Anda di halaman 1dari 37

Laporan Komprehensif II

Klinik KONI SULSEL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN AKTIVITAS


FUNGSIONAL KNEE DEXTRA ET CAUSA
TEAR MENISCUS MEDIAL

Disusun Oleh

VIRGINA REZKY SEPTIA OKA


PO.714.241.16.1.076

PROGRAM STUDI DI.IV JURUSAN FISIOTERAPI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
MAKASSAR
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus praktek komprehensif II di Klinik KONI Sulawesi Selatan tanggal

20 Januari 2020 sampai dengan 15 Februari 2020 dengan judul ”Penatalaksanaan

Fisioterapi pada Gangguan Aktivitas Fungsional Knee Dextra et causa Tear

Meniscus Medial” telah disetujui pembimbing lahan (Clinical Educator).

Makassar, Februari 2020

Clinical Educator Clinical Educator

Dian Amaliah Nawir, S.Ft.Physio,M.Kes Muhammad Rizmadi, S.Ft.Physio

Preceptor

H. Muh. Thahir, S.Ft.Physio,M.Kes


NIP. 19810425 200604 1 008
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3

A. Tinjauan Tentang Kasus ..................................................................... 3


1. Definisi Meniscus Tear ................................................................. 3
2. Anatomi Biomekanik Knee Joint .................................................. 3
3. Osteokinematik Knee Joint .......................................................... 16
4. Etiologi Meniscus Tear ................................................................ 18
5. Patofisiologi Meniscus Tear ........................................................ 19
6. Gambaran Klinis .......................................................................... 19
B. Tinjauan Tentang Pengukuran Fisioterapi ......................................... 20
1. Intensitas Nyeri ........................................................................... 20
2. Muscle Strength Test .................................................................... 21
C. Tinjauan Tentang Intervensi Fisioterapi ............................................ 22
1. Infra Red ..................................................................................... 22
2. TENS ........................................................................................... 23
3. Sport Massage ............................................................................. 23
4. Exercise Therapy ........................................................................ 24
5. Mobilisasi Sendi .......................................................................... 25

BAB III PROSES FISIOTERAPI .................................................................. 26

A. Identitas Umum Pasien ..................................................................... 26


B. Anamnesis Khusus ............................................................................. 26
C. Inspeksi/Observasi ............................................................................. 27
D. Pemeriksaan Fungsi Dasar ................................................................. 27
E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi ............................ 27
F. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi (sesuai konsep ICF) .............. 30
G. Tujuan Intervensi Fisioterapi ............................................................. 31
H. Program Intervensi Fisioterapi .......................................................... 31
I. Evaluasi Fisioterapi ............................................................................ 32
J. Edukasi .............................................................................................. 32

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

Olahraga merupakan bentuk aktivitas fisik yang memerlukan anggota

gerak tubuh secara terencana, terstruktur dan berulang yang mana bertujuan untuk

meningkatkan kebugaran jasmani. Meniscus adalah dua struktur tulang rawan di

area lutut yang bersifat semiulnar dan melekat pada tibia, ke femur dan patela.

Meiscus medial terletak di sisi medial lutut dan berbentuk seperti huruf „C‟

sedangkan meniscus lateral terletak di sisi lateral lutut dengan bentuk hampir

seperti huruf „O‟. Fungsi utama meniscus adalah sebagai shock absorbers dari

tekanan axial antara femur dan tibia. Oleh karena itu, cedera pada salah satu

meniscus dapat mengakibatkan sendi lutut menjadi tidak dapat bergerak secara

bebas karena rasa nyeri yang timbul terutama pada saat kaki menumpuh berat

badan (Antonio et al., 2012).

Pada penelitian yangn dilakukan Majewski cedera meniscus merupakan

cedera paling banyak terjadi ke-dua pada lutut, dengan jumlah kejadian sebanyak

12-14% dengan prevalensi 61 kasus dari tiap 100.000 orang (Mordecai et al.,

2014). Secara keseluruhan insiden palling sering antara laki-laki dan perempuan

adalah sekirat 2,5:1. Insiden paling tertinggi pada kasus cedera meniskus pada

laki-laki yang berumur 30-40 tahun dan perempuan pada umur 11-20 tahun.

Prosedur operasi dari meniskus biasanya dilakukan sekitar 850.000 pasien tiap

tahunnya (Joel, 2017).


Meniscus tear sering terjadi pada kegiatan olahraga seperti terjadi putaran

tajam pada area tungkai karena beban yang tidak seimbang atau terjadi tekanan

yang tinggi antara tibial articular heads dan femur (Joel, 2017). Dalam

penanganan pesien diperlukan adanya satu tim yang terdiri dari berbagai disiplin

keahlian, agar tercapai hasil yang sebaik-baiknya. Salah satunya adalah

penanganan oleh Fisioterapis. Adapun beberapa Intervensi yang diberikan kepada

pasien yaitu, Pemberian IR bertujuan untuk memperlanjar peredaran darah, TENS

bertujuan untuk mengurangi nyeri, dan pemberian Terapi Latihan yang bertujuan

untuk menambah kekuatan otot, ROM dan stabilisasi patella.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kasus

1. Definisi Meniscus Tear

Meniscus tear adalah rusaknya tulang rawan yang berada di atas tibia dan

memungkinkan tulang paha untuk melunjur ketika lutut bergerak bersama

terutama ketika menenmpatkan tekanan yang berat penuh di atasnya dapat

menyebabkan cedera meniskus (Nakayama et al., 2017).

Cedera meniskus merupakan cedera yang sering terjadi pada olahraga

yang melibatkan gerakan berputar dan squat seperti pada bolabasket, sepak bola

atau bulu tangkis. Mekanisme cedera meniskus adalah akibat gerakan berputar

dari sendi lutut dan juga akibat gerakan squat atau fleksi sendi lutut yang

berlebihan (Lennon and Totlis, 2017).

