Anda di halaman 1dari 6

LAMPIRAN

1. Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini
mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sikap

2. Pengertian Sikap: Apa itu Sikap? | Apa yang dimaksud sikap? Secara umum,
pengertian sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang
kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan. perasaan-perasaan, dan
kecenderungan untuk bertindak. Dalam pengertian yang lain, sikap adalah kecondongan
evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana
seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap. Tekanannya pada kebanyakan
penelitian dewasa ini adalah perasaan atau emosi. Sikap yang terdapat pada diri individu
akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang
bersangkutan. Dengan memahami atau mengetahui sikap individu, dapat diperkirakan
respons ataupun perilaku yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan.
http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-sikap-apa-itu-sikap.html

3. Drg. Endang Sariningsih. 2012. Merawat Gigi Anak Sejak Dini. Jakarta. PT. Alex Media
Kumpotindo Kompas Gramedia.

4. Anak usia sekolah, yaitu antara 6-12 tahun, memiliki perbedaan dalam sikap dan
perilaku dalam setiap tingkatannya. Usia 6-7 tahun merupakan periode tidak kooperatif
dan emosinya mudah meledak-ledak karena pengendalian dirinya masih belum seimbang.
Anak usia 8-9 tahun lebih bertanggung jawab, patuh, mandiri, mudah bergaul dengan
orang lain. Sedangkan anak usia 10-12 tahunlebih mudah diatur, timbul rasa ingin
bersaing, baik dalam kegiatan fisik maupun keberanian berbuat sesuatu. Amrullah
AA.Tingkat Kecemasan Anak Sekolah Dasar Usia 6,9,dan 12 Tahun terhadap Perawatan
Gigi: Penelitian ini dilakukan di SDN Tamalanrea dan SD Inpres Kantisang Kecamatan
Tamalanrea Makassar pada Tahun 2012.www.scribd.com/doc/115711924/FIX-JURNAL-
Tingkat-Kecemasan-Anak-Sekolah-Dasar-Usia-6-9-Dan-12-Tahun-Terhadap-Perawatan-
Gigi>. (5 Desember 2012).
http://tofanggraeni.blogspot.co.id/2013/09/v-behaviorurldefaultvmlo_2042.html

5. Sepanjang hidup manusia, mulai masih dalam kandungan , dilahirkan, dan kemudian
sampai tua memproleh sebutan yang berganti-ganti. Pergantian sebutan didasarkan pada
usianya, dan merupakan fase-fase dalam perkembangan yang dilewati. Menurut
Sugiyanto dan Sudjarwo (1991) secara garis besar ada 5 fase perkembangan dalm hidup
manusia:

a) Fase Prenatal (sebelum lahir.

b) Fase Infant (bayi), yaitu fase perkembangan mulai lahir sampai umur 1-2 tahun.
Mulai lahir sampai 4 minggu merupakan fase kelahiran atau neonatal.

c) Fase Childhood (anak-anak), adalah fase perkembangan mulai umur 1atau 2 tahun
sampai 10-12 tahun, fase ini diklasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu early
childhood (anak kecil) antara 1-6 tahun, dan later childhood (anak besar) antara 6-
12 tahun.

‘’’Anak Usia Dini’’’ oleh Beeker dikelompokkan pada anak yang berusia antara 3-6
tahun, anak usia tersebut biasanya mengikuti program pendidikan dini atau kindergarten.
Dalam bukunya,Soemiarti (2003), menyebutnya anak prasekolah, yang di Indonesia
biasanya mengikuti program di Tempat Penitipan Anak, Pendidikan anak usia dini, dan
Taman Kanak-kanak.

