome
Merupakan kondisi yang mengancam kehidupan akibat reaksi idiosinkrasi terhadap
obat antipsikosis (khusu pada long acting, risiko ini lebih besar) semua pasien yang
diberikan obat antipsikosis memiliki risiko untuk terjadi SNM tetapi dengan kondisi
dehidrasi, kelelahan atau malnutrisi, risiko ini akan menjadi lebih tinggi.
Diagnostic SNM :
Efek samping :