Anda di halaman 1dari 5

Omega 3 dalam Ikan Sarden Sebagai Penambah Daya Ingat

Lawly Arrel Dionnie Greatalya


Prodi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
alawly@yahoo.co.id

Abstract. Growing up, human body needs a lot of nutritions. Those nutritions are meant to
reinforce our organs to develop. One most crucial organ in our body, brain, also needs
those specific nutrients. Omega 3 is one of the nutrients that play important role in the
brain. Omega 3 can be found in a lot of food sources especially fishes. Sea fish such as
sardine contains high omega 3. Brain’s full development will be shown in a great memory
and cognitive development. Children below the age of 10 need a lot of omega 3 to support
their rapid growth and development.

Keywords: Omega-3, sardine fish, memory, cognitive development, children.

1. PENDAHULUAN

Perkembangan dan pertumbuhan seseorang dipengaruhi dari berbagai faktor luar maupun
dalam tubuh. Perkembangan tersebut berlangsung paling cepat saat seseorang ada pada masa anak-
anaknya. Maksimal atau tidaknya pertumbuhan tersebut juga memerlukan faktor-faktor sekitar yang
mendukung. Faktor tersebut bisa didapatkan dari luar seperti asuhan orang tua, pendidikan, atau pun
nutrisi yang masuk ke dalam tubuh seseorang atau anak itu sendiri.
Salah satu organ yang penting dalam tubuh kita adalah otak. Otak akan mengatur bagaimana
tubuh kita akan bekerja. Selain itu, fungsi kognitif juga dipengaruhi oleh perkembangan otak itu
sendiri. Dalam perkembangan kognitif, sama seperti perkembangan organ lainnya dalam tubuh,
nutrisi dan faktor lain turut andil dalam memaksimalkannya. Salah satu nutrisi yang mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan kognitif tersebut adalah Omega-3.
Omega-3 termasuk kedalam jenis-jenis asam lemak. Omega-3 adalah asam lemak tidak jenuh
ganda yang memiliki ikatan rangkap banyak dimana ikatan rangkap yang pertama terletak pada atom
karbon ketiga dari gugus metil omega, ikatan selanjutnya terletak pada nomor atom karbon ketiga dari
ikatan rangkap sebelumnya. Terdapat 3 jenis omega 3 yaitu ALA (alpha-linolenic acid), EPA
(eicosapentaenoic acid), dan DHA (decosahexaenoic acid).
ALA, EPA, dan DHA adalah asam lemak esensial yang berarti tidak dibentuk di dalam tubuh
dan harus dikonsumsi secara adekuat. ALA bisa didapatkan dari minyak sayur seperti minyak canola.
Kekurangan konsumsi ALA bisa diimbangi dengan konsumsi EPA dan DHA yang adekuat. (NIH,
2019)
Dalam perkembangan otak dan kognitif, omega-3 yang paling berperan adalah DHA dimana
DHA itu sendiri berperan penting juga dalam retina dan sperma. DHA memiliki panjang 22 karbon
dan 6 ikatan rangkap .Penurunan DHA dalam waktu perkembangan otak akan menurunkan terjadinya
neurogenesis, metabolism neurotransmitter dan gangguan kemampuan belajar dan kemampuan
melihat. Diet makanan pada budaya barat memiliki kebiasaan kurang dalam konsumsi omega-3 yang
bisa dengan mudah didapatkan di ikan. (Innis, 2008)
Makanan yang mengandung omega-3 bisa dengan mudah didapatkan untuk membantu
perkembangan dan pertumbuhan otak anak. Contohnya susu dan ikan. Ikan air tawar biasanya
memiliki kadungan omega-3 lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air asin. Selain itu, hal yang
mempengaruhi kandungan omega-3 adalah makanan yang dimakan oleh ikan itu sendiri. Hal ini
dikarenakan tidak semua omega-3 atau asam lemak yang ada di dalam ikan disintesis oleh ikan itu
sendiri. Selain ikan air asin memiliki omega-3 yang tinggi, mereka memiliki kadar asam lemak jenuh
yang relatif lebih rendah juga.
Ikan air asin yang dimaksud adalah ikan salmon, sarden, makarel, tuna, dan herring. Namun,
ikan yang tidak segar atau sudah dikalengkan sudah dihilangkan asam lemaknya, dimana itu adalah
letak dari omega 3 (Calder, 2016). Salah satu ikan yang bisa didapati di Indonesia dengan lebih
mudah adalah ikan sarden.