http://id.wikipedia.org/wiki/anak_usia_dini

6. Klasifikasi Perilaku Anak


Menurut Wright, perilaku anak diklasifikasikan menjadi:
1. Kooperatif
Anak-anak yang kooperatif terlihat santai dan rileks. Mereka sangat antusias menerima
perawatan dari dokter gigi. Mereka dapat dirawat dengan sederhana dan mudah tanpa
mengalami kesulitan, pendekatan tingkah laku (perilaku).
2. Kurang kooperatif
Pasien ini termasuk anak-anak yang sangat muda di mana komunikasinya belum baik dan
tidak dapat memahami komunikasi dengan baik. Karena umur mereka, mereka tergolong
ke dalam pasien yang kurang kooperatif. Kelompok lain yang termasuk ke dalam pasien
yang kurang kooperatif adalah pasien yang memiliki keterbatasan yang spesifik. Untuk
anak-anak golongan ini, suatu waktu tekhnik manajemen perilaku secara khusus
diperlukan. Ketika perawatan dilakukan, perubahan perilaku secara imediat yang positif
tidak dapat diperkirakan.
3. Potensial kooperatif
Secara karakteristik, yang termasuk ke dalam kooperatif potensial adalah permasalahan
perilaku. Tipe ini berbeda dengan anak-anak yang kooperatif karena anak-anak ini
mempunyai kemampuan untuk menjadi kooperatif. Ini merupakan perbedaan yang
penting. Ketika memiliki cirri khas sebagai pasien yang kooperatif potensial, perilaku
anak tersebut bisa diubah menjadi kooperatif.
http://email-dentin.blogspot.co.id/2011/10/manajemen-perilaku-pediatric-dentistry.html

7. G.G. Kent, A.S. blinkhorn. 2012. Pengelolah Tingkah Laku Pasien Pada Praktik Dokter
Gigi. Jakarta. Buku Kedokteran

8. Sikap dan Perilaku Anak Pada Perawatan Gigi

Menurut Shire dan Fogels (1962) cit. Soegiyono (1990) ada beberapa tingkah laku anak
yang selanjutnya disebut “Frankle Behavior Ratino Scale” yang dibedakan atas 4
kategori:

a) Jelas negatif ditunjukkan dengan menolak perawatan, menagis takut atau


bermacam-macam hal yang kesemuanya itu menunjukkan hal yang negatif.
b) Negatif hal ini ditunjukkan dengan ketidak kooperatifnya anak dengan dokter
gigi, seperti sikap bersungguh-sungguh tidak menjawab pertanyaaan dan
sebaliknya.
c) Positif perawatan dapat dilaksanakan tetapi kadang-kadang agar suka walau
masih mau menuruti kehendak dokternya.
d) Jelas positif dapat bekerja sama dengan baik nasehat dokter gigi diperhatikan dan
menimbulkan situasi yang menyenangkan.

Menurut Soegiyono (1990) untuk melakukan perawat diperlukan suatu kerja sama antara
dokter gigi dan penderita. Hampir semua anak diajak bekerja sama asal pendekatan
antara anak dan dokter giginya diperhatikan. Berdasarkan pengalaman di praktek pribadi,
hal-hal berikut ini sering dijumpai dan dapat menyulitkan perawatan gigi pada anak-anak.

Sangat tidak terkontrol


Anak usia muda antara 3-6 tahun mempunyai sifat tidak terkontrol. Pada anak yang baru
pertama dibawah ke dokter gigi kadang-kadang reaksinya sudah terlihat pada waktu
masih di ruang tunggu. Reaksinya berupa tangisan keras menyepak-nyepak, menendang
kakinya, memukul tangan ibunya.

Melawan
Sikap melawan dapat di jumpai pada semua umur. Manifestasinya dengan ucapan-ucapan
tidak mau setiap akan dimulai perawatan. Biasanya sifat ini dibawah oleh anak ini sering
bertingkah laku yang sama. Anak dengan tingkah laku ini mempunyai keberanian yang
cukup.