2. Anatomi Biomekanik Knee Joint

a. Anatomi knee joint

Sendi lutut dibentuk dari tiga buah tulang yaitu tulang femur, tulang

tibia, tulang fibula dan tulang patella. Lutut merupakan sendi yang

kompleks dari segi anatomi dan biomekanik (Pratama, 2019).

Gambar 2.1 – Anatomi Knee


Sumber : Pratama, 2019
1) Tulang pembentuk

a) Tulang femur

Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang

kerangka pada bagian pangkal yang behubungan dengan acetabulum

membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris. Di sebelah atas

dan bawah dari columna femoris terdapat laju yang disebut throcanter

mayor dan throcanter minor, di bagian ujung membentuk persendian

knee. Terdapat dua buah tonjolan yang disebut condylus medialis dan

condylus lateralis, diantara kedua condylus ini terdapat lekukan

tempat letaknya tulang tempurung knee (patella) yang disebut dengan

fosa condylus (Pratama, 2019).

b) Tulang tibia

Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal

melekat pada os fibula. Pada bagian ujung membentuk persendian

dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os

malleolus medialis (Pratama, 2019).

c) Tulang fibula

Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang

membentuk persendian knee dengan os femur pada bagian ujungnya.

Terdapat tonjolan yang disebut os malleolus lateralis atau mata kaki

luar (Pratama, 2019).


d) Tulang patella

Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada

tulang femur. Jarak patella dengan tibia sat terjadi gerakn adalah tetap

dan yang berubah hanya jarak patella dengan femur. Fungsi patella di

samping sebagai perekat otot-otot atau tendon adalah sebagai

pengungkit sendi knee. Pada posisi fleksi knee 90 derajat kedudukan

patella diantara kedua condylus femur dan saat ekstensi maka patella

terletak pada permukaan anterior femur (Pratama, 2019).

Gambar 2.2 – Tulang pembentuk knee


Sumber: Pratama, 2019

2) Ligamen

Tulang diikat bersamaan bukan oleh tulang tetapi oleh ligamen dan

otot. Ligamen yang bertugas adalah ligamen collateral dan ligamen

cruciatum. Ligamen cruciatum terletak didalam kapsul sendi dan arena

itu disebut ligamen intracapsular. Terletak antara condilus medial dan

lateral. Ligamen cruciatum terletak saling menyilang (Pratama, 2019).

a) Ligamen anterior cruciatum

Ligamen anterior cruciatum adalah ligamen yang melekat pada

area intercondylaris anterior tibia dan berjalan ke arah atas, ke


belakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior

permukaan medial condylus lateralis femoris (Pratama, 2019).

b) Ligamen posterior cruciatum

Ligamen posterior cruciatum adalah ligamen yang melekat

pada area intercondylaris posterior tibia dan berjalan ke arah atas,

depan dan medial untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan

lateral condylus medialis femoris (Pratama, 2019).

c) Ligamen medial collateral

Ligamen medial collateral adalah ligamen yang melekat pada

condilusmedial femur dan tibia. Serat dari meniscus medial melekat

pada ligamen ini yang ikut serta untuk sering robeknya meniscus

medial selama benturan yang berlebihan (Pratama, 2019).

d) Ligamen lateral collateral

Ligamen lateral collateral menempel pada condilus lateral

femur sampai ke caput fibula, sendi ini sangat kuat dari benturan dari

tekanan sisi medial knee (Pratama, 2019).

Gambar 2.3 – Ligament pada Knee


Sumber: Pratama, 2019
3) Otot penyusun

Dalam sendi knee terdapat dua gerakan utama, yaitu fleksi dan

ekstensi. Untuk dapat melakukan gerakan tersebut dibutuhkan kelompok

otot sekitar sendi knee. Berikut ini adalah kelompok otot yang membantu

pergerakan fleksi dan ekstensi knee (Pratama, 2019) :

a) Fleksor Knee

Kelompok otot fleksor knee adalah hamstring yang terdiri dari

biceps femoris, semitendinosus, dan semimembranosus. Selain itu

juga dibantu otot-otot gracilis, sartorius, gastrocnemius, popliteus

dan plantaris.

(1) Biceps Femoris

Origo :tuberositas ischiadicum, membagi tendon sama besar

dengan semitendinosus dan semimembranosus.

Insersio: sisi lateral caput fibula

Inervasi: nervus tibial (S1-S3)

(2) Semitendinosus

Origo : tuberositas ischiadicum, membagi tendon sama besar

dengan semitendinosus dan biceps femoris

Insersio: permukaan medial dari superior tibia melalui tendon pes

anserinus

Inervasi: nervus tibial (L5-S2)

(3) Semimembranosus

Origo : tuberositas ischiadicum, membagi tendon sama besar

dengan semitendinosus dan biceps femoris


Insersio: permukaan posterior medial condylus tibia

Fungsi: fleksi knee, rotasi hip kea rah medial (endorotasi)

Inervasi: nervus tibial (L5-S2)

(4) Gracilis

Origo : ½ dibawah symphisis pubis dan ½ atas arcus pubis

Insersio: permukaan medial dari superior tibia melalui tendon

pesanserinus

Inervasi: nervus obturator (L3-L4)

(5) Sartorius

Origo : spina iliaca anterior superior

Insersio: permukaan antero medial atas os tibia tepat di pes

anserinus

Inervasi: nervus femoral (L2-L3)

(6) Gastricnemius

Origo : caput medial dan lateral dari permukaan posterior

condylus femoralis

Insersio: permukaan posterior calcaneus membentuk tendon

Achilles

Inervasi: nervus tibial (S1-S2)

(7) Popliteus

Origo: permukaan lateral condylus lateral

Insersio: permukaan posterior proksimal shaft tibial

Inervasi: nervus tibial (L4, L5)


(8) Plantaris

Origo : lateral supracondylar femur di atas lateral head

gastrocnemius

Insersio: tenda calcaneus

Inervasi: nervus Tibial

Gambar 2.4 – Otot Fleksor Knee


Sumber: Pratama, 2019

b) Ekstensor knee

Kelompok otot ekstensor knee adalah quadriceps yang terdiri

dari rectus femoris, vastus medialis, vastus intermedius, dan vastus

lateralis. Keempat otot quadriceps bersatu membentuk tendon dan

melekat pada tulang tibia (tuberositas tibialis) melalui ligamen

patella.

