Anda di halaman 1dari 39

KESEHATAN

DAN
KESELAMATAN
KERJA

( K3 )
Occupational Safety and Health

By: La Ode Peli, AMK, SKM, MSc


Lambang K3

Arti (Makna) Tanda Palang


Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).

Arti (Makna) Roda Gigi


Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.

Arti (Makna) Warna Putih


Bersih dan suci.

Arti (Makna) Warna Hijau Selamat, sehat dan


sejahtera.

Bentuk lambang berupa


Arti (Makna) 11 (sebelas) Gerigi Roda
palang berwarna hijau Sebelas Bab Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
dengan roda bergerigi Keselamatan Kerja.
sebelas dengan warna dasar
putih
Kita Butuh K3

ILO
A. - 6000 orang meninggal / hari
- 15 orang / detik
- 2,2 juta orang / tahun – sakit
akibat kerja + kecelakaan
kerja
B. Pekerja pria 2x lebih banyak
daripada wanita
C 350.000 orang meninggal
karena kecelakaan kerja
Sisanya sakit akibat kerja 3
Baru 10 – 15 %
tempat kerja
menerapkan K3
secara baik.

4
Pasal 23 UU No.23 Tahun 1992
tentang Kesehatan kerja,
 Bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar
setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya dan agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal.
 Bahkan dalam mencapai visi Indonesia sehat
2010 ditetapkan 10 pokok program unggulan
dan program unggulan nomor 7 adalah
program K3.
5
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan pasal 86 :
Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas:

Moral
K3 & kesusilaan

Perlakuan yang sesuai


dengan harkat & martabat
manusia serta
nilai-nilai
lientje agama
setyawati maurits 6
Perbandingan peraturan K3 di
Indonesia dan negara lain
• 1883 : Di Inggris membuat peraturan untuk
perusahaan “Shafttebury Factories Act”, di
Indonesia baru pada tahun 1996 (Permenaker
Nomor : Per.05/MEN/1996 tentang Pedoman
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan kesehatan Kerja).

7
Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja

UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja


1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen


K3
Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 tenaga kerja atau lebih dan
atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat
kerja (PAK).

Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100
orang atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 orang
tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar
akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radio
aktif.
Dampak buruk yang dapat terjadi di tempat kerja /
RS antara lain:

Kecelakaan Kerja Penyakit Akibat Kerja :

In the job accident Kronis Akut


Off the job accident Hypertensi,
Varises,
Anemia,
Infeksi Saluran Kencing dan Ginjal
(69%),
Exzema dan Dermatitis dan Gatal-
gatal (57%),
Low Back Pain / nyeri bag tubuh lain
.
9
Workers’ Compensation claims for injury or illness among
hospital workers (SIC 806)*
Claim
Condition
Number % of total
Sprains, Strains 35,405 51,6
Contusion, Crushing, and Bruising 7,635 11,1
Cuts, Lacerations, and Punctures 7,374 10,8
Fractures 3,865 5,6
Multiple Injuries 1,473 2,1
Thermal Burns 1,343 2,0
Scratches, Abrasions 1,275 1,9
Infectious and Parasitic diseases 865 1,3
Dermatitis and other skin conditions 850 1,2
All other 8484 12,4
Total 68,569 100,0
10
lientje setyawati maurits 11
Konsep K3
• Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan
sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budayanya (Produksi) menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. (Depnaker
RI,1993)
• Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah
suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
• Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan
kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja
wajib diselenggarakan pada setiap tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko
bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk
memperoleh produktivitas kerja yang optimal,
sejalan dengan program perlindungan tenaga
kerja.
Pengertian
• Definisi tentang K3 adalah yang dirumuskan oleh
ILO/WHO :
Occupational Health and Safety is the promotion and
maintenance of the highest degree of physical, mental
and social well-being of all occupation; the prevention
among workers of departures from health caused by
their working conditions; the protection of workers in
their employment from risk resulting from factors
adverse to health; the placing and maintenance of the
worker in an occupational environment adapted to his
physiological and psychological equipment and to
summarize the adaptation of work to man and each
man to his job
• Bila dicermati definisi K3 di atas menunjukkan bahwa
K3 adalah :
a. Promosi dan memelihara deraja tertinggi semua
pekerja baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan
sosial di semua jenis pekerjaan.
b. Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan
pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan
mereka.
c. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko
yang timbul dari faktor-faktor yang dapat
mengganggu kesehatan.
d. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan
kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan
psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian
antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang
dengan tugasnya.
Pengertian
• Definisi K3 yang dikeluarkan oleh OSHA, yaitu :
Occupational Health and Safety concerns the
application of scientific principles in understanding the
nature of risk to the safety of people and property in
both industrial and non industrial environments. It is
multi-disciplinary profession based upon physics,
chemistry, biology, and the behavioral sciencies with
applications in manufacturing, transport, storage, and
handling of hazardous materials and domestic and
recreational activities.
• Pada definisi yang dikemukakan oleh OSHA, terlihat
bahwa K3 merupakan multi disiplin yang
dikembangkan dari keilmuan fisika, kimia, biology dan
ilmu-ilmu perilaku.
KESELAMATAN KERJA
• Adalah usaha dalam melakukan pekerjaan tanpa
kecelakaan
• Memberikan suasana atau lingkungan kerja
yang aman
• Dicapai hasil yang menguntungkan dan bebas
dari segala macam bahaya
Keselamatan kerja
• Keselamatan kerja adalah sebuah kondisi di mana
para karyawan terlindungi dari cedera yang
disebabkan oleh berbagai kecelakaan yang
berhubungan dengan pekerjaan.
• Keselamatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan, dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
• Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja
b. Bersifat teknik.
TUJUAN KESELAMATAN KERJA

