Anda di halaman 1dari 18

JOURNAL READING

Comparison of the clinical efficacy of preserved and preservative-free


hydroxypropyl methylcellulose-dextran-containing eyedrops

Disusun Oleh :
Siti Muti’a
1102015227

Pembimbing :
dr. Saskia Nassa Mokoginta, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 13 JULI 2020
SKENARIO

Pasien laki-laki berusia 45 tahun datang pada hari Senin, 18 Juni 2020
dengan keluhan utama kedua mata berair sejak 2 minggu yang lalu. pasien
mengeluh sering silau, terkadang penglihatan kabur terutama mata kanan. Pasien
belum pernah mengobati penyakitnya.

Hasil pemeriksaan didapatkan tajam penglihatan pada mata kanan 6/20


dengan pinhole menjadi 6/12 dan tajam penglihatan mata kiri 6/6 f. terdapat
injeksi konjuctiva pada kedua mata, tes Schimer menunjukkan sindroma mata
kering, serta pemeriksaan lainnya normal.

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa


mengalami sindroma mata kering pada kedua mata. Dokter mempertimbangkan
perbandingan efektifitas antara obat tetes mata hydroxypropyl methylcellulose-
dextran yang mengandung pengawet atau tidak mengandung pengawet untuk
terapi pada pasien ini.

2
1. Pertanyaan:

Apakah terdapat perbedaan efektifitas obat tetes mata hydroxypropyl


methylcellulose-dextran yang mengandung pengawet atau tidak mengandung
pengawet untuk terapi sindroma mata kering?

2. PICO
 Patient : Laki-laki berusia 45 tahun dengan sindroma mata kering
 Intervention : Tetes mata hydroxypropyl methylcellulose-dextran tanpa
pengawet
 Comparison : Tetes mata hydroxypropyl methylcellulose-dextran
mengandung pengawet
 Outcome : Membandingkan efektifitas tetes mata hydroxypropyl
methylcellulose-dextran tanpa pengawet dan dengan
pengawet

3. Pencarian artikel
 Alamat website : Pubmed
 Kata kunci : (((Dry Eye Syndome) AND (Therapy))
AND (Comparison)) AND (Efficacy)
 Limitasi : Text availability free full text, article type clinical
trial, meta-analysis, randomized controlled trial,
systematic review, publication date 5 years
 Hasil : 7 artikel
 Artikel yang dipilih : Comparison of the clinical efficacy of
preserved and preservative-free
hydroxypropyl methylcellulose-dextran-
containing eyedrops

3
Comparison of the clinical efficacy of preserved and preservative-free
hydroxypropyl methylcellulose-dextran-containing eyedrops

Abstrak
Tujuan : untuk membandingkan efektifitas dua formulasi tetes mata yang dibuat
terus menerus
Sampel dan metode: randomized patient-masked clinical trial, total 88 pasien
dibagi dua kelompok A (n=41, artificial tear dosis tunggal, mengandung 1 mg/ml
dextran 70 dan hypromellose serta hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) 3
mg/ml) dan kelompok B (n=47, artificial tear multi dosis, mengandung HPMC
0.3 g dan dextran 70 0.1 g dengan 0.01% benzalkonium chloride (BAK) sebagai
pengawet. Penelitian ini menggunakan kuisioner ocular surface disease index
(OSDI), tear break up time (TBUT), corneal dan conjunctival staining serta
Schirmer test. Uji ulang ANOVA digunakan untuk menilai perbedaan kedua
produk. p-value kurang dari 0.05 dinyatakan signifikan.
Hasil: Rata-rata usia peserta dalam kelompok A dan B masing-masing adalah
44,08±6.29 (antara 33-58 tahun) tahun dan 45,83±8,42 (31-60 tahun). Tidak
terdpat perbedaan yang signifikan antara kedua grup sebelum intervensi
berdasarkan kuisioner ocular surface disease index (OSDI), tear break up time
(TBUT), corneal dan conjunctival staining serta Schirmer test (masing-masing p =
0.339, p = 0.640, p = 0.334, p = 0.807 dan p = 0.676). Setelah 4 minggu,
conjunctival dan corneal staining scores menunjukkan peningkatan bila
dibandingkan dengan sebelum intervensi (p < 0.001). Namun tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada Schirmer test score and TBUT score masing-
masing yaitu (p = 0.115, p = 0.013).
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan dengan
penggunaan kedua produk tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan secara
statistik diantara keduanya.