(1) Rectus femoris

Origo : spina iliaca anterior inferior dan bagian superior lekukan

acetabulum

Inserio: tuberositas tibia

Inervasi: nervus femoral (L2-L4)

(2) Vastus Medialis

Origo: linea intertrochanterica dan bagian medial linea aspera


Insersio: tendon patella dan tuberositas tibia

Inervasi: nervus femoris (L2-L4)

(3) Vastus intermedius

Origo : 2/3 atas bagian anterior dan permukaan lateral os femur

Insersio: tuberositas tibialis,

Inervasi: nervus femoral (L2-L4)

(4) Vastus Lateralis

Origo: trochanter major dan permukaan lateral atas linea aspera

Insersio: tuberositas tibia

Inervasi: nervus femoris (L2-L4)

gambar 2.5 – Otot ekstensor knee


Sumber: Pratama, 2019

4) Bursa

Bursa adalah suatu kantung tertutup dari jaringan areolar.

Dindingnya lembek saling terpisah oleh suatu lapisan cairan licin yang

menyerupai putih telur. Sebagian suatu pelumas dan untuk mengurangi

gesekan antara tulang, otot, tendon serta memungkinkan gerakan bebas

(Pratama, 2019).
a) Bursa anterior

(1) Bursa supra patellaris

Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat

dengan rongga sendi.

(2) Bursa prepatellaris

Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian

depan belahan bawah patella dan bagian atas ligamenum patella.

(3) Bursa infrapatellaris superficialis.

Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian

depan belahan bawah ligamenum patella.

(4) Bursa infapatellaris profunda

Terletak diantara permukaan posterior dari ligamenum patella

dan permukaan anterior tibia. Bursa ini terpisah dari cavum sendi

melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini jarang

terjadi.

b) Bursa Superior

(1) Reccessus subpopliteus

Ditemukann sehubungan dengan tendon m. popliteus dan

berhubungan dengan rongga sendi

(2) Bursa M. Semimembranosus

Ditemukan sehubungan dengan insersio m.semimembranosus

dan sering berhubungan dengan rongga sendi.


Gamber 2.6 – Bursa sendi knee
Sumber : Pratama, 2019

5) Persyarafan pada sendi knee

Persyarafan pada sendi knee adalah melalui cabang-cabang dari

nervus yang mensarafi otot-otot disekitar sendi dan berfungsi untuk

mengatur pergerakan pada sendi knee. Sehingga sendi knee disarafi oleh

(Pratama, 2019) :

a) N. Femoralis, Mempersyarafi m.quadriceps dan m. Sartorius

b) N. Obturatorius,

c) N. peroneus communis, Mempersyarafi short head m. biceps femoris

dan kemudian mengalir melewati fossa popliteal dan melilit

mengelilingi proksimal caput fibula

d) N. Tibialis, Mempersyarafi m. hamstring dan m. gasstrocnemius

6) Meniscus

Meniscus adalah lempeng berbentuk sabit fibrocartilago pada

permukaan artikular tibia. Batas perifernya tebal dan cembung. Melekat

pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas.

Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus

femoris. Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies artikularis

condylus tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung .


a. Meniscus medialis

Berbentuk huruf C. lebih lebar di posterior daripada anterior,

kurang mobile daripada meniscus lateralis.

b. Meniscus lateralis

Hampir berbentuk sirkuler, lebih kecil, lebih dapat digerakkan

secara bebas.

Gambar 2.7 – Meniscus sendi knee


Sumber: Pratama, 2019

7) Kapsul sendi

Kapsul sendi merupakan pengikat kedua tulang yang bersendi agar

tulang tetap berada pada tempatnya pada waktu terjadi gerakan. Tersusun

atas fibrosis dan membran synovial internal yang melapisi semua

permukaan internal cavitas artikularis yang tidak dilapisi kartilago

artikularis. Kapsul sendi terdiri dari (Pratama, 2019) :

a) Lapisan luar

Disebut juga fibrous capsul, terdiri dari jaringan penghubung

yang kuat yang tidak teratur. Dan akan berlanjut menjadi lapisan

fibrous dari periosteum yang menutupi bagian tulang. Dan sebagian

lagi akan menebal dan membentuk ligamentum.


b) Lapisan dalam

Disebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi

cavum sendi dan bagian luar merupakan bagian dari artikular

kartilago. Membran ini menghasilkan cairan synovial yang terdiri

dari serum darah dan cairan sekresi dari sel synovial. Cairan synovial

ini merupakan campuran yang kompleks dari polisakarida protein,

lemak dan sel-sel lainnya. Polisakarida ini mengandung hyaluronic

acid yang merupakan penentu kualitas dari cairan synovial dan

berfungsi sebagai pelumas dari permukaan sendi sehingga sendi

mudah digerakkan.

