BAB II-dikonversi PDF
BAB II-dikonversi PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Dispepsia adalah sebuah gangguan fungsi pencernaan dimana penderita
biasanya akan merasakan mual, nyeri ulu hati, dan mungkin begah perut.
Biasanya akan semakin terasa jika penderita kekenyangan dan akan
diperberat ketika penderita mengkonsumsi makanan yang berbumbu,
berlemak dan mengandung kafein. (Williams & Wilkins, 2011)
Dispepsia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri atau
rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada yang biasanya timbul
setelah makan. Penyakit refluks gastroesofageal adalah salah satu
penyebab dispepsia yang paling umum. Dispepsia adalah penyakit kronik
yang biasanya berlangsung bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup.
(Iranto, 2015)
Sedangkan menurut Arif & Sari (2011) dispepsia adalah rasa nyeri dan
tidak nyaman dibagian hati dan seringkali menyerang penderita di usia
produktif, yakni usia 30-50 tahun.
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, dispepsia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
dispepsia organik dan dispepsia fungsional
a. Dispepsia organik
Dispepsia organik artinya disipepsia yang penyebabnya sudah pasti.
Dispepsia jenis ini jarang ditemukan pada pasien usia lebih dari
40tahun.
Penyebabnya antara lain sebagai berikut :
1) Disipepsia tukak (ulcullike dyspepsia). Gejala yang ditemukan
biasanya nyeri ulu hati pada waktu tidak makan/perut kosong
5
6
3. Etiologi
a. Penyebab medis
1) Kolelitiasis. Dispepsia dapata terjadi pada batu empedu biasanya
sesudah makan makanan berlemak. Kolik barialis, gejala umum
batu empedu, biasanya menyebabkan sakit akut yang menyebar ke
punggung bahu dan dada. Pasien juga mengalami takikardia,
menggigil, demam derajat rendah, petekie, urine berwarna gelap
dan tinja berwarna dempul
2) Sirosis. Pada sirosis, dispepsia bisa sembuh dengan konsumsi
antasid. Efeknya adalah mual, muntah, buang angin, sembelit,
diare, begah perut, dan sakit perut kuadran atas kanan. Penurunan
berat badan, asites dan kelemahan otot juga umum.
3) Tukak duodenum. Sebagai gejala primer dari tukak duodenum,
dispepsia berkisar dari rasa kembung atau tertekan yang samara
atau sensasi berdenyut atau dibor di bagian tengah atau kanan
epigastrium. Biasanya terjadi 1,5-3 jam setelah makan, dan bisa
diredakan dengan konsumsi antasid.
4) Dilatasi lambung ( akut ). Rasa kenyang epigastrik adalah gejala
awal dari dilatasi lambung, suatu kelainan yang membahayakan
jiwa. Selalin dispepsia, juga terjadi mual dan muntah, begah perut
bagian atas, dan apatis. Pasien menunjukan tanda gejala seperti
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, dan lemah otot.
8
4. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, zat-zat seperti nikotin dan
alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stress, pemasukan makanan akan
berkurang sehingga lambung akan kosong sehingga dapat menyebabkan
erosi pada lambung akibat gesekan-gesekan antara dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang
akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga
rangsangan di medula oblongata membawa implus muntah sehingga
intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
9
Pathway
DISPEPSIA
Vasodilatasi pengelupasan
mukosa lambung
↑ Produksi HCL di
lambung
mual
Defisit
nutrisi Perubahan pada
Nyeri
ksehatan
muntah
Nyeri Defisit
Kekurangan
epigastrium pengetahuan
volume cairan
Sumber : https://scribd.com/doc/283909452/Pathway-Dispepsia
Gambar 2.1
10
6. Tes diagnostik
Berbagai penyakit dapat menimbulkan keluhan, sama halnya dengan
sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan
gejala dan penyakit di saluran, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk
menentukan penyakit maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain
pengamatan jasmani juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis,
endoskopi, USG
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan
untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti, pankreatitis
kronik, diabetes milutus. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang diagnostik suatu penyakit
di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontras ganda.
11
c. Endoskopi
Sesuai dengan definisi bahwa dispepsia fungsional gambaran
endoskopiny normal atau sangan tidak spessifik
d. USG
Merupakan pemeriksaan yang tidak invasif, akhir-akhir ini banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu
penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saatdan pada kondisi klien yang beratpun daapat
dimanfaatkan.
7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul ada pada pasien dispepsia antara lain
perdarahan gastrointestinal, stenosis pilorus, dan perforasi
8. Pencegahan
a. Pola makan yang normal dan teratur. Pilih makanan yang seimbang
dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, tidak
mengkonsumsi makanan yang berkadar asam tinggi,makanan pedas,
makanan atau minuman yang mengandung alkohol. Gunakan obat
secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung
9. Penngobatan
Pengobatan yang diberikan untuk penderita dispepsia adalah sebagai
berikut :
a. Suportif. Pengobatan ditujukan terhadap perubahan pola kebiasaan
terutama mengenai jenis makanan yang berpengaruh
b. Farmakologis. Beberapa terapi obat yang diberikan misalnya
antibiotik ( jenis ceftriaxone, cefoperazone, ampicilin ceftaridine ),
anatagonis reseptor HZ, antasida ( omeprazole ), dan prokinetik.
(Arif & Sari, 2011)
12
keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis manusia yang harus
dipenuhi. Dalam pathway, yang masuk kedalam gangguan kebutuhan
rasa aman nyaman adalah Nyeri, nyeri epigastrium, mual, muntah,
ansietas. Dan yang masuk kedalam kebutuhan fisiologis adalah defisit
nutrisi dan kekurangan volume cairan. Sementara perlindungan
psikologis meliputi perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang
baru dan asing. Dan bebas dari nyeri atau rasa ketidaknyamanan. Contoh
dari gangguan aman nyaman adalah nyeri akut, ansietas, stress, (Saputra,
2013)
C. Proses Keperawatan.
Menurut (Arif & Sari, 2011) pengkajian pada klien dispepsia meliputi
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien, agama.
b. Keluhan utama
14
g. Pengkajian fisik
1) Keadaan umum: sakit / nyeri, status gizi, sikap, personal hygine.
2) Data sistemik
a) Sistem persepsi sensori : pendengaran, penglihatan, pengecap
apakah mengalami perubahan seperti mati rasa atau baal,
peraba.
b) Sistem penglihatan : lapang pandang, kesimetrisan mata, alis,
kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, pupil, reflek, pupil.
c) Sistem pernafasan : frekuensi nafas bagaimana, apakah klien
batuk, bunyi nafas, sumbatan jalan nafas, apakah klien sesak
nafas karena menahan nyeri
d) Sistem kardiovaskuler : tekanan darah apakah normal atau tidak,
denyut nadi normal atau tidak, bunyi jantung, kekuatan,
pengisian kapiler, terdapat edema atau tidak.
15
2. Diagnosa keperawatan
16
3. Rencana keperawatan
Perencanaan disusun untuk menyelesaikan masalah yang di alami klien,
masalah yang dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Dalam
perumusan masalah ini harus menggunaka estandar.
Perencanaan yang dimaksud terdiri dari perencanaan tujuan (outcome)
dan perencanaan (interventions), estndar perencanaan dalam keperawatan
diantaranya adalah Nursing Outcome Classification (NOC) dan Nursing
Intervention Classification (NIC). (Suarni & Apriyani, 2017)
Menurut SDKI SIKI dan NOC, maka tujuan dan perencanaan
berdasarkan diagnosa adalah sebagai berikut :
17
Tabel 2.1
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan kasus dispepsia dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman