Anda di halaman 1dari 5

Peran Aktivitas Fisik bagi Kinerja Jantung dan Paru-Paru

serta Relevansinya dengan Aterosklerosis

Yudith Amelia Damayanti


Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
yudithamelia@student.uns.ac.id

Abstract. The development of Science and Technology can always affect human life from time
to time. Science and Technology can make human life better and more advanced by the
invention of many facilities that make anything easier. With the advancement of this
technology, humans tend to choose something easier and practical but is not balanced with
sufficient physical activity which causes low body movement or commonly called hypokinetics.
Lack of physical activity can increase the risk of degenerative diseases such as
atherosclerosis. Atherosclerosis is a degenerative disease that occurs due to blood vessel
occlusion (because of plaque) that caused blood can’t flow fluently. If atherosclerosis occurs
in the coronary arteries, it can cause Coronary Heart Disease (CHD) and other
cardiovascular diseases. By doing regular physical activity, the function of the heart and
lungs can be better, thereby reducing the risk of cardiovascular disease. Regular physical
activity will increase life productivity and decrease the risk of degenerative diseases in the
future.

Keywords: physical activity, cardiovascular disease, atherosclerosis.

1. PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan hidup setiap manusia yang penting untuk
dipenuhi. Seiring berjalannya waktu dan perubahan gaya hidup, kebanyakan masyarakat cenderung
semakin sibuk dan lebih memilih hal yang praktis/mudah sehingga lupa mengenai kebutuhan akan
kesehatan dirinya sendiri. Maka dari itu, menjaga kesehatan adalah salah satu faktor yang penting
untuk diperhatikan.
Perkembangan IPTEK yang serba modern seperti sekarang ini berdampak pada gaya hidup
masyarakat. Dengan adanya perkembangan IPTEK yang pesat, teknologi banyak menghasilkan
mesin-mesin baru yang canggih sehingga tenaga-tenaga manusia sudah banyak digantikan.
Perubahan inilah yang menyebabkan secara tidak langsung pola hidup masyarakat modern menjadi
lebih praktis. Masyarakat sekarang cenderung lebih pasif dan tidak banyak lagi melakukan aktivitas
fisik yang menyebabkan tubuh kita jadi kurang bergerak (low body movement) atau sering disebut
dengan istilah hipokinetik. Perilaku hipokinetik ini dapat dilihat dalam aktivitas sehari-hari karena
banyak masyarakat yang memanfaatkan teknologi canggih saat ini tanpa diimbangi dengan aktivitas
fisik yang cukup (Candrawati et al., 2016).
Hipokinetik yang ditandai dengan kurang beraktivitas fisik atau aktivitas fisik yang tidak
teratur telah diketahui berkaitan erat dengan timbulnya penyakit tidak menular dan penyakit
degeneratif sebagai akibat proses penuaan, seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus,
kolesterol, obesitas dan juga osteoporosis (Candrawati et al., 2016). Penyakit tidak menular (PTM),
merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang
panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan
penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang
dilakukan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit
jantung koroner merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang paling banyak diderita
masyarakat Indonesia dengan prevalensi sebesar 0,5% dan 1,5%. Penyakit jantung koroner dapat
terjadi oleh beberapa faktor salah satunya adalah aterosklerosis yang terjadi pada arteri koronaria. (Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013)

Aterosklerosis adalah penyakit degeneratif progresif pada arteri yang menyebabkan oklusi
(sumbatan bertahap) pembuluh tersebut dan mengurangi aliran darah yang melaluinya. Plak-plak ini
terbentuk di bawah lapisan dalam pembuluh di dinding arteri. Plak aterosklerotik terdiri dari inti kaya
lemak yang dilapisi oleh pertumbuhan abnormal sel otot polos, ditutupi oleh tudung jaringan ikat
kaya-kolagen. Setelah terbentuk plak, plak membentuk tonjolan ke dalam lumen pembuluh darah
(Sherwood, 2014, p. 351) Pada beberapa orang dengan kadar kolesterol dan fosfolipid yang sangat
normal, aterosklerosis masih dapat terbentuk. Beberapa faktor- faktor risiko yang diketahui sebagai
predisposisi aterosklerosis adalah (1) kurangnya aktivitas fisik dan obesitas, (2) diabetes melitus, (3)
hipertensi, (4) hiperlipidemia, dan (5) merokok (Hall, 2014, p. 829).
Aterosklerosis dapat menyerang arteri di seluruh tubuh, tetapi konsekuensi paling serius
adalah yang mengenai pembuluh di otak dan jantung. Di otak, aterosklerosis adalah penyebab utama
stroke, sementara di jantung penyakit ini menyebabkan iskemia miokardium dan penyulit-
penyulitnya. Beberapa penyulit yang dapat ditimbulkan oleh aterosklerosis koronaria diantaranya
adalah (1) angina pektoris atau nyeri jantung, (2) tromboembolisme, dan (3) serangan jantung
(Sherwood, 2014, p. 354-355).
Tindakan terpenting untuk berlindung dari pembentukan aterosklerosis dan perkembangannya
ke arah penyakit vaskular yang serius adalah (1) mempertahankan berat badan yang ideal, aktif
beraktivitas fisik, dan mengonsumsi diet yang terutama mengandung lemak tak jenuh dengan kadar
kolesterol rendah; (2) mencegah hipertensi dengan mempertahankan diet yang sehat dan aktif
beraktivitas fisik, atau mengontrol tekanan darah secara efektif dengan obat-obatan antihipertensi bila
hipertensi sudah terjadi; (3) mengontrol kadar glukosa darah secara efektif dengan insulin atau obat-
obatan lainnya; dan (4) menghindari rokok (Hall, 2014, p. 829).
Selain berkaitan dengan timbulnya penyakit tidak menular, melakukan aktivitas fisik juga
berkaitan dengan fungsi dan kinerja jantung dan paru-paru. Menurut KBBI, melakukan aktivitas fisik
atau olahraga berarti melakukan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dapat
disimpulkan bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga atau mengolah raga yang teratur dan
terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya
(Hidayat & Indardi, 2015).
Aktivitas fisik dibedakan menjadi dua macam, yaitu aktivitas fisik sehari-hari dan aktivitas
fisik karena exercise. Exercise atau olahraga ini terdiri atas pelatihan kesehatan kardiovaskuler,
kekuatan, dan daya tahan serta fleksibilitas (Berawi & Agverianti, 2017). Kebugaran fisik dapat
diperoleh dengan melakukan aktivitas fisik yang melibatkan komponen tubuh termasuk fungsi
jantung dan paru-paru (daya tahan jantung paru). Kemampuan tubuh dalam menyediakan oksigen
dalam beraktivitas akan semakin baik apabila daya tahan jantung paru meningkat. Daya tahan jantung
paru ini penting bagi produktifitas hidup dan penurunan risiko penyakit degeneratif di masa
mendatang (Candrawati et al., 2016). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis
mengenai peran aktivitas fisik bagi kinerja jantung dan paru-paru serta relevansinya dengan penyakit
aterosklerosis.

2. METODE

Penyusunan karya tulis dengan judul “Peran Aktivitas Fisik bagi Kinerja Jantung dan Paru-Paru
serta Relevansinya dengan Aterosklerosis” dilakukan di Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Metode
pengumpulan data yang digunakan pada karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah sebuah metode riset yang sifatnya deskriptif, menggunakan
analisis, mengacu pada data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan pendukung.

Jenis data yang diperoleh untuk digunakan penulis dalam penyusunan karya tulis ini berupa
data primer dan data sekunder. Dalam penyusunan karya tulis ini, data-data penelitian diperoleh
melalui wawancara dan pengamatan (untuk data primer) dan studi kepustakaan seperti buku, jurnal
penelitian, maupun internet (untuk data sekunder). Wawancara dilakukan kepada beberapa responden
terkait penelitian yang dilakukan dan juga kepada dokter sebagai tenaga kesehatan. Studi pustaka juga
dilakukan dengan search engine data base jurnal NCBI, Science Direct, Google Scholar, dan lain-lain
untuk mencari jurnal evidence based medicine sebagai referensi terkait masalah yang akan dibahas.

