Anda di halaman 1dari 8

Putra KWN| Treatment of Secondary Infection Scabies on 8 Years Old Girl with Family Medicine Approach

[Laporan Kasus]

TREATMENT OF SECONDARY INFECTION SCABIES ON 8 YEARS OLD GIRL WITH FAMILY


MEDICINE APPROACH

Kharisma Wibawa Nurdin Putra


Faculty of Medicine, University of Lampung

Abstract
Scabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei mite infestations. Primary health services play an
important role in the enforcement of skabies disease in terms of diagnosis, therapy, and education
communities in the prevention of disease, because the disease is easily transmitted mainly on dense
settlement. Internal and external data obtained in the form of a girl, aged 8 years, living in the ekstended
family, mild activity, personal hygiene and the environment less, curative treatment patterns and good
family relationships deals. Complaints of itching especially at night since 2 months and experienced all
the family members, never treated. After the intervention of holistically obtained clinical symptoms
decrease and increase the cleanliness of the self and the environment. Family care medicine is effective
in treatment scabies. Where the provider is not just clinical but also resolve the issue of tackling the risk
of internal, external, environmental and psychosocial

Keywords : Family Care Medicine, Personal Hygiene, Scabies.

Abstrak
Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei. Pelayanan kesehatan primer
memegang peranan penting pada penyakit skabies dalam hal penegakan diagnosis, terapi yang tepat,
dan edukasi komunitas dalam pencegahan penyakit dan menularnya penyakit, karena penyakit ini
mudah sekali menular terutama pada pemukiman yang padat. Didapatkan data internal dan eksternal
berupa, wanita usia 8 tahun, hidup dalam keluarga ekstended, aktifitas ringan, kebersihan diri dan
lingkungan kurang, pola berobat kuratif dan hubungan antaranggota keluarga baik. Keluhan gatal
terutama malam sejak 2 bulan dan dialami semua anggota keluarga, tidak pernah diobati. Setelah
dilakukan intervensi secara holistik didapatkan penurunan gejala klinis dan peningkatan kebersihan diri
dan lingkungan. Pelayanan kedokteran keluarga efektif dalam penatalaksanaan skabies. Dimana
provider tidak hanya menyelesaikan masalah klinis tetapi juga menanggulangi risiko internal, eksternal,
psikososial dan lingkungan.

Kata kunci: Kebersihan diri, Pelayanan Kedokteran Keluarga, Skabies.

Pendahuluan populasi umum dan insidens tertinggi


Penyakit kulit dapat disebabkan pada anak usia sekolah dan remaja.
oleh jamur, virus, kuman, parasit. Salah Perkembangan penyakit ini juga
satu penyakit kulit yang disebabkan dipengaruhi oleh keadaan sosial
oleh parasit adalah Skabies.1 Skabies ekonomi yang rendah, tingkat higiene
adalah penyakit kulit yang disebabkan yang buruk, kurangnya pengetahuan,
oleh infestasi Sarcoptes scabei var. dan kesalahan dalam diagnosis serta
Hominis.2 Skabies yang juga dikenal penatalaksanaan.3 4
dengan nama the itch, gudik, budukan, Penyakit skabies ini sangat
gatal agogo ini sangat mudah menular.1 mudah sekali menular dan sangat gatal
Di beberapa negara berkembang terutama pada malam hari.1 Predileksi
prevalensinya dilaporkan 6-27% dari skabies ialah biasanya pada axilla,
areola mammae, sekitar umbilikus,

J Medula Unila | Volume 3 Nomor | September 2014 56


Putra KWN| Treatment of Secondary Infection Scabies on 8 Years Old Girl with Family Medicine Approach

genital, bokong, pergelangan tangan, keluarga dalam rumah memiliki gejala


sela-sela jari tangan, siku flexor, telapak serupa. Penatalaksanaan kasus
tangan dan telapak kaki.5 6 dilakukan di Puskesmas Kecamatan
Di Indonesia, penyakit ini masih Panjang, Bandar Lampung. Masalah
menjadi masalah tidak saja di daerah kesehatan yang terkait dengan faktor
terpencil, tetapi juga di kota-kota besar yang berpengaruh diidentifikasi dengan
seperti Jakarta. Pelayanan kesehatan memperhatikan konsep Mandala of
primer memegang peranan penting Health dan diselesaikan dengan
pada penyakit skabies dalam hal pendekatan individual untuk
penegakan diagnosis pertama kali, penatalaksanaan klinisnya dan
terapi yang tepat, dan edukasi pendekatan keluarga serta komunitas
komunitas dalam pencegahan penyakit untuk penyelesaian faktor yang
dan menularnya penyakit ke berpengaruh. Pendekatan tersebut
komunitas, karena penyakit ini mudah diterapkan secara menyeluruh,
sekali menular terutama pada paripurna, terintegrasi dan
pemukiman yang padat. Transmisi atau berkesinambungan sesuai konsep
perpindahan antarpenderita dapat dokter keluarga.
berlangsung melalui kontak kulit Penatalaksanaan kasus
langsung yang erat dari orang ke orang. bertujuan mengidentifikasi masalah
Hal tersebut dapat terjadi bila hidup klinis pada pasien dan keluarga serta
dan tidur bersama, misalnya anak-anak faktor-faktor yang berpengaruh,
yang mendapat infestasi tungau dari menyelesaikan masalah klinis pada
ibunya atau hidup dalam satu asrama. pasien dan keluarga, dan mengubah
Selain itu perpindahan tungau juga perilaku kesehatan pasien dan keluarga
dapat terjadi melalui kontak tidak serta partisipasi keluarga dalam
langsung, yaitu melalui pakaian atau mengatasi masalah kesehatan.
alat mandi yang digunakan bersama. 7 8
Penatalaksanaan terhadap Kasus
penderita skabies adalah secara Anak N datang dengan keluhan
menyeluruh yaitu seluruh anggota gatal-gatal hampir di seluruh tubuh
keluarga harus diobati dan memenuhi sejak dua bulan yang lalu. Gatal
syarat pengobatan seperti efektif dirasakan terutama pada malam hari di
membunuh pada semua stadium daerah sela-sela jari, tangan, lipatan
tungau skabies, tidak menimbulkan bokong, punggung dan perut. Pasien
iritasi atau toksisitas, tidak berbau atau sering menggaruk bagian tubuh yang
merusak pakaian dan mudah diperoleh gatal sehingga timbul koreng dan bekas
serta murah harganya. Jenis obat yang luka. Kemudian 2 hari sebelum berobat
digunakan seperti sulfur presipitatum, sekitar lipatan jari dan punggung
benzil-benzoat, permethrin, krotamiton tangan timbul bisul. Pasien tidak
dan sebagainya. 9 pernah berobat sebelumnya. Selain
Kasus adalah seorang anak pasien, anggota keluarga lainnya yang
perempuan berusia 8 tahun yang tinggal serumah juga memiliki keluhan
datang dengan keluhan gatal seluruh yang serupa.
tubuh terutama malam hari selama dua Ibu pasien mengaku bahwa 2
bulan, tidak pernah berobat, dan bulan lalu yang pertama kali mengalami

J Medula Unila | Volume 3 Nomor | September 2014 57


Putra KWN| Treatment of Secondary Infection Scabies on 8 Years Old Girl with Family Medicine Approach

gatal-gatal terutama malam. Beberapa pasien, dan kamar ketiga berisi 2 orang
hari kemudian keluarga yang kontak yaitu nenek dan buyut pasien. Sinar
dengan ibu mengalami hal yang sama. matahari hanya sebagian kecil dapat
Orangtua pasien tidak mengetahui masuk ke dalam rumah, penerangan
apakah di lingkungan sekitar rumah dibantu lampu pijar. Ventilasi kurang,
memiliki keluhan yang serupa. rumah terasa lembab, terutama bagian
Pasien sering menggunakan kamar.
pakaian yang sama berulang kali Kebersihan rumah kurang, lantai
sebelum dicuci. Saat mandi pasien kotor, keadaan rumah lembab, banyak
menggunakan handuk bergantian pakaian tergantung berserakan di
dengan anggota keluarga. Dalam sehari lantai dan kasur. Sprei, sarung bantal,
pasien mandi sebanyak dua kali. Pasien sarung kursi serta tirai jarang dicuci.
sering makan jajanan sembarangan di Kamar mandi dengan wc jongkok.
sekolah atau dirumah. Aktifitas pasien Fasilitas dapur menggunakan kompor
setelah pulang sekolah bermain dengan gas. Air minum dan masak didapat
teman sebayanya dirumah. dengan membeli air mineral isi ulang
Pasien adalah anak kelima dari dalam galon, dan air untuk mandi-cuci-
delapan bersaudara. Memiliki 4 kakus dari pompa mesin. Saluran air
saudara laki-laki dan 3 saudari dialirkan ke got belakang rumah yang
perempuan. Bentuk keluarga pasien mengalir. Tempat sampah berada di
adalah keluarga extended yaitu terdiri luar rumah setiap pagi diambil oleh
dari suami, istri, delapan orang anak, petugas kebersihan. Tetapi keadaan
nenek dan buyut pasien. Pasien masih rumah cukup banyak sampah
sekolah dasar kelas 2. Hubungan antar berserakan. Gaji kepala keluarga (KK) ±
anggota keluarga baik, penyelesaian Rp 1.000.000 / bulan.
masalah dengan diskusi keluarga. Selama ini keluarga berobat ke
Keluarga mendukung untuk layanan kesehatan jika keluhan sudah
segera berobat jika terdapat anggota benar-benar mengganggu dan tidak
keluarga yang sakit. Perilaku berobat teratasi dengan obat warung. Dalam
keluarga memeriksakan diri ke layanan menetapkan masalah serta faktor yang
kesehatan keluhan menggangu mempengaruhi, digunakan konsep
kegiatan sehari-hari. Keluarga pasien Mandala of Health.
berobat ke puskesmas atau praktek Dari hasil pemeriksaan fisik
dokter swasta. Jarak rumah ke didapatkan keadaan umum baik,
puskesmas ± 500 meter. tampak sakit ringan. Status gizi pasien
Pasien tinggal di rumah dengan baik. Berat badan 20 kg, tinggi badan
jumlah orang yang tinggal 12. Rumah 125 cm. Status dermatologik: di seluruh
berukuran 13x 8 meter berdinding bata tubuh terutama di daerah tangan
plester sebagian di cat, lantai semen bawah, sela jari tangan dan kaki
dengan jumlah kamar tiga, satu kamar terdapat papul multipel berukuran
mandi, 1 dapur dan 1 ruang keluarga milier sewarna kulit sebagian
pada bagian depan. Kamar pertama eritematosa serta terdapat pustul, erosi
ditempati oleh 3 anak tertua, kamar dan ekskoriasi yang ditutupi krusta
kedua ditempati 7 orang yang berisi merah kehitaman. Tampak bekas
orangtua dan 5 anak terakhir termasuk garukan (scratch mark).

J Medula Unila | Volume 3 Nomor | September 2014 58


Putra KWN| Treatment of Secondary Infection Scabies on 8 Years Old Girl with Family Medicine Approach

