1599 3278 2 PB PDF
1599 3278 2 PB PDF
Penerbit :
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISSN 1693 - 7309
ARTIKEL PENELITIAN
1. PENGARUH ANTARA KADAR LDL KOLESTEROL TERHADAP PENYAKIT 1–7
STROKE DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Dharma Koosgiarto, Islimsyaf Anwar Salim
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan diterbitkan tiga kali dalam setahun (April,
Agustus dan Desember) oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Jurnal ini merupakan sarana penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, riset dan
pengabdian masyarakat serta pemikiran ilmiah dalam bidang kedokteran, keperawatan,
kebidanan, analis kesehatan dan kesehatan masyarakat.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GAJAH MUNGKUR
1
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Email: dokteranis@yahoo.co.id
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia dan sering menimbulkan suatu kejadian luar biasa (KLB).
Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di daerah Kecamatan Gajah Mungkur, Semarang Jawa Tengah. Kejadian
DBD sebanyak 48 kasus dari 8 desa di Kecamatan Gajah Mungkur dan termasuk daerah dengan
kasus paling tinggi di wilayah Semarang Provinsi Jawa Tengah.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor Penghubung kejadian
demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Gajah Mungkur.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasi dengan menggunakan metode survei
dan wawancara dengan pendekatan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel
menggunakan Simple Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
pengamatan secara langsung pada kontainer
Hasil Penelitian:Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes
aegypti pada kontainer (p=0,001), kebiasaan menggantung pakaian (p=0,001), ketersediaan
tutup pada kontainer (p=0,001), frekuensi pengurasan kontainer (p=0,027), pengetahuan
responden tentang DBD (p=0,030) dengan kejadian DBD di Kecamatan Gajah Mungkur
Kesimpulan: Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada container, ada
hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian, ada hubungan antara ketersediaan tutup
pada container, ada hubungan antara frekuensi pengurasan container, ada hubungan antara
pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di Kecamatan Gajah Mungkur
PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue (DBD) rawat inap setiap tahunnya dan 90%
merupakan suatu penyakit epidemik akut dari penderitanya ialah anak-anak yang
yang disebabkan oleh virus yang berusia kurang dari 15 tahun (WHO, 2011).
ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
akan memiliki gejala berupa demam ringan (DHF) sampai saat ini merupakan masalah
sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, kesehatan masyarakat di Indonesia yang
nyeri pada mata, otot dan persendian, cenderung meningkat jumlah pasien serta
hingga perdarahan sponta (WHO, 2010). semakin luas penyebarannya. Kejadian Luar
Terdapat sekitar 2,5 miliar orang di dunia Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di
beresiko terinfeksi virus dengue terutama di daerah endemik dan berkaitan dengan
daerah tropis maupun subtropis, dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi
perkiraan 500.000 orang memerlukan peningkatan aktifitas vektor dengue pada
musim hujan yang dapat menyebabkan Tengah. Provinsi Jawa Tengah merupakan
terjadinya penularan penyakit DBD pada salah satu provinsi yang mempunyai
manusia melalui vektor Aedes. Sehubungan kategori endemis untuk penyakit DBD. Pada
dengan morbiditas dan mortalitasnya, DBD tahun 2012 penyakit DBD di Kota Semarang
disebut the most mosquito transmitted tercatat sebanyak 1.250 kasus (Dinas
disease (Djunaedi, 2006). kesehatan Semarang, 2014).
Penyakit DBD di Indonesia pertama kali Demam dengue/DF dan demam
terjadi di Surabaya pada tahun 1968, dan di berdarah dengue/DBD (dengue
Jakarta dilaporkan pada tahun 1969. Pada haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit
tahun 1994 kasus DBD menyebar ke 27 infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
provinsi di Indonesia. Sejak tahun 1968 dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
angka kesakitan kasus DBD di Indonesia dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia,
terus meningkat, tahun 1968 jumlah kasus ruam, limfadenopati, trombositopeniadan
DBD sebanyak 53 orang (Incidence Rate (IR) diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi
0.05/100.000 penduduk) meninggal 24 perembesan plasma yang ditandai oleh
orang (42,8%). Pada tahun 1988 terjadi hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
peningkatan kasus sebanyak 47.573 orang atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
(IR 27,09/100.000 penduduk) dengan Sindrom renjatan dengue (dengue shock
kematian 1.527 orang (3,2%) (Hadinegoro syndrome) adalah demam berdarah dengue
dan Satari, 2002). Jumlah kasus DBD yang ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro,
cenderung menunjukkan peningkatan baik 2006).
