Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) merupakan satu dari beberapa


balai penelitian di Indonesia. BALITSA bernaung dibawah Departemen Pertanian
Indonesia. Tugas BALITSA salah satunya adalah menciptakan dan memproduksi
benih-benih sayuran yang bergalur murni (G-0). Salah satu benih unggulan yang
terdapat di BALITSA adalah benih kentang.
Benih kentang yang berasal dari BALITSA sebelum sampai ke tangan petani,
harus menjalani sejumlah uji coba terlebih dahulu agar mendapatkan sertifikasi.
Sehingga BALITSA tidak bisa menjual benih kepada sembarang pihak. Karena
benih-benih yang dihasilkan oleh BALITSA merupakan milik negara. Sangat penting
bagi kita untuk mempelajari sistem pemasaran benih kentang di BALITSA ini karena
dapat berguna untuk pengetahuan kita akan alur pemasaran benih kentang, terutama
di BALITSA yang merupakan balai penelitian milik pemerintah.
ISI

A. Profil Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)


Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang terletak pada
ketinggian 1250 meter di atas permukaan laut dan terletak pada 107,30° BT dan
6,30° LS. BALITSA memiliki areal seluas 36 hektar yang terletak di
Jl.Tangkuban Perahu No. 517 Kp. Margahayu, Desa Cikole, Kecamatan
Lembang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Batas-batas di Balai
Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur : Jalan raya Lembang – Subang
Sebelah Selatan : Lahan petani Cibogo
Sebelah Barat : Sungai kecil kampung Cibedug
Sebelah Utara : Jalan Cibedug – Cikole
1. Sejarah Lembaga
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang didirikan
pada tahun 1940 dan berada dibawah naungan Balai Penelitian Teknologi
Pertanian Bogor. Kegiatan penelitian mulai dilaksanakan di Kp. Margahayu
Lembang sejak tahun 1940 sampai tahun 1942. Tahun 1962, Kp. Margahayu
Lembang dialihkan dibawah Lembaga Penelitian Hortikultura yang
berkedudukan di Pasar Minggu Jakarta Selatan. Tahun 1968 Kebun Percobaan
berubah nama menjadi Lembaga Penelitian Hortikulura Cabang Lembang.
Lembaga ini mulai tahun 1973 memiliki tenaga peneliti dibidang pemuliaan
tanaman, sosial ekonomi, agronomi, hama penyakit dan pasca panen.
Tahun 1980, Lembaga Penelitian Hortikulura Cabang Lembang
berganti nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan. Sejak
dikeluarkannya Keputusan Menteri Pertanian No. 861/kpts/org/12/1982 pada
tahun 1982, status lembaga diubah menjadi Balai Penelitian Hortikultura
(BPH) Lembang. Tanggal 1 April 1995, menyusul terjadinya re-organisasi di
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, terutama menyangkut mandat
Balai, serta Keputusan Mentri Pertanian RI No. 796/kpts/ot.210/12/1994,
Balai Penelitian Hortikultura Lembang berubah nama menjadi Balai
Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang.
2. Visi dan Misi Lembaga
a. Visi
Visi BALITSA adalah menjadi/menuju lembaga penelitian tanaman
sayuran kelas dunia dalam menciptakan, menghasilkan dan
mengembangkan IPTEK tanaman sayuran yang berorientasi kepada
kebutuhan pengguna.
b. Misi
Misi Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) adalah :
1) Menciptakan, menghasilkan dan mengembangkan IPTEK Strategis
Sayuran sesuai kebutuhan pengguna.
2) Mengembangkan kerjasama Nasional dan Internasional melalui pola
kemitraan menuju kemandirian Penelitian Tanaman Sayuran.
3) Mengembangkan kapasitas dan publisitas serta pelayanan prima dalam
penelitian sayuran.
c. Tujuan
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) bertugas
melaksanakan penelitian tentang tanaman sayuran. Dalam melaksanakan
tugasnya, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)
menyelenggarakan fungsinya sebagai :
1) Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, pembenihan dan
pemanfaatan plasma nuftah tanaman sayuran
2) Pelaksanaan penelitian morfologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi
tanaman sayuran
3) Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha
agribisnis tanaman sayuran
4) Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman sayuran
5) Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta
penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman sayuran
6) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
3. Komoditas Prioritas
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) memiliki beberapa
komoditas unggulan yang dibagi menjadi empat prioritas, yaitu:
a. Komoditas utama : Kentang, cabai merah, bawang merah, kubis,
tomat, buncis, kacang panjang dan jamur
b. Komoditas unggulan : Kentang, cabai merah dan kacang merah
c. Komoditas prospektif : Terung dan Mentimun
d. Komoditas trendsetter : Sayuran tropis asli Indonesia
4. Kondisi dan situasi lembaga saat ini
a. Kedudukan Lembaga
Kedudukan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)
Lembang pada saat ini bernaung di bawah Departemen Pertanian Republik
Indonesia, yang berkedudukan di Jalan Margasatwa, Ragunan, Jakarta
Selatan. Oleh karena itu lembaga ini merupakan salah satu Balai Penelitian
Tanaman Sayuran yang berstatus sebagai instansi pemerintah
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
(BALITSA) adalah sebagai berikut:

Kepala BALITSA

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Pelayanan Teknik Seksi Jasa Penelitian

Kelompok Jabatan Fungsional

Ekofiologi Fisiologi Pemuliaan Pustakawan Hama dan


iii Penyakit

Pranata Komputer Teknik Litkayasa

Sumber : Data Sekunder


Seksi jasa penelitian mempunyai tugas melakukan bahan penyiapan
kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil penelitian tanaman sayuran.
5. CIP (Centro International de la Potatoes/International Potato Center)
International Potato Center (CIP) adalah sebuah lembaga bertaraf
international, dimana fungsi CIP adalah untuk menyediakan materi genetik
kentang. CIP didirikan di Indonesia sejak tahun 1986, yang pada saat itu
terletak di Kota Bogor. Kentang bukan merupakan tanaman yang berasal dari
Indonesia. Kentang berasal dari Peru Amerika Selatan tepatnya di
Pegunungan Andes. Karena kebutuhan akan kentang meningkat seiring
dengan berjalannya waktu, maka mendorong para peneliti untuk dapat lebih
mengembangkan varietas tanaman kentang agar dapat dibudidayakan di
seluruh negara. CIP memiliki kantor cabang di banyak negara. Salah satunya
di Indonesia yang bertempat di BALITSA Bandung. Dalam melaksanakan
kegiatannya, CIP mendapatkan bantuan dana dari negara Italia, Perancis,
Belanda dan negara-negara maju lainnya.