2. METODE
Metode yang digunakan adalah narative review dengan menggunakan jurnal-jurnal penelitian
terdahulu yang terkait dan penyebaran kuisioner terkait kesadaran orang terhadap pentingnya omega-
3. Hasil dari jurnal penelitian tersebut digunakan untuk mendukung omega-3 dalam meningkatkan
perkembangan kognitif dan daya ingat. Jurnal yang diambil menggunakan kata kunci omega 3, ikan
sarden, daya ingat, perkembangan kognitif, dan anak-anak. Sedangkan untuk kuisioner, akan
disebarkan pertanyaan seperti apakah responden mengetahui apa itu omega 3, darimana sajakah
sumber omega 3 yang responden ketahui, apakah mereka sudah dibiasakan mengkonsumsi ikan sejak
kecil, dan apakah mereka mengerahui apa saja kelebihan dari mengkonsumsi omega 3.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari penyebaran kuisioner terkait seberapa taukah masyarakat terhadap omega 3
mendapatkan hasil sebagai berikut. Responden yang digunakan berjumlah 17 orang. Hal ini
dikarenakan adanya kejenuhan dalam hasil kuisioner. 94,1% responden mengatakan bahwa mereka
tau apa itu omega 3 secara umum. Dari 17 responden, 9 responden menjawab omega-3 bisa
meningkatkan fungsi otak, daya ingat dan kecerdasan. Dalam pertanyaan tersebut, cara menjawab
yang digunakan ialah isian singkat sehingga jawaban yang diberikan oleh responden lebih luas dan
tidak menjurus. Sedangkan, 6 orang lain yang ditanyakan apakah menurut mereka manfaat omega-3
bagi tubuh bervariasi seperti sumber energi dan untuk menjaga kesehatan. Dua orang yang lain
mengisi bahwa mereka tidak tau apa fungsi dari omega 3.
Dalam pertanyaan isian singkat dari manakah sumber omega 3 menurut mereka, 12 responden
menjawab ikan laut, 4 orang lainnya menjawab minyak ikan, dan 1 orang menjawab dari telur ikan.
Dari pertanyaan apakah konsumsi ikan secara rutin tergolong penting atau tidak, 88,2% menjawab
penting dan 11,8% menjawab konsumsi ikan bukanlah hal yang penting. Dari pertanyaan apakah dari
kecil responden sudah dibiasakan makan ikan atau tidak oleh orang tua, 88,2% menjawab ya dan
11,8% menjawab tidak.
Dari kedua pertanyaan tersebut, bisa dilihat bahwa mayoritas responden yang diambil secara
acak menyadari pentingnya konsumsi ikan yang mengandung omega 3 dan sudah dibiasakan sejak
kecil untuk mengonsumsi ikan. Namun, jika dilihat dari seberapa sering kalian mengonsumsi ikan
dalam diet responden sehari-hari, didapatkan hasil yang terbalik dengan kesadaran responden
terhadap pentingnya konsumsi ikan. 47,1% responden menjawab bahwa mereka hanya mengonsumsi
ikan setiap bulan atau bahkan lebih. Hanya 5,9% atau 1 responden yang menjawab bahwa responden
mengonsumsi ikan secara rutin. 17,6% menjawab bahwa mereka mengonsumsi ikan sebanyak 2-3 kali
seminggu, 17,6% lainnya menjawab sekali setiap minggunya dan 11,8% menjawab sekali setiap
minggunya. Hal ini menunjukan bahwa meskipun mayoritas responden mengetahui apa saja manfaat
dari konsumsi ikan dan seberapa pentingnya mengonsumsi ikan, masih jarang dari mereka yang
mengonsumsi ikan.
Pie chart 1. Hasil kuisioner seberapa sering responden
mengonsumsi ikan dalam diet mereka sehari-hari.

Kebutuhan ALA dalam manusia bervariasi menurut umur dan jenis kelaminnya. (NIH, 2019)
Recommended Amount of
4. Life Stage ALA

Birth to 12 months* 0.5 g

Children 1–3 years 0.7 g

Children 4–8 years 0.9 g

Boys 9–13 years 1.2 g

Girls 9–13 years 1.0 g

Teen boys 14–18 years 1.6 g

Teen girls 14–18 years 1.1 g

Men 1.6 g

Women 1.1 g

Pregnant teens and women 1.4 g

Breastfeeding teens and 1.3 g


women
Tabel 1. Kadar ALA yang direkomendasikan

ALA adalah salah satu jenis omega-3 yang biasanya digunakan tubuh dengan cara
dikonversikan menjadi DHA. Cara pengubahannya menggunakan beberapa enzim yang berguna
mengubah panjang rantai ALA dan juga reaksi desaturasi (Calder, 2016).
DHA dan EPA yang terkandung dalam tubuh tidak bisa dibentuk langsung dari tubuh tanpa
prekursor. Prekursor tersebut atalah ALA. ALA atau yang biasa disebut alpha-linoleat biasanya juga
harus dikonsumsi dari luar tubuh yang berharti harus didapatkan dari makanan. (Rodwell et al., 2015)
Tabel 1 menunjukan jumlah ALA yang dibutuhkan tubuh baik untuk fungsi perkembangan
otak dan kognitif maupun fungsi lainnya. Meskipun jumlahnya sedikit, hal itu tidak boleh
diremehkan. Dalam pertumbuhan, DHA sangat dibutuhkan pada saat perkembangan umur awal
trimester ketiga sampai akhir 18 bulan postpartum. Hal ini dikarenakan perkembangan otak sangat
pesat dari 100g hingga 1,100g. (Calder, 2016)
Suatu penelitian yang membandingkan anak umur 8-10 tahun yang menerima asupan DHA
selama rutin selama 8 minggu dengan tanpa asupan DHA menunjukan adanya tingkat aktivitas cortex
prefrontal yang lebih tinggi. Cortex prefrontal bertanggungjawab akan fungsi berpikir dan kognitif.
DHA juga menjadi suatu senyawa yang berkontribusi dalam menjaga sel membran otak. DHA
menunjang terjadinya neurogenesis, neurotransmisi, dan memodifikasi ekspresi gen dari mamalia
dimana ekspresi gen tersebut bisa mengakibatkan pertumbuhan neuron dan kemampuan mengingat.
(Weiser, Butt & Mohajeri, 2016). Pengamatan pada 800 murid sekolah dengan melihat menu makan
siang sekolahnya membuktikan bahwa sekolah yang memiliki makan siang kaya ikan juga
menunjukan peningkatan dalam performanya di sekolah. (Lauritzen et al., 2016)
Konsumsi ikan yang kaya akan EPA dan DHA juga bisa menurunkan kecepatan degenerasi
atau lesi di otak sebanyak 1-2 tahun. Hal ini berarti dementia atau kepikunan bisa dikurangi dengan
konsumsi ikan secara rutin. Menurut penelitian Dr. Pottala, jaringan otak yang terpasok cukup omega-
3 bisa mengurangi penurunan fungsi kognitif dan atrofi otak. Berdasar percobaan terharap tikus, DHA
dinilai bisa meningkatkan kemampuan tubuh untuk membentuk neuron dalam hippocampus.
Kekurangan konsumsi omega-3 saat prenatal akan menyebabkan kerusakan kognitif. (Pottala et al.,
2014)
Menurut National Institutes of Health, kandungan DHA dalam ikan salmon adalah 1,24 gram,
ikan Herring memiliki kadar DHA 0,94 gram, ikan Makarel 0,59 gram, dan kandungan DHA dalam
ikan sarden adalah 0,74 gram(dengan catatan sudah didalam kemasan kaleng).
Bisa disimpulkan bahwa DHA tertinggi terdapat di ikan salmon, herring, sarden, dan makarel.
Menurut penelitian tersebut, ikan air asin akan lebih tinggi kandungan omega-3 dibandingkan dengan
ikan air tawar. Omega-3 dalam ikan juga dipengaruhi oleh asupan makanan ikan. Biasanya ikan yang
diternakan dan yang lebih terjaga makanannya juga akan memiliki kadar omega-3 yang tinggi.
Keadaan ikan segar yang dimasak dibandingkan dengan kalengan juga berbeda. Hal ini terlihat dari
perbedaan kadar DHA pada ikan salmon segar yang dimasak dengan dikalengkan berkurnag hingga
60% sampai 0,63 gram. (NIH, 2019)
Ikan salmon mungkin memang bisa diakses oleh masyarakat Indonesia. Namun harganya
yang mahal menurunkan kemampuan masyarakat dalam mengaksesnya. Ikan lain yang tidak kalah
baiknya adalah ikan sarden dimana ikan-ikan ini bisa juga dengan mudah diakses oleh masyarakat.
Belakangan ini juga sudah banyak tersedia ikan sarden dalam kemasan kaleng. Meskipun kemasan
kaleng bisa menjadi salah satu opsi dalam memenuhi kebutuhan omega-3, ikan yang masih segar
tentu menjadi opsi yang lebih baik dan yang jauh lebih disarankan.