dalam jumlah maupun luas wilayah yang Penyakit DBD adalah penyakit menular
terjangkit, dan secara sporadis selalu terjadi yang disebabkan oleh virus dengue dan
KLB. KLB terbesar terjadi pada tahun 1988 ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang
dengan IR 27,09/100.000 penduduk, tahun ditandai dengan demam mendadak 2
1998 dengan IR 35,19/100.000 penduduk sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas,
dan Case Fatality Rate (CFR) 2%, pada lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai
tahun 1999 IR menurun sebesar tanda perdarahan dikulit berupa bintik
10,17/100.000 penduduk (tahun 2002), perdarahan, lebam/ruam. Kadang-kadang
23,87/100.000 penduduk (tahun 2003) mimisan, berak darah, muntah darah,
(Kusriastuti, 2005). kesadaran menurun atau shock (Depkes RI,
Seluruh wilayah Indonesia mempunyai 1992).
risiko untuk terjangkit penyakit DBD, sebab Di Indonesia pengamatan virus dengue
baik virus penyebab penyakit maupun yang dilakukan sejak tahun 1975 di
nyamuk penularannya sudah tersebar luas beberapa Rumah Sakit menunjukkan
di perumahan pendudukan dan fasilitas keempat serotipe di temukan dan
umum di Indonesia. Laporan yang ada saat bersirkulasi sepanjang tahun. Terdapat 4
ini penyakit DBD sudah menjadi masalah serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2,
endemis di 35 Kabupaten/ Kota di Jawa DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam bunga, dan tempat air minum burung, Di luar
berdarah dengue keempat serotype rumah dapat hidup di tampungan air yang
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 ada di dalam drum, dan ban bekas.
merupakan serotype terbanyak. Terdapat Tiga faktor Penularan penyakit DBD yang
reaksi silang antara serotype dengue menyebabkan penularan infeksi virus yaitu
dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, manusia, virus dan vektor perantara lebih
Japanese encephalitis dan West Nile virus8. jelasnya Depkes RI menjelaskan
Vektor DBD adalah nyamuk jenis Aedes mekanisme penularan penyakit DBD dan
aegypti dan Aedes albopictus terutama bagi tempat potensial penularannya. Mekanisme
Negara Asia, Philippines dan Jepang, Penularan DBD (Hadinegoro, 2001).
sedangkan nyamuk jenis Aedes Sumber penular DBD pada seseorang
polynesiensis, Aedes scutellaris dan Aedes terdapat dalam darahnya mengandung virus
pseudoscutellaris merupakan vektor di dengue. Virus dengue berada dalam darah
negara-negara kepulauan Pasifik dan New selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum
Guinea. Vektor DBD di Indonesia adalah demam. Cara - cara pencegahan dan
nyamuk Aede (Stegomya) aegypti dan pemberantasan penyakit DBD dapat
albopictus9. Umumnya Ae. aegypti dan Ae. dilakukan yaitu:Pemutusan rantai penularan,
albopictus betina mempunyai daya terbang Pemberantasan terhadap jentik Aedes
sejauh 50-100 meter, tetapi Liew & Curtis aegypti ialah Istilah Pemberantasan Sarang
melaporkan keduanya mampu terbang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN
dengan mudah dan cepat dalam mencari DBD) dilakukan dengan cara fisik, kimia,
tempat perindukan di seluruh daerah biologi merupakan pemberantasan terhadap
penelitian di Singapura dengan radius 320 jentik Aedes Aegypti (depkes RI, 2005). Dan
meter (Aram, 2004). gunakan obat gosok anti nyamuk bagi
Nyamuk Aedes aegypti telah lama orang-orang yang terpajan dengan nyamuk
diketahui sebagai vektor utama dalam (Kandun, 2000). Menurut hasil penelitian
penyebaran penyakit DBD (Nadezul, 2007), Widyana faktor-faktor risiko yang
ciri-cirinya adalah Badan kecil berwarna mempengaruhi kejadian DBD adalah:
hitam dengan bintik-bintik putih, Jarak Kebiasaan menggantung pakaian, Siklus
terbang nyamuk sekitar 100 meter, Umur pengurasan TPA > 1 minggu sekali. TPA
nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 yang berjentik, halaman yang tidak bersih
bulan, Menghisap darah pada pagi hari dan anak dengan golongan umur 5-9 tahun
sekitar pukul 09.00-10.00 dan sore hari Widyana, 1998).
