Anda di halaman 1dari 42

Laporan Pendahuluan

Post Natal Care

A. Pengertian
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6 minggu yang
dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti
sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000)
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6 minggu yang
dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti
sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000). Masa nifas ini dapat dibagi menjadi tiga tahap
yakni :
a. Immidiate post partum
Masa setelah post partum sampai 24 jam setelah melahirkan (24 jam)
b. Early post partum
Masa setelah hari pertama sampai dengan minggu pertama post partum
c. Late post partum
Masa minggu pertama post partum sampai dengan minggu keempat post partum
B. Perubahan fisiologi post partum
a. Tanda-tanda vital
1. Suhu
0
Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 38 C sebagai suatu akibat dari
dehidrasi persalinan 24 jam wanita tidak boleh demam.
2. Nadi
Bradikardi umumnya ditemukan pada 6 – 8 jam pertama setelah persalinan.
Brandikardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan cardiac out put dan stroke
volume. Nadi kembali seperti keadaan cardia output dan stroke volume. Nadi
kembali seperti keadaan sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan.Nadi antara 50
sampai 70 x/m dianggap normal.
3. Respirasi
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum hamil
4. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Hipotensi yang
diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening setelah berdiri dapat
berkembang dalam 48 jam pertama sebagai suatu akibat gangguan pada daerah
persarafan yang mungkin terjadi setelah persalinan.
b. Adaptasi sistim cardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah
sistolik 20 mmHg jika ada perubahan dari posisi tidur ke posisi duduk.Hal ini disebut
hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan
resitensi didaerah panggul.Segera setelah persalinan ibu kadang menggigil
disebabkan oleh instabilitas vasmotor secara klinis, hal ini tidak berarti jika tidak
disertai demam.
c. Adaptasi kandung kemih
Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma akibat tekanan oedema
dan menurunnya sensifitas terhadap tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan
tekanan yang berlebihan dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas,
biasanya ibu mengalami kesulitan BAK sampai 2 hari pertama post partum.
d. Adaptasi sistem endokrim
Sistem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv persalinan mengikuti lahirnya
placenta, terjadi penurunan yang cepat dari estrogen progesteron dan proaktin. Ibu
yang tidak menyusui akan meningkat secara bertahap dimana produksi ASI mulai
disekitar hari ketiga post partum. Adanya pembesaran payudara terjadi karena
peningkatan sistem vaskulan dan linfatik yang mengelilingi payudara menjadi besar,
kenyal, kencang dan nyeri bila disentuh.
e. Adaptasi sistem gastrointestinal
Pengembangan fungsi defekasi secara normal terjadi lambat dalam minggu pertama
post partum. Hal ini berhubungan dengan penurunan motilitas usus, kehilangan cairan
dan ketidaknyamanan parineal.
f. Adaptasi sistem muskuloskletal
Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan
berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa post partum dinding perut terasa
lembek, lemah, dan kotor. Selama kehamilan otot abdomen terpisah yang disebut
distasi recti abdominalis, juga terjadi pemisahan, maka uteri dan kandung kemih
mudah dipalpasi melalui dinding bila ibu terlentang.
g. Adaptasi sistem integument
Cloasma gravidrum biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan,
hyperpigmenntasi pada areola mammae dan linea nigra, mungkin belum menghilang
sempurna setelah melahirkan.
h. Adaptasi Reproduksi
1. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.

Involusio Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 100 gram


Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

Involusi terjadi disebabkan oleh :


a) Kontraksi retraksi serabut otot yang terjadi terus-menerus sehingga
mengakibatkan kompresi pembuluh darah dan anemia setempat (iskemia).
b) Otolisis yang disebabkan sitoplasma sel yang berlebihan akan tercernah sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibro-elastik dalam jumlah renik sebagai bukti
kehamilan.
c) Atrofi merupakan jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam
jumlah besar, kemudian mengalami atrofit sebagai reaksi terhadap penghentian
produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.
Selain perubahan atrofik pada otot-otot uterus, lapisannya (desidua) mengalami atrofi
dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi
endometrium yang baru. Luka bekas pelekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu
untuk sembuh total
2. Lokia
Lokia adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas. Jumlah dan warnah lokia akan
berkurang secara progresif. Lokia dapat dibagi atas
a) Lokia rebra (hari 1 – 4) jumlahnya sedang, berwarnah merah terutama darah.
b) Lokia serosa ( hari 4 – 8) jumlahnya berkurang dan berwarnah merah mudah
(hemoserosal)
c) Lokia alba (hari 8 – 14) jumlahnya sedikit, berwarnah putih atau hampir tidak
berwarna.
3. Serviks
Serveksi mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium ekstern dapat dimasuki oleh dua hingga tiga tangan : setelah 6 minggu
postnatal, serviks menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi. Serviks tidak
pernah kembali kekeadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil
seperti mata jarum ; serviks hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang berupa
lubang yang sudah sembuh, tertutup tapi berbentuk celah. Dengan demikian, os
servisis wanita yang sudah pernah melahirkan merupakan salah satu tanda yang
menunjukkan riwayat kelahiran lewat vagina
4. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah tiga
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaab tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol.
5. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
tegang oleh tekanan kepada bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5,
perineum sudah mendapatkan kembali bagian besar tonusnya sekaligus tetap lebih
kendur daripada keadaan sebelum melahirkan (nulipara).
6. Payudara
Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika
laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar lebih kencang dan mula-
mula lebih nyeri tekan status hormonal serta dimulainya laktasia.
7. Traktus urinarius
Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasme sfigner dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.