4
Pendahuluan

Dry Eye Syndrome (DES) adalah penyakit multifaktorial pada permukaan


mata. Penguapan tear film yang cepat, produksi air mata yang tidak adekuat, dan
radang permukaan mata merupakan beberapa penyebab kelainan ini. Kondisi ini
bisa mengakibatkan keluhan pada mata seperti terasa terdapat benda asing
mengganjal, kemerah, rasa tidak, serta tanda-tanda kerusakan permukaan di
kornea dan konjungtiva, keluhan tersebut membuat terjadinya gangguan
penglihatan. DES adalah masalah yang umum terjadi di seluruh dunia dan dapat
mengurangi efisiensi kerja seseorang. DES adalah keluhan yang paling banyak
dialami pasien pada pelayanan klinik mata.
Artificial tears merupakan terapi lini pertama dalam manajemen DES.
Sifat non-invasif pada artificial tears dan efek samping yang rendah membuatnya
tetap menjadi terapi utama untuk DES. Di Amerika Serikat, sekitar 7 hingga 10
juta orang menghabiskan 320 juta dolar per tahun untuk produk artificial tears .
Di Amerika Serikat, banyak uji klinis yang telah dilakukan untuk mengevaluasi
khasiat dan membandingkan antar komposisi artificial tears. Berdasarkan hasil
penelitian Dry Eye WorkShop (DEWS) menyimpulkan bahwa walaupun terdapat
banyak lubrikan topikal dengan perbaikan gejala viskositas tidak ada bukti yang
menyatakan bahwa salah satu komposisi paling baik dibanding yang lainnya.
Meskipun demikian, inflamasi pada permukaan mata dapat diperburuk oleh
penggunaan pengawet. Benzalkronium chloride (BAK) adalah pengawet yang
paling banyak digunakan. Pada pasien dengan DES derajat ringan, BAK masih
dapat ditoleransi bila digunakan sebanyak empat hingga enam kali sehari. Produk
bebas pengawet diindikasikan untuk pasien dengan riwayat alergi terhadap
pengawet dan pasien yang menggunakan lensa kontak. Kebanyakan produk bebas
pengawet berupa sediaan dosis tunggal. Produk ini biasanya dibuat dalam bentuk
tabung kecil atau ampul plastik yang digunakan untuk satu tetes untuk setiap mata
kemudian dibuang. Produk multi dosis lebih nyaman untuk dibawa dan
disimpan. Produk yang dilisensikan sebagai produk obat harus memiliki waktu
kadaluwarsa 28 hari setelah pembukaan tetapi banyak lubrikan mata yang

5
terdaftar karena telah memperpanjang waktu simpan hingga enam bulan setelah
pembukaan pertama. Produk dosis tunggal terlalu menghabiskan banyak tempat
untuk penyimpanannya terutama apabila menggunakan beberapa jenis tetes mata
berbeda. Produk dosis tunggal memiliki waktu kadaluarsa yang lebih lama
dibanding produk vial multi dosis namun menghasilkan lebih banyak sampah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membadingkan efektifitas klinis dua
jenis produk tetes mata berbahan dasar hydroxypropyl methylcellulose (HPMC)
dalam perbaikan DES setelah empat minggu.

