Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LUPUS

Di susun oleh : Kelompok 3


1. Andiani Putri Julinar (C1017055)
2. Dwi Widya Ningrum Septiana (C1017061)
3. Selawati
4. Heri Supriyanto
5. Laela ayu safitri
6. Nurul Istiqomah
7. Siti Rodotul Jannah
8. Waluyani Nurmala

Kelas : 2B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Istilah kedokteran secara
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi Lupus
b. Untuk mengetahui etiologi Lupus
c. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Lupus
d. Untuk mengetahui patofisiologi Lupus
e. Untuk mengetahui pemeriksaan klinis Lupus
f. Untuk mengetahui komplikasi Lupus
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan (medis dan keperawatan) Lupus
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Lupus adalah Penyakit Peradangan (Inflamasi) kronis yang disebabkan


oleh sistem imun atau kekebalan tubuh yang menyereang sel,jaringan dan tubuh
sendiri. Lupus disebut juga Autoimun Lupus dapat menyerang berbagai bagian
organ tubuh seperti kulit,sel darah,sendi,ginjal,paru paru, otak,jantung dan
sumsum tulang belakang Pada kondisi normal, sistem imun akan melindungi
tubuh dari infeksi Akan tetapi berbeda pada penderita lupus, sistem imun justru
menyerang tubuhnya sendiri.

2.2 Etiologi

Penyebab dari LES belum diketahui dengan pasti. Diduga melibatkan


interaksi yang kompleks dan multifaktorial antara bervariasi genetic dan factor
lingkungan :

1. Factor Genetic
Kejadian LES yang lebih tinggi pada kembar monozigotik
(25%) dibandingkan dengan kembar digizotik (3%),
peningkatan frekuensi LES pada keluarga penderita LES
dibandingkan control sehat dan peningkatan prevalensi LES
pada kelompok etnik tertentu, menguatkan dugaan bahwa
factor genetic berperan dalam pathogenesis LES
2. Factor Hormonal
LES merupakan penyakit yang lebih banyak menyerang
perempuan. Serangan pertama kali jarang terjadi pada usia
prepubertas dan setelah menopause.
3. Autoantibody
Antibody ini ditunjukan kepada self molekul yang terdapat
pada nucleus, sitoplasma, permukaan sel, dan juga terdapat
molekul terlarut seperti igG dan factor koagulasi
4. Factor Lingkungan
Factor fisik/kimia
- Amin Aromatic
- Hydrazine
- Obat-Obatan (Prokainamid, hidralazin, klorpromazin,
isoniazid, fenitoin, penisilamin
Factor Makanan
- Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
- L-Canavanine (Kuncup dari elfalfa)
Agen Infeksi
- Retrovirus
- DNA Bakteri/endotoksin
Hormone dan estrogen lingkungan (enviromental oestrogen)
- Terapi Sulih (HRT), pil kontrasepsi oral
- Paparan estrogen prenatal
2.3 Manifestasi klinis

Manifestasi Klinis penyakit ini sangat beragam dan sering kali pada
keadaan keadaan awal tidak dikenali sebagai LES
Patofisiologi & Pathways
2.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah

-Leukopeni / limfopeni,Anemia, Trombositopenia, LED meningkat

2. Imunologi

- ANA (antibodi anti nuklear )

-Anti bodi DNA untai ganda (ds DNA) meningkat

-Kadar komplemen C3 dan C4 menurun

- Tes CRP (C- reactive protein) Positif

3. Fungsi Ginjal

-Kreatinin serum meningkat

-Penurunan GFR

-Protein Uri (>0.5 gram per 24 Jam)

-Ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular

4. Kelainan pembekuan yang berhubungan dengan antikoagulan lupus

- APTT memanjang yang tidak membaik pada pemberian plasma


normal

5. Serologi VDRL (sifilis)

- Memberikan hasil positif palsu

6. Tes vital lupus

- Adanya pita Fg 6 yang khas dan atau deposit lg M pada


persambungan dermo – epidermis pada kulit yang terlibat dan yang
tidak
2.6 Komplikasi

1. Serangan pada ginjal

a. kelainan ginjal ringan (infeksi ginjal)

b. kelainan ginjal berat (gagal ginjal)

c. kebocoran ginjal (protein terbuang secara berlebihan melalui


urin)