C. ADAPTASI PSIKOSOSIAL PADA POST


PARTUM a. Fase-fase transisi
1. Fase antisipasi kehamilan :
Fase antisipasi orang tua, membuat keputusan dan harapan, membagi pekerjaan
dalam keluarga
2. Fase bulan madu (periode post partum)
Kontak lebih lama dan intim, menggali keadaan anggota keluarga yang baru
3. Menurut Rubin,fase adaptsi ibu meliputi :
a) Taking In
1) Dependet
2) Pasif
3) Fokus pada diri sendiri
4) Perlu tidur dan makan
b) Taking Hold
1) Dependent
2) Independent
3) Fokus melibatkan bayi
4) Melakukan perawatan diri sendiri
5) Waktu yang baik untuk penyuluhan
6) Dapat menerima tanggungjawab
c) Letting Go
1) independence pada peran yang baru
2) letting go terjadi pada hari-hari terakhir pad minggu pertama persalinan.
4. Adaptasi psikologis ayah :
a) Respon ayah :
1) Bangga dan takut memegang bayi.
2) Diekspresikan secara berbeda-beda, dekat dengan keluarga, mengadakan
pesta dengan teman-teman.
3) Pada waktu immediately ; kelihatan lelah dan mengantuk.
4) Bila ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari informasi untuk ibu
dalam merawat bayinya.
b) Psikologis ayah :
Tergantung keterlibatan selama proses kelahiran berlangsung. Biasanya
ayah merasa lelah dan ingin selalu dekat dengan istri dan anaknya.Bila ada
masalah dengan bayinya dan harus dirawat terpisah dengan ibunya, maka
ayah merupakan sumber informasi bagi ibu mengenai anaknya.Dalam hal ini
ayah sering merasa khawatir tentang keadaan istri dan anaknya.
Ayah juga dapat mengalami post partum blue karena masalah keuangan
keluarga, merasa tidak yakin akan kemampuannya sebagai orang tua dan
kesulitan beradaptasi terhadap perubahan hubungan dengan istrinya.
c) Psikologi keluarga :
Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga menimbulkan adanya
perubahan-perubahan paeran dan hubungan di dalam keluarga tersebut.
Umpamanya anak yang lebih besar sekarang menjadi kakak, orang tua
menjadi kakek, suami-istri harus saling membagi perhatian karena tuntutan
dan ketergantungan bayi dalam memenuhi kebutuhannya.Bila banyak anggota
keluarga yang dapat membantu dalam merawat bay, mungkin keadaannya
tidal sesulit bila tidak ada yang membantu.
Mengingat kompleksnya tugas-tugas ibu pada masa sesudah melahirkan,
dimana ibu harus merawat dirinya, merawat bayinya dan melakukan tugas
rumah tangga, maka perawat bidan bertanggungjawab untuk mempersiapkan
ibu sebelum melahirkan.
D. PENANGANAN MASA NIFAS (PUERPERIUM)
a. Kebersihan diri
1. Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih
dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan
dibawah matahari dan disetrika.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
b. Istirahat
1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan.
2. Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
3. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
4. Mengurangi jumlah asi yang diproduksi
5. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
6. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
c. Latihan
1. Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih
kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa
sakit pada panggul.
2. Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar
panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap
gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak.Pada minggu
ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
d. Gizi
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui.
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
post partum.
5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayi melalui air asinya.
e. Perawatan payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu
2. Menggunakan Bra yang menyokong payudara
3. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari puting susu yang
tidak lecet.
4. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan menggunakan sendok.
5. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.
6. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi tangan
untuk mengurut payudara.
7. Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
8. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI, sisanya
keluarkan dengan tangan.
9. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f. Senggama
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa
nyeri
2. Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
E. Perawatan post
partum a. Perineum
Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura atau laserasi merupakan daerah
yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering.Pengamatan dan
perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh dengan
cepat dan mudah.Pencucian daerah perineum memberikan kesempatan untuk
melakukan inspeksi secara seksama pada daerah tersebut dan mengurangi rasa
sakitnya.
b. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam post
partum, kemudian boleh miring-miring kekiri dan kekanan untuk mencegah terjadinya
trobosis dan tramboemboli. Pada hari kedu duduk-duduk, hari ketiga jalan-jalan dan
pada hari keempat atau lima boleh pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi
tergantung pada adanya komplikasi persalinan nifas dan sembuhnya luka-luka
c. Diet
Makanan harus bermutu dan bergizi cukup kalori.Sebaiknya makan makanan
yang mengandung protein, banyak cairan sayuran-sayuran dan buah-buahan.
d. Miksi
Hendaknya berkemih dapat dilakukan sendiri dngan secepatnya.Kadang-kadang
wanita sulit berkemih karena sphineter uretrae mengalami tekanan oleh kepala janin
dan spasme otot iritasi musculus sphicterani selama persalinan bila kandung kemih
penuh dan wanita sulit berkemih sebaiknya lakukan kateterisasi.
e. Defakasi
Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari post partum.Bila masih sulit buang air
besar dan terjadi optipasi apabila faeces keras harus diberikan obat laksans atau
perectal, jika masih belum bisa dilakukan klisma.
f. Laktasi
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu tidak
keras, lemas dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Laktasia dapat
diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI). Keuntungan ASI
yakni :
1. Bagi ibu
a) Mudah didapatkan
b) Praktis dan murah
c) Memberi kepuasan
2. Bagi bayi
a) ASI mengandung zat ASI yang sesuai dengan kebutuhan
b) ASI mengandung berbagai zat antibody untuk mencegah infeksi
c) ASI mengandung laktoperin untuk mengikat zat gizi
d) Susu tepat dan selalu segar
e) Memperindah gigi dan rahang
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran
AS 1. Faktor anatomis
Apabila jumlah lobus dalam buah dada berkurang maka produksi ASI akan
kurang karena sel-sel ocini yang ngisap zat makanan dari pembuluh darah akan
berkurang.
2. Faktor fisiologis
Bahwa terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon yaitu hormon proloctin yang
merangsang sel-sel ocini untuk membentuk ASI, apabila ada kelainan dari
hormon ini maka dengan sendirinya rangsangan pada sel-sel ocini akan
berkurang sehingga tidak dapat membentuk ASI.
3. Makanan yang dimakan ibu yang menyusui
4. Faktor istirahat
5. Faktor isapan anak
6. Faktor obat-obatan dapat mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI
karena adanya hormon yang dikandung oleh obat-obatan tersebut mempengaruhi
hormon prolaktin yang sangat berperan penting dalam produksi dan peneluaran
ASI
A. ASUHAN KEPERAWATAN PNC
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Fisik
1) Riwayat kesehatan sebelumnya
2) Tanda-tanda Vital
3) Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara, management
engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
4) Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, striae.
5) Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
6) Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
7) Rektum: hemoroid, dll.
8) Aktivitas sehari-hari.
b. Pengkajian Psikologis
1) Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan.
2) Spesifik: depresi postpartum.
3) Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan libido.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
b. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui.
c. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
d. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik,
nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
f. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi tentang
penanganan postpartum.