Sampel dan Metode


Penelitian ini merupakan randomized patient-masked clinical trial. Subjek
penelitian ini merupakan pasien dengan DES di Tehran, Iran. Pertama-tama
subjek menyelesaikan kuisioner ocular surface disease index (OSDI). Penilaian
permukaan dan kelopak mata menggunakan slit lamp biomicroscope untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan pada mata. Kriteria inklusi terdiri dari: hasil
nilai skor kuisioner OSDI >20 dan tidak menggunakan artificial tears jenis
apapun selama tiga bulan sebelumnya. Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:
100 Pasien yang memenuhi kriteria kemudian diberikan penjelasan mengenai
tujuan penelitian, apabila menyetujui untuk berparsisipasi maka pasien diminta
untuk mengisi formulir inform consent yang dibuat sesuai dengan Deklarasi
Helsinki.
Pemeriksaan dilakukan dalam dua kali kunjungan, pertama saat sebelum
pemberian intervensi dan sekali lagi setelah 30±2 hari setelah penggunaan
artificial tear yang spesifik. Untuk menilai gejala yang berhubungan dengan DES
pasien,digunakan kuesioner OSDI yang valid. OSDI adalah survey yang terdiri
dari 12 pertanyaan, dengan jawaban terdiri dari lima poin skala (0 = tidak pernah
dan 4 = sepanjang waktu), dengan skor yang lebih tinggi mewakili kecacatan yang
lebih besar. Total skor OSDI dihitung berdasarkan rumus berikut = 100 (jumlah
rata-rata untuk semua pertanyaan yang dijawab) / 4 (Jumlah total pertanyaan yang
dijawab), di mana keparahan dinilai berdasarkan kenaikan: 0 = tidak pernah, 1 =
beberapa dari waktu, 2 = separuh waktu, 3 = sebagian besar waktu, 4 = sepanjang

6
waktu. Skor 100 sesuai dengan kecacatan total sementara skor 0 sesuai dengan
tidak ada kecacatan.
Penilian tear break up time (TBUT) dilakukan dengan menggunakan
metode Lowther15 (Metode untuk penggunaan strip fluorescein di mana bagian
dari fluoresceintrip yang dirancang untuk dibasahi,dengan lebar sekitar 5 mm
dengan panjang 15 mm untuk memberikan dosis yang dibatasi dari 0,5 hingga
l.0μl cairan ke permukaan kornea) pada mata. Strip fluorescein steril (Indikator,
Tuba Teb Co., Iran) dibasahi menggunakan larutan garam yang tidak diawetkan
dan larutan berlebih dikocok. Strip disentuh dengan lembut ke konjungtiva bulbi
superior atau pinggiran kelopak mata dengan berhati-hati agar tidak memberikan
terlalu banyak produk atau menyebabkan refleks pengeluaran air mata yang
berlebihan. Pasien diminta untuk berkedip dua atau tiga kali secara alami dan
kemudian setelah satu penutupan mata diminta mempertahankan mata untuk tetap
terbuka. Sejak pembukaan hingga penampilan titik kering pertama diukur dalam
hitungan detik. Pengukuran dilakukan dua kali oleh stopwatch. Untuk setiap mata,
nilai TBUT dirata-rata dan nilai rata-rata dibandingkan sebelum dan sesudah
intervensi. Subjek dengan TBUT <10 detik yang memenuhi kriteria mata kering
dimasukkan dalam penelitian ini.
Konjungtiva dan kornea diperiksa setelah pemasangan fluorescein, dengan
filter biru kobalt dari SL-1E biomicroscope (Topcon, Jepang). Pewarnaan
punctuate dilakukan menggunakan sistem penilaian astandardized terdiri dari 0-3
untuk masing-masing dari lima area pada diagram kornea. Tes Schirmer
dilakukan pada mata yang tepat, dengan anestesi, menilai produksi dasar air mata;
setetes Tetracaine 0,5% (Anestocaine, SinaDarou, Iran) diteteskan pada mata.
Setelah 5 menit meneteskan tetracaine 0,5% ke dalam kantung konjungtiva, strip
kertas (Tuba Teb Co., Iran) ditempatkan di pertemuan temporal dan sepertiga
medial dari pinggiran kelopak mata bawah. Mata ditutup selama tes, dan panjang
bagian basah diukur dalam milimeter. Panjang strip kertas basah yang <10 mm
per 5 menit dimasukkan ke dalam penelitian.
Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi dua kelompok
berdasarkan skor OSDI mereka. Artificial tear drops yang digunakan dalam dua

