Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemik kronik akibat adanya gangguan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau bahkan keduanya.1 Menurut American Diabetes Asociation, diabetes
mellitus (DM) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM
tipe 2, DM Gestasional dan DM tipe lain. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2
merupakan salah satu jenis yang paling banyak di temukan (90-95%).2
Defisiensi insulin absolut biasanya didapatkan pada orang dengan diabetes
mellitus tipe-1. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan sel β pankreas yang
progresif sehingga insulin tidak dapat disintesis oleh kelenjar pankreas.
Sedangkan defisiensi insulin relatif ditemukan pada pasien diabetes mellitus tipe-2
oleh sebab dari pemakaian insulin di dalam tubuh yang kurang efektif. Sebagian
besar kasus diabetes mellitus pada anak termasuk dalam diabetes mellitus tipe-1,
yang mana terjadi akibat suatu proses autoimun yang merusak sel β pankreas
sehingga produksi insulin berkurang bahkan berhenti. Oleh karena itu, pasien
sangat bergantung pada insulin untuk kelangsungan hidupnya. Diabetes mellitus
tipe-1 ini disebut juga diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI).3 Sekresi
insulin yang rendah mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein.4
Insidens DMTI sangat bervariasi baik antar negara maupun di dalam suatu
negara. Di beberapa negara barat kasus DMTI mencakup 5-10% dari seluruh
jumlah penderita diabetes di negara masing-masing, dan lebih dari 90% penderita
diabetes pada anak dan remaja adalah DMTI. Data register nasional untuk DMTI
pada anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) hingga tahun 2014 tercatat
1021 kasus dengan 2 puncak insidens yaitu pada usia5-6 tahun dan 11 tahun.4
Angka kejadian diabetes mellitus di USA adalah sekitar 1 dari setiap 1500
anak (pada anak usia 5 tahun) dan sekitar 1 dari setiap 350 anak (pada usia 18
tahun). Puncak kejadian diabetes adalah pada usia 5-7 tahun serta pada masa awal

1
pubertas seorang anak. Kejadian diabetes mellitus bisa terjadi baik pada laki-laki
maupun perempuan itu sama.
Insiden tertinggi diabetes mellitus tipe 1 terjadi di Finlandia, Denmark
serta Swedia yaitu sekitar 30 kasus baru setiap tahun dari setiap 100.000
penduduk. Insiden di Amerika serikat adalah 12-15/100 ribu penduduk/ tahun, di
Afrika 5/100.000 penduduk/tahun di Asia Timur kurang dari 2/100 ribu
penduduk/tahun. Indonesia merupakan negara ke empat yang memiliki jumlah
penderita diabetes mellitus terbanyak di dunia setelah India, Cina dan Amerika
Serikat. Di Indonesia diperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus akan
meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang, dimana hanya
40% yang menyadari bahwa mereka mengidap diabetes mellitus (DM).2
Diabetes mellitus dapat menyerang anak-anak. Pada anak-anak yang
tersering adalah DM-1 (insulindependent), dan Maturity onset diabetes of the
young (MODY) (noninsulin-dependent). DM tipe 1 mewakili sekitar 10% dari
semua kasus diabetes, dan menyerang sekitar 20 juta orang di seluruh dunia.
Meskipun DM tipe 1 menyerang semua kelompok umur, mayoritas individu
didiagnosis pada sekitar usia 4 sampai 5 tahun, atau di usia remaja dan dewasa
awal. Insiden pada diabetes mellitus tipe 1 meningkat. Di seluruh Eropa, rata-rata
peningkatan tahunan dalam kejadian anak di bawah 15 tahun adalah 3,4%, dan
kejadian paling tinggi pada anak di bawah usia 5 tahun. 5
Walaupun diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronik yang tidak
menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila
pengelolaan dan pengobatannya tidak tepat. Pengelolaan diabetes mellitus (DM)
memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi famakologi
dan terapi non farmakologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemik kronik akibat adanya gangguan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau bahkan keduanya.1
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun
relatif. Ada 2 tipe diabetes melitus yaitu diabetes tipe 1/diabetes juvenile yaitu
diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan diabetes tipe II yaitu
diabetes yang didapat setelah dewasa.6
Diabetes mellitus dapat menyerang anak-anak. Pada anak-anak yang
tersering adalah DM-1 (insulindependent), dan Maturity onset diabetes of the
young (MODY) (noninsulin-dependent).5