5. SIMPULAN
Omega 3 berpengaruh dalam perkembangan kognitif dan daya ingat. Salah satu Omega-3
yang berpengaruh adalah DHA. DHA bisa dibentuk dengan mengubah bentuk ALA. DHA
meningkatkan daya ingat dan perkembangan kognitif paling pesat pada saat perkembangan seseorang
pada masa anak-anak. Kebutuhan DHA tertinggi adalah pada umur awal trimester ketiga dan sampai
umur 18 bulan post partum.
DHA berpengaruh dalam perkembangan kognitif dan peningkatan daya ingat dengan cara
menunjang terjadinya neurogenesis dan neurotransmiter. Selain itu, DHA jug aberperan dalam
meningkatkan aktifitas otak bagian prefrontal dimana bagian itu digunakan untuk berpikir dan
bertingkah laku.
Asupan omega 3 yang didapat dari memakan ikan secara rutin bisa membantu mencukupi
kebutuhan Omega 3 dalam perkembangan otak dan peningkatan daya ingat anak. Ikan yang memiliki
kadan DHA yang tinggi adalah ikan laut seperti salmon, herring, dan sarden. Untuk masyarakat
Indonesia, ikan yang lebih mudah didapatkan aksesnya adalah ikan sarden. Meski ikan sarden
bukanlah pemilik kandungan DHA tertinggi, namun kadarnya masih tergolong salah satu sumber
Omega 3 yang baik.

4. SARAN
Omega 3 yang cukup sangat diperlukan dalam perkembangan anak.Sebagai orang tua,
disarankan memberikan nutrisi yang cukup kepada anaknya terlebih lagi saat masa pertumbuhan.
Pemberian nutrisi tersebut tidak hanya dilakukan pada saat setelah kelahiran, namun juga bisa dimulai
saat kehamilan. Hal ini mengingat kebutuhan DHA juga dimulai saat sebelum kelahiran terjadi.
Dalam konsumsi ikan secara rutin, kebutuhan omega-3 bisa terbantu. Meskipun kadar DHA
dalam ikan yang tertinggi berada pada ikan Salmon dan Herring, konsumsi ikan sarden yang
tergolong tinggi kadar DHA-nya juga bisa membantu menutupi kebutuhna omega 3. Batas tertinggi
seorang anak diberikan DHA adalah 70-100mg/hari. Angka yang dijadikan batas normal konsumsi
Omega 3 bervariasi berkisar antara 40-200 mg/hari. (EFSA, 2012)
Konsumsi ikan sarden dalam bentuk segar dan dimasak adalah kondisi terbaik dalam menjaga
semua nutrisinya. Jika terjadi keterbatasan dalam konsumsi ikan sarden, hal ini bisa dikompensasi
dengan konsumsi minyak ikan.(Byelashov, Sinclair & Kaur, 2015)
5. DAFTAR PUSTAKA

Buku
Rodwell, V., Rodwell, V., Bender, D., Botham, K., Kennelly, P., & Weil, P. (2015). Harper's
Illustrated Biochemistry (30th ed., pp. 238-239). McGraw Hill Education.

Jurnal
Innis, S. (2008). Dietary omega 3 fatty acids and the developing brain. Brain Research, 1237, 35- 43.
doi: 10.1016/j.brainres.2008.08.078
Calder, P. (2016). Docosahexaenoic Acid. Annals Of Nutrition And Metabolism,
69(1), 8-21.doi10.1159/000448262
Pottala, J., Yaffe, K., Robinson, J., Espeland, M., Wallace, R., & Harris, W. (2014). Higher RBC EPA
+ DHA corresponds with larger total brain and hippocampal volumes: WHIMS-MRI
Study. Neurology, 82(5), 435-442. doi: 10.1212/wnl.0000000000000080
Office of Dietary Supplements - Omega-3 Fatty Acids. (2019). Retrieved from https://ods.od.nih.gov/
factsheets/Omega3FattyAcids-HealthProfessional/
Weiser, M., Butt, C., & Mohajeri, M. (2016). Docosahexaenoic Acid and Cognition throughout the
Lifespan. Nutrients, 8(2), 99. doi: 10.3390/nu8020099
Lauritzen, L., Brambilla, P., Mazzocchi, A., Harsløf, L., Ciappolino, V., & Agostoni, C. (2016). DHA
Effects in Brain Development and Function. Nutrients, 8(1), 6. doi:
10.3390/nu8010006
Byelashov, O., Sinclair, A., & Kaur, G. (2015). Dietary sources, current intakes, and nutritional role
of omega-3 docosapentaenoic acid. Lipid Technology, 27(4), 79-82. doi: 10.1002/lite.201500013
Scientific Opinion on the Tolerable Upper Intake Level of eicosapentaenoic acid (EPA), docosa
hexaenoic acid (DHA) and docosapentaenoic acid (DPA). (2012). EFSA Journal,
10(7).doi: 10.2903/j.efsa.2012.2815

Anda mungkin juga menyukai