pukul 16.00-17.00, Nyamuk betina Dari beberapa faktor lingkungan, dan
menghisap darah unuk pematangan sel telur, semakin bertambahnya wabah DBD yang
sedangkan nyamuk jantan memakan sari- ada di Kecamatan Gajah Mungkur peneliti
sari tumbuhan, Hidup di genangan air bersih ingin meneliti lebih lanjut mengenai
bukan di got atau comberan, di dalam rumah beberapa faktor lain yang berhubungan
dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas dengan kejadian DBD yang meliputi
penduduk atau monografi yang diperoleh diketahui bahwa kejadian DBD yang
dari Kecamatan Gajah Mungkur. menyerang masyarakat Kecamatan Gajah
Mungkur dimana yang tidak pernah sakit
HASIL DBD sebanyak 21 responden (28%) dan
Hasil penelitian mengenai kejadian DBD yang pernah sakit 54 responden (72%).
diperoleh dari hasil wawancara kepada Hasil selengkapnya ditampilkan pada
responden, kemudian dari hasil wawancara Tabel.1
Tabel 1. Distribusi Hasil Perhitungan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue Di Gajah Mungkur
No Faktor- Faktor Frekuensi Prosentase (%)
1 Keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer
a Tidak ada jentik 27 36
b Ada jentik 48 64
Jumlah 75 100
Jumlah 75 100
Jumlah 75 100
Jumlah 75 100
Jumlah 75 100
6 Kejadian DBD
Jumlah 75 100
Tabel 2. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Kontainer Dengan
Kejadian DBD
Keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer
Tidak ada jentik Ada jentik Total
Frek (%) Frek (%) Frek (%)
Kejadian DBD Tidak Pernah Sakit 19 25,3 2 2,7 21 28
Pernah Sakit 8 10,7 46 61,3 54 72
Jumlah 27 36 48 64 75 100
Berdasarkan Tabel.2 diatas dapat Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan
diketahui bahwa kejadian DBD pada bahwa p = 0,001 (p <0,05) Ho ditolak, artinya
responden yang pernah sakit DBD ada 54 terdapat hubungan antara keberdaan jentik
responden, dimana 46 responden (61,3%) Aedes aegypti pada kontainer dengan
dengan rumah ada jentik dan 8 responden kejadian DBD di Kecamatan Gajah Mungkur.
(10,7%) dengan rumah tidak ada jentik.
Tabel 3. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian Dengan Kejadian DBD
Kebiasaan Menggantung Pakaian
Tidak biasa Biasa Total
menggantung menggantung
Frek (%) Frek (%) Frek (%)
Kejadian DBD Tidak Pernah Sakit 13 17,3 8 10,7 21 28
Pernah Sakit 10 13,3 44 58,7 54 72
Jumlah 23 30,7 52 69,3 75 100
Berdasarkan Tabel.3 diatas dapat menggatung pakaian. Hasil uji statistik Chi
diketahui bahwa kejadian DBD pada Square menunjukkan bahwa p = 0,001 (p
responden yang pernah sakit DBD ada 54 <0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
responden, dimana 44 responden (58,7%) antara kebiasaan menggatung pakaian
memiliki kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD di Kecamatan Gajah
dan 10responden (13,3%) tidak biasa Mungkur.
Tabel 4. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup Pada Kontainer Dengan Kejadian DBD
Ketersediaan tutup pada kontainer
Tidak ada tutup Ada tutup Total
Frek (%) Frek (%) Frek (%)
Kejadian DBD Tidak Pernah Sakit 5 6,7 16 21,3 21 28
Pernah Sakit 36 48,0 18 24,0 54 72
Jumlah 41 54,7 34 45,3 75 100
Berdasarkan Tabel.4 diatas dapat kontainernya. Hasil uji statistik Chi Square
diketahui bahwa kejadian DBD pada menunjukkan bahwa p = 0,001 (p <0,05) Ho
responden yang pernah sakit DBD ada 54 ditolak, artinya terdapat hubungan antara
responden, dimana 36 responden (48,0%) ketersediaan tutup pada kontainer dengan
tidak terdapat tutup pada kontainernya dan kejadian DBD di Kecamatan Gajah Mungkur.