B. Klasifikasi Diabetes Mellitus


Klasifikasi pada diabetes menurut American Diabetes Association 2010 (ADA
2010), di bagi sebagai berikut:7,8
1. Diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM
Pada diabetes mellitus tipe 1 ini terjadi akibat adanya detruksi dari sel-β
pankreas akibat dari autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak
sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida
yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik
pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis. Faktor genetik juga mungkin
turut berperan dalam diabetes mellitus tipe 1.7,8

2. Diabetes mellitus tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes


Mellitus/NIDDM

3
Pada diabetes mellitus tipe 2 ini dapat di tandai dengan resistensi dari insulin
ketika hormon insulin diproduksi dalam jumlah yang tidak memadai atau
dalam bentuk yang tidak efektif.
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa
membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin
yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin
sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan
mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan
berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan sekresi
insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap
adanya glukosa.
Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik.
Adanya resistensi yang terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan
sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis
setelah terjadi komplikasi.
Anak dengan diabetes tpe 2 dilaporkan memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular dalam keluarga dan atau sindrom metabolik.7,8
3. Diabetes mellitus tipe lain
Pada diabetes mellitus tipe ini, berupa defek genetik pada fungsi sel-β, defek
genetik pada kerja insulin, penyakit pad kelenjar eksokrin pankreas,
endokrinopati, ditimbulkan oleh obat-obatan atau zat kimia, infeksi, bentuk
immune-mediated diabetes yang langka. Kadang-kadang sindrom genetik lain
yang disertai diabetes.
4. Diabetes mellitus gestasional
Diabetes gestasional ini biasanya terjadi selama kehamilan, dimana
intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya
pada trimester kedua dan ketiga. Penderita DM gestasional memiliki risiko
lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10
tahun setelah melahirkan.

4
C. Etiologi
Sebagian besar kasus diabetes mellitus pada anak termasuk dalam
diabetes mellitus tipe-1. Diabetes mellitus tipe 1 terjadi akibat suatu proses
autoimun yang merusak sel β pankreas sehingga produksi insulin berkurang
bahkan berhenti. Diabetes mellitus tipe-1 ini disebut juga diabetes mellitus
tergantung insulin (DMTI).3 Sekresi insulin yang rendah mengakibatkan gangguan
pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.4

D. Epidemiologi
Jumlah penderita diabetes mellitus secara umum diperkirakan mengalami
kenaikan di seluruh dunia. Diabetes mellitus tidak hanya di derita oleh penduduk
di negara-negara maju namun ada juga di negara-negara berkembang. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang juga menunjukkan adanya
peningkatan pada penderita diabetes mellitus.7
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013), diabetes
mellitus (DM) di Indonesia yang terdiagnosis oleh dokter atau dengan gejala
sebesar 2,1%. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis tertinggi terdapat di DI
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan
Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis atau berdasarkan gejala yang
timbul, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%),
Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen.6

Tabel 1. Prevalensi diabetes pada umur ≥ 15 tahun menurut provinsi, Indonesia 2013

5
Sumber: Riskesdas 2013

Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013), prevalensi


diabetes mellitus atas diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia, biasanya mulai dari usia ≥ 65 tahun cenderung menurun.
Prevalensi diabetes mellitus cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan
tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi.6

Tabel 2. Prevalensi diabetes menurut karakteristik, Indonesia 2013.