B. Benih
1. Benih
Dalam budidaya tanaman, benih dapat berupa biji maupun tumbuhan
kecil hasil perkecambahan, pendederan, atau perbanyakan aseksual dan
disebut juga bahan tanam. Benih atau bahan tanam yang bukan berupa biji
dapat disebut sebagai bibit. Benih diperdagangkan tidak untuk dikonsumsi.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992
Tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4,
pengertian benih adalah sebagai berikut:
“Benih tanaman, selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya
yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan
tanaman”.
Berdasarkan definisi di atas jelas bahwa benih dapat diperoleh dari
perkembangbiakan secara generatif maupun secara vegetatif, yang diproduksi
untuk tujuan tertentu, yaitu untuk memperbanyak tanaman atau untuk
usahatani. Dengan pengertian ini maka kita dapat membedakan antara benih
(agronomy seed/seed) dengan biji (grain) yang dipakai untuk konsumsi
manusia (food steff) dan hewan (feed).
Dalam perkembangbiakkan secara generatif, bibit biasanya diperoleh
dari benih yang disemaikan. Sementara perkembangbiakkan secara vegetatif
bibit dapat diartikan sebagai bagian tanaman yang berfungsi sebagai alat
reproduksi, misalnya umbi.
Sedangkan benih bermutu mempunyai pengertian bahwa benih tersebut
varietasnya benar dan murni, memiliki mutu genetis, mutu fisiologis, dan
mutu fisik yang tinggi dan sesuai dengan standar mutu benih sesuai dengan
kelas benihnya.
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab
benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum
dengan sarana teknologi yang maju. Beberapa keuntungan dari penggunaan
benih bermutu, antara lain:
a. Menghemat penggunaan benih persatuan luas
b. Respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya
c. Produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi
d. Mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik
e. Memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat
lainnya jelas
f. Waktu panennya lebih mudah ditentukan karena masaknya serentak.
Benih yang memiliki mutu baik sangatlah diperlukan oleh petani
maupun penangkar benih. Agar petani maupun penangkar benih tidak merasa
dirugikan serta mereka memiliki jaminan kualitas atas benih yang
digunakannya, maka anjuran menggunakan benih bersertifikat sangatlah
penting. Bagi benih bersertifikat ditetapkan kelas-kelas benih sesuai dengan
urutan keturunan dan mutunya, antara lain penetapannya sebagai berikut:
a. Benih Penjenis (BS)
Adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan Pemulia
Tanaman yang bersangkutan atau instansinya, dan harus merupakan
sumber untuk perbanyakan benih dasar.
b. Benih Dasar (BD)
Merupakan keturunan pertama dari Benih Penjenis (BS) atau Benih
Dasar yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan
pengawasan ketat, sehingga kemurnian varietas yang tinggi dapat
dipelihara. Benih Dasar diproduksi oleh instansi atau Badan yang
ditetapkan atau ditunjuk oleh Ketua Badan Benih Nasional, dan harus
disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.
c. Benih Pokok (BP)
Merupakan keturunan dari Benih Penjenis atau Benih Dasar yang
diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun
tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu yang ditetapkan
serta telah disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Sub Direktorat
Pembinaan Mutu Benih BPSB.
d. Benih Sebar (BR)
Merupakan keturunan dari Benih Penjenis, Benih Dasar atau Benih
Pokok, yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga
identitas maupun tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara, dan
memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan serta telah disertifikasi
sebagai Benih Sebar oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.
2. Benih Kentang di BALITSA
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) yang merupakan balai
penelitian milik pemerintah memproduksi dan menciptakan berbagai macam
varietas benih kentang. Beberapa varietas benih kentang yang terdapat di
BALITSA diantaranya adalah :
a. Varietas Kentang Repita
b. Varietas Kentang Tenggo
c. Varietas Kentang Balsa
d. Varietas Kentang Margahayu
e. Varietas Kentang Kikondo
f. Varietas Kentang Krespo
g. Varietas Kentang Erika
h. Varietas Kentang Fries
i. Varietas Kentang Manohara
Kentang yang digunakan sebagai benih diambil dari umbi yang
berasal dari umbi produksi dengan bobot optimal yaitu antara 40-50 gram,
umur 150-180 hari (3 – 4 bulan), tidak cacat, dan bervarietas unggul. Umbi
dipilih yang berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai
generasi keempat saja. Benih kentang yang siap dipindahkan ke lahan
memiliki panjang tunas 2-3 cm. Umbi yang digunakan sebagai benih adalah
umbi memiliki berat antara 30-60 gram. Akan tetapi dengan seleksi ketat berat
umbi yang berkisar antara 20-30 gram juga dapat digunakan sebagai benih.
BALITSA bertugas menciptakan varietas baru dari kentang. Oleh
sebab itu benih kentang yang berasal dari BALITSA merupakan benih dengan
galur murni atau biasa disebut dengan G-0.