Diagnosis pasien merupakan pemeriksaan fisik didapatkan lesi


diagnosis multiaksial yaitu aksis I: berupa papul papul milier sewarna kulit
kekawatiran penyakitnya tidak kunjung sebagian eritematosa tersebar di
sembuh serta bertambah berat, aksis II: seluruh di seluruh tubuh terutama di
Skabies dengan infeksi sekunder (ICD- daerah tangan bawah, sela jari tangan
10 B.86), aksis III: perilaku hidup bersih dan kaki. Sebagian berupa pustul dan
dan sehat kurang, aksis IV: perilaku erosi dan tampak bekas garukan.
hidup bersih dan sehat keluarga kurang Faktor predisposisi terinfestasi
dan kebersihan lingkungan kurang, skabies adalah kepadatan penduduk,
aksis V: skala fungsional 2 yaitu pasien imigrasi, kebersihan diri yang buruk,
mampu melakukan pekerjaan ringan gizi buruk, tunawisma, demensia, dan
sehari-hari di dalan dan luar rumah kontak seksual. Kontak langsung kulit-
namun mengurangi aktivitasnya. ke-kulit selama 15-20 menit dapat
Tatalaksana nonfarmakologi memindahkan tungau dari seseorang
dengan memberikan edukasi kepada ke orang lainnya.13
pasien dan keluarga mengenai Penegakkan diagnosis skabies
penyebab penyakit pasien, penularan, dilakukan atas dasar terpenuhinya 2
siklus hidup, menjaga kebersihan diri dari 4 tanda kardinal, yaitu pruritus
dan lingkungan serta pemakaian obat nokturnal, menyerang manusia secara
secara baik dan benar. Terapi berkelompok, ditemukannya tungau
farmakologi Salep 2-4 digunakan dan terowongan.12 Diagnosis pasti
minimal 3 hari berturut-turut pada dengan ditemukannya kutu, telur atau
malam seluruh tubuh kecuali wajah, feses Sarcoptes scabiei secara
Amoxicillin tab 3x 250 mg, mikroskopis dengan KOH 10%, uji tinta,
Chlorpheniramine (CTM) tab 3x 2 mg tetrasiklin fluoresesi test, atau mineral
minyak. Metode lain dengan
Pembahasan epiluminescence light microscopy dan
Studi kasus dilakukan pada Sarcoptes scabiei DNA.13
pasien An. N usia 8 tahun dengan Pada kunjungan pasien ke
keluhan gatal di seluruh tubuh Puskesmas Panjang Kota Bandar
terutama malam hari sejak 2 bulan Lampung pasien diberi medikamentosa
yang lalu. Pasien merupakan anak salep 2-4 yang dioleskan pada seluruh
kelima dari delapan bersaudara. tubuh kecuali bagian wajah minimal
Penyebab keadaan ini adalah pemberian 3 hari. Hal ini sesuai dengan
lingkungan rumah yang padat, higiene tatalaksana skabies. Salep 2-4 dipakai
lingkungan dan higiene perorangan selama 2-3 hari karena obat ini hanya
yang kurang sehingga dapat menjadi dapat membunuh tungau dan nimfa
tempat hidup tungau Sarcoptes scabiei. tetapi tidak dapat membunuh telur
Diagnosis skabies pada pasien sehingga menunggu telur menetas
ditegakkan atas dasar keluhan gatal menjadi nimfa membutuhkan waktu 3
pada seluruh tubuh terutama pada hari. Obat ini juga aman untuk bayi
daerah lipatan yang dirasakan terutama walaupun obat ini memiliki bau yang
pada malam hari dan ditemukannya tidak enak.15 Pasien juga diberikan
gejala gatal serupa pada anggota antihistamin sedatif untuk mengurangi
keluarga yang tinggal serumah. Pada rasa gatal yaitu CTM tiga kali sehari.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor | September 2014 59


Putra KWN| Treatment of Secondary Infection Scabies on 8 Years Old Girl with Family Medicine Approach