3. INTERVENSI
a. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
ibu berkurang denga kriteria hasil : skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya
berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam
batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit , TD = 120/80 mmHG , R = 18 – 20 x /
menit

1) Kaji ulang skala nyeri


R/ mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
2) Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri R/
untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
3) Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
R/ memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan
mengurangi nyeri secara bertahap.
4) Berikan kompres hangat
R/ meningkatkan sirkulasi pada perinium
5) Delegasi pemberian analgetik
R/ melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang

b. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses


menyusui.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat
mencapai kepuasan menyusui dengan kriteria hasil : ibu mengungkapkan proses
situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :
1) Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui
sebelumnya.
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan
intervensi yang tepat.
2) Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang
dapat merusak dan mengganggu.
3) Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
R/ agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.

c. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan
kriteria hasil : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi,
tidak terdapat tanda-tanda infeksi.

1) Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan
episiotomi.
R/ untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi
dengan tepat.
2) Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
R/ pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi
tempat berkembangbiaknya kuman.
3) Pantau tanda-tanda vital.
R/ peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi.
4) Lakukan rendam bokong.
R/ untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
5) Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
R/ membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.

d. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan: Kebutuhan ADL-nya dapat terpenuhi dengan kriteria hasil Klien
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain, keadaan umum
baik, kekuatan otot baik
Intervensi:
1) Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
R/ mengetahui kemampuan klien dan dapat memenuhi kebutuhannya
2) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
R/ bantu dan latihan yang teratur membiasakan klien melakukan aktivitas
sehari-hari.
3) Anjurkan keluarga untuk kooperatif dalam perawatan
R/ keluarga dapat membantu dan bekerja sama memenuhi kebutuhan klien dan
mempercepat proses penyembuhan.

e. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik,


nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
Tujuan : Gangguan eliminasi teratasi dengan kritenia hasil klien secara verbal
mengatakan mampu BAB normal tanpa keluhan sesuai pola.

