Porphyra umbilicalis mengandung mikrosporine-mirip seperti asam amino (MMAs) yang
dapat menyerap cahaya UV, sehingga bersifat sebagai anti UV. Porphyra dentante dapat menghasilkan fukosterol yang dapat berperan sebagai anti UVA dan UVB. Polisakarida dengan gugus sulfat yangdiisolasi dari Porphyra tenera atau Porphyrayezoensis (nori) yaitu porphyran, juga diketahui memiliki kandungan antialergik. Porphyran merupakan keluarga dari poligalaktan dengan gugus sulfat dan dibentuk dari gugus galaktosa dan 3,6- anhydrogalactose. Porphyran yang diekstraksi memiliki fungsi sebagai anti peradangan, dengan cara memakan ROS (Fleurence and Gall 2016). Polisakarida seperti laminaran, fukoidan dan alginate turunan dari alga coklat seperti Fucus vesiculosus dan Turbinaria conoides mengandung antioksidan, yang dapat diaplikasikan untuk mencegah penuaan kulit dan kelainan jaringan kutaneus (Couteau and Coiffard 2016). 2. Chlorophyceae, dengan genus Dunaliella, Muriellopsis, Chlorella dan Haematococcus. Karotenoid adalah molekul isoprenoid, yang dapat dibagi menjadi karoten dan xantofil. Karotenoid telah umum digunakan sebagai pewarna alami di industri makanan, farmasi dan kosmetik. Astaxantin merupakan antioksidan yang ditemukan pada Haematococcus pluvialis, yang memiliki kekuatan antioksidan lebih tinggi daripada vitamin C dan E. Astaxantin dapat melindungi protein dan esensial lipid dari limfosit manusia karena aktivas dari enzim superoxide dismutase dan katalase. Astaxantin juga dapat menekan hiper pigmentasi pada kulit, menghambat pembentukan melanin dan meningkatkan kondisi lapisan kulit. Fukosantin adalah karotenoid utama yang ada di kloroplas alga coklat seperti S. siliquastrum, U. pinnatifida, S. fulvellum, L. japonica dan H. fusiformis. Fukosantin dapat melawan oxidative stress yang diakibatkan oleh paparan UV (Dumay and Morançais 2016; Fabrowska et al.2015; Ahmed et al. 2014). Maeda et al. (2005) menyatakan bahwa fukosantin meningkatkan pembakaran lemak di jaringan adiposa, dengan adanya peningkatan termogenin. Mikroalga Beta-karoten merupakan prekusor vitamin, yang diproduksi oleh Dunaliella spp. atau Spirulina platensis. Beta-karoten merupakan antioksidan yang tinggi, yang mampu menangkal radikal bebas, yang dapat menyebabkan kanker pencernaan, arthritis, atau penuaan dini(Baky et al.2013). Sanchez et al. (2008) menemukan lutein pada Scenedesmus dan Chlorella, yang dapat melindungi kulit dari radiasi sinar UV dan sebagai substansi immunoprotektif. Haliman (2007) menemukan lutein dan zeaxantin pada Rhodophyta spp. dan Spirulina spp. yang dapat diaplikasikan pada industri pewarna makanan, farmasi dan kosmetik. Lutein berperan besar dalam mencegah kerusakan kronis pada pembuluh darah di jantung, menjaga penglihatan, mencegah penyakit katarak, menstimulasi respon imun, dan mencegah penyakit atherosclerosis, mencegah infeksi pencernaan dan mencegah degenerasi makula (Dumay and Morançais 2016). 3. Padina australis (Rumput Laut Coklat) Rumput laut dapat dijadikan salah satu sumber Vitamin B, yaitu vitamin B12 yang secara khusus bermanfaat untuk pengobatan atau penundaan efek penuaan (antiaging), Chronic Fatique Syndrome (CFS), dan anemia (Almatsier, 2005). Selain vitamin B, rumput laut juga menyediakan sumber vitamin C yang sangat bermanfaat untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, meningkatkan aktivitas penyerapan usus terhadap zat besi, pengendalian pembentukan jaringan dan matriks tulang, dan juga berperan sebagai antioksidan dalam penangkapan radikal bebas dan regenerasi vitamin E (Soo-Jin Heo et al, 2005). Kadar vitamin C dapat mencapai 500-3000 mg/kg berat kering dari rumput laut hijau dan coklat, 100-800 mg/kg pada rumput laut merah. Vitamin E yang berperan sebagai antioksidan juga terkandung dalam rumput laut. Vitamin E mampu menghambat oksidasi Low Density Lipoprotein (LDL) atau kolesterol buruk yang dapat memicu penyakit jantung koroner (Ramazanov, 2005). Ketersediaan vitamin E di dalam rumput laut coklat lebih tinggi dibanding rumput laut hijau dan merah. Hal ini dikarenakan rumput laut coklat mengandung α, β, dan γ-tokoferol, sedangkan rumput laut hijau dan merah hanya mengandung α- tokoferol (Fitton, 2005). Di antara rumput laut coklat, kadar paling tinggi yang telah diteliti adalah pada Fucuceae, Ascophyllum dan Fucus sp yang mengandung sekitar 200-600 mg tokoferol/kg berat kering (Ramazanov, 2006).