Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Kebijakan pendidikan adalah konsep yang sering kita dengar, kita ucapkan, kita lakukan,
tetapi seringkali tidak kita pahami sepenuhnya oleh karena itu, kita lihat terlebih dahulu apa
yang dimaksud dengan kebijakan pendidikan. Kedua kata itu mempunyai makna yang begitu
luas dan bermacam- macam, sehingga perlu ada kesepakatan terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan kedua istilah tersebut.
Landasan utama yang mendasari suatu kebijakan adalah pertimbangan akal. Tentunya
suatu kebijakan bukan semata- mata merupakan hasil pertimbangan akal manusia. Namun
demikian, akal manusia merupakan unsur yang dominan di dalam mengambil keputusan dari
berbagai opsi dalam pengambilan keputusan kebijakan.
Suatu kebijaksanaan lebih menekankan kepada faktor- faktor emosional dan irasional.
Bukan berarti bahwa suatu kebijaksanaan tidak mengandung unsur- unsur rasional.
Barangkali faktor- faktor rasional tersebut belum tercapai pada saat itu atau merupakan
intuisi.
Fungsi pendidikan nasional menurut Undang- Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasioanal adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

II. Rumusan Masalah


Dari pokok-pokok permasalahan diatas penyusun merumuskan beberapa masalah yaitu:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang nasional
b. Sistem Pendidikan nasional
c. Kebijakan Pokok Pembangunan Pendidikan Nasional
d. Arah Kebijakan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional


Dalam perjalanan sejarahnya PGRI sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi dan
ketenagakerjaan harus tetap konsisten terhadap jati dirinya yang bersumber pada visi masa
depannya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa visi PGRI adalah “mewujudkan PGRI
sebagai organisasi dinamis, mandiri dan beribawa yang dicintai oleh anggotanya, disegani
oleh mitranya, dan diakui keberadaanya oleh masyarakat luas”.
Dengan visi ini PGRI mengemban sejumlah misi. Pertama adalah misi nasional, yaitu
untuk mempertahankan, membela dan mengisi dan mewujudkan cita-cita proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kedua adalah misi pembangunan nasional yaitu ikut berperan
serta dalam menyukseskan pembangunan nasional. Ketiga adalah misi pendidikan nasional,
yaitu berpartisipasi secara aktif dalam menyukseskan pengembangan sumber daya manusia.
Keempat adalah misi profesional, yaitu memperjuangkan terwujudnya guru yang profesional
dengan segala hak, kewajiban , martabat serta pengembangan kariernya. Kelima misi
kesejahteraan yaitu memperjuangkan tercapainya kesejahteraan lahir dan batin para guru dan
tenaga kependidikan lainnya.
Untuk melaksanakan misi dalam rangka mewujudkan visi PGRI telah banyak piranti
Lunak yang tersedia. Dengan mengacu kepada UUD 1945, maka sejak reformasi bergulir
telah banyak produk hukum yang diterbitkan, diantaranya :
a. Undang-undang No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
b. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
c. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
d. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
2010-2014.
B. Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025)
Seperti yang telah diuraikan dalam Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Panjang (2005-2025) serta berdasarkan kondisi bangsa
Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan yang akan datang dengan
memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dan amanat
pembangunan yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, maka Visi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025 adalah “Indonesia
yang mandiri, maju, adil dan makmur”.
Sehubungan dengan visi itu perlu dijelaskan sebagai berikut :
a. Mandiri : Bangsa mandiri adalah bangasa yang mampu memujudkan kehidupan sejajar
dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan pada
kemampuan dan kekuatan sendiri.