1) Kaji bising usus, diastasis recti.


R/ mengevaluasi fungsi usus.Diastasis recti berat menurunkan tonus otot
abdomen yang diperlukan untuk mengejan selama pengosongan.
2) Kaji adanya Hemoroid.
R/ hemoroid akan menyebabkan gangguan eliminasi.
3) Anjurkan diet makanan tinggi serat, peningkatan cairan.
R/ makanan tinggi serta dan peningkatan cairan merangsang eliminasi.
4) Anjurkan peningkatan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.
R/ membantu peningkatan peristaltik gastrointestinal.
5) Kolaborasi pemberian laksantif, supositona atau enema.
R/ meningkatkan untuk kembali ke kebiasaan defekasi normal dan mencegah
mengejan atau stress perianal selama pengosongan

f. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi tentang


penanganan postpartum.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang
perawatan dini dan bayi bertambah dengan kriteria hasil : mengungkapkan
kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu
dilakukan dan alasannya seperti perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi :
1) Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal) perubahan fisiologi,
lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan pada
adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
2) Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat, ari, memandikan dan
imunisasi).
R/ menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi sehingga bayi tumbuh dengan
baik.
3) Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
R/ memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Moctar, Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri


patologis,Edisi 2, Jilid 1.Jakarta. EGC, 1998

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2004

Wikojosostro, Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawiraharjo, 1994.

Doengus, Merillyn E. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman


untukPerencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2, jakarta,
EGC, 2001.
STIKES RAJEKWESI BOJONEGORO
PROGRAM D-III KEPERAWATAN
JL.KH.Rosyid KM 5 Ngumpakdalem Dander-Bojonegoro

FORMAT PENGKAJIAN MATERNITAS (KANDUNGAN)


POST NATAL
Nama mahasiswa : Kharisma Dwi Nur Safitri
NIM : 18001074
Tinggat : 2B
Tanggal Praktek : 13 April 2020
Ruangan : Bromo

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.N
No.reg :-
Umur : 26 tahun
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : Guru
Alamat : Senori
Agama : Islam
Status : Kawin
Penghasilan :-
Gol.darah :B

Nama suami : Tn.i


Umur : 28 tahun
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : Guru
Alamat : Tuban
Agama : Islam
Status penghasilan : 2. 500.00
Gol.darah : -

Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Yang Lalu

No Tahun Jenis Persalinan Penolong Jenis Keadaan Masalah


Kelamin Bayi Waktu Kehamilan
Lahir
1 8 thn Spontan Bidan Laki-laki BB/PB 3800 Tidak Ada
gr / 51 cm
Pengalaman Menyusui : Ya, selama 2 tahun
Riwayat Kehamilan Saat Ini
1. Berapa kali periksa hamil ? Klien mengatakan tiap bulan rutin
berobat dan kontrolkehamilannya.
2. Masalah kehamilan : tidakada.
3. Jenis Kelamin Bayi : laki-laki; BB/PB 2950 Gram / 47 cm dan A/S9/10.
4. Perdarahan 400cc
5. Masalah dalam persalinan : tidakada.
Riwayat Ginekologi
1, Masalah Ginekologi : Tidak ada
B Riwayat KB : Pada saat dengan suaminya yang pertama klien
menggunakan KB suntik yang tiga bulan, tetapi dengan suaminya yang
sekarang klien tidak pernah memakaiKB.
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Status Obstetrik : G3 P1 A1 H 37 Minggu.
Keadaan Umum : klien tampak masih lemah karena baru hari pertama;
kesadaran kompos mentis; BB/TB 63 kg / 163 cm.
Tanda-tanda vital : TD 110/80 mmHg;nadi x/menit; suhu 36,7 0C;
Pernapasan 20x/menit.
Kepala Leher :
e. Kepala : bentuk simetris, tidak didapatkan ketombe atau uban, rambut
terlihatbersih.
f. Mata : Tidak tampak konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, hanya tampak
kehitaman di sekeliling kelopakmata.
g. Hidung : Tidak tampak adanya sumbatan pada lubanghidung.
h. Mulut: Tampak karies gigi di gigi atas bagian kanan, mukosa bibir tampaklembab.
i. Telinga : Tidak tampak adanya sumbatan /kotoran yang terlihat di lubang telinga.
Leher : Tidak tampak dan tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah
bening.
Dada :
b Jantung : Bunyi jantung I dan II terdengar reguler, tidak ada bunyi suara tambahan
seperti murmur ataupungallop.
c Paru : Terdengar suara nafas vesikuler di semua lapang paru, tidak terdengar suara
ronchi danwheezing.
d Payudara:Tidaktampakadanyapembengkakan,daerahareolapayudara
Abdomen :
F. Involusi uterus : Fundus uterus teraba 2 jari di bawah pusat,
kontraksi keras, posisi ditengah.
G. Diastasis rektus abdominis tidak dilakukan karena klien masih
mengeluh nyeri lukaoperasi.
H. Terdapat balutan luka operasi tertutup kassakering.
I. Pada fungsi pencernaan terdengar bising usus 8-10x/menit.
5. Kandung kemih teraba kosong karena klien masih terpasang kateter
Perineum dan Genital :
Vagina : integritas kulit baik, edema, memar dan hematom tidak ada. Perineum klien utuh,
tidak ada luka episiotomi karena klien operasi SC. Tanda REEDA yang terdiri dari kemerahan,
bengkak, echimosis tidak ada, discharge yang terlihat masih berupa darah dan approximate
baik. Lokia, jenis lokia rubra warna merah berjumlah kurang lebih 30 cc pada pembalutnya
dengan konsistensi cairdan
gumpalan yang berbau amis. Tidak terdapat hemorrhoid