6
Sumber: Riskesdas 2013

DM tipe 1 mewakili sekitar 10% dari semua kasus diabetes, menyerang


sekitar 20 juta orang di seluruh dunia. Meskipun DM tipe 1 menyerang semua
kelompok umur, mayoritas individu didiagnosis di sekitar usia 4 sampai 5 tahun,
atau di usia remaja dan dewasa awal. Insiden diabetes tipe 1 meningkat. Di
seluruh Eropa, rata-rata peningkatan tahunan dalam kejadian anak di bawah 15
tahun adalah 3,4%, dan kejadian paling tinggi pada anak di bawah usia 5 tahun.5
DMTI sangat bervariasi baik antar negara maupun di dalam suatu negara.
Di beberapa negara barat kasus DMTI mencakup 5-10% dari seluruh jumlah
penderita diabetes di negara masing-masing, dan lebih dari 90% penderita
diabetes pada anak dan remaja adalah DMTI. Data register nasional untuk DMTI

7
pada anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) hingga tahun 2014 tercatat
1021 kasus dengan 2 puncak insidens yaitu pada usia5-6 tahun dan 11 tahun.4
Angka kejadian diabetes mellitus di USA adalah sekitar 1 dari setiap 1500
anak (pada anak usia 5 tahun) dan sekitar 1 dari setiap 350 anak (pada usia 18
tahun). Puncak kejadian diabetes adalah pada usia 5-7 tahun serta pada masa awal
pubertas seorang anak. Kejadian diabetes mellitus bisa terjadi baik pada laki-laki
maupun perempuan itu sama.
Secara global DMTI ditemukan pada 90% dari seluruh diabetes pada anak
dan remaja. Di Indonesia tercatat semakin meningkat dari tahu ke tahun, terutama
dalam 5 tahun terakhir. Jumlah penderita baru meningkat dari 23 orang per tahun
di tahun 2005 menjadi 48 orang per tahun di tahun 2009.1

E. Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 1


Diabetes mellitus tipe 1 adalah diabetes mellitus yang diakibatkan karena
insulin tidak cukup diproduksi oleh sel β pankreas, sehingga terjadi hiperglikemia.
Diabetes mellitus tipe 1 ini ditandai dengan berkurangnya sel β pankreas yang
diperantarai oleh imun atau antibodi, sehinga sepanjang hidup penderita ini
tergantung pada insulin eksogen.5
Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi akibat dari
kerusakan dari sel β pulau langerhans yang disebabkan karena reaksi autoimun. Di
lain hal, ada pula yang disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya
adalah virus Cocksakie, Rubella, CMV, Herpes, dan lain sebagainya. Ada
beberapa tipe autoantibodi yang dihubungkan berkaitan dengan DM Tipe 1, antara
lain yaitu : ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet cell surface
antibodies), dan antibodi terhadap GAD (glutamic acid decarboxylase).9
Pada pulau langerhans kelenjar pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu
sel β, sel α dan sel δ. Sel-sel β memproduksi insulin, sedangkan sel-sel α
memproduksi glukagon, dan sel-sel δ memproduksi hormon somatostatin. Namun
demikian, nampaknya serangan autoimun secara selektif menghancurkan sel-sel β.
Ada beberapa anggapan yang menyatakan bahwa tingginya titer ICCA di dalam
tubuh penderita DM Tipe 1 justru merupakan respons terhadap kerusakan sel-sel β

8
yang terjadi, jadi merupakan akibat dari diabetes, dan bukan penyebab terjadinya
kerusakan sel-sel β pulau langerhans.9
Antigen yang terlibat dalam tipe 1 DM meliputi antigen 64kD, asam
glutamat dekarboksilase (GAD) dan antigen sitoplasma sel islet. Antibodi sel islet
(ICA) mengikat komponen sitoplasma sel islet pada bagian pankreas manusia dan
endapan antibodi 64kDa merupakan protein 64kDa dari ekstrak sel islet.
Sedangkan antibodi 64kDa yang ditampilkan untuk menjadi sel beta tertentu di
dalam islet, beberapa sera ICA positif telah dijelaskan untuk bereaksi dengan
semua sel islet. Antigen target dari Antibodi 64kDa diidentifikasi sebagai GAD
enzim. Sel Islet tertentu pada baris sel beta memproduksi antibodi IgG yang
terikat ke antigen sitoplasma sel islet yang ditemukan. Anehnya semua
monoklonal antibodi yang diproduksi oleh baris, dikenali GAD target autoantigen.
Dengan demikian, GAD mungkin target antigen utama pada DM tipe 1, makanya
antibodi untuk GAD dijadikan penanda sensitif untuk perkembangan diabetes,
walaupun antibodi GAD ada dalam individu yang rentan secara genetik tetapi
yang tidak mungkin untuk mengembangkan disease. Antibodi juga bereaksi
dengan insulin dapat juga dideteksi dalam klinis pada periode prediabetik yang
laten, tetapi autoantibodi insulin memiliki sensitivitas lebih rendah sebagai
penanda untuk perkembanagn diabetes dibandingkan antibodi GAD atau ICA.
Kontribusi dari autoantigens disebutkan di atas untuk induksi dan atau
kelangsungan penyakit masih harus diklarifikasi. Jelas, bahwa identifikasi dari
autoantigens dalam DM tipe 1 adalah penting baik untuk tujuan diagnostik dan
untuk potensi intervensi terapi imun dalam proses penyakit.9,10,11
Destruksi progresif sel-sel β mengarah pada defisiensi insulin yang
progresif. Insulin adalah salah satu hormon anabolik utama. Sekresi normal
sebagai respons terhadap makanan secara istimewa dimodulasi oleh mekanisme
neural, hormonal dan berkaitan dengan substrat yang memungkinkan
pengendalian terhadapa penyusunan bahan-bahan makanan yang dikonsumsi
sebagai energi unutuk penggunaan di masa mendatang maupun segera.9,10,11
Defisiensi insulin pada diabetes mellitus tipe-1 akan mengurangi ambilan
glukosa oleh otot, jaringan lunak, jaringan splanikus dan akan terjadi peningkatan

9
glikogenolisis dan glukoneogenesis. Kadar gula dalam darah akan meningkat dan
mengakibatkan peningkatan osmolalitas cairan ekstra selular. Peningkatan
osmolalitas yang melebihi ambang batas ginjal akan menyebabkan glukosa
dikeluarkan melalui urin. Glukosa yang ada akan menarik air dan elektrolit lain
sehingga pasien mengeluh sering kencing atau poliuria. Oleh karena itu, tubuh
akan selalu dalam keadaan haus dan mengakibatkan banyak minum atau yang
disebut polidipsia. Selain itu ada pula polifagia yang disebabkan karena glukosa di
dalam darah tidak dapat dipakai pada jaringan-jaringan perifer sehingga tubuh
akan kekurangan glukosa (proses kelaparan starvation) yang menyebabkan orang
dengan diabetes mellitus akan lebih banyak makan. Defisiensi insulin pada pasien
diabetes mellitus tipe-1 juga mengakibatkan berkurangnya ambilan asam amino
dan sintesis protein, sehingga pemenuhan nitrogen otot dapat berkurang.
Katabolisme protein juga akan meningkat, sehingga secara klinis massa otot
dijaringan perifer berkurang mengakibatkan penurunan berat badan. Glukosa yang
tidak terpakai di sel atau jaringan perifer mengakibatkan tubuh akan lemah dan
lebih banyak kurang beraktivitas.3,9,11

F. Manisfestasi Klinis
Onset baru pada pasien anak yang menderita diabetes mellitus tipe 1 ini
biasanya akan memperlihatkan gejala klasik seperti poliuria, polidipsi, polifagia
serta kehilangan berat badan. Pasien ataupun keluarga biasanya melaporkan
durasi gejala ini sebanyak satu sampai dua kali dalam seminggu, terkadang juga
dapat dialami dalam beberapa bulan. Setelah itu, gejala ini akan sering muncul
setelah episode enuresis atau biasanya dengan emergensi nocturia. Pasien juga
akan mengeluhkan gejala lain seperti merasa kelelahan, dan penglihatan mulai
kabur. 1,9

G. Kriteria Diagnosis
Glukosa plasma puasa biasanya dianggap normal jika kadar glukosa darah
plasma <126 mg/dL (7 mmol/L). Sedangkan glukosuria saja tidak spesifik untuk

10
diabetes mellitus, oleh sebab itu perlu di konfirmasi dengan pemeriksaan glukosa
darah.
Diagnosis pada diabetes mellitus juga dapat ditegakkan apabila memenuhi salah
satu kriteria sebagai berikut:4,7
1. Gejala klasik diabetes atau adanya krisis hiperglikemi dengan kadar plasma
glukosa yaitu ≥1200 mg/dL (11.1 mmol/L).
2. Kadar plasma glukosa puasa yaitu ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L). Pengertian
puasa adalah tidak adanya asupan kalori selama 8 jam terakhir.
3. Kadar glukosa 2 jam postprandial yaitu ≥ 200 mg/dL 11.1 mmol/L) dengan
Uji Toleransi Glukosa Oral. Uji Toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan
pemberian beban glukosa yang setara dengan 75g anhydrous glukosa
dilarutkan dalam air atau 1.75 g/kgBB dengan maksimum 75g.
4. HbA1c > 6.5%
Petanda ini harus dilakukan sesuai standar National Glycohemoglobin
Standardization Program (NGSP) pada laboratorium yang tersertifikasi dan
terstandar dengan assay Diabetes Control and Complications Trial
(DCCT).4,7

Diagnosis:
1. Anamnesis
Bentuk klasik :
- Dalam anamnesis pada seseorang dengan daibetes mellitus gejala-
gejala yang di dapat adalah polidipsi, poliuri, polifagia. Poliuria
biasanya tidak disampaikan secara langsung oleh orang tua kepada
dokter, sehingga keluhkan yang paling sering diadukan ialah anak
sering mengompol, sering mengganti popok, disertai infeksi jamur
berulang disekitar daerah yang tertutup popok, serta anak aakan
terlihat dehidrasi.
- Didapatkan pula penurunan berat badan yang nyata dalam waktu 2-
6 minggu disertai dengan keluhan lain yang tidak spesifik.

11
- Keluhan yang lain, biasa disampaikan oleh orang tua bahwa anak
mudah lelah.
Pada kasus KAD :
- Awitan gejala klasik yang cepat dalam wakru beberapa hari
- Biasanya sering disertai gejala-gejala, diantaranya ialah nyeri
perut, sesak nafas, dan letargi.1,4,9

2. Pemeriksaan fisik dan tanda klinis


Tanpa disertai tanda gawat darurat
- Ditemukan Polidipsi, poliuri, polifagi disertai penurunan berat
badan kronik
- “Irritable” dan penurunan prestasi di sekolah
- Dapat terjadi dan ditemukan infeksi kulit berulang
- Kandidiasi vagina terutama pada anak wanita pubertas
- Pada pemeriksaan didapati juga sesorang dengan diabetes mellitus
mengalami gagal tumbuh
- Berbeda dengan diabetes mellitus tipe 2 yang biasanya cenderung
gemuk, sedangkan anak-anak diabetes mellitus tipe 1 biasanya
kurus.
Disertai tanda gawat darurat (KAD)
- Didapati penurunan berat badan yang nyata dalam waktu cepat
- Gejala yang muncul adalah nyeri perut dan muntah berulang
- Dehidrasi sedang sampai berat namun anak masih mengalami
poliuria
- Sesak nafas, nafas cepat dan dalam (kussmaul) disertai bau aseton
- Dapat terjadi gangguan kesadaran
- Renjatan
Kondisi yang sulit di diagnosis (sering menyebabkan keterlambatan
diagnosis KAD)
- Pada bayi atau anak < 2-3 tahun