2. Serangan pada jantung pada paru

a.Pleuritis

b. Pericarditis

c. Efusi pleura

d.Efusi pericard

e. Radang otot jantung atau Miocarditis

f. Gagal jantung

g. Perdarahan Paru (batuk darah)

3. Serangan Sistem Saraf

a) Sistem saraf pusat

- Cignitive dysfunction

- Sakit kepala dan lupus

- Sindrom anti-phospholipid

- Sindrom otak

- Fibromyalgia.
b) Sistem saraf tepi

Mati rasa atau kesemutan di lengan dan kaki

c) Sistem saraf otonom

Gangguan suplai darah ke otak dapat menyebabkan kerusakan


jaringan otak, dapat menyebabkan kematian sel-sel otak dan kerusakan
otak yang sifatnya permanen (stroke). Stroke dapat menimbulkan
pengaruh sistem saraf otonom

4. Serangan pada kulit

Lesi perut berbentuk koin pada daerah kulit yang terkena langsung
cahaya disebut lesi diskoid

ciri-ciri lesi spesifik ditemukan oleh Sonthiemer dan Gilliam pada


akhir 70-an :

Berparut, berwarna merah (erythematosus), berbentuk koin


sangat sensitif terhadap sengatan matahari. Jenis lesi ini berupa
lupus kulit subakut/cutaneus lupus subacute. Kadang menyerupai
luka psoriasis atau lesi tidak berparut berbentuk koin.

Lesi dapat terjadi di wajah dengan pola kupu-kupu atau


dapat mencakup area yang luas di bagian tubuh

Lesi non spesifik

Rambut rontok (alopecia)

Vaskullitis : berupa garis kecil warna merah pada ujung


lipatan kuku dan ujung jari. Selain itu, bisa berupa benjolan merah
dikaki yang dapat menjadi borok

Fotosensitivitas : pipi menjadi kemerahan jika terkena


matahari dan kadang disertai pusing
5.Serangan pada sendi dan otot

-Radang sendi pada lupus

6.Serangan pada Mata

7.Serangan pada Darah

-Anemia

-Trombositopenia

-Gangguan Pembekuan

-Limfositopenia

8.Serangan Pada Hati


2.7 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan SLE harus mencakup obat, diet, aktivitas yang


melibatkan banyak ahli. Alat pemantau pengobatan pasien LES adalah
evaluasi klinis dan laboratoris yang sering untuk menyesuaikan obat dan
mengenali serta menangani aktivitas penyakit.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang


2. Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher
3. Kardiovaskuler
4. System muskuluskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku
pada pagi hari
5. System integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai mukosa
pipi atau palatum durum
6. System pernafasan
Pleuritis atau efusi fleura
7. System vascular
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler.
Eritematous dan purpuran diujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
8. Sistem renal
Edema dan hematuria
9. System saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea
ataupun manifestasi SSP lainnya.
3.2 Prioritas Diagnosa Keperawatan
I. Gangguan rasa nyaman nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi
II. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kompleks imun,
ketidakseimbangan nutrisi
III. Intoleransi aktifitas berhubungan engan kelelahan dan penurunan proses
kognitif
3.3 Intervensi Keperawatan
I. Gangguan rasa nyaman nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam rasa nyaan nyeri
kronik dapat teratasi dengan criteria hasil :
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manejemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri(skala,intensitas,frekuensi dari tanda
nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri beberkurang
INTERVENSI
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi karateristiK durasi,frekuensi,kualitas, dan faktor
presipitasi.
2. Observasi reaksi verbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon pasien
5. Kurangi faktor presipilitas nyeri
6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
II. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penumpukan kompleks
imun, ketidakseimbangan nutrisi. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1×24 jam integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan(sensasi
elastisitas,temperatur,hidrasi,pigmentasi
 Tidak ada luka/lesi pada kulit
 Perfusi jaringan baik
 Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang

INTERVENSI
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien(ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

III. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses


kognitif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam
intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
 Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR

 Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLS) secara mandirI

 Tanda-tanda vital normal

 Energi fisikomotor

 Level kelemahan
 Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat

INTERVENSI

1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan


program terapi yang tepat

2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih aktifitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan


fisik, psikologi dan social

4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan


untuk aktifitas yang diinginkan

5. Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktifitas seperti korsi roda

6. Bantu untuk mengidentifikasi untuk aktifitas yang disukai

7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan waktu luang

Anda mungkin juga menyukai