Gambar 2.8 – Kapsul sendi knee


Sumber: Pratama, 2019

b. Biomekanik knee joint

Sendi knee dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis

proksimalis, tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa

sendi yang terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang femur

dan patella disebut articulation tibio femoral dan antara tulang tibia dengan

tulang fibula proksimal disebut articulation tibio proksimal (Pratama,

2019).
Sendi knee terdiri dari hubungan antara: os femur dan os tibia

(tibiofemoral joint), os femur dan os patella (patellofemoral joint), os tibia

dan os fibula (tibiofibular proksimal joint) (Pratama, 2019).

a. Tibiofemoral joint

Dibentuk oleh condylus femoralis lateralis dan medialis

(convex/cembung) dan tibia plateu (concave/cekung). Permukaan sendi

dari condylus medialis lebih lebar dibanding condylus lateralis kira-kira

1-2 cm, sehingga jika terjadi gerakan fleksi atau ekstensi pada

permukaan sendi bagian lateral sudah terbatas dibanding bagian

medial. Konsekuensinya, penekanan pada bagian medial relatif lebih

kecil dibanding pada bagian lateral. Bentuk kroming kedua condylus

pada bagian anterior lebih kecil dibanding pada bagian posterior. Pada

keadaan seperti itu maka fase-fase terjadi gerak rolling dan sliding yang

mengikuti arah dari permukaan sendi. Pada prinsipnya gerak meniscus

mengikuti gerak dari condylus femoralis, sehingga waktu fleksi maka

bagian posterior dari kedua meniscus tertekan yang memberikan

regangan kearah posterior sepanjang 6 mm untuk meniscus medialis

dan sepanjang 12 mm untuk meniscus lateralis (Pratama, 2019).

b. Patellofemoral joint

Facet sendi ini terdiri dari tiga permukaan pada bagian lateral

pada satu permukaan pada bagian medial. M. Vastus lateralis menarik

patella kearah proximal sedangkan. Vastus medial menarik patella ke

medial, sehingga posisi patella stabil (Pratama, 2019).


c. Tibiofibularis proksimal joint

Hubungan tulang tibia dan fibula merupakan syndesmosis yang

ikut memperkuat beban yang diterima sendi Knee sebesar 1/16 dari

berat badan (Pratama, 2019).

3. Osteokinematik knee joint

Osteokinematik merupakan gerakan yang terjadi diantara kedua tulang.

Klasifikasi osteokinematic ditinjau dari mekanika sendi terdiri atas dua bagian

yaitu swing dan spin. Swing adalah suatu gerak ayunan sehingga terjadi

perubahan sudut diantara axis panjang tulang-tulang pembentuknya.

Sedangkan spin adalah suatu gerakan dimana tulang bergerak tetapi axis

mekanik sendi tidak bergerak. Gerakan yang terjadi pada sendi knee adalah:

gerakan fleksi 100-1400, gerakan hyperekstensi 50-100, gerakan eksorotasi

dengan posisi knee fleksi 900, gerakan endorotasi dengan posisi knee fleksi 900

(Pratama, 2019).

a. Arthrokinematik sendi Knee

Arthrokinematik sendi knee adalah pada femur (cembung) maka

gerakan yang terjadi adalah rolling dan sliding berlawanan arah. saat fleksi

femur rolling ke arah belakang dan sliding kearah depan. Untuk gerakan

ekstensi, rolling kedepan dan sliding kebelakang. Dan jika tibia bergerak

fleksi maupun ekstensi maka rolling maupung slidding akan searah, saat

gerakan fleksi menuju ke doral sedang pada saat bergerak ekstensi menuju

kedepan. Pergerakan pada sendi Knee pergerakan pada sendi knee meliputi

gerakan fleksi, ekstensi, dan sedikit rotasi (Pratama, 2019).


1) Ekstensi

Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi

mula-mula oleh ligamenum crucitum anterior yang menjadi tegang.

Ekstensi sendi knee lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan

tibia serta ligamen collateral medial dan lateral serta ligamenum

popliteus obliqum menjadi tegang, serat-serat posterior ligamenum

cruciatum posterior juga dieratkan. Sehingga sewaktu sendi knee

mengalami ekstensi penuh ataupun sedikit hiperekstensi, rotasi medial

dari femur mengakibatkan pemutaran dan penguncian semua ligamen

utama dari sendi, dan knee berubah menjadi struktur yang secara

mekanis kaku. Rotasi femur sebenarnya mengembalikan femur pada

tibia dan meniskus didapatkan mirip bantal karet di antara condylus

femoris dan condylus tibialis. Knee berada dalam keadaan terkunci bila

dalam keadaan hiperekstensi (Pratama, 2019).

2) Fleksi

Sebelum fleksi sendi knee dapat berlangsung, ligamen-ligamen

utama harus dalam keadaan kendur untuk memungkinkan terjadinya

gerakan di antara permukaan sendi. Peristiwa mengurai dan terlepas dan

keadaan terkunci ini dilaksanakan oleh m. popliteus, yang memutar

femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus lateralis femoris bergerak

mundur, perlekatan m. popliteus pada meniskus lateral ikut tertarik ke

belakang. Meniskus harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk

condylus yang berubah. Pada posisi genu 900, maka kemungkinan rotasi

sangat luas. Rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis, dan m.


semitendinosus, rotasi lateral dilakukan oleh m. biceps femoris. Pada

posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara passive dapat digerakkan

ke depan dan belakang terhadap femur, hal ini dimungkinkan karena

ligamen intrakapsuler sedang dalam keadaan kendur (Pratama, 2019).