12
- Hiperventilasi : sering didiagnosis awal sebagai pneumonia atau
asma berat
- Nyeri perut : sering dikira sebagai akut abdomen
- Poliuri dan enuresis : sering didiagnosis awal sebagai infeksi
saluran kemih
- Polidipsi : sering didiagnosis awal sebagai gangguan psikogenik
- Muntah berulang : sering didiagnosis awal sebagai gastroenteritis
Hasil dicurigai sebagai diabetes mellitus tipe 2
Adanya gejala klinis poliuria, polidipsi, dan polifagia yang
disertai dengan hal-hal di bawah ini harus dicurigai sebagai diabetes
mellitus tipe 2:
- Obesitas
- Pada usia remaja ( lebih dari 10 tahun)
- Didapatkan adanya riwayat keluarga diabetes mellitus tipe 2
- Penanda autoantibodi negatif
- Kadar C-peptida normal atau tinggi
- Ras atau etnik tertentu. 1,4,9

3. Pemeriksaan penunjang
- Kadar gula darah sewaktu: ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Pada
penderita asimtimatis ditemuka kadar gula darah puasa lebih tinggi
dari normal dan uji toleransi glukosa tergganggu pada lebih dari
satu kali pemeriksaan.
- Kadar gula darah puasa: ≥ 126 mg/dL (yang dimaksud puasa
adalah tidak ada asupan kalori selama 8 jam)
- Kadar gula darah 2 jam pasca toleransi glukosa : ≥ 200 mg/dL
(11,1 mmol/L)
- Kadar C-peptida: untuk melihat fungsi sel β residu yaitu sel β yang
masih memproduksi insulin; dapat digunakan apabila sulit
membedakan diabetes tipe 1 dan tipe 2.

13
- Pemeriksaan HbA1c : dilakukan rutin setiap 3 bulan. Pemeriksaan
HbA1c bermanfaat untuk mengukur kadar glukosa darah selama
120 hari yang lalu (sesuai usia eritrosit), menilai perubahan terapi
8-12 minggu sebelumnya, dan menilai pengendalian penyakit DM
dengan tujuan mencegah terjadinya komplikasi diabetes.
- Glukosuria : tidak spesifik untuk diabetes mellitus perlu
dikonfirmasi dengan pemeriksaan gula darah.
- Penanda autoantibodi : hanya sekitar 70-80 % dari penderita Dm
tipe 1 memberikan hasil pemeriksaan autoantibodi (ICA,IAA) yang
positif, sehingga pemeriksaan bukan merupakan syarat mutlak
diagnosis. 1,4,9

H. Tatalaksana
Komponen pengelolaan DMT1 meliputi pemberian insulin, pengaturan
makan, olah raga, edukasi, dan pemantauan mandiri.1,4,9
Pemberian insulin1,4,9
o Tujuan pemberian terapi insulin adalah untuk menjamin kadar insulin
yang cukup di dalam tubuh selama 24 jam sehingga dapat memenuhi
kebutuhan metabolisme sebagai insulin basal maupun insulin koreksi
dengan kadar yang lebih tinggi (bolus) akibat efek glikemik makanan.
o Pemberian regimen insulin sangat bersifat individual, sehingga tidak ada
regimen yang seragam untuk semua penderita DMT1. Regimen apapun
yang digunakan bertujuan untuk mengikuti pola fisiologi sekresi insulin
orang normal sehingga mampu menormalkan metabolisme gula atau
paling tidak mendekati normal.
o Pemilihan regimen insulin harus memperhatikan faktor-faktor berikut
seperti: usia, lama menderita diabetes melitus, gaya hidup penderita (pola
makan, jadwal latihan, sekolah dan sebagainya), target kontrol metabolik,
dan kebiasaan individu maupun keluarganya.