Ekstremitas
Tidak tampak adanya edema dan varises pada ekstremitas atas maupun bawah.Tanda
Homan hasil negatif.

Eliminasi
Klien mengatakan kebiasaan BAK saat ini masih menggunakan kateter. Klien
mengatakan kalau kebiasaan BAB nya yaitu dua hari sekali dan saat ini klien belum BAB.

Mobilisasi dan Latihan


Tingkat mobilisasi klien saat ini masih bed rest, hanya sesekali saja klien latihan miring kanan – kiri karena
masih hari pertama operasi dan merasa nyeri luka operasi jika bergerak.
Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi klien saat ini masih bed rest, hanya sesekali saja klien latihan miring kanan – kiri karena

masih hari pertama operasi dan merasa nyeri luka operasi jika bergerak. positif, oleh karena itu bayinya

langsung diberi susu formula.


Kemampuan Menyusui
Klien mengatakan tidak boleh menyusui bayinya karena klien mempunyai HIV

positif, oleh karena itu bayinya langsung diberi susu formula.


Obat-obatan
Pada tanggal 03 Juni 2014 obat-obatan yang masih diberikan kepada klien adalah Profenid
Supp 3 x 1 dan tanggal 04 Juni 2014 klien mendapat terapi Asam Mefenamat 3 x 1 dan
Hemobion 1 x 1 selain obat ARV nya yang masih harus
terus di minum.
Analisis data

No Data Masalah Keperawatan

1 DS : Nyeri akut berhubungan


b Klien mengatakan nyeri luka ageninjuri fisik luka post
operasi operasi.
c Nyerisemakinterasa pada saat
bergerak.
d Nyeri terasa seperti ditusuk_tusuk
danmules
e Skala nyeri menurut pasien4.
f Jika nyeri timbul klien bergerak
pelan_pelan, istirahat dan
nafasdalam.

DO :

g Klien tampak meringis kesakitan


terutama pada saatbergerak
h Klien tampak melindungi area
yangsakit
i Tampak klien baru sesekali
miringkanan/kiri
j Ketika dicek ternyata klien salah
cara melakukan teknik relaksasi
nafas.
2 DS :
d) Klien mengatakan istirahat tidur
Perubahan pola tidur
malamnya kurang karena nyeri
berhubungan dengan nyeri
yang dirasakan dan sering
yang dirasakan dan interaksi
terbangun karena tangisan
orang tua –bayi
bayinya.
DO :

e) Tampak kehitaman di sekeliling


kelopak mataklien.
f) Klien tampak mengantuk dan
seringmenguap.

3 DS :
Kesiapan meningkatkan
 Klien mengatakan lupa cara
pengetahuan tentang cara
perawatan bayi baru lahir karena
melakukan perawatan postnatal
pada anak yang pertama klien
pasca operasi caesar dan
banyak dibantu oleh orang tuanya.
perawatan bayi.
 Klien mengatakan ingin tahu
bagaimana cara melakukan
perawatan pasca operasi caesar di
rumah.
 Klien mengatakan ingin tahu cara
melakukan perawatan payudara
jika tidak menyusui.
 Klien juga menanyakan cara
meminumkan obat ARV kepada
bayinya.