7
kelompok adalah sebagai berikut: Kelompok (A) Tear Naturale ® tetes mata dosis
tunggal dari Inggris, perusahaan Alcon, yang mengandung dextran70, 1 mg / ml
dan hypromellose, 3 mg / ml hydroxypropyl methylcellulose, natrium klorida,
kalium klorida, kalsium klorida, magnesium klorida, zinc klorida, natrium
hidrogen karbonat, karbon dioksida (untuk menyesuaikan pH) dan air murni
sebagai non-pengawet. Kelompok (B) Tetes mata Tearlose ® multi dosis dari Iran,
perusahaan Sina Darou, yang mengandung hydroxypropyl methylcellulose 0,3 g
dan 0,1 g dekstran70, dengan 0,01% benzalkonium chloride (BAK) sebagai
pengawet yang tersedia dalam botol plastik 10 mL dengan nozzledropper dan
tutup anti pilfer.
Menggunakan blok acak, kelompok pertama dan kelompok kedua masing-
masing menerima tetes mata Tear Naturale® dan Tearlose®. Para pasien tidak
mengetahui nama obat dan diminta untuk menggunakan obat tetes mata 2 kali
sehari selama 4 minggu. Selain itu, direkomendasikan membersihkan kelopak
mata di pagi hari; dasar bulu mata harus dibersihkan di pinggiran kelopak oleh
Eyesol Ophthalmic Cleansing Shampoo, (Livar Co, Iran). Pasien diminta untuk
kembali ke klinik untuk pemeriksaan lanjutan dalam tiga puluh hari. Sebelum
menggunakan prosedur statistik, prasyarat untuk penggunaannya telah diverifikasi
(mis. Distribusi variabel yang normal). Jika prasyarat sebagian besar dipenuhi,
metode parametrik digunakan untuk evaluasi. Jika prasyarat tidak terpenuhi,
metode non-parametrik dipilih. Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS
versi 18.0 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA) .Kolmogorov-Tes Smirnov dilakukan
untuk menilai normalitas untuk variabel kontinu. Hasilnya dibandingkan antara
kedua kelompok menggunakan t-test independen untuk variabel kontinu atau uji
Chi-square untuk variabel kategori. Perbandingan ukuran hasil antara baseline dan
4 minggu setelah intervensi pada masing-masing kelompok dilakukan dengan
menggunakan uji-t berpasangan dan perbedaan dalam tingkat perubahan
dibandingkan antara dua kelompok menggunakan uji-t independen. Untuk
membandingkan perubahan dalam Grup A dan B, analisis varians pengukuran
berulang digunakan. Nilai p <0,05 dianggap signifikan.

8
Hasil
Sebanyak 100 peserta dilibatkan dalam uji coba, 88 pasien (41 pasien di
Grup A dan 47 pasien di Grup B) menyelesaikan seluruh protokol. Sebanyak 12
subjek (9 pasien di Grup A dan 3 pasien di Group B) gagal menyelesaikan uji
coba. Perbedaan antara dua kelompok dalam hal distribusi jenis kelamin tidak
signifikan (p = 0,135). Usia rata-rata peserta dalam Grup A dan Grup B masing-
masing adalah 44,08 ± 6,29 tahun (kisaran, 33-58 tahun) dan 45,83 ± 8,42 tahun
(kisaran, 31-60 tahun) dan tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok (p =
0,379). Gambaran demografis pasien dalam Grup Aand B dinyatakan dalam Tabel
1. Nilai rata-rata dan standar deviasi skor OSDI, TBUT, skor staining konjungtiva
dan kornea, skor tes Schirmer Grup A dan B, sebelum dan sesudah intervensi
disajikan pada Tabel 2.