Pemalu
Anak pemalu masih lebih dapat diterima, dari pada anak yang melawan, asal dokter
menghadapinya harus dengan cara yang cepat. Sifat ini dapat ditunjukan dengan
berlindung pada ibunya, menarik-narik ibunya, mencari-cari alasan.
Tegang
Tingkah laku anak yang tegang, berada dalam negatif dan positif. Pada umumnya dapat
menerima perawatan, dapat dikenali dengan gerak-gerak, suara bergetar, matanya selalu
mengikuti perubahan sikap dokternya atau asistennya.

Menangis berkepanjangan
Anak yang menangis berkepajangan akan menunjukkan sifat dapat diajak bekerja sama.
Tangisannya menunjukkan manifestasinya reaksinya tetapi ia tidak melawan waktu
diadakan perawatan (Soegiyono, 1990).

2. Hubungan Anak dengan Dokter Gigi/ Perawat Gigi

Anak kecil membutuhkan kasih sayang dan bimbingan dari orang tua mereka. Kasih
sayang itu penting dan itu berarti mencurahkan waktu untuk menciptakan hubungan satu
sama lain dengan anak anda. Akan tetapi, hal itu tidak selalu berarti membiarkan ia
melakukan apa yang diinginkan. Bermain melihat-lihat buku dan membaca sebuah cerita
untuknya sangat penting dan anda harus meluangkan waktu untuk kegiatan ini. Tetapi,
anak anda juga harus belajar bahwa ada saatnya anda melakukan hal-hal lain. Dua
diantara hal terpenting yang harus diperlihatkan dalam kaitannya dengan anak anda
adalah kejujuran dan kekonsistenan (Addy, P.A, 1993)

Menurut Andlaw (1996) kebanyakan pasien merasa cemas pada kunjungan pertama ke
dokter gigi. Tujuan yang paling penting bagi dokter gigi dan stafnya adalah
menghilangkan rasa cemas ini. Resepsionis harus menyambut anak dengan bersahabat
dan gembira, ruang tunggu harus diisi dengan suatu tentang anak. Jadi keseluruhan
lingkungan tempat penerimaan ruang tunggu harus mampu berkomunikasi persahabatan
dan penyambutan yang hangat. Satu hal yang harus diingat bahwa dalam keperawatan
anak, klien anda bukan hanya anak-anak semata, tetapi juga orang tua (Supartini, 2004).

Kebanyakan dokter gigi atau perawat gigi menangani pasien secara halus, dan tidak
melaksanakan pemakaian kekerasan, kebanyakan dokter gigi atau perawat gigi anak
sekali-sekali memakai ketidaksabaran secara paksa melakukan penekanan memakai
tangan secara sengaja untuk dapat menjalani tingkat perawatan atau mengatasi pasien
anak yang sulit untuk duduk dikursi gigi menyampaikan sikap berpura-pura (Noerdin,
2002).

Hubungan anak dengan dokter gigi atau perawat gigi harus berupa hubungan yang
menggembirakan sejak semula atau kunjungan pertama. Makin cepat pembentukan
hubungan ini pada kehidupan anak, sehingga makin mudah antara anak dan dokter atau
perawat gigi harus memasukkan segenap perhatian usaha menjelaskan kepada orang lain,
tentang pentingnya membawa anak usia sekolah ke dokter gigi hanya sedikit anak merasa
takut karena cerita-cerita seram tentang kunjungan ke dokter gigi. Anak yang sudah
menjadi kawan dari dokter gigi atau perawat gigi sebelum mendapat pengaruh buruk
(Yuwono, at. Forrest and Fids,1995).
3.    Penanganan rasa takut anak dalam perawatan gigi
Menurut Hendrastuti (2003) sikap dan tingkah laku anak pada saat akan dilakukan
perawatan di klinik dapat ditangani secara psikologis.