C. Sistem Pemasaran
1. Pemasaran
Pemasaran merupakan bagian yang penting berhubungan dengan pasar.
Apabila kita mendengar kata ”pemasaran”, berarti kita harus menghubungkan
berbagai kegiatan perusahaan seperti penjualan, distribusi, penetapan harga,
dan lain sebagainya. Karena berkaitan dengan hal-hal tersebut membuat
fungsi pemasaran sangat penting untuk kemajuan dan perkembangan
perusahaan.
Menurut Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia
yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses
pertukaran. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai
suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan
pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
Definisi pemasaran menurut William J Stanton adalah keseluruhan
interaksi yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang bertujuan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli
baik pembeli maupun pembeli yang potensial.
Konsep-konsep inti pemasaran meluputi kebutuhan, keinginan,
permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan
hubungan pasar, pemasaran dan pasar. Perbedaan antara kebutuhan, keinginan
dan permintaan. Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan
kepuasan dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas
yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam.
Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang
didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.
Sistem Pemasaran adalah pola hubungan dari pelaku-pelaku kegiatan
pemasaran yang mempunyai tujuan transaksional tertentu. Tujuan sistem
pemasaran adalah berusaha meningkatkan tingkat kepuasan masyarakat. Pada
saat tujuan tersebut tercapai, dirasakan bahwa kebebasan memilih masyarakat
masih belum memadai. Sehingga perlu dikembangkan tingkat pilihan
konsumen yang maksimum. Konsumen yang bebas memilih akhirnya perlu
dilindungi oleh jaminan bahwa pilihan mereka akan meningkatkan kualitas
hidupnya. Kebutuhan peningkatan kualitas hidup masyarakat merupakan
konsumsi masyarakat sekarang.
Sistem pemasaran melibatkan sejumlah pihak-pihak yang independen
(misalnya pemasok, pemasar, penyalur, pasar, dan pihak-pihak lain) yang
berperan dalam kegiatan bisnis (profit maupun non profit) dalam bentuk
hubungan tata niaga tertentu. Meliputi kepentingan lingkungan organisasi
(pemasaran maupun non pemasaran) sebagai pihak internal dengan
lingkungan pemasaran sebagai pihak eksternalnya. Terdapat keterkaitan
pengaruh antara lingkungan internal dengan lingkungan eksternal. Panjang
pendeknya alur pemasaran yang terjadi tergantung pada jenis barang dan
komoditas yang diperdagangkan.
2. Sistem Pemasaran Benih Kentang di BALITSA
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) memproduksi dan
menciptakan benih galur murni (G-0) berbagai macam varietas kentang.
Tujuan penciptaan benih varietas baru adalah untuk penelitian. Ketika
penelitian yang dilakukan berhasil, benih-benih varietas baru tersebut dapat
disebarluaskan kepada khayalak.
Benih-benih yang diproduksi oleh BALITSA tidak semuanya dijual,
sebagian disisakan untuk produksi tahun berikutnya dan untuk dikembangkan
lagi. Benih yang dipasarkan tidak memiliki kriteria tertentu, yang penting
benih tersebut harus lolos sertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu
Benih BPSB. Harga benih pun sudah ditetapkan oleh pemerintah. BALITSA
tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan harga benih sendiri, karena
BALITSA berada dibawah Departemen Pertanian. Disamping itu pemasaran
benih di BALITSA bukanlah profit oriented.
Benih-benih yang dijual oleh BALITSA adalah benih-benih yang
masih bergalur murni (G-0). Sehingga pembelian benih di BALITSA
berdasarkan satuan atau biji, bukan berdasarkan berat. Harga benih di
BALITSA berkisar antara Rp 2.500,00 sampai Rp 3.500,00 per satuan.
Alur pemasaran benih kentang dari BALITSA hingga bisa mencapai ke
petani adalah BALITSA yang bertugas menciptakan varietas baru
mengirimkan benihnya ke Balai Benih Induk. Balai Benih Induk bertugas
untuk menyeleksi benih-benih tersebut. Benih di uji coba untuk mengetahui
kelayakannya, apakah mengandung virus atau tidak, sesuaikah dengan benih
yang diharapkan dan harus sesuai dengan kaidah-kaidah sertifikasi.
BALITSA mendampingi Balai Benih Induk dalam pengujian benih.Apabila
benih tersebut lolos uji coba, benih dikirimkan ke balai sertifikasi benih Sub
Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB untuk mendapatkan sertifikasi.
Balai sertifikasi benih tersebut mengirimkan benih-benih yang telah
lolos sertifikasi ke perusahaan-perusahaan benih yang bekerjasama dengan
Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB. Tugas perusahaan-perusahaan
tersebut adalah memperbanyak benih yang telah lolos sertifikasi untuk
kemudian diturunkan menjadi galur 1, 2, 3, 4. Lewat perusahaan-perusahaan
benih inilah petani-petani dapat membeli benih-benih kentang bersertifikasi
yang berasal dari BALITSA.
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan diatas adalah sebagai berikut:
1. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) memproduksi benih kentang dan
menciptakan varietas baru benih kentang galur murni (G-0)
2. Terdapat sembilan benih varietas kentang di BALITSA, antara lain: Varietas
Kentang Repita, Tenggo, Balsa, Margahayu, Kikondo, Krespo, Erika, Fries, dan
Manohara
3. Penjualan benih kentang di BALITSA tidak bersifat profit oriented
4. Benih yang berasal dari BALITSA harus menjalani proses sertifikasi benih
terlebih dahulu untuk dapat dibeli oleh petani.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pengertian Benih dan Analisis Benih. http://ilmucintadan


makanan.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2010.

Anonim. 2010. Benih. http://www.wikipedia.com. Diakses Pada Tanggal 23


September 2010.

Anonim. 2010. Sistem Pemasaran. http://elearning.gunadarma.ac.id. Diakses Pada


Tanggal 12 Oktober 2010.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas. Pt. Indeks Kelompok
Gramedia. Jakarta.

Nurcahyani, Satia. 2009. Pengertian Benih Menurut Undang-Undang.


http://hirupbagja.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2010.

Anda mungkin juga menyukai