PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kebijakan pendidikan adalah konsep yang sering kita dengar, kita ucapkan, kita lakukan,
tetapi seringkali tidak kita pahami sepenuhnya oleh karena itu, kita lihat terlebih dahulu apa
yang dimaksud dengan kebijakan pendidikan. Kedua kata itu mempunyai makna yang begitu
luas dan bermacam- macam, sehingga perlu ada kesepakatan terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan kedua istilah tersebut.
Landasan utama yang mendasari suatu kebijakan adalah pertimbangan akal. Tentunya
suatu kebijakan bukan semata- mata merupakan hasil pertimbangan akal manusia. Namun
demikian, akal manusia merupakan unsur yang dominan di dalam mengambil keputusan dari
berbagai opsi dalam pengambilan keputusan kebijakan.
Suatu kebijaksanaan lebih menekankan kepada faktor- faktor emosional dan irasional.
Bukan berarti bahwa suatu kebijaksanaan tidak mengandung unsur- unsur rasional.
Barangkali faktor- faktor rasional tersebut belum tercapai pada saat itu atau merupakan
intuisi.
Fungsi pendidikan nasional menurut Undang- Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasioanal adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
b. Maju : Suatu bangsa dikatakan semakin maju apabila sumber daya manusianya memiliki
kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi.
c. Adil : Sedangkan bangsa yang adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun,
baik dalam bentuk individu, gender, maupun wilayah
d. Makmur : Kemudian Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi seluruh
kebutuhan hidupnya.
Agar dapat mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka disusunlah Tujuh (7) Misi
Pembangunan Nasional (2005-2025), terdiri dari
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui
pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Mewujudkan Bangsa yang berdaya-saing adalah bangsa yang mengedepankan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing dengan meningkatkan
penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan dan penerapan
menuju inovasi secara berkelanjutan.
3. Mewujudkan masyarakat Demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan
kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh.
4. Mewujudkan Indonesia Aman, damai dan bersatu adalah pembangunan kekuatan TNI
hingga melampaui kekuatan esensial minimum serta disegani dikawasan regional dan
Internasional
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan
pembangunan daerah serta mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh.
6. Mewujudkan Indonesia Asri dan Lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksana
pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan,
keberadaan dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga
fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat
dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi dalam segala aspek.
C. Sistem Pendidikan Nasional
Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan merupakan faktor
yang sangat menentukan. Selanjutnya Pasal 31 Undang-undang Dasar Negara Indonesia
Tahun 1945 mengamanatkan bahwa:
3
1) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan
2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur oleh undang-undang.
3) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN serta
APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendiddikan nasional
4) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjungjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradapan serta kesejahteraan
umat manusia.
Salah satu amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indosesia Tahun 1945 tersebut
kemudian diatur lebih lanjut dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional. Sistem pendidikan Nasional Tersebut harus mampu menjamin :
a) Pemerataan kesempatan pendidikan
b) Peningkatan mutu serta relevansi
c) Efesiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global
E. Paradigma Pendidikan
Pasal 4 UU Sikdiknas ini mengatur prinsip penyelenggaraan sebagai berikut :
a. Pendidikan diselenggarakansecara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjujung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai cultural, dan kemajemukan
bangsa.
b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan sistemik dengan system terbuka dan
multimakna
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
d. Pendidikan diselenggarakan dengan member keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
f. Pendiddikan diselenggarakan dengan m,emberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Penyelenggaraan Pendidikan diatas didasarkan pada beberapa paradigm universal yang perlu
diperhatikan sebagai berikut :
1) Pemberdayaan Manusia Seutuhnya
Memperlakukan peserta didik sebagi subjek merupakan penghargaan terhadap peserta
didik sebagai manusia yang utuh. Peserta didik Memiliki hak untuk mengaktualisasikan
dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan spiritual, emosional, kinestetik, sosial, dan
intelektual.
2) Pembelajaran Sepanjang Hayat Berpusat Pada Peserta Didik
Pembelajaran merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu pembelajaran
sejak lahir hingga akhir hayat yang diselenggarakan secara terbuka dan multimakna.
Pembelajaran sepanjang hayat berlangsung secara terbuka melalui jalur formal,
nonformal, dan informal yang dapat diakses oleh peserta didik setiap saat tidak dibatasi
oleh usia, tempat dan waktu.
3) Pendidikan Untuk Semua
Pendidikan minimal pada tingkat pendidikan dasae adalah bagian dari HAM yang usaha
pemenuhannya harus direncanakan dan dijalankan dengan sebaik mungkin.
4) Pendidikan Untuk Perkembangan, Pengembangan, dan Pembangunan Berkelanjutan.
Pendidikan harus menumbuhkan pemahaman tentang pentingnya berkelanjutan dan
keseimbangan ekosistem, yaitu pemahaman bahwa manusia adalah bagian bagian dari
ekosistm dan pendidikan harus memberikan pemahaman tentang nilai-nilai tanggung
jawabnya. Dengan demikian apabila dikaitkan dengan pembangunan nasional maka
pendidikan merupakan. Pemersatu Bangsa, Penyamaan kesempatan dan Pengembangan
Potensi diri semua peserta didik
Dengan pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan RI, serta memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara untuk
5
berpartisipasi dalam pembangunan, disamping memungkinkan setiap warganegaranya
untuk mengembangkan potensi diri mereka secara optimal
Sedangkan pasal 20, mengatur bentuk perguruan tinggi yaitu bentuk akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Akademik menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu.