Hasil penelitian tersebut akan dikumpulkan dan dibandingkan satu sama lain. Hasil penelitian
berupa penjelasan diskriptif yang menjawab rumusan-rumusan masalah yang telah ditentukan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara diketahui bahwa banyak narasumber
yang jarang melakukan aktivitas fisik atau olahraga karena disibukkan dengan kegiatan dan
pekerjaannya sehari-hari. Beberapa narasumber hanya melakukan olahraga setidaknya satu kali dalam
seminggu atau bahkan disaat ada waktu luang saja. Mereka juga hanya melakukan aktivitas fisik
ringan yang biasa dilakukan di kehidupan sehari-hari seperti sekadar jalan kaki dan menaiki tangga.
Kurangnya melakukan aktivitas fisik dan olahraga mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang yang
terkait fungsi atau kinerja jantung dan paru-paru. Tingkat kebugaran seseorang dapat dikatakan baik
apabila ketika melakukan aktivitas fisik atau sesaat setelah melakukan aktivitas fisik, frekuensi nadi
dan napas orang tersebut cenderung tetap atau meningkat namun tidak terlalu tinggi. Tingkat
kebugaran juga dapat dilihat melalui tingkat kelelahan seseorang setelah melakukan aktivitas fisik
serta waktu yang dibutuhkan orang tersebut untuk mengembalikan keadaan tubuh menjadi normal
kembali.

Hal ini juga dibuktikan pada sebuah studi literasi yang menjelaskan bahwa semakin berat
aktivitas fisik maka makin besar kebutuhan energi untuk otot. Jantung sebagai pemompa darah yang
menjadi tansporter bahan makanan dan oksigen harus lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Denyutan jantung yang semakin kuat dan cepat saat melakukan aktivitas olahraga
menjadikan otot yang berada pada organ jantung mengalami hiperthropi sehingga otot jantung
menjadi lebih kuat. Dengan meningkatnya kekuatan otot jantung tersebut maka kualitas pompa
jantung juga akan meningkat. Jantung menjadi tidak perlu bekerja berat lagi untuk memenuhi suplai
kebutuhan energi ke otot karena otot jantung lebih kuat. Peningkatan kualitas jantung dapat dilihat
dari menurunnya jumlah denyut nadi per menit saat istirahat. Bentuk latihan untuk meningkatkan
daya tahan jantung-paru adalah olahraga dengan intensitas ringan tetapi durasinya lama. Dengan
melakukan aktivitas fisik pembuluh darah kapiler pada otot bertambah banyak, sehingga
memungkinkan difusi oksigen di dalam otot dapat lebih mudah, akibatnya mempunyai kemampuan
untuk mengangkut dan mempergunakan rata-rata oksigen lebih besar daripada orang yang tidak biasa
melakukan aktivitas fisik. Sehingga oksigen yang dikonsumsi menjadi lebih banyak per-unit massa
otot dan juga dapat bekerja lebih tahan lama (Hidayat & Indardi, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden juga, pengetahuan sebagian besar
orang mengenai aterosklerosis juga masih kurang. Hanya beberapa orang saja yang mengetahui apa
itu aterosklerosis namun belum mengerti secara dalam bahaya yang dapat ditimbulkan, faktor risiko,
dan hubungan aktivitas fisik terhadap aterosklerosis ini. Bahkan beberapa orang awam saja baru
mendengar istilah aterosklerosis ini. Kemudian setelah melakukan wawancara dengan seorang dokter
sebagai tenaga kesehatan, rutin melakukan exercise atau melakukan aktivitas fisik memang
menurunkan risiko penyakit aterosklerosis di masa mendatang.