DO :
 Klien tampak banyak bertanya
tentang cara perawatan tali pusat,
membedong dan memandikan
bayi.
 Klien tampak antusias bertanya
tentang perawatan pasca operasi
caesar.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Tujuan :


injuri fisik luka post operasi. efek luka Setelah dilakukan tindakan
operasi. keperawatan 2 x 24 jam nyeri
akut berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :
Klien akan :
3. Menunjukkan teknik
relaksasi nafas dalam
secara individual yang
efektif untuk
mencapai kenyamanan.
4. Ekspresi wajah rileks.
5. Intensitas nyeri
terdapat pada skala 1.

Intervensi :
6. Kaji nyeri meliputi :
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, iintensitas
atau keparahan nyeri
dan faktor
presipitasinya dengan
menggunakan skala
nyeri 0-10.
7. Lakukan pemeriksaan
fisik ibu nifas sesuai
dengan status generalis
dan obstetrik.
8. Ajarkan teknik
mengurangi rasa nyeri
dengan nonfarmakologi
seperti : teknik
relaksasi nafas dalam.
9. Berikan posisi yang
nyaman menurut klien.
10. Anjurkan klien untuk
istirahat/tidur
secukupnya untuk
mengurangi nyeri.
11. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi
analgetik jika dengan
non farmakologi tidak
berhasil.

12. Anjurkan klien


untuk mobilisasi secara
bertahap.
d) Beri pujian pada ibu
yang telah mampu
melakukan teknik
relaksasi nafas dalam.

2 Perubahan pola tidur berhubungan dengan Tujuan :


nyeri yang dirasakan dan interaksi orang Setelah dilakukan tindakan
tua - bayi keperawatan diharapkan klien
menunjukkan kualitas tidur yang
baik.

Kriteria Hasil :
b Jumlah jam tidur tidak
terganggu.
c Tidak ada masalah
dengan pola,
kualitas dan
rutinitas tidur atau
istirahat.
d Perasaan segar
setelah tidur atau
istirahat.
e Terjaga dengan waktu
yang sesuai.

Intervensi :
f Kaji pola tidur klien
dan catat faktor-faktor
yang dapat
mengganggu pola tidur
klien.
g Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat
selama kehamilan,
sakit dan stres
psikososial.
h Ajarkan klien untuk
menghindari makanan
dan minuman pada jam
tidur yang dapat
mengganggu tidur.
i Anjurkan klien untuk
membatasi tidur di
siang hari atau berikan
tidur siang jika
diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan
tidur.
j Anjurkan klien untuk
mengatur jam tidurnya
dengan menyesuaikan
dengan jam tidur
bayinya agar tidak
kekurangan kualitas
tidur klien.
k Anjurkan klien untuk
melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
jika penyebab
gangguan tidurnya
adalah nyeri.
3 Kesiapan meningkatkan pengetahuan Tujuan :
tentang cara melakukan Setelah dilakukan tindakan
perawatan postnatal pasca operasi keperawatan 2x pertemuan (45
caesra dan perawatan bayi. menit) diharapkan klien dapat
siap meningkatkan pengetahuan
tentang cara melakukan
perawatan postnatal pasca
operasi caesar dan perawatan
bayi.

Kriteria Hasil :
Klien dan keluarga akan :
 Mengerti tentang
perawatan ibu dan
bayinya.
 Memiliki
kemampuan
dalam merawat
ibu dan bayi
nya.

Intervensi :
 Kaji tingkat
pengetahuan klien
tentang perawatan
ibu dan bayi
 Berikan pengajaran
tentang perawatan
ibu, seperti
kebersihan diri dan
nutrisi ibu
melahirkan,
istirahat/tidur,
perawatan/bebat
payudara.
 Berikan pengajaran
tentang perawatan
bayi, seperti
membedong,
perawatan tali pusat.
 Demonstrasikan
tentang perawatan ibu
dan bayi nya.
 Berikan lingkungan
yang kondusif untuk
belajar.
 Minta klien untuk
mengulang
informasi yang
telah diberikan.
 Ikut sertakan keluarga
atau anggota keluarga
lain bila
memungkinkan.
 Anjurkan klien untuk
tidak lupa memberikan
obat ARV nya kepada
bayi.
 Libatkan suami
dalam pemberian
pendidikan
kesehatan.
IMPLEMENTASI & EVALUASI

