berlangsung. Mereka berada di depan rumah Dara, menanti siapa yang akan memulai
percakapan.
“Let’s make this clear” dengan tenang Dara berbicara. “Kita sama-sama pengen bahagia”
selagi menarik napas Dara melanjutkan “Aku rasa kita lebih baik ngambil jalan masing -
emosinya.
Sebelumnya, Dara menghubungi Denish, meminta untuk mengantarnya pulang dari kantor
tempat ia bekerja dan selama perjalanan pulang mereka tidak mengeluarkan satu kata pun.
“But you treat her like how treated me” Dara menatap Danish dengan tatapan yang dingin
namun tetap tenang. “Aku tau kita udah bahas alasan kamu berbuat kaya gitu. Aku tau aku
sibuk ama kerjaan dan waktu kita buat bereng itu kurang”
“No, you dont even have time”
“Karena kerjaan aku kan dan kamu tau itu. Kita udah dua tahun berhubungan, kenapa baru
sekarang dipermasalahin” Dara mulai mengeluarkan emosinya. Dia tidak menangis, bahkan
bisa melihat Dara. Dia meraih tangan kanan Dara, mencoba agar Dara melihatnya. “I don’t
suara yang terdengan ringan ia berkata “If you still love me, you wouldn’t hurt me” Dara
mencoba untuk tetap tersenyum dan melepaskan tangannya tetapi tetap saling bertatapan
dengan Denish.
“Love is strong word. That’s why i never said that to you. But you know i cherished you more
than anyone else” Denish hanya diam. Dia tahu bahwa Dara ingin tetap melanjutkan cerita