Serta diberikan antibiotik sistemik Permethrin bekerja dengan cara


amoxicillin untuk infeksi sekundernya. mengganggu polarisasi dinding sel
Hasil tatalaksana edukasi dan syaraf parasit yaitu melalui ikatan
pengobatan medikamentosa dengan Natrium. Hal ini memperlambat
didapatkan diagnosis holistik akhir repolarisasi dinding sel dan akhirnya
yaitu, aksis I: kekhawatiran pasien terjadi paralise parasit.11 Obat ini
mengenai penyakit yang tak kunjung efektif pada semua stadium tungau.
sembuh hilang, aksis II: Skabies tanpa Cara pemberian dengan cara
infeksi sekunder, aksis III: perilaku mengoleskan pada seluruh tubuh
hidup bersih dan sehat meningkat, kecuali wajah. Penggunaan selama 8-12
aksis IV: kebersihan lingkungan jam lalu dicuci bersih. Apabila belum
membaik, aksis V: Skala Fungsional: 1 sembuh, penggunaan dapat diulang 5
yaitu pasien mampu melakukan sampai 7 hari kemudian.20
pekerjaan sehari-hari. Pemberian permetrin 5% pada
Obat-obat anti-skabies idealnya penderita skabies memberikan
memiliki syarat berikut: efektif untuk kesembuhan klinis 100%. Sedangkan
semua stadium tungau, tidak iritasi dan penderita yang menggunakan salep 2-4
toksik, tidak berbau dan mengotori, memberikan kesembuhan klinis dengan
tidak merusak dan mewarnai pakaian, prosentase 87,5%. Hal ini tidak ada
mudah diperoleh dengan harga yang perbedaan yang bermakna (p=0,0484)
murah. Namun demikian, tidak dalam penyembuhan klinis skabies
mungkin untuk mendapatkan antara penggunaan permetrin 5%
pengobatan yang ideal seperti tersebut dengan salep 2-4.16
diatas. 8 Infeksi sekunder pada skabies
Obat skabies yang ada di sebagian besar disebabkan oleh
puskesmas pasien berobat adalah salep Streptococci Grup A dan Staphylococcus
2-4. Salep 2-4 terdiri dari asam salisilat aureus.20 Dari hasil swap 113 pasien
2% dan sulfur 4%. Obat ini sudah skabies 71% didapatkan bakteri
dipakai sejak dahulu untuk pengobatan Streptococci Grup A yang semuanya
skabies. Obat ini dipakai malam hari sensitif terhadap penicillin. Pada pasien
selama 3 hari berturut-turut.17 18 Harga diberikan antibiotik amoxicillin, suatu
pengobatan skabies menggunakan golongan penicillin. Sehingga
salep 2-4 dalam 1 periode (60 gram) rp. pemberian obat ini sudah sesuai
12.000,-.16 dengan literatur yang ada.19
Selain salep 2-4, ada obat Penularan skabies terutama
antiskabies yang dapat digunakan yaitu: melalui kontak langsung yang erat,
emulsi benzil-benzoat (20-25%), krim maka untuk keberhasilan terapi seluruh
lindan, krim permetrin 5%, lotio keluarga yang tinggal dalam 1 rumah
malation 0,5%, solusio sulfiram 25%, harus diobati dengan anti skabies
krim krotamiton 10%, dan ivermektin.15 secara serentak. Penularan melalui
Pengobatan skabies terbaik adalah kontak tidak langsung seperti melalui
topikal permetrin atau oral ivermectin, perlengkapan tidur, pakaian, atau
tetapi regimen optimal masih belum handuk memegang peranan penting,
jelas. 10 maka dilakukan edukasi kepada
keluarga pasien untuk mencuci

J Medula Unila | Volume 3 Nomor | September 2014 60


Putra KWN| Treatment of Secondary Infection Scabies on 8 Years Old Girl with Family Medicine Approach