Dx/ Implementasi Evaluasi


1 Tanggal 03 Juni 2014 S:
Jam 10.00 WIB di ruang perawatan  Klien mengatakan nyeri
Implementasi : luka operasi berkurang
g. Mengkaji nyeri meliputi : lokasi, sedikit jika melakukan
karakteristik, durasi, frekuensi, teknik relaksasi nafas
kualitas, intensitas atau dalam
keparahan nyeri dan faktor  Klien mengatakan nyeri
presipitasinya dengan timbul terutama pada
menggunakan skala nyeri0-10. saatmobilisasi.
h. Mengajarkan kembali teknik  Klien mengatakan
mengurangi rasa nyeri dengan walaupun masih nyeri,
nonfarmakologi seperti : teknik klien tetap akan terus
relaksasi nafasdalam. berlatih miring
i. Menganjurkan klien untuk kanan/kiri secaraaktif
mengatur posisi yang nyaman
menurutklien. O:
j. Berkolaborasi dengan dokter  Klien tampak masih
dalam pemberian terapi meringiskesakitan
analgetik (Profenid Supp 3x1)  Klien mampu melakukan
jika dengan non farmakologi teknik relaksasi nafas
tidakberhasil. dalam.
k. Menganjurkan klien untuk  Klien tampak sudah
mobilisasi secarabertahap. lebih sering untuk
miring kanan/kiri.
 Profenid Supp diberikan
pada jam 12.00WIB.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan :
d) Teknik relaksasi nafas
dalam.
e) Latihan Mobilisasi
secara bertahap lebih
aktiflagi
2 Tanggal 03 Juni 2014 S:
Jam 13.00 WIB i. Klien mengatakan akan
Implementasi : mengatur
 Menjelaskan pentingnya tidur jadwal
yang adekuat selama kehamilan, tidurnya agar
sakit dan stres psikososial. disesuaikan dengan bayinya.
 Mengajarkan klien untuk j. Klien mengatakan masih
menghindari makanan dan belum bisa tidur
minuman pada jam tidur yang
dapat mengganggu tidur. O:
 Menganjurkan klien untuk k. Klien masih tampak
membatasi tidur di siang hari sering menguap dan
atau berikan tidur siang jika mengantuk.
diperlukan untuk memenuhi l. Masih tampak kehitaman
kebutuhan tidur. di sekeliling kelopak
 Menganjurkan klien untuk mata klien
mengatur jam tidurnya dengan
menyesuaikan dengan jam tidur A : Masalah belum teratasi
bayinya agar tidak kekurangan
kualitas tidur klien. P : Tindakan
 Menganjurkan klien untuk keperawatan dilanjutkan
melakukan teknik relaksasi
nafas dalam jika penyebab
gangguan tidurnya adalah nyeri.
1 Tanggal 04 Juni 2014 S:
Jam 15.00 WIB D. Klien mengatakan nyeri
Implementasi : luka operasi berkurang,
skala nyeri 2.
 Mengkaji tingkat nyeri klien E. Klien mengatakan sudah
 Menganjurkan kembali teknik dapat mengendalikan
mengurangi rasa nyeri dengan rasa nyerinya.
nonfarmakologi seperti : teknik
relaksasi nafas dalam. O:
 Menganjurkan klien untuk F. Klien tampak sudah
mengatur posisi yang nyaman mampu duduk dan
menurut klien. sedang latihan berjalan
 Berkolaborasi dengan dokter G. Klien tampak rileks
dalam pemberian terapi H. Klien mampu melakukan
analgetik Asam Mefenamat 3x1 teknik relaksasi nafas
jika dengan non farmakologi dalam.
tidak berhasil.
A : Masalah teratasi sebagian
c. Melatih klien untuk duduk dan P : Tindakan
jalan lebih aktif. keperawatan diteruskan :
g. Latihan mobilisasi jalan
lebih aktif lagi.
2 Tanggal 04 Juni 2014 S:
Jam 16.00 WIB b Klien mengatakan sudah
Implementasi : dapat tidur semalam
 Menganjurkan klien untuk karena nyerinya sudah
membatasi tidur di siang hari berkurang, walaupun
atau berikan tidur siang jika masih kadang terbangun.
diperlukan untuk memenuhi c Pada siang hari pun jika
kebutuhan tidur. bayinya tidur klien juga
 Menganjurkan klien untuk dapat ikut tidur.
mengatur jam tidurnya dengan
menyesuaikan dengan jam tidur
bayinya agar tidak kekurangan O :
kualitas tidur klien. d Klien tampak lebih
 Menganjurkan klien untuk segar.
melakukan teknik relaksasi e Daerah sekitar kelopak
nafas dalam jika penyebab mata tampak berkurang
gangguan tidurnya adalah nyeri. kehitamannya.