4. Etiologi Meniscus Tear

Cedera meniskus dapat terjadi baik trauma maupun non trauma. Cedera

meniskus oleh karena non trauma, biasanya terjadi pada orang usia dewasa

pertengahan dan usia tua. Hal ini disebabkan oleh suatu proses degeneratif

seperti osteoarthritis. Sedangkan cedera meniskus oleh karena trauma,

umumnya terjadi pada orang muda dan berhubungan dengan kegiatan olahraga

(sepakbola, basket, ski, dan baseball). Mekanisme injuri dari cedera meniskus

karena trauma ini biasanya berhubungan dengan gerakan lutut yang melakukan

gaya twisting, cutting, hiperekstensi, atau akibat adanya kekuatan yang begitu

besar. Cedera meniskus biasanya berhubungan dengan cedera anterior cruciate

ligament (sekitar >80% kasus) (Makris et al., 2011).

a. Traumatology olahraga dengan traumatis langsung atau berulang

b. Aktivitas sehari - hari, seperti berjalan dan memanjat tangga melibatkan

gerakan berputar yang mendadak, berhenti tiba-tiba dan bergantian, tiba-tiba

berlutut, jongkok dalam atau mengangkat suatu beban yang berat$ada orang

dewasa yang lebih tua, dapat disebabkanoleh penuaan atau degeneratif.

Resiko cedera meningkat seiring usia karena tulang rawan dan

mulai berdegenerasi, kekuranganan suplai darah danketahanan.

c. Meningkatnya berat badan


5. Patofisiologi Meniscus Tear

Meniscus memiliki asupan makanan/darah sangat terbatas, meniscus

mendapatkan makanannya dari darah dan cairan synovial yang ada dikapsul

sendi. Perlu diketahui juga bahwasanya meniscus dibagi menjadi dua area

berdasarkan cara penyembuhannya, dalam dunia medis disebut RED zone dan

White zone. Pada red zone terdapat aliran darah yang mensuplay makannan

sedangkan white zone tidak ada, jadi meniscus pada white zone tidak bisa

sembuh secara alami (harus operasi) (Makris et al., 2011)..

6. Gambaran Klinis

Penderita paska opeasi rupture ligament dan meniscus akan ditemui

berbagai tanda dan gejala yaitu pasien merasakan nyeri pada bagian lutut.

Adanya suara “POP” dari lutut. Lutut akan terasa longgar atau tidak stabil.

Terjadi pembekakan terutama pada bagian lutut. Lutut terasa terkunci dan kaku.

Meniscus tear sering diklasifikasikan menururt orasinya (Moerdecai et al.,

2014).

a. Vertical longitudinal tears, terjadi antara serat kolagen sirkumferensial.

Karena itu, biomekanik lutut tidak selalu terganggu dan tidak menunjukkan

gejala.

b. Complete vertical tears, kadang-kadang berputar di dalam sendi yang

dikenal sebagai "bucket handle" tears. Ini adalah robekan yang tidak stabil

yang menyebabkan gejala mekanis atau penguncian lutut.

c. Vertical radial tears, mengganggu serat kolagen sirkumferensial dan

memengaruhi kemampuan meniskus untuk menahan beban tibiofemoral.

Robekan ini biasanya tidak dapat diperbaiki.


d. Partial meniscectomy, tidak dapat mengembalikan fungsi secara lengkap

dan perubahan degeneratif yang cepat kemungkinan terjadi.

e. Horizontal tears, membagi meniskus menjadi bagian atas dan bawah dan

biasanya tanpa ada gejala klinis. Biasanya secara mekanis stabil tetapi dapat

menimbulkan flap tears. Frekuensinya meningkat seiring bertambahnya usia

dan sering disertai dengan kista meniscal.

f. Oblique tears, menimbulkan flaps yang tidak mekanik dan terkait dengan

gejala mekanis. Pola ini memerlukan reseksi untuk mencegah penyebaran

robekan saat flap tersangkut di dalam sendi selama fleksi.

g. Complete atau degenerative tears, terdapat dua atau lebih pola robekan.

Lebih sering terjadi pada orang tua dan berhubungan dengan perubahan

osteoartritik pada lutut.

Gambar 2.9 - Pola meniscal tears


Sumber : Moerdecai et al., 2014

B. Tinjauan tentang Pengukuran Fisioterapi

1) Intensitas Nyeri

Pada pemeriksaan nyeri menggunakan skala nyeri Visual Analouge Scale

(VAS). Skala ini digambarkan dengan garis lurus, biasanya panjangnya mencapai

10 cm. Salah satu ujungnya ditandai “tidak ada nyeri”, dan ujung lainnya

ditandai “nyeri hebat”. Skala ini digunakan secara vertikal atau horizontal,
sambil meminta pasien untuk menandai garis dengan titik yang menggambarkan

derajat nyeri yang dirasakan (Aras et al., 2016).

Keterangan :
Skala 0-2 : Tidak nyeri
Skala 2-5 : Nyeri ringan
Skala 6-8 : Nyeri sedang
Skala 9-10 : Nyeri berat

2) Muscle Strength Test (MMT)

Pemeriksaan kekuatan otot ini dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosa fisioterapi dan jenis latihan yang akan diberikan,

serta dapat menentukan prognosis dan dapat digunakan sebagai bahan

evaluasi. Maka pemeriksaan kekuatan otot dianggap penting. Parameter

yang digunakan untuk mengetahui nilai kekuatan otot adalah pemeriksaan

kekuatan otot secara manual atau sering disebut Manual Muscle Testing

(MMT) dengan ketentuan sebagai berikut (Aras et al., 2016):

Nilai Keterangan
Tidak ada kontraksi otot yang terdeteksi, meski dengan
0
pemeriksaan palpasi oleh fisioterapis
Pasien tidak mampu untuk menggerakkan sendi meski
1 gravitasi ditiadakan. Namun pemeriksaan palpasi oleh
fisioterapis dapat mendeteksi konstraksi otot intramuscular
Pasien hanya dapat melakukan sebagian ROM di awal gerakan
2- meski gravitasi ditiadakan
Pasien tidak dapat melakukan gerakan melawan gravitasi,
2
tetapi dapat menyelesaikan ROM ketika gravitasi ditiadakan