Skor OSDI setelah intervensi menunjukkan penurunan signifikan


dibandingkan dengan sebelum intervensi pada kedua kelompok (p <0,001).
Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam efektifikan antara dua produk
artificial tear (p = 0,440), dan pada varian analisis pengukuran berulang tidak
menunjukkan interaksi yang signifikan antara jenis produk dan perubahan dari
waktu ke waktu dalam tren rata-rata OSDI di Amerika Serikat. Group A dan B (p
= 0,468). Hasil TBUT setelah intervensi menunjukkan peningkatan yang
signifikan dibandingkan dengan sebelum intervensi, walaupun tidak signifikan
secara statistik (GroupA; p = 0,027 dan Grup B; p = 0,013). Juga, dalam
membandingkan hasil rata-rata dari setiap tes yang dilakukan, tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam efektifitas kedua produk (p = 0,497). Perbedaan interaksi

9
antara dua kelompok dan perubahan dari waktu ke waktu dalam tren TBUT rata-
rata tidak signifikan secara statistik (p = 0,834). Skor konjunctival staining dalam
4 minggu setelah intervensi menunjukkan penurunan yang signifikan
dibandingkan dengan yang sebelum intervensi (p <0,001). Dua produk artificial
tear dibandingkan dalam dua kelompok menunjukkan efek yang sama (p =
0,822). Lebih jauh lagi, interaksi jenis produk dan perubahan dari waktu ke waktu
dalam tren skor pewarnaan konjungtiva antara Grup A dan B tidak signifikan (p =
0,080). Skor kornea staining setelah intervensi juga menunjukkan penurunan yang
signifikan dibandingkan dengan yang sebelum intervensi (p <0,001). Namun, dua
produk artificial tear tidak menunjukkan efek yang berbeda (p = 0,793), dan
interaksi jenis air mata buatan dan perubahan dari waktu ke waktu dalam tren skor
pewarnaan kornea tidak signifikan secara statistik (p = 0,894). Skor tes Schirmer,
setelah intervensi menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan yang sebelum
intervensi, tetapi perbedaannya tidak signifikan pada kedua kelompok (Grup A; p
= 0,129 dan Grup B; p = 0,115). Kedua produk menunjukkan efek yang sama (p =
0,441), dan interaksi antara jenis artificial tear dan perubahan dari waktu ke waktu
dalam tren tes Schirmer tidak signifikan (p = 0,475).

Diskusi
Dalam penelitian ini, hidroksipropil metilselulosa (HPMC) sebagai zat
aktif dalam Tear Naturale® dan Tearlose® eye mengurangi gejala DES secara
merata. Skor rata-rata dari kuesioner OSDI menurun secara signifikan setelah

10
intervensi pada kedua kelompok. Ketika Toda et al. mempelajari efek HPMC
0,5% tanpa pengawet pada pasien mata kering Sjögren dan non-Sjögren, mereka
mengamati bahwa gejala berkurang pada kedua kelompok. Nguyen et al. menguji
pengaruh insersi zat yang mengandung HPMC pada pasien dengan DES dan
menemukan bahwa insersi secara signifikan efektif dalam pengobatan DES. Lanz
juga membandingkan HPMC yang diawetkan (Gen-Teal, HPMC 0,3%, dengan
natrium perborate sebagai pengawet) vs HPMC yang tidak diawetkan (Tears
Naturale, 0,3% HPMC, 0,1% dekstran 70) dan tidak menemukan perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok setelah intervensi.
Temuan-temuan ini sesuai dengan hasil penelitian ini. Lanz menemukan
peningkatan yang lebih baik dalam tes Schirmer dengan Genteal yang sudah
diawetkan sebelumnya. Dalam penelitian ini, peningkatan yang sedikit lebih baik
diamati dengan penurunan yang diawetkan tetapi perbedaannya tidak signifikan.
Perbedaan ini bisa disebabkan karena perbedaan pengawet yang digunakan
(natrium perborate vs BAK) dalam dua studi. Pada kedua kelompok, skor
stainings konjungtiva dan kornea, setelah intervensi, berkurang secara signifikan
(p <0,001). Dalam studi yang dilakukan oleh Climent, GenTeal Tears® dengan
pengawet, dan Tears Naturale® (Alcon Laboratories, Inc.) yang bebas pengawet
dibandingkan. Setelah 4 minggu perawatan, pasien dievaluasi dengan TBUT,
Schirmer’stest, dan pewarnaan kornea serta melalui gejala-kuesioner. Sebanyak
37 pasien menyelesaikan studi. Kedua pengujian TBUT dan Schirmer membaik
pada kelompok GenTeal tetapi tidak pada kelompok Tears Naturale® (p = 0,27).
Perbedaan-perbedaan ini dalam dua studi dapat disebabkan oleh bahan pengawet
yang digunakan dalam kelompok artificial tear GenTeal dan jumlah HPMC yang
digunakan. Gejala subyektif tidak berbeda antara kedua perawatan. Dalam
penelitian ini, hasil tes Schirmer (dengan anestesi) sebelum intervensi tidak
berbeda secara signifikan dengan setelah intervensi. Menurut studi sebelumnya
yang dilakukan, peningkatan volume air mata diharapkan setelah penggunaan air
mata buatan, tetapi tidak ada perubahan yang diamati. Peningkatan volume
mungkin terjadi tak lama setelah aplikasi tetes mata dan pada pengujian, waktu
yang lama mungkin menyebabkan volume menjadi berkurang. Dalam penelitian

11
ini, peningkatan yang sedikit lebih banyak didapatkan pada produk dengan
pengawet tetapi perbedaannya tidak signifikan. Pada kedua kelompok, skor
konjungtiva dan kornea, setelah intervensi, berkurang secara signifikan (p
<0,001). Peningkatan sel epitel di kornea dan konjungtiva sejalan dengan
pengurangan keluhan pasien. Tidak adanya pengawet tampaknya tidak
memberikan manfaat dalam hal mengurangi warna pada kornea dan konjungitva.
Zat seperti hidroksipropil metilselulosa (HPMC), yang mengurangi pewarnaan
rose bengal pada subjek mata kering, dapat melapisi dan melindungi epitel
permukaan atau membantu mengembalikan efek perlindungan dari mucin.
Namun, hasil ini mungkin karena penggunaan jangka pendek dari tetes mata ini.
McCann et al. membandingkan efisiensi HPMC (Dacrisol unidose; Alcon, Italy),
sodiumhyaluronate (Lubristil 0,15% unidose, SIFI, Catania, Italia) dan emulsi oil-
in-water baru (Emustil unidose: SIFI) dalam manajemen pasien dengan DES
disebabkan oleh kerusakan lapisan ganda. Mereka menemukan bahwa gejala dan
penguapan air mata berkurang pada tiga kelompok, tetapi perbedaan untuk
natrium hyaluronate atau kelompok HPMC secara statistik tidak signifikan.
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan penggunaan zat pengawet
(natrium perborate vs BAK) dalam dua penelitian. Peter dkk. menunjukkan bahwa
tetes air mata dosis tunggal dan multi dosis memiliki efektifitas yang sama. Studi
penelitian mengamati peningkatan signifikan secara statistik pada skor OSDI dari
baseline pada 30 hari. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara klinis dalam
kinerja TBUT, pewarnaan kornea, pewarnaan konjungtiva, dan uji Schirmer di
antara formulasi air mata buatan. Dalam Peter et al. studi, subyek menggunakan
air mata buatan rata-rata tiga kali sehari, sehingga mungkin ada perbedaan antara
efek samping yang diamati dengan formula pengawet vs non-pengawet pada
subjek yang menggunakan tetes mata lebih sering untuk pengobatan mata kering
yang lebih parah.
Beberapa penelitian telah menekankan efek samping dari pengawet pada
wajah dan air mata, termasuk kerusakan kornea dan konjungtiva, hilangnya sel
piala, mencegah pertumbuhan sel baru, dan mempercepat kematian sel. Bahan
pengawet yang paling sering digunakan dalam sediaan topical ophthalmic serta

12
pelumas topikal. Efek toksisitas internal telah ditetapkan dengan baik. Toksisitas
BAK terkait dengan konsentrasinya, frekuensi dosis, tingkat atau jumlah sekresi
air mata, dan frekuensi penyakit permukaan mata. Pada pasien dengan mata
kering ringan, tetes BAK yang diawetkan biasanya ditoleransi dengan baik bila
digunakan 4-6 kali sehari atau kurang. Pada pasien dengan mata kering moderat
hingga berat, potensi toksisitas BAK tinggi, karena penurunan sekresi air mata
dan penurunan pemulihan.
Insiden sebagian besar efek samping tergantung pada konsentrasi
pengawet dan lama penggunaannya. Meskipun pengawet lain telah menunjukkan
profil keamanan yang lebih baik daripada BAK tetapi peneliti tidak mengamati
efek samping untuk waktu singkat tentang tetes mata yang mengandung BAK.
Produk yang bebas pengawet sangat diperlukan untuk pasien dengan mata kering
yang parah dengan penyakit pada permukaan mata dan peningkatan sekresi
kelenjar lakrimal, atau untuk pasien pada pasien yang menggunakan beberapa
obat topical dengan pengawet untuk penyakit mata kronis. Oleh karena itu, air
mata buatan tanpa bahan pengawet masih disarankan untuk pasien dengan gejala
persisten atau mereka yang membutuhkan dosis tetes yang lebih tinggi. Sediaan
air mata buatan dosis tunggal yang tidak diawetkan lebih mahal untuk diproduksi
oleh produsen, lebih mahal untuk pasien yang membeli, dan lebih tidak nyaman
digunakan dibandingkan tetes tetes artifisial botol.

Kesimpulan
Kedua artificial tear yang dibandingkan dalam penelitian ini, sama-sama
mengurangi tanda dan gejala sindrom mata kering dalam empat minggu.

13
Critical Appraisal
1. Menentukan ada atau tidaknya randomisasi dalam kelompok dan teknik
randomisasi yang digunakan?
Ada. Penelitian ini merupakan randomized patient-masked clinical trial.
Menggunakan blok acak, kelompok pertama dan kelompok kedua masing-
masing menerima tetes mata Tear Naturale® dan Tearlose®.

2. Menentukan ada tidaknya pertimbangan dan penyertaan semua pasien dalam


pembuatan kesimpulan?
a) Mengidentifikasi lengkap atau tidaknya follow-up
 Perbandingan ukuran hasil antara baseline dan 4 minggu setelah intervensi
pada masing-masing kelompok.
 Sebanyak 100 peserta dilibatkan dalam uji coba, 88 pasien (41 pasien di
Grup A dan 47 pasien di Grup B) menyelesaikan seluruh protokol.
Sebanyak 12 subjek (9 pasien di Grup A dan 3 pasien di Group B) gagal
menyelesaikan uji coba.
b) Mengidentifikasi ada atau tidaknya analisis pasien pada kelompok
randomisasi semula
Ya, dilakukan analisis pada kedua kelompok randomisasi semula

14
3. Mengidentifikasi ada tidaknya blinding pada pasien, klinisi dan peneliti?
Ya, terdapat blinding pada pasien.

4. Menentukan ada atau tidaknya persamaan perlakuan pada kedua kelompok


selain perlakuan eksperimen?
Ya, terdapat persamaan perlakuan antara kedua kelompok selain perlakuan
eksperimen.

15
5. Menentukan kemungkinan penerapan pada pasien (spectrum pasien dan
setting)
Ya, kemungkinan dapat diterapkan pada pasien namun harus dipastikan
terlebih dahulu apakah pasien memiliki alergi terhadap pengawet yang
mengandung zat HPMC dan BAK

16
6. Menentukan potensi keuntungan dan kerugian bagi pasien
Meskipun pengawet lain telah menunjukkan profil keamanan yang lebih
baik daripada BAK tetapi peneliti tidak mengamati efek samping untuk waktu
singkat tentang tetes mata yang mengandung BAK. Sediaan air mata buatan dosis
tunggal yang tidak diawetkan lebih mahal untuk diproduksi oleh produsen, lebih
mahal untuk pasien yang membeli, dan lebih tidak nyaman digunakan
dibandingkan tetes tetes artifisial botol.

17
DAFTAR PUSTAKA

Safarzadeha M, Parvin A, Pedram A (2017). Comparison of the clinical efficacy


of preserved and preservative-free hydroxypropyl methylcellulose-
dextran-containing eyedrops. Journal of Opometry Vol. 10, page.258-264.
Elsevier. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5595267/

18

Anda mungkin juga menyukai