2. Politeknik menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan
khusus.
3. Sekolah tinggi menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam lingkup
satu displin ilmu tertentu dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan
profesi.
6
4. Institut menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam
sekelompok displin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat
dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
5. Universitas menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam
sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
Selain jalur, jenjang seperti di atas, Sisdiknas juga memiliki 7 (tujuh) jenis pendidikan
formal, yang terdiri dari :
1. Pendidikan Umum
Merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan
yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
2. Pendidikan Kejuruan
Merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik, terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu.
3. Pendidikan Akademik
Merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan displin ilmu tertentu.
4. Pendidikan profesi
Merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik
untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
5. Pendidikan Vokasi
Merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan keahlian terapan tertentu, maksimal setara dengan program sarjana.
6. Pendidikan Keagamaan
Merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran
agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
7. Pendidikan Khusus
Merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berlainan atau peserta
didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau
berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat dasar dan menengah.
Dengan pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan RI, serta memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara untuk
berpartisipasi dalam pembangunan, disamping memungkinkan setiap warganegaranya untuk
mengembangkan potensi diri mereka secara optimal. Sedangkan Satuan Pendidikan
Nonformal, terdiri dari :
a. pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill), adalah pendidikan yang memberikan kecakapan
personal, intelektual, dan vokasional untuk bekerja atau usaha sendiri.
b. Pendidikan Kepemudaan, adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan
kader pemimpin bangsa, seperti organisasi pemuda, pendidikan kepanduan/kepramukaan,
keolahragaan, palang merah, pelatih kepemimpinan, pecinta alam, serta kewirausahaan.
c. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, adalah pendidikan untuk mengangkat harkat dan
martabat perempuan.
7
d. Pendidikan Kesetaraan, adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA yang mencakup program paket
“A”, paket “B”, dan paket “C”.
e. Pendidikan Pelatihan Kerja, dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dengan penekanan pada pengusaan keterampilan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja.
f. Pendidikan anak Usia Dini, diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal, seperti
Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005: Peraturan pemerintaha ini mengatur tentang
Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 35 UU Sisdiknas.
Yang dimaksud dengan standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional
Pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu, dan bertujuan
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat. Pendidikan Nasional yang
bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab,
sebagaimana yang telah ditegaskan dalam pasal 3 UU Sisdiknas.
Standar Nasional Pendidikan meliputi :
1. Standar isi
2. Standar proses
3. Standar kompetensi lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelola
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian pendidikan
Berikut ini dijelaskan pengertian dari 8 (delapan) standar dimaksud :
a. Standar ini adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompotensi mata pelajaran,
dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
b. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
c. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolah raga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan
berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informal dan komunikasi.
8
f. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dengan
ditetapkannya standar pendidikan nasional ini maka kita telah memiliki suatu acuan dasar
(benchmark) oelh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang diantara lain meliputi
kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggara pendidikan.
Dalam kaitan ini, kriteria penyelenggaraan pendidikan dijadikan pedoman untuk
mewujudkan (1) pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik, (2) proses
pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi mendorong kreativitas, dan dialogis,
(3) hasil pendidikan yang bermutu dan terukur, (4) berkembangnya profesionalisme
pendidik dan tenaga kependidikan, (5) tersedianya sarana dan prasarana belajar yang
memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal, (6) berkembangnya
pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan, dan (7) terlaksananya
evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan secara
berkelanjutan.
G. Kebijakan Pokok Pendidikan Nasional
Terdapat tiga pilar kebijakan pokok pembangunan pendidikan nasional, yaitu:
1. Pemerataan dan perluasan akses
2. Peningkatan mutu pendidikan, relevansi dan daya saing
3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik.
Peningkatan Mutu dan Daya Saing Pendidikan dengan Pendekatan Komprehensif.
Depdiknas telah mengembangkan pendekatan yang komprehensif untuk meningkatkan
mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan. Pendekatan komprehensif ini didesain
berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang mengamanatkan
dikembangkannya Standar Nasional Pendidikan (SNP), penyelenggaraan pendidikan
bertaraf internasional dan berbasis keunggulan lokal, akreditasi pendidikan, dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
a. Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Kebijakan tentang SNP akan dilaksanakan melalui kegiatan:
(1) Menerapkan standar isi dalam kurikulum satuan pendidikan.
(2) Menerapkan standar kompetensi lulusan.
(3) Menerapkan standar kualifikasi guru, dan melaksanakan sertifikasi guru.
(4) Menerapkan standar pengelolaan pendidikan.
(5) Menerapkan standar penilaian hasil belajar.
(6) Menerapkan standar sarana dan prasarana pendidikan.
(7) Menerapkan standar proses pendidikan.