• Mencegah/ mengadakan usaha


pencegahan agar karyawan tidak mendapat
luka/cidera/mati
• Tidak terjadinya kerugian / kerusakan pada
alat /material/produksi
• Upaya pengawasan thd 4 M yaitu :
manusia, material, mesin, metode kerja
yang dapat memberikan lingkungan kerja
aman dan nyaman sehingga tidak terjadi
kecelakaan
TUJUAN KESELAMATAN KERJA

Tidak ada
Manusia cidera

Mesin Lingkungan kerja


PENGAWASAN aman
Material
Tidak ada
Metode kerusakan/
kerugian
Jenis keselamatan kerja
1. Keselamatan kerja dalam industri (Industrial
Safety)
2. Keselamatan kerja di pertambangan (Mining
Safety)
3. Keselamatan kerja dalam bangunan (Building &
Construction Safety)
4. Keselamatan kerja lalu lintas (Traffic Safety
5. Keselamatan kerja penerbangan (Fligh Safety)
6. Keselamatan kerja kereta api (Railway Safety)
7. Keselamatan kerja di rumah (Home Safety)
8. Keselamatan kerja di kantor (Office Safety)
Keselamatan Kerja
Hierarki Pengendalian Resiko
1. Eliminasi.
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain,
tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam
menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya
merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku
pekerja dalam menghindari resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar
terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis.
2. Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun
peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini
menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang.
Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk
mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan
pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus
listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair
atau basah.
3. Pengendalian tehnik/engineering control
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta
untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu
unit sistem mesin atau peralatan.
4. Pengendalian administratif/ administratif control
Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang yang akan
melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang
akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan secara aman. Jenis pengendalian ini antara lain
seleksi karyawan, adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan,
pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan,
manajemen perubahan, jadwal istirahat, investigasi , Tanda Bahaya, Rambu,
Poster, dll.

5. Alat pelindung diri


Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal
yang paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya,dan APD hanya
berfungsi untuk mengurangi seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya
hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan
alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.
Alat pelindung diri Mandatory adalah antara lain: Topi keselamtan (Helmet),
kacamata keselamatan, Masker, Sarung tangan, earplug, Pakaian (Uniform)
dan Sepatu Keselamatan. Dan APD yang lain yang dibutuhkan untuk kondisi
khusus, yang membutuhkan perlindungan lebih misalnya: faceshield,
respirator, SCBA (Self Content Breathing Aparatus),dll.
Kesehatan kerja
• Kesehatan kerja adalah sebuah kondisi di mana para
karyawan terbebas dari berbagai penyakit fisik dan
emosional yang disebabkan oleh pekerjaan.
• Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah
spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial,
dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit penyakit/gangguan –gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,
serta terhadap penyakit-penyakit umum.
• Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah manusia
b. Bersifat medis.
Kesehatan Kerja
• Pemeriksaan Kesehatan pekerja :
1. Pemeriksaan Awal (Sebelum/Pra Kerja)
Yt: Pemeriksaan kesehatan yg dilakukan dokter perusahaan sebelum
tenaga kerja diterima bekerja/saat rekruitmen
Tujuan : Agar tenaga kerja yg diterima :
a. Berada dalam kondisi kesehatan yg maksimal
b. Tidak menderita penyakit menular
c. Kondisi kesehatan calon pekerja sesuai dengan pekerjaannya