pakaian, sprei, gorden dan menjemur Masalah lingkungan rumah pada


sofa dan tempat tidur. Hal ini dilakukan keluarga adalah ventilasi dan
untuk mematikan semua tungau penerangan di dalam rumah yang
dewasa dan telur sehingga tidak terjadi masih kurang serta banyaknya pakaian
kekambuhan.14 Dalam menatalaksana ditumpuk dan digantung di sembarang
pasien, seorang dokter perlu tempat, hal ini merupakan lingkungan
memperhatikan pasien seutuhnya, yang baik untuk berkembang biaknya
tidak hanya tanda dan gejala penyakit parasit seperti skabies. Keluarga
namun juga psikologisnya. dimotivasi untuk memperbaiki ventilasi
Pembinaan keluarga yang dan penerangan dengan membuka
dilakukan pada kasus ini tidak hanya pintu rumah pada siang hari dan
mengenai penyakit pasien, tetapi juga menggunakan kipas angin yang selalu
mengenai masalah-masalah lainnya dibersihkan, serta selalu mencuci dan
seperti fungsi ekonomi dan pemenuhan menyeterika pakaian setelah digunakan
kebutuhan keluarga, perilaku dan menyimpannya dalam lemari.
kesehatan keluarga, dan lingkungan.21
Faktor yang mempengaruhi Kesimpulan
kesehatan salah satunya adalah faktor 1. Diagnosis skabies dan intervensi
lingkungan, baik fisik maupun biologi. yang dilakukan pada kasus ini
Faktor lingkungan sosial hal ini disesuaikan dengan telaah
diantaranya kondisi rumah dan sosial beberapa literatur.
ekonomi. Dikatakan pula skabies 2. Terdapat beberapa faktor internal
banyak ditemukan pada rumah-rumah maupun eksternal yang memicu
yang berada di lokasi kumuh, yang terjadinya skabies yang ditemukan
kondisi tidak memenuhi syarat higiene dan hal ini telah dinyatakan oleh
lingkungan sehat.22 beberapa teori yang menjadi
Melakukan kebiasaan seperti sumber acuan.
kebiasaan mencuci tangan, mandi 3. Pilar penatalaksanaan skabies
menggunakan sabun, menganti pakaian terdiri dari edukasi mengenai
dan pakaian dalam, tidak saling penyebab penyakit, penularan,
bertukar pakaian, kebiasaan keramas kebersihan lingkungan dan diri
menggunakan shampo, tidak saling sendiri serta cara pemakaian obat
bertukar handuk dan kebiasaan dan intervensi farmakologis semua
memotong kuku, dapat mengurangi anggota keluarga yang terkena.
resiko terkena skabies.23 4. Tanpa adanya perubahan perilaku
Kondisi sanitasi seperti fisik air berupa pola hidup bersih dan sehat
dapat menimbulkan penyakit skabies.24 serta mengobati seluruh anggota
Namun menurut penelitian pada tahun keluarga yang sakit, skabies akan
2006 di Desa Genting Kecamatan sulit dihentikan dan berulang.
Jambu menyebutkan bahwa kejadian
skabies dan responden yang memiliki Saran
sanitasi lingkungan rumah yang tidak Penatalaksanaan pelayanan
memenuhi syarat belum tentu kesehatan pada penderita skabies perlu
merupakan faktor risiko untuk terkena dilakukan secara menyeluruh,
penyakit skabies.25 komprehensif, terpadu dan

J Medula Unila | Volume 3 Nomor | September 2014 61


Putra KWN| Treatment of Secondary Infection Scabies on 8 Years Old Girl with Family Medicine Approach