Pasien dapat menggerakkan sendi sebatas ROM tertentu


2+ melawan gravitasi, tetapi tidak dapat menyelesaikan gerakan
secara penuh
Pasien hanya dapat menyelesaikan ROM melawan gravitasi
3
tanpa resistance
Pasien dapat menyelesaikan ROM secara penuh melawan
3+
gravitasi dengan resistance minimal
Pasien dapat menyelesaikan ROM secara penuh melawan
4
gravitasi dengan resistance sedang
Pasien dapat menyelesaikan ROM secara penuh melawan
5
gravitasi dengan resistance maksimal

C. Tinjauan Tentang Intervensi Fisioterapi

1. Infra Red
Infra merah merupakan sinar elektromagnet yang panjang gelombangnya

lebih daripada cahaya tampak yaitu di antara 700 nm dan 1 mm. Sinar infra

merah merupakan cahaya yang tidak tampak. Jika dilihat dengan spektroskop

cahaya maka radiasi cahaya infra merah akan tampak pada spectrum

elektromagnet dengan panjang gelombang di atas panjang gelombang cahaya

merah. Dengan panjang gelombang ini maka cahaya infra merah akan tidak

tampak oleh mata namun radiasi panas yang ditimbulkan masih terasa (Hayes

and Hall, 2012).

Lampu terapi infra merah tidak diperbolehkan untuk penderita diabetes.

Timbulnya luka bakar karena biasanya penderita diabetes yang kadar gulanya

sangat tinggi indra perasa panasnya berkurang, akibatnya jika jaringan sudah

terlalu panas, pasien tidak merasakannya dan mengakibatkan luka bakar

(Hayes and Hall, 2012).


2. TENS

Stimulasi elektris adalah suatu modalitas fisioterapi dengan

menggunakan arus listrik untuk mengkontraksikan salah satu otot ataupun grup

otot. Sistem saraf pusat mempunyai kempuan yang progress untuk

penyembuhan dari injury melalaui proses collateral sprouting dan synaptic

reclamation (Hayes and Hall, 2012).

Pada kasus meniscus tear ini bertujuan untuk mengurangi nyeri melalui

mekanisme segmental. TENS akan menghasilkan efek analgesia dengan jalan

mengaktivasi serabut A beta yang akan menginhibisi neuron nosiseptif di cornu

dorsalis medula spinalis. Teori ini mengacu pada teori gerbang control (Gate

Control Theory) bahwa gerbang terdiri dari sel internunsia yang bersifat inhibisi

yang dikenal sebagai substansia gelatinosa dan yang terletak di cornu posterior

dan sel T yang merelai informasi dari pusat yang lebih tinggi. Impuls dari

serabut aferen berdiameter besar akan menutup gerbang dan membloking

transmisi impuls dari serabut aferen nosiseptor sehingga nyeri berkurang (Hayes

and Hall, 2012).

3. Sport Massage

Adalah masase khusus diberikan kepada olahragawan dengan tujuan

untuk memperlancar peredaran darah, merangsang persarafan untuk

meningkatkan kepekaan rangsang, meningkatkan daya kerja otot, meghilangkan

ketegangan saraf dan mengurangi rasa sakit (Saputro, 2017).

Friction, merupakan jenis manipulasi dalam masase yang digunakan

adalah gerakan menggerus yang arahnya naik turun secara bebas. Tujuannya

adalah membentu menghancurkan miogelosis, yaitu timbuan sisa-sisa


pembakaran energi (asam laktat) yang terdapat pada otot yang menyebabkan

pengerasan pada otot (Saputro, 2017).

4. Exercise Therapy

Adalah salah satu modalitas fisioterapi dalam pelaksanaannya

menggunakan gerak tubuh baik secara pasif maupun secara aktif untuk

pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan, dan kemampuan

kardiovaskuler, mobilitas, fleksibilitas, stabilitas, rileksasi, koordinasi,

keseimbangan, dan kemampuan fungsional terapi latihan yang diberikan antara

lain (Kisner and Colby, 2013):

a. Open Kinetic Chain

Adalah suatu latihan gerak aktif yang melibatkan satu otot dan sendi saja

dan tanpa disertai pergerakan pada segmen proksimalnya (Khairururizal

dkk., 2019).

b. Close Kinetic Chain

Adalah latihan gerak aktif yang melibatkan beberapa kelompok otot

sekaligus dan beberapa sendi dengan posisi menumpu berat badan dan

tungkai kontak lansung dengan permukaan lantai (Khairururizal dkk.,

2019).

c. Strenghtening

Strengthening exercise / latihan penguatan meliputi quadriceps dan

hamstring exercise. Tujuan exercise ini antara lain memperbaiki fungsi

sendi, meningkatkan kekuatan sendi, proteksi sendi dari kerusakan

dengan mengurangi stres pada sendi, mencegah kecacatan dan

meningkatkan kebugaran jasmani.


5. Mobilisasi Sendi

Adalah teknik terapi manual yang digunakan untuk memodulasi nyeri dan

menangani gangguan sendi yang menghambat lingkup gerak sendi dengan

secara khusus mengatasi perubahan mekaik pada sendi (Kisner and Colby,

2011).
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien

Nama : Nn. N

Umur : 19 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Kowad

Agama : Islam

B. Anamnesis Khusus

Keluhan Utama : Nyeri Lutut

Lokasi Nyeri : Lutut sebelah kanan

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Awal mulanya pasien sedang melakukan latihan karate seperti biasanya, pada saat

latihan lari pasien merasakan sedikit nyeri pada daerah lutut dan disarakan ada

bunyi saat lutut digerakkan. Pasien hanya merasakan nyeri pada saat berlari atau

menumpu beban badan dengan titik tumpuan pada daerah lutut khususnya pada saat

sedang latihan karate.