2
b. Maju : Suatu bangsa dikatakan semakin maju apabila sumber daya manusianya memiliki
kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi.
c. Adil : Sedangkan bangsa yang adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun,
baik dalam bentuk individu, gender, maupun wilayah
d. Makmur : Kemudian Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi seluruh
kebutuhan hidupnya.
Agar dapat mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka disusunlah Tujuh (7) Misi
Pembangunan Nasional (2005-2025), terdiri dari
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui
pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Mewujudkan Bangsa yang berdaya-saing adalah bangsa yang mengedepankan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing dengan meningkatkan
penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan dan penerapan
menuju inovasi secara berkelanjutan.
3. Mewujudkan masyarakat Demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan
kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh.
4. Mewujudkan Indonesia Aman, damai dan bersatu adalah pembangunan kekuatan TNI
hingga melampaui kekuatan esensial minimum serta disegani dikawasan regional dan
Internasional
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan
pembangunan daerah serta mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh.
6. Mewujudkan Indonesia Asri dan Lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksana
pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan,
keberadaan dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga
fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat
dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi dalam segala aspek.
C. Sistem Pendidikan Nasional
Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan merupakan faktor
yang sangat menentukan. Selanjutnya Pasal 31 Undang-undang Dasar Negara Indonesia
Tahun 1945 mengamanatkan bahwa:
3
1) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan
2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur oleh undang-undang.
3) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN serta
APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendiddikan nasional
4) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjungjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradapan serta kesejahteraan
umat manusia.
Salah satu amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indosesia Tahun 1945 tersebut
kemudian diatur lebih lanjut dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional. Sistem pendidikan Nasional Tersebut harus mampu menjamin :
a) Pemerataan kesempatan pendidikan
b) Peningkatan mutu serta relevansi
c) Efesiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global

D. Dasar, Fungsi dan tujuan


Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tutntutan perubahan zaman.
Fungsi pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan serta membentuk
watak dan peradaban bangsayang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. Ketentuan dasar, fungsi, dan tujuan system pendidikan nasional tersebut diatur dalam
pasal 2 dan pasal 3 dalam UU Sisdiknas. Pendidikan merupakan upaya memberdayakan
peserta didik untuk berkembang menjadi manusia Indonesia seutuhnya , yaitu yang
menjungjung tinggi dan memegang dengan teguh norma dan nilai sebagi berikut :
 Norma Agama dan Kemanusiaan
 Norma Persatuan Bangsa
4
 Norma Kerakyatan Dan Demokrasi
 Nilai-Nilai Keadilan sosial (Sila kelima)

E. Paradigma Pendidikan
Pasal 4 UU Sikdiknas ini mengatur prinsip penyelenggaraan sebagai berikut :
a. Pendidikan diselenggarakansecara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjujung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai cultural, dan kemajemukan
bangsa.
b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan sistemik dengan system terbuka dan
multimakna
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
d. Pendidikan diselenggarakan dengan member keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
f. Pendiddikan diselenggarakan dengan m,emberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Penyelenggaraan Pendidikan diatas didasarkan pada beberapa paradigm universal yang perlu
diperhatikan sebagai berikut :
1) Pemberdayaan Manusia Seutuhnya
Memperlakukan peserta didik sebagi subjek merupakan penghargaan terhadap peserta
didik sebagai manusia yang utuh. Peserta didik Memiliki hak untuk mengaktualisasikan
dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan spiritual, emosional, kinestetik, sosial, dan
intelektual.
2) Pembelajaran Sepanjang Hayat Berpusat Pada Peserta Didik
Pembelajaran merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu pembelajaran
sejak lahir hingga akhir hayat yang diselenggarakan secara terbuka dan multimakna.
Pembelajaran sepanjang hayat berlangsung secara terbuka melalui jalur formal,
nonformal, dan informal yang dapat diakses oleh peserta didik setiap saat tidak dibatasi
oleh usia, tempat dan waktu.
3) Pendidikan Untuk Semua
Pendidikan minimal pada tingkat pendidikan dasae adalah bagian dari HAM yang usaha
pemenuhannya harus direncanakan dan dijalankan dengan sebaik mungkin.
4) Pendidikan Untuk Perkembangan, Pengembangan, dan Pembangunan Berkelanjutan.
Pendidikan harus menumbuhkan pemahaman tentang pentingnya berkelanjutan dan
keseimbangan ekosistem, yaitu pemahaman bahwa manusia adalah bagian bagian dari
ekosistm dan pendidikan harus memberikan pemahaman tentang nilai-nilai tanggung
jawabnya. Dengan demikian apabila dikaitkan dengan pembangunan nasional maka
pendidikan merupakan. Pemersatu Bangsa, Penyamaan kesempatan dan Pengembangan
Potensi diri semua peserta didik
Dengan pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan RI, serta memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara untuk

5
berpartisipasi dalam pembangunan, disamping memungkinkan setiap warganegaranya
untuk mengembangkan potensi diri mereka secara optimal

F. Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan


Berkaitan dengan definisi sistem pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Ini berarti, meskipun pendidikan nasional terdiri
atas beberapa komponen, tetapi tetap merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling
melengkapi. Seperti diketahui dalam sistem pendidikan nasional sebagai mana diatur dalam
UU Sisdiknas, berikut 3 (tiga) bentuk pendidikan yang diakui dalam pasal 13 ayat (1) UU
Sisdiknas :
1) Pendidikan formal, adalah jalur pendidikan yang tersktruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2) Pendidikan nonformal, adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara tersktruktur dan berjenjang.
3) Pendidikan informal, adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Ketiga jalur pendidikan di atas pada dasarnya saling melengkapi dan memperkaya.
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa sumber pendidikan tidak semata-mata hanya
bersumber dari pendidikan formal, tetapi juga ada sumber-sumber lain yang diakui secara
sah sebagaimana dinyatakan dalam UU Sisdiknas yang secara integral dan saling
melengkapi.
Satuan pendidikan adalah layanan kelompok pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan. Berikut adalah satuan pendidikan formal:
a. Pendidikan Dasar, merupakan jenjang pendidikan yang melandasi pendidikan menengah
dan diatur dalam pasal 17 ayat (2) UU Sisdiknas, terdiri atas (1) Sekolah Dasar (SD),
Madrasah Ibtidaiyah (MI), atau bentuk lain yang sederajat, contoh : Program paket “A”;
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat, contoh : program paket “B”.
b. Pendidikan Menengah, merupakan lanjutan pendidikan dasar, diatur pada Pasal 18 ayat
(3) UU Sisdiknas, terdiri atas : Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),
atau bentuk lain yang sederajat, contoh : program paket “C”, Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
c. Pendidikan Tinggi, merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencangkup program Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi serta diatur dalam pasal 19, UU Sisdiknas.

Sedangkan pasal 20, mengatur bentuk perguruan tinggi yaitu bentuk akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Akademik menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu.
2. Politeknik menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan
khusus.
3. Sekolah tinggi menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam lingkup
satu displin ilmu tertentu dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan
profesi.

6
4. Institut menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam
sekelompok displin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat
dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
5. Universitas menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam
sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
Selain jalur, jenjang seperti di atas, Sisdiknas juga memiliki 7 (tujuh) jenis pendidikan
formal, yang terdiri dari :
1. Pendidikan Umum
Merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan
yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
2. Pendidikan Kejuruan
Merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik, terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu.
3. Pendidikan Akademik
Merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan displin ilmu tertentu.
4. Pendidikan profesi
Merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik
untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
5. Pendidikan Vokasi
Merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan keahlian terapan tertentu, maksimal setara dengan program sarjana.
6. Pendidikan Keagamaan
Merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran
agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
7. Pendidikan Khusus
Merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berlainan atau peserta
didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau
berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat dasar dan menengah.
Dengan pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan RI, serta memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara untuk
berpartisipasi dalam pembangunan, disamping memungkinkan setiap warganegaranya untuk
mengembangkan potensi diri mereka secara optimal. Sedangkan Satuan Pendidikan
Nonformal, terdiri dari :
a. pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill), adalah pendidikan yang memberikan kecakapan
personal, intelektual, dan vokasional untuk bekerja atau usaha sendiri.
b. Pendidikan Kepemudaan, adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan
kader pemimpin bangsa, seperti organisasi pemuda, pendidikan kepanduan/kepramukaan,
keolahragaan, palang merah, pelatih kepemimpinan, pecinta alam, serta kewirausahaan.
c. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, adalah pendidikan untuk mengangkat harkat dan
martabat perempuan.