Sebuah studi literasi lain juga menjelaskan bahwa salah satu risiko yang dapat menyebabkan
aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri. Apabila terjadi penebalan dinding arteri pada
pembuluh darah yang rentan menyebabkan aterosklerosis, dinding arteri akan menjadi lebih sempit
dan menyebabkan aliran darah menjadi tidak lancar. Pada studi ini juga dijelaskan bahwa exercise
dapat mengubah ketebalan dinding arteri pada pasien dengan penyakit kardiovaskular dan
menurunkan faktor risiko yang ada (Thijssen, Cable, & Green, 2011). Aktivitas fisik juga menurunkan
risiko terkena aterosklerosis karena melibatkan perubahan dalam metabolisme lipid dan lipoprotein.
Seseorang yang biasa melakukan aktivitas fisik secara rutin, cenderung memiliki kadar HDL yang
lebih tinggi dan TG yang lebih rendah dibanding dengan seseorang yang jarang melakukan aktivitas
fisik. Melakukan aktivitas fisik secara teratur juga meningkatkan aliran darah koroner sehingga
menghasilkan peningkatan tegangan pada permukaan endotelium. Sel-sel endotel akan merespon
dengan meningkatkan produksi senyawa vasodilator seperti prostasiklin dan NO. Oleh karena itu,
aliran darah pada pembuluh darah jantung tetap lancar dan menurunkan risiko tersumbatnya arteri
koronaria atau terjadinya aterosklerosis sehingga juga menurunkan risiko terkenanya penyakit
kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner (Al-Mamari, 2009).

Mengingat pentingnya peran aktivitas fisik terhadap fungsi atau kinerja jantung dan paru-paru
serta aterosklerosis, edukasi perlu dilakukan kepada masyarakat agar pengetahuan mereka terkait
masalah ini menjadi lebih luas. Menurut hasil wawancara kepada dokter sebagai tenaga kesehatan,
penyampaian edukasi kepada masyarakat tidak hanya dilakukan ketika dokter menangani pasiennya
saat berobat. Edukasi dapat disampaikan dalam bentuk yang lain, seperti menyampaikannya secara
tidak langsung dalam perbincangan yang dilakukan sehari-hari, melakukan penyuluhan kepada warga
sekitar tempat tinggal, melakukan diskusi dalam sebuah forum, melakukan edukasi secara online
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, dan masih banyak lagi. Edukasi ini
ditujukan untuk mencerdaskan masyarakat mengenai pengetahuannya dalam bidang kesehatan
sekaligus menjalankan peran dokter atau tenaga kesehatan sebagai edukator mengenai pentingnya
menjaga kesehatan dan pencegahan suatu penyakit disamping perannya untuk mengobati pasien saja.

4. SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan terkait peran aktivitas fisik bagi kinerja jantung dan paru-
paru serta relevansinya dengan penyakit aterosklerosis, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
masyarakat modern pada saat ini memang kurang melakukan aktivitas fisik ataupun olahraga karena
disibukkan dengan pekerjaan dan urusannya masing-masing. Masih banyak orang yang belum
memahami pentingnya melakukan aktivitas fisik secara rutin dan pengaruhnya terhadap kesehatan,
khusunya untuk kesehatan fungsi serta kinerja jantung dan paru-paru.

Kebugaran fisik dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas fisik yang melibatkan komponen
tubuh termasuk fungsi jantung dan paru-paru (daya tahan jantung paru). Aktivitas olahraga
menjadikan otot yang berada pada organ jantung mengalami hiperthropi sehingga otot jantung
menjadi lebih kuat. Dengan meningkatnya kekuatan otot jantung tersebut maka kualitas pompa
jantung juga akan meningkat. Jantung menjadi tidak perlu bekerja berat lagi untuk memenuhi suplai
kebutuhan energi ke otot karena otot jantung lebih kuat. Pembuluh darah kapiler pada otot juga
bertambah banyak, sehingga memungkinkan difusi oksigen di dalam otot dapat lebih mudah,
akibatnya mempunyai kemampuan untuk mengangkut dan mempergunakan rata-rata oksigen lebih
besar daripada orang yang tidak biasa melakukan aktivitas fisik. Daya tahan jantung paru ini penting
bagi produktifitas hidup dan penurunan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang, yang salah
satunya adalah aterosklerosis.

Aterosklerosis adalah penyakit degeneratif progresif pada arteri yang menyebabkan oklusi
(sumbatan bertahap) pembuluh tersebut dan mengurangi aliran darah yang melaluinya. Plak-plak ini
terbentuk di bawah lapisan dalam pembuluh di dinding arteri. Plak aterosklerotik terdiri dari inti kaya
lemak yang dilapisi oleh pertumbuhan abnormal sel otot polos, ditutupi oleh tudung jaringan ikat
kaya-kolagen. Setelah terbentuk plak, plak membentuk tonjolan ke dalam lumen pembuluh darah.