Riwayat penyakit dahulu : Pernah cidera lutut saat latihan karate dan dibanting

dengan posisi sisi medial knee membentur lantai pada bulan November 2019. Saat

itu pasien merasakan nyeri yang sangat berat dan tidak bisa menggerakkan kakinya,

tapi pasien segera melakukan fisioterapi di klinik kesehatan Koni Sulsel dan pulih

setelah beberapakali terapi.


C. Inspeksi/Observasi

1. Statis

 Pola jalan pasien sedikit pincang

2. Dinamis

 Mampu melakukan gerakan duduk berdiri dengan nyeri ringan

3. Palpasi

 Suhu normal

 Tidak ada oedema

D. Pemeriksaan Fungsi Dasar

1. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

a) Gerak Aktif

Fleksi knee : Full ROM tapi ada nyeri

Ekstensi knee : Full ROM tidak ada nyeri

Endorotasi knee : Full ROM tidak ada nyeri

Eksorotasi knee : Full ROM tapi ada nyeri

b) Gerak Pasif

Fleksi knee : Ada nyeri, Full ROM dan firm end feel

Ekstensi knee : Tidak nyeri, Full ROM dan firm end feel

Endorotasi knee : Tidak nyeri, full ROM dan firm end feel

Eksorotasi knee : Ada nyeri , full ROM dan firm end feel

E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi

1) Anterior-Posterior Drawer Test

Tujuan : Untuk menilai integritas ACL / PCL

Prosedur test : Pasien dalam posisi tidur terlentang, knee difleksikan 90°.
Terapis lalu meletakkan kedua tangan pada knee, sementara kaki pasien

diduduki oleh terapis. Lalu terapis menarik tibia ke arah anterior dan posterior.

Bandingkan kedua tungkai.

Positif : apabila tibia translasi ke anterior lebih dari 15mm, ada indikasi

gangguan pada ACL, jika tibia translasi ke posterior lebih dari 15mm, ada

indikasi gangguan pada PCL.

Hasil : negatif

2) Knee Valgus Test

Tujuan : Untuk menilai integritas ligamen collateral medial (LCM)

Prosedur test : Pasien tidur terlentang. Terapis meletakkan satu tangan pada

sisi lateral joint line knee sebagai stabilisator dan tangan satunya pada angkle

pasien. Terapis kemudian secara pasif memposisikan knee pasien dalam full

ekstensi dan sedikit fleksi knee sekitar 5°. Kemudian mengaplikasikan valgus

force. Lakukan pada kedua tungkai.

Positif test : nyeri pada bagian medial knee dan terjadi peningkatan valgus

moment dibanding knee yang satunya.

Hasil : negatif

3) Knee Varus Test

Tujuan : Untuk menilai integritas ligamen collateral Lateral (LCL)

Prosedur test : Pasien tidur terlentang. Terapis meletakkan satu tangan pada

sisi lateral joint line knee sebagai stabilisator dan tangan satunya pada angkle

pasien. Terapis kemudian secara pasif memposisikan knee pasien dalam full

ekstensi dan sedikit fleksi knee sekitar 5°. Kemudian mengaplikasikan varus
force. Lakukan pada kedua tungkai.

Positif test : nyeri pada bagian lateral knee dan terjadi peningkatan varus

moment dibanding knee yang satunya.

Hasil : negatif

4) McMurray Test

Tujuan : Untuk menilai integritas meniscus dan menentukan lesi pada

meniscus

Prosedur test : Pasien tidur terlentang. Terapis meletakkan satu tangan pada

sisi anterior knee dengan ibu jari mempalpasi joint line knee pasien dan tangan

satunya pada tumit pasien untuk menyiapkan gerakan. Terapis kemudian secara

pasif menggerakkan tungkai ke arah fleksi hip dan knee sekitar 90 o, dengan

eksorotasi tibia (untuk medial) dan endorotasi tibia (untuk lateral). Kemudian

mengaplikasikan gerakan ke bawah full ekstensi pada tungkai pasien. Lakukan

pada kedua tungkai.

Positif test : nyeri pada bagian medial atau lateral knee disertai bunyi

selama pergerakan, ada indikasi tear meniskus.

Hasil : Positif pada sisi medial kaki kanan

5) Apley‟s Test

Tujuan : Untuk memprovokasi nyeri akibat tear meniskus

Prosedur test : Pasien tidur tengkurap dengan posisi awal knee pleksi 90o.

Terapis meletakkan satu tangan di atas tumit pasien dan satunya di atas

plantaris kaki pasien untuk menyiapkan kompresi. Terapis kemudian

mengaplikasikan tekanan secara kuat sepanjang garis longitudinal tibia disertai


dengan endorotasi dan eksorotasi tibial. Lakukan pada kedua tungkai.

Positif test : nyeri pada bagian medial atau lateral knee dengan

apprehension ketika rotasi diaplikasikan dibawah kompresi, ada indikasi tear

meniskus

Hasil : Positif saat disertai eksorotasi tibial pada kaki kanan

6) Intensitas Nyeri

Hasil :

Nyeri gerak : 6 nyeri sedang.

