Snack padat kalori, kurang baik untuk kesehatan karena jika dikonsumsi secara berlebihan dapat
menyebabkan obesitas dan menimbulkan berbagai penyakit. Selain itu, snack yang beredar umumnya
juga mengandung natrium (sodium) tinggi yang berasal dari komponen bumbu snack, yaitu garam dan
monosodium glutamat (MSG). Sebaliknya, snack tersebut umumnya kurang akan vitamin, mineral, serat
pangan (dietary fiber), dan komponen bioaktif lainnya yang sangat penting untuk kesehatan.
Nilai gizi ubi jalar lebih tinggi dari kentang, dan memiliki indeks glikemik rendah. Serat dan kandungan
vitamin A pada ubi jalar pun tinggi, termasuk juga zat besi, folat, tembaga, dan mangan.Snack yang baik
tidak hanya memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, tetapi juga harus memiliki kandungan protein.
Akan tetapi, snack yang dibuat dari ubi jalar memiliki kadar protein yang rendah sehingga perlu
suplementasi dengan sumber protein seperti kacang tunggak. Kacang-kacangan seperti kacang tunggak
pada umumnya masih memiliki senyawa anti-gizi yang dapat menurunkan daya cerna protein [2]. Salah
satu cara untuk menurunkan senyawa anti-gizi yaitu dengan fermentasi karena selama fermentasi akan
terjadi berbagai perubahan pada zat-zat gizi yang terkandung pada kacang tunggak terutama protein
total dan nilai cerna.
Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah ubi jalar yang diperoleh dari Desa Sukoanyar, Pakis,
Malang, kacang tunggak (tidak ditentukan varietasnya), tepung tapioka dengan merk dagang “Gunung
Agung”, air, minyak goreng dan grits jagung yang semuanya diperoleh di Pasar Dinoyo Malang.
Sedangkan bahan analisis yang digunakan yaitu reagen Arsenomolibdatdiperoleh dari UGM Yogyakarta,
aquades, H2SO4, HCOH3BO3, indikator metil red, tablet Kjeldahl, etanol 80%, petroleum eter, HCL 25%,
HCL 0,1 N, NaOH 0,2 M, NaOH 45%, dan reagen Nelson yang semuanya diperoleh dari toko “Makmur
Sejati”.
Alat
Peralatan yang digunakan untuk penelitian adalah mesin pengering tipe kabinet, alat penyawut, mesin
penepung (disc mill), blender kering,ekstruder , pisau, sendok, loyang, timbangan analitik, kompor, dan
gelas ukur.Peralatan yang digunakan untuk analisis adalahoven listrik (merk WTC Binder), tanur listrik
(merk Thermolyne), labu Kjeldahl (merk Buchi), Soxhlet (merk Gerhardt), alat destilasi (merk Buchi),
penetrometer (PCF- FM200),shaker (merk Heidolph), dan spektrofotometer (merk Labomed IAC 20D).
Tahapan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian
pendahuluan meliputi proses pemilihan bahan baku, pembuatan tempe kacang tunggak dan pembuatan
grits. Penelitian lanjutan meliputi proses pembuatan snack ekstrudat dan analisis snack ekstrudat.
SIMPULAN
Faktor proporsi grits ubi jalar dan grits tempe kacang tunggak serta lama fermentasi
memberikan pengaruh yang nyata (α=5%) pada rasio pengembangan, tingkat kekerasan, kadar air, kadar
abu, kadar lemak, kadar pati, kadar protein, daya cerna pati dan daya cerna protein. Interaksi antara dua
faktor tersebut memberikan pengaruh yang nyata (α=5%) pada kadar pati.
Snack ekstrudat perlakuan terbaik secara fisik-kimia diperoleh pada perlakuan proporsi grits ubi jalar
dengan grits tempe kacang tunggak (70 : 30) dan lama fermentasi 24 jam. Perlakuan ini memiliki
karakteristik meliputi rasio pengembangan 196.67%; tingkat kekerasan 3 kg/cm2; kadar air 5.5%; kadar
abu 2.39%; kadar lemak 3.4%; kadar protein 8.79%; kadar pati 42.3%; daya cerna protein 33.41%; dan
daya cerna pati 45.12%. Snack ekstrudat perlakuan terbaik secara organoleptik diperoleh pada
perlakuan proporsi grits ubi jalar dengan grits tempe kacang tunggak (90 : 10) dan lama fermentasi 24
jam Pada parameter organoleptik memiliki karakteristik warna 3.03 (suka); rasa 3 (suka); aroma 2.9
(suka); tekstur 2.77 (suka); kerenyahan 3.23 (suka).