kesinambungan. Perlu mengedukasi 11. Maxine, A. P., McPhee, J. S. Current


pasien mengenai penyakit, penularan Medical Diagnosis and Treatment.
dan cara penggunaan obat yang benar. Lange, McGrwaw-Hill; 2007.
12. Bagian Kulit dan Kelamin. Pedoman
Daftar Pustaka pelayanan medis Departemen Ilmu
1. Djuanda Adhi. Ilmu penyakit kulit Kesehatan Kulit dan Kelamin RSCM.
dan kelamin. Ed. 3. Fakultas Jakarta: Departemen Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia. Kesehatan Kulit dan Kelamin; 2005.
Jakarta; 2002. 13. Hicks MI, Elston DM. Scabies.
2. Chin, James. Manual Dermatologic Therapy. Juli-Agustus
Pemberantasan Penyakit Menular. 2009; 22(4): 279-92.
Jakarta: Infomedika; 2006. 14. Sungkar S. Skabies. Jakarta:
3. Tabri F. Skabies pada bayi dan Yayasan Penerbit Ikatan Dokter
anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito Indonesia; 1997.
TL, Kurniati DD, [Editor]. Infeksi 15. Kartowigno S. Sepuluh Besar
kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Kelompok Penyakit Kulit.
Balai Penerbit FKUI; 2003. Departemen Ilmu Kesahatan Kulit
4. Siregar, R, S. Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. FK Unsri: Palembang;
Edisi kedua, Jakarta: EGC; 2005. 2012.
5. Shaffer, Michael. Handbook of 16. Chandra E N. Uji Banding Efektifitas
Diseases. 2003 (diakses 14 agustus Krim Permetrin 5% dan Salep 2-4
2014) Available from: pada Pengobatan Skabies. Program
http://www.wrongdiagnosis.com/s Studi Ilmu Kesahatan Kulit dan
/scabies/book-diseases-12a.htm Kelamin. Program Pendidikan
6. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Dokter Spesialis 1: FK Undip; 2004.
Kelamin. Atlas penyakit kulit dan 17. Julie SP. Scabies and lice. Dalam:
kelamin. FK. Unair/RSU Dr. Harper J, Oranye A, Pediatric
Soetomo. Surabaya; 2007. Dematology. Vol 2. London: Blawell
7. Meinking T, Taplin D. Scabies, Science Ltd; 2000.
infestation. Dalam: Schachner LA, 18. Orkin M, Maibach HI. Scabies and
Hansen RC, editor. Pediatric Pediculosis. Dalam: Fitzpatrick TB.
Dermatology, edisi ke-2. New York: Eizen AZ, Wolff K, Freedberg IM,
Churchill Livingstone; 1995. Austen KF. Dermatology in General
8. Handoko RP. Ilmu Penyakit Kulit Medicin 4ed. New York. MgGraw
dan Kelamin. Jakarta: Balai Hill. 2677-80; 1999.
Penerbit FKUI; 2007. 19. Whitehall J, Kuzulugil D, Sheldrick
9. Khartikeyan, K. Treatment of K, Wood A. Burden of paediatric
skabies: newer perspectives. pyoderma and scabies in North
Postgrad.Med. J. 2005. 81: 7-11. West Queensland. Journal of
10. Shimose L, Munoz-Prince LS. paediatrics and child health.
Diagnosis, prevention, and Februari 2013; 49(2):141-3.
treatment of scabies. Current 20. Hay RJ, Steer AC, Engelman
infectious disease reports. Oktober D, Walton S. Scabies in the
2013; 15(5): 426-31 Developing World- its Prevalence,
Complications, and Management.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor | September 2014 62


Putra KWN| Treatment of Secondary Infection Scabies on 8 Years Old Girl with Family Medicine Approach

Clinical Microbiology and Infection


: the Official publication of the
European Society of Clinical
Microbiology and Infectious
Diseases. April 2012; 18(4): 313-23.
21. Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. A
primer on family medicine practice.
Singapore: Singapore International
Foundation; 2004.
22. Notoatmojo Soekidjo. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta; 2010.
23. Masjoer Arif. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI; 2000.
24. Supriyadi Sidit. Perbedaan sanitasi
lingkungan dan higiene perorangan
terhadap kejadian penyakit Scabies
di Pondok Pesantren Assalam dan
Darulfatah Kabupaten
Temanggung. Universitas
Diponegoro Semarang: Skripsi,
Semarang; 2004.
25. Wijayanti Yuni. Hubungan Sanitasi
Lingkungan dan Higiene
Perorangan dengan Penyakit
Skabies dI Desa Genting Kecamatan
Jambu, Kabupaten Semarang.
Skripsi: Semarang; 2006.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor | September 2014 63

Anda mungkin juga menyukai