7
d. Pendidikan Kesetaraan, adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA yang mencakup program paket
“A”, paket “B”, dan paket “C”.
e. Pendidikan Pelatihan Kerja, dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dengan penekanan pada pengusaan keterampilan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja.
f. Pendidikan anak Usia Dini, diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal, seperti
Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005: Peraturan pemerintaha ini mengatur tentang
Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 35 UU Sisdiknas.
Yang dimaksud dengan standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional
Pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu, dan bertujuan
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat. Pendidikan Nasional yang
bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab,
sebagaimana yang telah ditegaskan dalam pasal 3 UU Sisdiknas.
Standar Nasional Pendidikan meliputi :
1. Standar isi
2. Standar proses
3. Standar kompetensi lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelola
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian pendidikan
Berikut ini dijelaskan pengertian dari 8 (delapan) standar dimaksud :
a. Standar ini adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompotensi mata pelajaran,
dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
b. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
c. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolah raga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan
berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informal dan komunikasi.
8
f. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dengan
ditetapkannya standar pendidikan nasional ini maka kita telah memiliki suatu acuan dasar
(benchmark) oelh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang diantara lain meliputi
kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggara pendidikan.
Dalam kaitan ini, kriteria penyelenggaraan pendidikan dijadikan pedoman untuk
mewujudkan (1) pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik, (2) proses
pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi mendorong kreativitas, dan dialogis,
(3) hasil pendidikan yang bermutu dan terukur, (4) berkembangnya profesionalisme
pendidik dan tenaga kependidikan, (5) tersedianya sarana dan prasarana belajar yang
memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal, (6) berkembangnya
pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan, dan (7) terlaksananya
evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan secara
berkelanjutan.
G. Kebijakan Pokok Pendidikan Nasional
Terdapat tiga pilar kebijakan pokok pembangunan pendidikan nasional, yaitu:
1. Pemerataan dan perluasan akses
2. Peningkatan mutu pendidikan, relevansi dan daya saing
3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik.
Peningkatan Mutu dan Daya Saing Pendidikan dengan Pendekatan Komprehensif.
Depdiknas telah mengembangkan pendekatan yang komprehensif untuk meningkatkan
mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan. Pendekatan komprehensif ini didesain
berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang mengamanatkan
dikembangkannya Standar Nasional Pendidikan (SNP), penyelenggaraan pendidikan
bertaraf internasional dan berbasis keunggulan lokal, akreditasi pendidikan, dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
a. Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Kebijakan tentang SNP akan dilaksanakan melalui kegiatan:
(1) Menerapkan standar isi dalam kurikulum satuan pendidikan.
(2) Menerapkan standar kompetensi lulusan.
(3) Menerapkan standar kualifikasi guru, dan melaksanakan sertifikasi guru.
(4) Menerapkan standar pengelolaan pendidikan.
(5) Menerapkan standar penilaian hasil belajar.
(6) Menerapkan standar sarana dan prasarana pendidikan.
(7) Menerapkan standar proses pendidikan.
(8) Mengembangkan standar pembiayaan pendidikan.
Pendidikan Bertaraf Internasional dan Berbasis Keunggulan Lokal

9
Pasal 50 ayat (3) UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional, sedangkan ayat (5)
mengamanatkan bahwa pemerintah kabupaten dan kota mengelola pedidikan dasar dan
menengah serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Karakteristik pendidikan
bertaraf internasional adalah bahwa proses dan lulusan pendidikan minimal setara dengan
sekolah dan perguruan tinggi di negaranegara maju.

H. Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional


Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap
Pendidikan yang Lebih Berkualitas akan dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan
sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun untuk
mewujudkan pemerataan pendidikan dasar yang bermutu di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia untuk memenuhi hak dasar warga negara. Untuk itu upaya
penarikan kembali siswa putus sekolah dan lulusan SD termasuk SDLB, MI dan Paket
A yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B serta upaya
menurunkan angka putus sekolah harus dioptimalkan.
2. Menurunkan secara signifikan jumlah penduduk yang buta aksara melalui peningkatan
intensifikasi perluasan akses dan kualitas penyelenggaraan pendidikan keaksaraan
fungsional yang didukung dengan upaya penurunan angka putus sekolah khususnya
pada kelas-kelas awal jenjang SD/MI atau yang sederajat serta mengembangkan budaya
baca untuk menghindari terjadinya buta aksara kembali (relapse illiteracy), dan
menciptakan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan perluasan dan pemerataan pendidikan menengah jalur formal dan non
formal baik umum maupun kejuruan untuk mengantisipasi meningkatnya lulusan
sekolah menengah pertama sebagai dampak keberhasilan Program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, dan penyediaan tenaga kerja lulusan pendidikan
menengah yang berkualitas dengan meningkatkan relevansi pendidikan menengah
dengan kebutuhan tenaga kerja.
4. Meningkatkan perluasan dan mutu pendidikan tinggi termasuk menyeimbangkan dan
menyerasikan jumlah dan jenis program studi yang disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan pembangunan dan untuk menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan
pasar kerja serta peningkatan dan pemantapan peran perguruan tinggi sebagai ujung
tombak peningkatan daya saing bangsa melalui penciptaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, budaya dan seni.
5. Meningkatkan perluasan pendidikan anak usia dini dalam rangka membina,
menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal agar
memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
6. Menyelenggarakan pendidikan non formal yang bermutu untuk memberikan pelayanan
pendidikan kepada warga masyarakat yang tidak mungkin terpenuhi kebutuhan
pendidikannya melalui jalur formal terutama bagi masyarakat yang tidak pernah sekolah
atau buta aksara, putus sekolah dan warga masyarakat lainnya yang ingin meningkatkan
dan atau memperoleh pengetahuan, kecakapan/keterampilan hidup dan kemampuan
guna meningkatkan kualitas hidupnya.
10
7. Menurunkan kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompok masyarakat dengan
memberikan akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini
kurang dapat terjangkau oleh layanan pendidikan seperti masyarakat miskin, masyarakat
yang tinggal di wilayah perdesaan, terpencil dan kepulauan, masyarakat di daerah
konflik, serta masyarakat penyandang cacat.
8. Menyelenggarakan pendidikan alternatif di wilayah konflik dan bencana alam yang
diikuti dengan rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan prasarana yang rusak termasuk
penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan, serta penyiapan peserta didik untuk
dapat mengikuti proses belajar mengajar.
9. Menyelenggarakan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
10. Mengintensifkan pelaksanaan sosialisasi pentingnya pendidikan untuk semua kepada
seluruh kelompok masyarakat serta pelaksanaan advokasi bagi pengambil keputusan
untuk memberi perhatian besar pada pembangunan pendidikan.
11. Mengembangkan kurikulum baik nasional maupun lokal yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni serta perkembangan
global,regional, nasional dan lokal termasuk pengembangan kinestetika dan integrasi
pendidikan kecakapan hidup untuk meningkatkan etos kerja dan kemampuan
kewirausahaan peserta didik;
12. Mengembangkan pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan multikultural guna
menumbuhkan wawasan kebangsaan dan menyemaikan nilai-nilai demokrasi dengan
cara memantapkan pemahaman nilai-nilai pluralisme, toleransi, dan inklusif dalam
rangka meningkatkan daya rekat sosial masyarakat Indonesia yang majemuk, dan
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
13. Memantapkan pendidikan budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak mulia termasuk
etika dan estetika sejak dini di kalangan peserta didik, dan pengembangan wawasan
kesenian, kebudayaan, dan lingkungan hidup.
14. Menyediakan materi dan peralatan pendidikan (teaching and learning materials) terkini
baik yang berupa materi cetak seperti buku pelajaran maupun yang berbasis teknologi
informasi dan komunikasi dan alam sekitar.
15. Meningkatkan jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya dengan
mempertimbangkan peningkatan jumlah peserta didik dan ketepatan lokasi, serta
meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi pendidik agar lebih mampu
mengembangkan kompetensinya dan meningkatkan komitmen mereka dalam
melaksanakan tugas pengajaran.
16. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan sebagai ilmu
pengetahuan, alat bantu pembelajaran, fasilitas pendidikan, standar kompetensi,
penunjang administrasi pendidikan, alat bantu manajemen satuan pendidikan, dan
infrastruktur pendidikan.
17. Mengembangkan sistem evaluasi, akreditasi dan sertifikasi termasuk sistem pengujian
dan penilaian pendidikan dalam rangka mengendalikan mutu pendidikan nasional pada
satuan pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan, serta
evaluasi terhadap penyelenggara pendidikan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan
nasional.

11
18. Menyempurnakan manajemen pendidikan dengan meningkatkan otonomi dan
desentralisasi pengelolaan pendidikan kepada satuan pendidikan dalam
menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, transparan, bertanggung
jawab, akuntabel serta partisipatif yang dilandasi oleh standar pelayanan minimal serta
meningkatkan relevansi pembelajaran dengan lingkungan setempat.
19. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan termasuk dalam
pembiayaan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat serta dalam
peningkatan mutu layanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan
evaluasi program pendidikan.
20. Menata sistem pembiayaan pendidikan yang berprinsip adil, efisien, efektif, transparan
dan akuntabel termasuk penerapan pembiayaan pendidikan berbasis jumlah siswa
(student-based financing) dan peningkatan anggaran pendidikan hingga mencapai 20
persen dari APBN dan APBD guna melanjutkan usaha-usaha pemerataan dan
penyediaan layanan pendidikan yang berkualitas.
21. Meningkatkan penelitian dan pengembangan pendidikan untuk penyusunan kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas,
jangkauan dan kesetaraan pelayanan, efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan
pendidikan termasuk untuk mendukung upaya mensukseskan Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun yang bermutu.
1) meningkatkan jumlah pembangunan satuan pendidikan bertaraf internasional dan
berbasis keunggulan lokal minimal satu sekolah di wilayah provinsi, kabupaten, dan
kota.
2) membantu penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional dan berbasis
keunggulan lokal yang diselenggarakan oleh masyarakat.
3) memfasilitasi kerja sama pendidikan antara satuan pendidikan bertaraf internasional
dan mitra pendidikan (sister school) di luar negeri.
a. tandar Pelayanan Minimal (SPM)
SPM bidang pendidikan yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No.129a/U/2004
sedang dalam proses penyempurnaan untuk diselaraskan dengan PP No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan PP No. 65 Tahun 2005 karena SPM
pendidikan ini sangat diperlukan untuk menjamin terwujudnya mutu pendidikan
yang diselenggarakan pemerintah daerah. Prinsip-prinsip SPM menurut Pasal 3, PP
No. 65 Tahun 2005, yaitu (1) SPM disusun sebagai alat. Pemerintah dan pemerintah
daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara
merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib
-SPM ditetapkan oleh pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh pemerintahan
daerah provinsi, pemerintahan daerah kabupaten, dan kota.
-penerapan SPM oleh pemerintahan daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan
pelayanan dasar nasional.
-SPM bersifat sederhana, konkret, mudah diukur, terbuka, terjangkau, dan dapat
dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian.
-SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas, dan kemampuan
keuangan nasional dan daerah.

12
PENUTUP
I. KESIMPULAN

Dalam perjalanan sejarahnya PGRI sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi dan
ketenagakerjaan harus tetap konsisten terhadap jati dirinya yang bersumber pada visi masa
depannya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa visi PGRI adalah “mewujudkan PGRI
sebagai organisasi dinamis, mandiri dan beribawa yang dicintai oleh anggotanya, disegani
oleh mitranya, dan diakui keberadaanya oleh masyarakat luas”.
Dengan visi ini PGRI mengemban sejumlah misi. Pertama adalah misi nasional, yaitu
untuk mempertahankan, membela dan mengisi dan mewujudkan cita-cita proklamasi
13
kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kedua adalah misi pembangunan nasional yaitu ikut berperan
serta dalam menyukseskan pembangunan nasional. Ketiga adalah misi pendidikan nasional,
yaitu berpartisipasi secara aktif dalam menyukseskan pengembangan sumber daya manusia.
Keempat adalah misi profesional, yaitu memperjuangkan terwujudnya guru yang profesional
dengan segala hak, kewajiban , martabat serta pengembangan kariernya. Kelima misi
kesejahteraan yaitu memperjuangkan tercapainya kesejahteraan lahir dan batin para guru dan
tenaga kependidikan lainnya.
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tutntutan perubahan zaman.
Fungsi pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan serta membentuk watak
dan peradaban bangsayang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Ketentuan dasar, fungsi, dan tujuan system pendidikan nasional tersebut diatur dalam pasal 2
dan pasal 3 dalam UU Sisdiknas.

II. SARAN
1.      Bila pembangunan di Negara kita ingin maksimal, maka harus meningkatkan mutu
sumber daya manusianya lewat pendidikan yang lebih maju.
2.      Meningkatkan dan meratakan pendidikan di seluruh Negara.
3.      Memberikan sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, agar menunjang
peningkatan mutu pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://ninzbelajarmakalah.blogspot.com/2016/12/makalah-pendidikan-dan-
pembangunan.html#.XBNy0h97nIU

14

Anda mungkin juga menyukai