2. Pemeriksaan Berkala (Periodik)


Yt : Pemeriksaan kesehatan yg dilakukan dokter perusahaan terhadap
tenaga kerja dalam jangka waktu tertentu secara periodik selama
bekerja di perusahaan
Tujuan :
a. Menjaga dan mempertahankan kondisi kesehatan tenaga kerja
b. Menemukan gangguan kesehatan dan pengobatan secara dini
c. Menemukan gangguan kesehatan akibat pekerjaan secara
dini dan menghindarkan cacat tubuh akibat paparan
pencemaran dan untuk menentukan program pengendalian
lingkungan kerja selanjutnya
d. Pemeriksaan ini dilakukan sekurang2 nya setahun sekali dan
tergantung dari kondisi lingkungan kerja /faktor bahaya yg
dihadapi pekerja
3. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini dimaksudkan utk menilai adanya pengaruh2
dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja tertentu.
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap :
a. Tenaga kerja yang pernah mengalami kecelakaan atau
penyakit yg memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu
b. Tenaga kerja yg berusia diatas 40 tahun, Tenaga kerja
wanita , tenaga kerja cacat, dan tenaga kerja muda yg
melakukan pekerjaan tertentu
c. Tenaga kerja yg diduga kuat mengalami gangguan
kesehatan akibat pekerjaannya
KESEHATAN KERJA

Adalah untuk melindungi karyawan dari segala hal


Yg dpt merugikan kesehatan akibat kerja.
Yang Perlu dilakukan, antara lain :

1. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan


a. Pekerja baru (kondisi awal kesehatan)
b. Pekerja lama (memantau kesehatan)
- 1 th sekali tambang di permukaan
- 6 bulan sekali tambang underground
LANJUTAN KESEHATAN KERJA
2. Lingkungan Tempat Kerja
a. Debu : mengganggu saluran pernafasan
b. Bising : mengganggu fungsi pendengaran
c. Pencahayaan : mengganggu daya penglihatan
d. Getaran : mengganggu fungsi persendian
e. Gas-gas beracun/berbahaya
bisa langsung mematikan manusia
3. Ergonomi :
- tempat duduk
- alat kerja
- dimensi tempat kerja
Tujuan K3
Tujuan K3 (Hidayat : 2007).
a. Mengamankan pekerjaan atau kegiatan, mulai dari
input, proses, sampai pada output.
b. Bebas dari kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
c. Tercapainya kesejahteraan manusia.
d. Pemenuhan hak asasi manusia dalam hal ini pekerja,
agar tercapai kondisi yang sehat dan selamat.
e. Sesuai dengan peraturan dan perundangan yang
berlaku.
f. Efisisensi biaya.
Tujuan K3
Tujuan K3 (hyperkes) dapat dirinci sebagai berikut
(Rachman, 1990) :
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat
kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara
lancar tanpa adanya hambatan.

Perlunya Menjalankan Program Keselamatan Kerja :


• Mencegah kerugian fisik dan finansial yang bisa
diderita karyawan.
• Mencegah terjadinya gangguan terhadap
produktivitas perusahaan.
• Menghemat biaya premi asuransi.
• Menghindari tuntutan hukum.
Fokus Program Keselamatan Kerja
Program keselamatan kerja difokuskan pada dua aspek:
1. Perilaku Kerja:
• Membentuk sikap karyawan yang pro-keselamatan
kerja
• Mendorong upaya seluruh karyawan untuk
mewujudkan keselamatan kerja, mulai dari
manajemen puncak hingga karyawan level terendah
• Menekankan tanggung jawab para manajer dalam
melaksanakan program keselamatan kerja
2. Kondisi Kerja:
• Mengembangkan dan memelihara lingkungan kerja
fisik yang aman, misalnya dengan penyediaan alat-alat
pengaman
Sejarah Perkembangan K3
a. Zaman Pra-Sejarah
Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana manusia yang hidup
pada zaman ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk
digunakan serta tidak membahayakan bagi mereka saat digunakan. Disain tombak
dan kapak yang mereka buat umumnya mempunyai bentuk yang lebh besar
proporsinya pada mata kapak atau ujung tombak. Hal ini adalah untuk menggunakan
kapak atau tombak tersebut tidak memerlukan tenaga yang besar karena dengan
sedikit ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar. Disain yang mengecil pada
pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi pemakai saat mengayunkan
kapak tersebut.

b. Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) di Irak


Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman dan tidak
membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini masyarakat sudah
mengenal berbagai macam peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan
mereka. Dan semakin berkembang setelah ditemukannya tembaga dan suasa sekitar
3000-2500 BC. Pada tahun 3400 BC masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan
menggunakan batubata yang dibuat proses pengeringan oleh sinar matahari. Pada
era ini masyarakat sudah membangunan saluran air dari batu sebagai fasilitas
sanitasi. Pada tahun 2000 BC muncul suatu peraturan “Hammurabi” yang menjadi
dasar adanya kompensasi asuransi bagi pekerja.
c. Zaman Mesir Kuno
Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Fir’aun banyak sekali
dilakukan pekerjaan-pekerjaan raksasa yang melibatkan banyak orang
sebagai tenaga kerja. Pada tahun 1500 BC khususnya Pada masa Raja
Ramses II dilakukan pekerjaan pembangunan terusan dari Mediterania ke
Laut Merah. Disamping itu Raja Ramses II juga meminta para pekerja untuk
membangun “temple” Rameuseum. Untuk menjaga agar pekerjaannya
lancar Raja Ramses II menyediakan tabib serta pelayan untuk menjaga
kesehatan para pekerjanya.