14
o Regimen apapun yang dipakai, insulin dalam keaddan ini tidak boleh
dihentikan pada keadaan sakit. Dosis insulin disesuaikan dengan sakit
penderita dan sebaiknya dikonsulkan kepada dokter.
o Bagi anak-anak sangat dianjurkan paling tidak menggunakan 2 kali
injeksi insulin per hari (campuran insulin kerja cepat/ pendek dengan
insulin basal).
o Dosis insulin harian, tergantung pada: usia, berat badan, status pubertas,
lama menderita, fase diabetes, asupan makanan, pola olahraga, aktifitas
harian, hasil monitoring glukosa darah dan HbA1c, serta ada tidaknya
komorbiditas.
o Dosis insulin (empiris):1,4,9
 Dosis selama fase remisi parsial, total dosis harian insulin <0,5
IU/kg/ hari.
 Prepubertas (diluar fase remisi parsial) dalam kisaran dosis 0,7–1
IU/kg/hari.
 Selama pubertas kebutuhan biasanya meningkat menjadi 1.2–2
IU/kg/hari.

Tabel 3. Jenis sediaan insulin dan profil kerjanya

Sumber: Panduan Praktis Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017.

15
I. Komplikasi
Manifestasi klinis yang khas pada diabetes mellitus tipe-1 berupa poliuria,
polidipsi, polifagia dan adanya penurunan berat badan yang progresif sering
terlupakan. Dengan demikian jika tindakan yang diberikan pada pasien tersebut
tidak adekuat, sehingga pasien tersebut mengalami hiperglikemi kronis dan
akhirnya jatuh dalam komplikasi yang berat seperti ketoasidosis diabetik (KAD),
gangguan pertumbuhan dan komplikasi kronis lainnya berupa retinopatidiebetika,
nefropati diabetika, neuropati diabetika dan komplikasi lain akibat dari gangguan
mikrovaskuler dan makrovaskuler serta gangguan tumbuh kembang.3,4

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemik kronik akibat adanya gangguan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau bahkan keduanya.Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme
yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini
disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara
absolut maupun relatif. Berdasarkan klasifikasi dari diabetes mellitus di bagi
menjadi: diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/IDDM, diabetes mellitus tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM, diabetes mellitus tipe lain dan diabetes mellitus gestasional.
Diabetes mellitus tipe 1 terjadi akibat suatu proses autoimun yang merusak
sel β pankreas sehingga produksi insulin berkurang bahkan berhenti. Diabetes
mellitus tipe-1 ini disebut juga diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI).
Gejala yang dapat muncul pada pasien anak yang menderita diabetes mellitus tipe
1 ini biasanya akan memperlihatkan gejala klasik seperti poliuri, polidipsi,
polifagia serta kehilangan berat badan.
Terapi yang diberikan adalah pemberian insulin. Tujuan terapi insulin
adalah menjamin kadar insulin yang cukup di dalam tubuh selama 24 jam untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme sebagai insulin basal maupun insulin koreksi
dengan kadar yang lebih tinggi (bolus) akibat efek glikemik makanan.
Dari beberapa hal yang sudah di bahas dalam referat ini, adapun
komplikasi yang biasanya muncul seperti hiperglikemik dan ketoasidosis.
Komplikasi kronis lainnya berupa retinopatidiebetika, nefropati diabetika,
neuropati diabetika dan komplikasi lain akibat dari gangguan mikrovaskuler dan
makrovaskuler serta gangguan tumbuh kembang. Sehingga perlu untuk setiap

17
orang dengan komplikasi pada diabetes mellitus seperti ini harus di jaga lebih
teliti lagi.

18

Anda mungkin juga menyukai