Menurut Soemartono (2003) penanganan rasa takut dapat di tangani antara lain ;

1).   Tell ‘show do’


Teknik ini merupakan dengan menceritakan perawatan dan memperlihatkan beberapa
bagian perawatan pada anak bagaimana mengerjakannya. Perlu dilakukan pujian untuk
memberi penguatan tingkah laku yang baik.

2).   Hand Over Mouth


Biasanya cara ini dilakukan pada anak yang tidak kooperatif dan bersifat melawan pada
perawatan yang akan  dilakukan. Teknik ini dilakukan dengan cara meletakkan tangan
diatas dengan kendali suara dengan mengatakan bahwa tangan anak ini diangkat segera
setelah anak berhenti menangis.

3.)   Desensitasi
Sering dilakukan oleh ahli psikologi untuk melawan rasa yaitu melatih paisen untuk
rileks.

4.)   Modeling
Dapat dilakukan dengan mengikuti sertakan anak untuk mengamati anak lain menjalani
perawatan dan memperlihatkan tingkah laku yang baik.

5).   Penguatan Positif


Penghargaan dan hukuman dari lingkungannya bentuk hadiah yang penting adalah kasih
sayang dan pengakuan yang diperolehnya.

6).  Pengendalian fisik


Suatu teknik yang digunakan untuk menahan gerakan mulut dan fisik anak selama
perawatan gigi, dapat dilakukan dengan tangan dan ikat pinggang (Hendrastuti, 2003).

Menurut Barnes (1994) setiap dokter memiliki barbagai teknik pemeriksaan yang
dikembangkan berdasarkan pengalamannya masing-masing pada anak yang sudah besar,
kerjasama dapat dimulai dengan bujukan, percakapan, bahkan diskusi tentang minat
mereka. Untuk anak anda dapat menenangkan dan menaruh perhatian mereka dengan
barang-barang menarik anak yang berusia 2-4 tahun seringkali akan tertarik dan tetap
tenang jika mendengar anda bercerita, terutama tentang binatang, dan sesekali tanyakan
pendapat mereka mengenai binatang tersebut. Seorang anak berusia 2 tahun kadang-
kadang telah dapat dibujuk, pemberian barang apapun biasanya disukai oleh anak
(Barness, 1994).

Terjadinya kerja sama antara dokter gigi anak dan orang tua memang perlu dilakukan.
Hal ini terutama untuk mencari kesempatan serta kerja sama dalam melakukan perawatan
baik dilakukan di klinik maupun dilanjutkan dirumah  (Heriandi, 2002).
C.  Peranan Orang Tua Terhadap Perawatan Gigi Anak
Keberhasilan perawatan gigi anak tidak lepas dari kerja sama antara beberapa pihak,
dalam hal ini diperlukan peran serta orang tua. Adapun peranan orang tua terhadap
keberhasilan perawatan gigi anak yaitu :

a) Orang tua sebagai teladan yang akan dijadikan oleh seorang anak sebagai panutan
yang akan memberikan contoh yang baik terhadap perawatan gigi anak.
b) Orang tua berperan sebagai kontroler untuk tetap mengawasi anaknya untuk tetap
memperhatikan kebersihan giginya.
c) Orang tua sebagai figur yang dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
kepada anak tentang apa yang baik untuk perawatan gigi anak.
d) Orang tua sebagai motivator yang akan selalu memberikan bimbingan kepada
seorang anak untuk tetap memperhatikan kebersihan giginya.

Hal ini dapat terlihat pada anak yang takut dan tidak mau dicabut giginya, dimana orang
tua dituntut untuk tetap memberikan motivasi dan arahan yang baik perihal tentang
giginya, sehingga anak akan terpacu dan tidak menghawatirkan atau takut jika akan
memeriksakan giginya.

https://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/11/30/bagaimanakah-peranan-orang-tua-
terhadap-keberhasilan-perawatan-gigi-anak/

9. Dr.D.P.Addy. 1991. Kesehatan Anak. Jakarta. ARCAN

Anda mungkin juga menyukai