Melakukan aktivitas fisik atau melakukan exercise dapat mengubah ketebalan dinding arteri
pada pasien dengan penyakit kardiovaskular dan menurunkan faktor risiko yang ada. Aktivitas fisik
juga menurunkan risiko terkena aterosklerosis karena melibatkan perubahan dalam metabolisme lipid
dan lipoprotein dengan cara meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar TG dalam tubuh.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur juga meningkatkan aliran darah koroner sehingga
menghasilkan peningkatan produksi senyawa vasodilator seperti prostasiklin dan NO.. Oleh karena
itu, aliran darah pada pembuluh darah jantung tetap lancar dan menurunkan risiko tersumbatnya arteri
koronaria atau terjadinya aterosklerosis.

Berdasarkan hasil uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik memiliki peran penting
dalam kinerja jantung dan paru-paru. Melakukan aktivitas fisik juga dapat menurunkan risiko terkena
salah satu penyakit degeneratif yaitu aterosklerosis. Mengingat pentingnya peran aktivitas fisik ini,
edukasi kepada masyarakat perlu ditingkatkan kembali agar pengetahuan mereka dapat bertambah dan
dapat dijadikan sebagai ilmu yang bermanfaat.

5. SARAN

Pada dasarnya, melakukan aktivitas fisik secara rutin atau berolahraga merupakan hal yang
penting dalam upaya menjaga tubuh tetap sehat dan upaya pencegahan suatu penyakit. Namun seiring
dengan berkembangnya IPTEK, banyak teknologi yang memberikan pilihan yang praktis serta
kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Banyaknya pilihan dan kemudahan ini sebaiknya
disikapi dengan bijak dan diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup mengingat peran aktivitas fisik
yang cukup penting menurut pembahasan di atas.

Selain itu untuk tenaga kesehatan, edukasi kepada masyarakat juga tidak kalah penting terkait
peran aktivitas fisik ini yang berpengaruh pada banyak hal karena peran seorang dokter dan tenaga
kesehatan tidak hanya mengobati pasien saja. Edukasi diberikan dalam upaya mencerdaskan
masyarakat mengenai pentingnya pencegahan suatu penyakit atau upaya preventif dan pentingnya
menjaga kesehatan. Edukasi harus dilakukan dengan cara yang efektif karena dalam mengedukasi
masyarakat yang bermacam-macam sifatnya itu berbeda untuk masing-masing individu. Dalam kasus
penelitian ini, edukasi ditujukan untuk mencerdaskan masyarakat dalam mengetahui peran aktivitas
fisik bagi kinerja jantung dan paru-paru serta relevansinya dengan penyakit aterosklerosis.

6. DAFTAR PUSTAKA

Buku
Sherwood, Lauralee. (2014). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC, p. 351-355.
Hall, John Edward. (2014). Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta:
EGC, p.829.

Jurnal
Al-Mamari, Ali. (2009). Atherosclerosis and Physical Activity. 24, 173-178.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan
Dasar. Departement Kesehatan RI, (1), 1–303. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Berawi, K. N., & Agverianti, T. (2017). Efek Aktivitas Fisik pada Proses Pembentukan Radikal Bebas
sebagai Faktor Risiko Aterosklerosis Physical Activity Effects on Free Radicals Development as
Risk Factor of Atherosclerosis. 6, 85–90.
Candrawati, S., Sulistyoningrum, E., Pranasari, N., Fisiologi, L., Kedokteran, F., Jenderal, U., …
Test, S. (2016). Senam Aerobik Meningkatkan Daya Tahan Jantung Paru dan Fleksibilitas
Aerobic Dance Increase the Cardiorespiratory Endurance and Flexibility. 29(1), 69–73.
Hidayat, A., & Indardi, N. (2015). Journal of Sport Sciences and Fitness DI KABUPATEN
SEMARANG. 4(4), 49–53.
Thijssen, D. H. J., Cable, N. T., & Green, D. J. (2011). Impact of exercise training on arterial wall
thickness in humans. Clinical Science, 122(7), 311–322. https://doi.org/10.1042/cs20110469

Anda mungkin juga menyukai