A : Masalah teratasi

P : Tindakan
keperawatan distop.
3 Tanggal 04 Juni 2014
Jam 16.00 WIB dan 19.00 WIB S:
Implementasi : 3) Klien mengatakan sudah
b Mengkaji tingkat pengetahuan mengerti tentang
klien tentang perawatan ibu dan perawatan ibu.
bayi 4) Klien mengatakan akan
c Memberikan pengajaran memperhatikan
tentang perawatan ibu, seperti perawatan dirinya seperti
kebersihan diri dan nutrisi ibu kebersihan diri.
melahirkan. 5) Klien mengatakan
d Memberikan pengajaran menjadi tahu bahwa
tentang perawatan bayi, seperti tidak ada pantangan
membedong, perawatan tali makanan untuk ibu yang
pusat. habis operasi SC.
e Mendemonstrasikan 6) Klien mengatakan sudah
tentang perawatan ibu dan paham tentang
bayi nya. perawatan bayi seperti
f Memberikan lingkungan perawatan tali pusat dan
yang kondusif untuk belajar. membedong.
g Meminta klien untuk mengulang 7) Klien masih belum
informasi yang telah diberikan. beraniuntuk
 Mengikut sertakan keluarga atau memandikan bayinya
anggota keluarga lain bila
memungkinkan.
 Menganjurkan klien untuk tidak
lupa memberikan obat ARV
nya kepada bayi.
 Memberi reinforcemen positif
untuk ibu setelah mampu
mengulang edukasi yang telah
diberikan.
O:
5. Klien tampak terlihat
senang setelah diberikan
edukasi tentang
perawatan ibu dan bayi.
6. Klien dapat menjelaskan
kembali tentang
perawatan ibu dan
bayinya.
7. Klien tampak sudah bisa
menjelaskan kembali
tentang perawatan bayi.
8. Tampak klien mampu
mempraktekkan tentang
perawatan tali pusat dan
membedong bayi.
9. Klien belum mampu
untuk
memandikan bayinya
sendiri.
10. Tampak suami klien ikut
serta dalam edukasi
tersebut.
11. Obat ARV untuk bayi
masih perawat yang
memberikannya.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Tindakan keperawatan
diteruskan : Persiapan pulang
g. Ulang kembali edukasi
tentang perawatan bayi
h. Ajarkan klien cara
meminumkan obat ARV
untuk bayinya.
1 Tanggal 5 Juni 2014 S:
f. Klien mengatakan nyeri
luka operasi sudah jauh
lebih berkurang, skala
nyeri 1.
g. Klien mengatakan teknik
relaksasi nafas dalam
masih dilakukan bila
nyeri timbul.
h. Klien mengatakan sudah
mengatur posisi yang nyaman menurut dapat aktif mobilisasi jalan
klien. karena klien hari ini rencana
 Berkolaborasi dengan dokter pulang.
dalam pemberian terapi
analgetik Asam Mefenamat 3x1 O :
jika dengan non farmakologi  Klien tampak lebih segar
tidak berhasil. dan rileks dari hari
 Menganjurkan klien untuk lebih sebelumnya.
aktif lagi dalam mobilisasi jalan.  Klien tampak sesekali
masih melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
jika nyeri timbul.
 Klien tampak sudah
mobilisasi aktif .
 Asam Mefenamat masih
diberikan setiap habis
makan.

A : Masalah teratasi

P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan di rumah ;
E. Tetap melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
jika sewaktu-waktu nyeri
itu timbul.
3 Tanggal 5 Juni 2014 S:
Jam 17.00 WIB 4. Klien mengatakan sudah
Implementasi : paham tentang
C. Menganjurkan ibu untuk perawatan bayi dan ibu.
mengulang materi yang sudah 5. Klien mengatakan untuk
diberikan kepada ibu tentang latihan memandikan
perawatan ibu dan bayi. bayinya nanti saja di
D. Menganjurkan klien untuk rumah.
mendemonstrasikan kembali 6. Klien mengatakan tidak
yang sudah diajarkan. akan lupa untuk
E. Memberikan lingkungan meminumkan ARV bayinya.
yang kondusif untuk belajar. 7. Klien dan suami
F. Mengikut sertakan suami dalam mengatakansenang
proses belajar. karena sudah dapat
G. Mengajarkan klien tentang pelajaran yang sangat
cara meminumkan obat ARV berguna.
ke bayinya.
H. Menganjurkan klien untuk tidak O:
lupa memberikan obat ARV 8. Klien tampak mampu
nya untuk mengulang materi
kepada bayi.
 Memberi reinforcemen positif yang sudah diberikan
untuk ibu setelah mampu 4) Klien tampak mampu
mengulang edukasi yang telah mendemonstrasikan
diberikan. tentang perawatan
bayinya kecuali
memandikan bayi.
5) Klien tampak mampu
meminumkan obat ARV
bayinya.
6) Klien dan suami tampak
senang.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan di rumah. Persiapan
pulang :
d. Monitor pemberian
ARV pada bayinya.
e. Monitor kemampuan
klien dalam perawatan
bayi khususnya
memandikan bayi.

Anda mungkin juga menyukai