(8) Mengembangkan standar pembiayaan pendidikan.
Pendidikan Bertaraf Internasional dan Berbasis Keunggulan Lokal
9
Pasal 50 ayat (3) UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional, sedangkan ayat (5)
mengamanatkan bahwa pemerintah kabupaten dan kota mengelola pedidikan dasar dan
menengah serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Karakteristik pendidikan
bertaraf internasional adalah bahwa proses dan lulusan pendidikan minimal setara dengan
sekolah dan perguruan tinggi di negaranegara maju.
11
18. Menyempurnakan manajemen pendidikan dengan meningkatkan otonomi dan
desentralisasi pengelolaan pendidikan kepada satuan pendidikan dalam
menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, transparan, bertanggung
jawab, akuntabel serta partisipatif yang dilandasi oleh standar pelayanan minimal serta
meningkatkan relevansi pembelajaran dengan lingkungan setempat.
19. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan termasuk dalam
pembiayaan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat serta dalam
peningkatan mutu layanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan
evaluasi program pendidikan.
20. Menata sistem pembiayaan pendidikan yang berprinsip adil, efisien, efektif, transparan
dan akuntabel termasuk penerapan pembiayaan pendidikan berbasis jumlah siswa
(student-based financing) dan peningkatan anggaran pendidikan hingga mencapai 20
persen dari APBN dan APBD guna melanjutkan usaha-usaha pemerataan dan
penyediaan layanan pendidikan yang berkualitas.
21. Meningkatkan penelitian dan pengembangan pendidikan untuk penyusunan kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas,
jangkauan dan kesetaraan pelayanan, efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan
pendidikan termasuk untuk mendukung upaya mensukseskan Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun yang bermutu.
1) meningkatkan jumlah pembangunan satuan pendidikan bertaraf internasional dan
berbasis keunggulan lokal minimal satu sekolah di wilayah provinsi, kabupaten, dan
kota.
2) membantu penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional dan berbasis
keunggulan lokal yang diselenggarakan oleh masyarakat.
3) memfasilitasi kerja sama pendidikan antara satuan pendidikan bertaraf internasional
dan mitra pendidikan (sister school) di luar negeri.
a. tandar Pelayanan Minimal (SPM)
SPM bidang pendidikan yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No.129a/U/2004
sedang dalam proses penyempurnaan untuk diselaraskan dengan PP No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan PP No. 65 Tahun 2005 karena SPM
pendidikan ini sangat diperlukan untuk menjamin terwujudnya mutu pendidikan
yang diselenggarakan pemerintah daerah. Prinsip-prinsip SPM menurut Pasal 3, PP
No. 65 Tahun 2005, yaitu (1) SPM disusun sebagai alat. Pemerintah dan pemerintah
daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara
merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib
-SPM ditetapkan oleh pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh pemerintahan
daerah provinsi, pemerintahan daerah kabupaten, dan kota.
-penerapan SPM oleh pemerintahan daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan
pelayanan dasar nasional.
-SPM bersifat sederhana, konkret, mudah diukur, terbuka, terjangkau, dan dapat
dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian.
-SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas, dan kemampuan
keuangan nasional dan daerah.
12
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dalam perjalanan sejarahnya PGRI sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi dan
ketenagakerjaan harus tetap konsisten terhadap jati dirinya yang bersumber pada visi masa
depannya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa visi PGRI adalah “mewujudkan PGRI
sebagai organisasi dinamis, mandiri dan beribawa yang dicintai oleh anggotanya, disegani
oleh mitranya, dan diakui keberadaanya oleh masyarakat luas”.
Dengan visi ini PGRI mengemban sejumlah misi. Pertama adalah misi nasional, yaitu
untuk mempertahankan, membela dan mengisi dan mewujudkan cita-cita proklamasi
13
kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kedua adalah misi pembangunan nasional yaitu ikut berperan
serta dalam menyukseskan pembangunan nasional. Ketiga adalah misi pendidikan nasional,
yaitu berpartisipasi secara aktif dalam menyukseskan pengembangan sumber daya manusia.
Keempat adalah misi profesional, yaitu memperjuangkan terwujudnya guru yang profesional
dengan segala hak, kewajiban , martabat serta pengembangan kariernya. Kelima misi
kesejahteraan yaitu memperjuangkan tercapainya kesejahteraan lahir dan batin para guru dan
tenaga kependidikan lainnya.
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tutntutan perubahan zaman.
Fungsi pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan serta membentuk watak
dan peradaban bangsayang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Ketentuan dasar, fungsi, dan tujuan system pendidikan nasional tersebut diatur dalam pasal 2
dan pasal 3 dalam UU Sisdiknas.
II. SARAN
1. Bila pembangunan di Negara kita ingin maksimal, maka harus meningkatkan mutu
sumber daya manusianya lewat pendidikan yang lebih maju.
2. Meningkatkan dan meratakan pendidikan di seluruh Negara.
3. Memberikan sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, agar menunjang
peningkatan mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://ninzbelajarmakalah.blogspot.com/2016/12/makalah-pendidikan-dan-
pembangunan.html#.XBNy0h97nIU
14