18 responden (24,0%) terdapat tutup pada
Tabel 5. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer Dengan Kejadian DBD
Frekuensi pengurasan kontainer
<1 kali dalam 1 >1 kali dalam 1 Total
minggu minggu
Frek (%) Frek (%) Frek (%)
Kejadian DBD Tidak Pernah 9 12,0 12 16,0 21 28
Sakit
Pernah Sakit 38 50,7 16 21,3 54 72
Jumlah 47 62,7 28 37,3 75 100
Berdasarkan Tabel.5 diatas dapat kontainer > 1kali dalam 1 minggu. Hasil uji
diketahui bahwa kejadian DBD pada statistik Chi Square menunjukkan bahwa p =
responden yang pernah sakit DBD ada 54 0,027 (p <0,05) Ho ditolak, artinya terdapat
responden, dimana 38 responden (50,7%) hubungan antara frekuensi pengurasan
menguras kontainer < 1 kali dalam 1 minggu kontainer dengan kejadian DBD di
dan 16 responden (21,3%) menguras Kecamatan Gajah Mungkur.
Tabel 6. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD Dengan Kejadian DBD
Pengetahuan responden tentang DBD
Kurang Baik Total
Frek (%) Frek (%) Frek (%)
Kejadian DBD Tidak Pernah 7 9,3 14 18,7 21 28
Sakit
Pernah Sakit 33 44,0 21 28,0 54 72
Jumlah 40 53,3 35 46,7 75 100
Berdasarkan Tabel.6 diatas dapat tentang DBD baik. Hasil uji statistic Chi
diketahui bahwa kejadian DBD pada Square menunjukkan bahwa p = 0,030 (p
responden yang pernah sakit DBD ada 54 <0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
responden, dimana 33 responden (44,0%) antara pengetahuan responden tentang
pengetahuannya tentang DBD kurang dan DBD dengan kejadian DBD di Kecamatan
21 responden (21,8%) pengetahuannya Gajah Mungkur.
Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Chi Square antara faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
demam berdarah dengue di Kecamatan Gajah Mungkur.
Hubungan 2 p-value Keputusan
Kejadian DBD dan Keberadaan jentik Aedes aegypti 37,568 0,001 Ho ditolak
pada kontainer
Kejadian DBD dan kebiasaan menggantung 13,386 0,001 Ho ditolak
pakaian
Kejadian DBD dan ketersediaan tutup pada 11,206 0,001 Ho ditolak
kontainer
Kejadian DBD frekuensi pengurasan kontainer 4,892 0,027 Ho ditolak
PEMBAHASAN
Data hasil penelitian menunjukkan Kecamatan Gajah Mungkur menunjukkan
bahwa 75 responden penelitian diketahui dimana nilai p = 0,001. Dengan demikian
umur responden terbanyak antara 31-40 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
tahun sebanyak 29 responden (38.67%). diterima, sehingga faktor kebiasaan
Hasil wawancara dari 75 responden di menggantung pakaian mempunyai
Kecamatan Gajah Mungkur diketahui bahwa hubungan terhadap kejadian DBD di
tingkat pendidikan responden terbanyak Kecamatan Gajah Mungkur. Tempat istirahat
adalah SLTA yaitu sebesar 30 responden yang disukai nyamuk adalah benda-benda
(40%). Masyarakat yang memiliki tingkat yang tergantung di dalam rumah seperti
pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi gorden, kelambu dan pakaian (Suroso,
pada tindakan preventif, mengetahui lebih 2013).
banyak tentang masalah kesehatan dan Pentingnya ketersediaan tutup pada
memiliki status kesehatan yang lebih baik kontainer sangat mutlak diperlukan untuk
(Widyastuti, 2005). menekan jumlah nyamuk yang hinggap
Keberadaan jentik nyamuk yang hidup pada kontainer, dimana kontainer tersebut
sangat memungkinkan terjadinya demam menjadi media berkembangbiaknya nyamuk
berdarah dengue. Jentik nyamuk yang hidup Aedes aegypti. Apabila semua masyarakat
di berbagai tempat seperti bak air, atau telah menyadari pentingnya penutup
hinggap di lubang pohon, lubang batu, kontainer, diharapkan keberadaan nyamuk
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah dapat diberantas, namun kondisi ini
pisang, potongan bambu (Depkes RI, 1992). tampaknya belum dilaksakanakan secara
Virus dengue ini memiliki masa inkubasi maksimal. Hasil penelitian lapangan
yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, menunjukkan bahwa dari 75 responden ada
virus akan terdapat di dalam tubuh manusia 36 responden (48,0%) pernah sakit DBD
(Sutaryo, 2005). dan tidak terdapat tutup pada kontainernya.
Hasil penelitian mengenai kejadian DBD Hasil penelitian mengenai kejadian DBD
dengan kebiasaan menggantung pakaian di dengan frekuensi pengurasan kontainer