Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“KEGIATAN PENYULUHAN DAGUSIBU DALAM


PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS”

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
1. Hairuddin (1808020005)
2. Selvia Rahmadhona Asri (1808020026)
3. Teguh Widiantoro (1808020040)
4. Dhita Jamilatul Wahidah (1808020048)
5. Rahmatia Muru (1808020066)
6. Eka Saputri (1808020067)
7. Ade Kartika Wahyuli (1808020071)
8. Utami Rachmawati (1808020074)
9. Krisma Safitri (1808020098)
10. Fiqih Anis Fatimah N. (1808020099)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 28


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
KATA PENGANTAR

i
Alhamdulillah, segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan serta petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah tentang “Kegiatan Penyuluhan DAGUSIBU dalam
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas” yang merupakan salah satu tugas untuk
memenuhi kegiatan perkuliahan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Terimakasih, kami haturkan kepada Bapak Dosen yang telah mengarahkan
dalam pembuatan tugas ini. Terimakasih juga untuk kerja sama dan kerja keras
kita semua dalam penyelesaian tugas ini hingga menjadi satu bentuk makalah.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi,
maupun penulisan. Untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan tugas ini dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

KELOMPOK 1

DAFTAR ISI

ii
Halaman

COVER............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah..................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................... 2
1.4 Manfaat........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Puskesmas ................................................................................... 3
2.2 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ........................................ 3
2.3 Penyuluhan Kesehatan................................................................. 4
2.4 Jenis Kegiatan Penyuluhan.......................................................... 5
2.5 Metode Penyuluhan..................................................................... 6
2.6 Kegiatan Penyuluhan................................................................... 6
a. Swamedikasi.......................................................................... 6
b. Cara Penggunaan Obat.......................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 12
3.2 Saran............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif),
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi
semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas.
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar
wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu
kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab
wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW).
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan
kefarmasian yang bermutu.
Pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi pengelolaan sumber
daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep,
peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana,
prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah

1
Obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien
dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,
mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi
kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi
pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian
(pharmaceutical care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut,
Apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat
berinteraksi langsung dengan pasien serta dapat meningkatkan upaya
peningkatan derajat kesehatan pasien. Upaya peningkatan derajat
kesehatan pasien dapat dilakukan dengan salah satunya melakukan
kegiatan penyuluhan. Dalam pelayanan kefarmasian sendiri, kegiatan
penyuluhan yang dapat diberikan kepada warga dapat berupa pengetahuan
swamedikasi, dan penyuluhan tentang Dagusibu. Kegiatan penyuluhan
dalam pelayanan kefarmasian penting dilakukan demi meningkatkan
pengetahuan masyarakat dalam penggunaan obat-obatan atau hal lain
terkait masalah obat yang diterima pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan DAGUSIBU ?
2. Bagaimana pentingnya masyarakat mengenal DAGUSIBU ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang DAGUSIBU
2. Mengurangi dampak kesalahan pengelolaan obat di masyarakat
1.4 Manfaat
Mencegah dan mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengelola obat,
serta mengetahui tata cara pengelolaan obat yang baik dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Puskesmas
Puskesmas adalah salah satu sarana kesehatan yang memberikan
informasi-informasi kesehatan secara langsung yaitu dengan melalui
pemberian penyuluhan-penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran atau kepedulian masyarakat terhadap pentingnya kesehatan.
Puskesmas merupakan salah satu instansi kegiatan yang dibangun dengan
tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada daerah-daerah
terpencil sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat merata di
masyarakat. Pelayanan yang terdapat di puskesmas adalah pelayanan yang
bersifat preventif (upaya pencegahan penyakit), kuratif (upaya
penyembuhan penyakit), promotif (upaya peningkatan kesehatan) dan
tindakan rehabilitatif (upaya pemulihan kesehatan). Puskesmas juga
berperan sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan
dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Kegiatan puskesmas terdapat 17 jenis, yakni Usaha Pelayanan Rawat
Jalan, Usaha Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Keluarga Berencana,
Usaha Kesehatan Gigi, Usaha Kesehatan Gizi, Usaha Kesehatan Sekolah,
Usaha Kesehatan Lingkungan, Usaha Kesehatan Jiwa, Usaha Pendidikan
Kesehatan, Usaha Perawatan Kesehatan Masyarakat, Usaha Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Menular, Usaha Kesehatan Olahraga, Usaha
Kesehatan Lanjut Usia, Usaha Kesehatan Mata, Usaha Kesehatan Kerja,
Usaha Pencatatan dan Pelaporan serta Usaha Laboratorium Kesehatan
Masyarakat.
2.2 Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Pelayanan
Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

3
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi standar:
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan
farmasi klinik.

1) Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi :


a. Perencanaan Kebutuhan
b. Permintaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Pendistribusian
f. Pengendalian
g. Pencatatan, Pelaporan, Dan Pengarsipan
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
2) Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. Pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
c. Konseling
d. Ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
e. Pemantauan dan pelaporan efek samping Obat
f. Pemantauan terapi Obat
g. Evaluasi penggunaan Obat.
2.3 Penyuluhan Kesehatan
Menurut Departemen Kesehatan penyuluhan kesehatan adalah
gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip–
prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, di mana individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu
bagaimana caranya, dan melakukan apa saja yang bisa dilakukan, secara
perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila
perlu.
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari program pelayanan
promosi kesehatan serta merupakan Upaya Kesehatan Esensial yang ada di
Puskesmas atau dengan kata lain bahwa program tersebut harus ada dan
dilaksanakan di puskesmas. Melihat pentingnya program tersebut, maka

4
keseriusan untuk melaksanakannya perlu diupayakan agar benar-benar
dapat menyelesaikan permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat.

2.4 Jenis Kegiatan Penyuluhan


Berikut ini jenis kegiatan yang dapat dijadikan acuan dalam
melakukan kegiatan Penyuluhan Kesehatan di masyarakat yang dilakukan
oleh Puskesmas :

1. Promosi kesehatan di sekolah pendidikan dasar;


2. Promosi pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan;
3. Penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat dan napza;
4. Penyuluhan kesehatan jiwa bagi ibu hamil dan menyusui;
5. Penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat dan napza pada populasi
berisiko (lansia, anak dan remaja) (kegiatan ini untuk puskesmas
kawasan perkotaan);
6. Penyuluhan pada kelompok atau masyarakat tentang perilaku menjaga
kebersihan diri;
7. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil, anak balita,
anak, remaja, dewasa, lansia (pendekatan siklus kehidupan);
8. Penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat tentang Imunisasi;
9. Konseling kesehatan reproduksi pada kelompok anak remaja;
10. Peningkatan pengetahuan komprehensif masyarakat tentang
pencegahan penularan HIV-AIDS dan IMS;
11. Peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang diare,
tifoid dan hepatitis
12. Edukasi dan konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
meliputi ASI dan MP-ASI untuk balita sehat, balita kurang gizi, dan
balita gizi buruk rawat jalan
13. Edukasi dan konseling mengenai pola makan, perilaku makan dan
aktifitas fisik bagi anak usia sekolah

5
14. Edukasi dan konseling mengenai pola makan, perilaku makan bagi
bumil
15. Kegiatan edukasi dan konseling tentang Swamedikasi dan
Penggunaan Obat.
2.5 Meteode Penyuluhan
Ada beberapa jenis metode yang bisa dilakukkan dalam kegiatan
penyuluhan. Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan
penyuluhan kesehatan adalah :

1) Metode Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan


menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada
sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang
kesehatan.
2) Metode Diskusi Kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan
dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 –
20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah
ditunjuk.
3) Metode Curah Pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah di
mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan
masalah yang terpikirkan oleh peserta, dan evaluasi atas pendapat tadi
dilakukan kemudian.
4) Metode Panel adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan
pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau
lebih panelis dengan seorang pemimpin.
2.6 Kegiatan Penyuluhan Terkait Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
a. Swamedikasi
Pengobatan sendiri atau swamedikasi (self medication)
merupakan upaya yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat
untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit, sebelum mereka
memutuskan untuk mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan
kesehatan/tenaga kesehatan. Untuk melakukan self-medication secara
benar, masyarakat mutlak memerlukan informasi yang jelas dan dapat
dipercaya, dengan demikian penentuan jenis dan jumlah obat yang

6
diperlukan harus berdasarkan kerasionalan. Pelaku self-medication
dalam ”mendiagnosis” penyakitnya, harus mampu mengetahui jenis
obat yang diperlukan, mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga
dapat mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya,
menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan
mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan self medication.
Masyarakat dapat melakukan swamedikasi dengan benar dan
rasional dengan memahami beberapa hal seperti :
1) Penggunaan sendok takar yang disediakan dalam kemasan pada
saat meminum obat sirup sangat penting, karena tidak sama
dengan sendok teh atau sendok makan yang tersedia di rumah
tangga.

2) Waktu minum obat harus dipatuhi sesuai aturan agar obat menjadi
lebih efektif. Efek samping obat tidak dialami oleh semua pasien
yang minum obat tertentu, namun dapat meningkatkan
kewaspadaan masyarakat pada saat minum obat tersebut.

3) Informasi bahwa obat tidak dapat digunakan pada kondisi tertentu


tertera pada bagian Kontra Indikasi, yang umumnya jarang
diketahui oleh masyarakat awam.

4) Menurunkan penggunaan Antibiotik yang tidak tepat oleh


masyarakat karena dalam diskusi ditegaskan bila terkena flu,
demam atau diare tidak selalu harus menggunakan antibiotik.
Penggunaan antibiotik secara tidak tepat dapat menyebabkan
resistensi.

5) Meningkatkan penggunaan obat generik dengan memahami


bahwa obat bernama dagang (branded) dan obat generik dengan
kandungan bahan aktif yang sama pasti memiliki khasiat yang
sama. Sehingga masyarakat dapat lebih cerdas untuk memilih
obat generik yang harganya jauh lebih rendah, namun tidak
meragukan mutunya.

b. Cara Penggunaan Obat

7
Belakang ini banyak kasus-kasus di masyarakat mengenai
penyalahgunaan obat. Baik itu obat yang sudah diresepkan dari dokter
karena sakit, maupun obat yang masyarakat dapatkan atas inisiatif
mereka sendiri. Kasus-kasus tersebut diantaranya mulai dari
keracunan, overdosis, hingga menyebabkan kematian. Pasien
menganggap diri mereka tahu cara menggunakan obat dari awal sejak
mereka dapatkan hingga akhir. Kurangnya keingintahuan masyarakat
mengenai hal ini sangatlah berbahaya. Mulai dari awal mereka
mendapatkan resep dari dokter, hingga cara membuangnya jika sudah
tidak bisa dipakai lagi. Padahal jika sedikit kita salah melakukan
pengelolaan obat, maka akan sangat berakibat fatal bagi diri kita
sendiri atau pasien yang menggunakan obat tersebut. Selain itu
dampak dari kesalahan pengelolaan obat akan tampak dilingkungan.
Pencemaran lingkungan karena pembuangan obat yang
sembarangan akan terjadi dan menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekosistem di sekitar. Hal ini pada akhirnya juga
menyebabkan kerugian bagi manusia sendiri. Salah satu cara
pengelolaan obat yang baik dan benar adalah DAGUSIBU. Cara ini
menjelaskan tata cara pengelolaan obat dari awal pasien dapatkan
hingga saat obat sudah tidak dikonsumsi lagi dan akhirnya dibuang.
Aspek dalam DAGUSIBU perlu dan sangat penting disampaikan
kepada pasien atau masyarakat di lingkungan puskesmas, karena
upaya ini merupakan salah satu cara untuk mengajarkan masyarakat
bagaimana cara pengelooan obat dengan benar ketika pasien
menerima obat hingga obat tersebut sudah tidak digunakan lagi.
DAGUSIBU merupakan singkatan dari Dapatkan, Gunakan,
Simpan, dan Buang. Lebih tepatnya, slogan ini mengajak kita, para
masyarakat untuk mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan
membuang obat dengan cara yang benar. Karena kenyataannya masih
banyak yang belum mengetahui cara mendapatkan, menggunakan,
menyimpan, dan membuang obat yang benar, mungkin itulah

8
sebabnya IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) sangat memperhatikan hal
ini.
a. Dapatkan
Tempat yang paling tepat tentunya adalah Apotek. Pilih apotek
yang berizin, biasanya ada yang mencantumkan nomor Surat Izin
Apotek (SIA) pada plang apotek. Karena apotek yang berizin
sudah memenuhi serangkaian persyaratan dan prosedur yang
ditetapkan, sehingga bisa dikatakan obat yang disimpan di dalam
apotek terjaga kualitasnya. Konsultasikan dengan apoteker di
apotek untuk mendapatkan obat yang aman, bermanfaat dan
berkualitas. Untuk mendapatkan obat dengan benar, yang perlu
diperhatiakan ialah penggolongan obat, peringatan yang ada
dibrosur dan kemasan serta tanggal kadaluarsanya.
b. Gunakan
Sebelum menggunakan obat ada baiknya dikonsultasikan dengan
apoteker di apotek agar dapat menggunakan obat dengan benar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat dengan
benar ialah sebelum penggunaan, selama penggunaan dan sesudah
penggunaannya. Sebelum menggunakan obat, pastikan obat yang
akan digunakan sudah betul, pastikan obat masih baik, baca
peringatan dalam kemasan, pastikan apakah obat bisa langsung
digunakan atau ada hal tertentu yang harus dilakukan dulu dan
gunakan obat dengan benar. Pada saat menggunakan obat
perhatikan apakah obat tersebut dalam penggunaannya diperlukan
bantuan orang lain serta penggunaannya sudah tepat (tertelan,
nempel pada luka, obat tetes sudah masuk/mengena pada bagian
tubuh yang sesuai) Setelah penggunaan obat perlu diperhatikan
apakah timbul gejala khusus misal kantuk, gatal, perih lambung,
pusing dan sebagainya. Selain itu, hal yang penting ialah
kembalikan obat pada tempat/wadah yang sesuai setelah
digunakan.
c. Simpan

9
Setelah obat digunakan, simpan obat di tempat yang aman dan
sesuai petunjuk. Ada obat yang cukup disimpan di suhu ruangan
(25°C), ada pula yang harus disimpan di lemari pendingin. Jangan
biarkan obat terkena sinar matahari langsung karena bisa merusak
obat itu sendiri. Penyimpanan Obat secara Umum adalah :
1) Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
2) Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup
rapat.
3) Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari
langsung.
4) Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
5) Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin
agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
6) Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
7) Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka
waktu lama.
8) Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
d. Buang
Bila obat sudah kadaluwarsa, jangan disimpan, apalagi
digunakan, semahal apa pun harganya. Obat yang kadaluwarsa
bisa bersifat racun karena kandungan zat aktifnya berubah. Kalau
pun tidak menghasilkan zat racun, kadar zat aktifnya akan jauh
berkurang karena sudah terurai sebagian. Membuang obat pun
harus diperhatikan untuk menghindari pemanfaatan oleh orang
-orang yang tidak bertanggung jawab, juga agar tidak
membahayakan lingkungan. Kemasan obat harus dirusak supaya
tidak dimanfaatkan untuk obat palsu. Keluarkan obat dari
kemasannya dan masukkan dalam kantung plastik. Bila berbentuk
padat, hancurkan dan tambahkan bahan lain, seperti tepung atau
bubuk kopi; bila berbentuk cair, encerkan dengan air. Ikat dengan
baik dan buang ke dalam tempat sampah. Bisa juga dengan

10
menggunakan wadah plastik bekas yang bisa ditutup. Tips
membuang obat dengan benar ialah :
1) Hilangkan semua label dari wadah obat
2) Untuk kapsul, tablet atau bentuk padat lain, hacurkan dahulu
dan campur obat tersebut dengan tanah,atau bahan kotor
lainnya, masukkan plastik dan buang ke tempat sampah
3) Untuk cairan, buang pada kloset, kecuali antibiotika yang
harus dibuang bersama wadahnya dengan menghilangkan
label Intinya: obat harus dimusnahkan dan tidak tersisa

BAB III
PENUTUP

11
2.1 Kesimpulan
Dari hasilpembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. DAGUSIBU adalah kepanjangan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan,
dan Buang, yang merupakan proses pengelolaan obat yang baik dan
benar.
2. DAGUSIBU dapat mengurangi kesalahan cara pengelolaan obat jika
masyarakat memperhatikan dan melakukan seperti petunjuk dalam
pengelolaan obat DAGUSIBU, sehingga obat tersebut dapat diambil
manfaatnya untuk kesembuhan pasien dan mengurangi dampak buruk
akibat kesalahan yang ditimbulkan.
2.2 Saran
Adanya tugas makalah ini, diharapkan kita bisa memeperoleh informasi
bagaimana cara mendapatkan dan menggunakan obat dengan baik. Dan
agar dapat di aplikasikan secara langsung di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

12
Permenkes RI. 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat. Nomor 75.
Permenkes RI. 2016. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Nomor 74.

13

Anda mungkin juga menyukai