d. Zaman Yunani Kuno


Pada zaman romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah Hippocrates.
Hippocrates berhasil menemukan adanya penyakit tetanus pada awak kapal
yang ditumpanginya.

e. Zaman Romawi
Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai memperkenalkan
adanya gangguan kesehatan yang diakibatkan karena adanya paparan
bahan-bahan toksik dari lingkungan kerja seperti timbal dan sulfur. Pada
masa pemerintahan Jendral Aleksander Yang Agung sudah dilakukan
pelayanan kesehatan bagi angkatan perang.
f. Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap pekerja
yang mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau meninggal.
Masyarakat pekerja sudah mengenal akan bahaya vapour di lingkungan kerja
sehingga disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada lingkungan yang
mengandung vapour harus menggunakan masker.

g. Abad ke-16
Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus
Theophrastus Bombastus von Hoheinheim atau yang kemudian lebih dikenal
dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit-penyakit akibat
kerja terutama yang dialamai oleh pekerja tambang. Pada era ini seorang
ahli yang bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica bahkan sudah
mulai melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di pertambangan
dengan menerapkan prinsip ventilasi.

h. Abad ke-18
Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664 –
1714) dari Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang
terkenal : Discourse on the diseases of workers, (buku klasik ini masih sering
dijadikan referensi oleh para ahli K3 sampai sekarang).
Ramazzini melihat bahwa dokter-dokter pada masa itu jarang yang melihat
hubungan antara pekerjaan dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu
diingat pada saat dia mendiagnosa seseorang yaitu “ What is Your
occupation ?”. Ramazzini melihat bahwa ada dua faktor besar yang
menyebabkan penyakit akibat kerja,yaitu bahaya yang ada dalam bahan-
bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya gerakan-gerakan janggal
yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja (ergonomic factors).

i. Era Revolusi Industri (Traditional Industrialization)


Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :
1. Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang
baru ditemukan sebagai sumber energi.
2. Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia
3. Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku
(khususnya bidang industri kimia dan logam).
4. Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar
berkembangnya industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin
baru.
5. Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan
sisa pembakaran.
j. Era Industrialisasi (Modern Idustrialization)
Sejak era revolusi industri di ata samapai dengan pertengahan abad 20 maka
penggnaan teknologi semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti
perkembangan ini. Perkembangan pembuatan alat pelindung diri, safety devices.
dan interlock dan alat-alat pengaman lainnya juga turut berkembang.
k. Era Manajemen dan Manjemen K3
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga
sekarang. Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang meneliti
penyebab penyebab kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi karena faktor
manusia (unsafe act) dan faktor kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition).
Pada era ini berkembang system automasi pada pekerjaan untuk mengatasi maslah
sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor manusia. Namun system otomasi
menimbulkan masalah-masalah manusiawi yang akhirnya berdampak kepada
kelancaran pekerjaan karena adanya blok-blok pekerjaan dan tidak terintegrasinya
masing-masing unit pekerjaan. Sejalan dengan itu Frank Bird dari International Loss
Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model
yang enyatakan bahwa factor manajemen merupakan latar belakang penyebab yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Berdasarkan perkembangan tersebut serta
adanya kasus kecelakaan di Bhopal tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20
berkembanglah suatu konsep keterpaduan system manajemen K3 yang berorientasi
pada koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya. Keterpaduan semua unit-
unit kerja seperti safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu system
manajemen juga menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input
proses dan output. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya standar-standar
internasional seperti ISO 9000, ISO 14000 dan ISO 18000.
l. Era Mendatang
Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak
hanya difokuskan pada permasalahan K3 yang ada
sebatas di lingkungan industri dan pekerja.
Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek-aspek yang
sifatnya publik atau untuk masyarakat luas. Penerapan
aspek-aspek K3 mulai menyentuh segala sektor aktifitas
kehidupan dan lebih bertujuan untuk menjaga harkat dan
martabat manusia serta penerapan hak asazi manusia
demi terwujudnya kualitas hidup yang tinggi. Upaya ini
tentu saja lebih bayak berorientasi kepada aspek perilaku
manusia yang merupakan perwujudan aspek-aspek K3.

Anda mungkin juga menyukai