Tugas Metalurgi
Tugas Metalurgi
MAKALAH TENTANG
EKSTRAKSI TIMAH
HERMANTO
NPM : 180620898
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk
sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam ini mendorong
bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara efisien.
Dalam pemanfaatanya, tentu saja menggunakan berbagai metode dan teknologi sehingga
dapat diperoleh hasil yang optimal dengan hasil yang optimal dengan keuntungan yang
besar, biaya produksi yang seminim mungkin serta ramah lingkungan.
Pengolahan timah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi
kimia fisika. Pencucian maupun pemisahan pada timah merupakan nagian dari proses
yang melibatkan reaksi-reaksi kimia fisika. Oleh karena itu, proses pemurnian timah
untuk memperoleh hasil yang ekonomis perlu di kaji dan dipelajari dari segi kimia fisika.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu intuk dapat memahami proses-proses yang
dilakukan untuk memperoleh timah yang ekonomis, mulai dari pencucian, pemisahan,
pengolahan, sampai pada pencatakan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Timah
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn (bahasa
Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan,
dapat ditempa (“malleable”), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat,
ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk
mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk
sebagai oksida.
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat
jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam
keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan
batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa
timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium,
elluvial, dan koluvium.
Bentuk Timah
Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika dipanaskan timah abu-
abu (timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada 13.2°C menjadi timah putih (timah
beta) yang memiliki struktur tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2°C, ia
pelan pelan berubah dari putih menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan
ketidakmurnian ( impurities ) seperti alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan
menambahkan antimony atau bismut. Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk
Sn2, sedikit asam, dan membentuk stannate salts dengan oksida.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone.
Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah
berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian
daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4)
merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite
(PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale-timah-besi-antimon-
belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan dengan mineral
logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke-49 yang paling banyak
terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan
dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak
ditemukan dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak
berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar
laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti pasir,
tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari
alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1
Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang
disebabkan konsentrasi cassiterite sangat mudah. Dibumi timah tersebar tidak merata
akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana sumber penting terdapat di Asia
tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak
sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan Zimbabwe.
Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. Logam ini dapat
teroksidasi oleh asam yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H¬2
Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam timah teroksidasi, menjdi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O.
Reaksi timah dengan Cl2 menghasilkan SnCl2.
Sn + Cl2 SnCl2
• Logam Sn larut dalam basa membentuk ion stannit, Sn(OH)42-
Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2(Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam
bahan pasta gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai fungisida, yaitu zat
pembasmi fungi (jamur).
3.1. Kesimpulan
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn
(bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin
keperakan, dapat ditempa (“malleable”), tidak mudah teroksidasi dalam udara
sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi
logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral
cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
- Proses Pengolahan Mineral Timah
1. Washing atau Pencucian
2. Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/si§zing dan uji kadar
3. Pemisahan berdasarkan berat jenis
4. Pengolahan tailing
5. Proses Pengeringan
6. Klasifikasi timah
7. Pemisahan Mineral Ikutan
- Proses pre-smelting
- Proses Peleburan ( Smelting )
- Proses Refining ( Pemurnian )
1. Pyrorefining
2. Eutectic Refining
3. Electrolitic Refining
Pencetakan
Adapun manfaat timah dalam kehidupan sehari-hari yaitu digunakan sebagai pelapis
dalam kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola lampu, sampai
pada penggunaan pada alat-alat olah raga.