7) Manual Muscle Tes (MMT)

OTOT
GERAKAN NILAI
PENGGERAK
Fleksi Quadriceps femoris 4
Ekstensi Hamstring 4
Endorotasi Semimembranosus 4
Eksorotasi Sartorius 4

F. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi (sesuai konsep ICF)

1. Diagnosa Fisioterapi

‘’ Gangguan aktivitas fungsional Knee Dextra et causa Tear Meniscus Medial”


2. Problematik fisioterapi

a. Impairment (Body structure and function)

1) Nyeri pada lutut

2) Kelemahan otot hamstring

b. Acivity Limitation

Pasien sedikit kesulitan dalam melakukan aktivitas latihan karate

c. Participation Restriction

Terganggu saat sedang melakukan latihan olahraga karate

G. Tujuan Intervensi Fisioterapi

a. Tujuan Jangka Pendek

1) Mengurangi nyeri pada lutut

2) Meningkatkan kekuatan otot

b. Tujuan Jangka Panjang

1) Memperbaiki fungsional pada lutut agar pasien dapat melakukan aktivitas

secara maksimal.

H. Program Intervensi Fisioterapi

Tujuan Intervensi yang Diberikan FITT


Melancarkan peredaran IR F: 3 kali seminggu
darah Friction I: toleransi pasien
T: sisi medial knee
T: 10 menit
Mengurangi Nyeri TENS F: 3 kali seminggu
I: toleransi pasien
T: peletakan 2 ped
pada sisi nyeri
T: 12 menit
Memperkuat otot Open Kinetik Chain F: 3 kali seminggu
ekstensor knee 1. Statik kontraksi I : 10 hit / 5 rep
2. Hamstring curl T : knee joint
Meningkatkan kekuatan Close Kinetik Chain F: 3 kali seminggu
isometrik dan stabilitas 1. Mini-squat dengan I : 10 hit / 2 rep
otot lutut tangan lurus kedepan I : knee joint

Menjaga kekuatan otot Strengthening F : 3 kali seminggu


tungkai 1. Hamstring I : 10 hit / 5 rep
2. Quardiceps I : knee joint
Mempertahankan joint Mobilisasi Sendi F: 3 kali seminggu
play dan mengurangi Patelofemoral I : 10 hit / 2 rep
nyeri I : glide patela ke arah
kaudal

I. Evaluasi Fisioterapi

Indikator SEBELUM SESUDAH

VAS 6 2

MMT 4 5

J. Edukasi

1. Pasien disarankan untuk menggunakan brace pada lutut saat melakukan latihan

terutama saat berlari.

2. Pasien juga dianjurkan latihan Open Kinetik Chain dan Close Kinetik Chain di

rumah.
BAB IV

PENUTUP

Modalitas fisioterapi pada kasus Meniscus Tears berupa Infar Red, TENS,

Exercise Therapy, dan Mobilisasi Sendi digunakan untuk mengurangi nyeri dan

menjaga kekuatan otot tungkai pasien. Dari intervensi yang diberikan pasien merasakan

nyeri berkurang yang awalnya nyeri nilai VAS 6 kemudian setelah 7x terapi turun

menjadi nilai 2.

Pada kasus Knee Pain akibat Meniscus tear tindakan fisioterapi harus diberikan

untuk mencegah kekakuan sendi lutut dan kelemahan otot. Pasien sudah tidak selalu

merasakan nyeri dibagian sisi medial lutut sebelah kanan, dan apabila ada rasa nyeri

yang timbul pasien dianjurkan untuk melakukan pengobatan lebih lanjut.

Saran yang dapat diberikan pada pasien Meniscus tear ialah sebaiknya

mengurangi berat badan dan aktivitas yang banyak memberikan beban tekanan berat

pada daerah lutut, menggunakan brace saat latihan karate serta latihan kekuatan sendi

lutut.

36
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Frizziero., Ferrari R., Giannotti E., Frroni C., Poli P., Masiero S. 2017. The
Meniscus Tear: State of The Art of Rehabilitation Protocols Related to Surgical
Procedures. Muscle Ligament Tendon J vol 2(4): p.295-301

Aras, Djohan., Hasnia Ahmad., Andy Ahmad. 2014. Tes Speesifik Muskulosceletal
Disorder. Physiocare Publishing; Makassar.

Hayes, Karen W., Hall, Kathy D. 2012. Manual for Physical Agents, 6th edition.
Penerbit Buku Kedokteran EGC; p.207-234

Joel Gourley. 2017. Mechanical Diagnosis and Therapy and Directional Preference as
an Adjunct to Lower Extremity Strengthening in Meniscus Tear Treatment. Lowa
Research Online: University of Iowa

Khairururizal., Iriato., Yonathan Ramba. 2019. Perbandingan Pengaruh Kombinasi


Latihan Hold Relax dan Open Kinetic Chain dengan Latihan Hold Relax dan
Close Kinetic Chain terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional Pasien
Osteoarthritis Knee. Nusantara Medical Science Jurnal; p.55-63

Kisner, C., Colby, L.A. 2013. Therapeutic Exercise: Foundations and Techniques, Sixth
Edition. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta.

Kisner, C., Colby, L.A. 2011. Ther Ex Notes: Clinical Pocket Guide. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Jakarta.

Lennon, O M., Totlis Trifon. 2017. Rehabilitation and Return to Play Following
Meniscal Repair. Operative Techniques in Sport Medicine.

Makris, E A., Pasha H., Kyriacos A. 2011. The Knee Meniscus: Structure-function,
pathophysiology, current repair techniques, and prospects for regeneration.
Elsevier: Biomaterials vol 32; p.7411-7431

Mordecai, S C., Nafwal A H., Howard E W., Chinmay M G. 2014. Treatment of


Meniscal Tears: An Evidence Based Approach. World Journal of Orthopedics
5(3): p.233-241

Pratama, A D. 2019. Intervensi Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis Genu di RSPAD


Gatot Soebroto. Jurnal Sosial Humaniora Terapan Vol.1; p.23-30

Saputro, Y A. 2017. Pengaruh Jenis Massage terhadap Kelelahan Atlet Bulutangkis


ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin. Universitas Sebelas Maret

Anda mungkin juga menyukai