Anda di halaman 1dari 9

Makna Spiritualitas pada Klien dengan Sindrom Koroner Akut

Aan Nur’aeni, Kusman Ibrahim, Hana Rizmadewi Agustina


Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
E-mail: an_1612@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka kematian dan kecacatan di dunia akibat sindrom koroner
akut (SKA). Perawatan klien dengan SKA masih terfokus pada aspek fisik, sedangkan aspek spiritualitas banyak
dilupakan.Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali secara mendalam makna spiritualitas yang dipersepsikan
oleh klien dengan SKA yang menjalani perawatan di ruang intensif jantung RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.
Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif, dengan jumlah partisipan
sebanyak sepuluh orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan content analysis. Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi empat kategori makna
spiritualitas dengan sepuluh buah tema, yaitu: (1) Spiritual adalah hubungan dengan diri sendiri dengan dua buah
tema antara lain, menerima penyakit sebagai suatu teguran atau cobaan, dan hidup menjadi lebih baik; (2) Spiritual
adalah hubungan dengan Tuhan dengan lima buah tema yaitu: kepasrahan pada Tuhan, ibadah atau komunikasi
dengan Tuhan, harapan, permohonan ampunan (pertobatan), dan rasa syukur; (3) Spiritual adalah hubungan dengan
orang lain dengan dua buah tema yaitu: perhatian, cinta, dan kasih sayang dari orang lain, serta keberhasilan
keluarga, memberikan manfaat bagi sesama; dan (4) Spiritual adalah hubungan dengan alam dengan satu buah
tema yaitu menyalurkan hobi atau aktivitas di alam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan perawat
lebih sensitif terhadap makna spiritualitas klien dan mendorong penggunaan sumber spiritualitasnya untuk proses
penyembuhan klien. Institusi pendidikan diharapkan mampu mempersiapkan perawat yang peka terhadap kebutuhan
spiritualitas klien serta diperlukan penelitian lebih lanjut dan lebih luas dalam lingkup perawatan spiritualitas.

Kata kunci: Persepsi, spiritualitas,sindrom koroner akut.

Meaning of Spirituality among Clients with acute corronary syndrome

Abstract

This research was conducted due to the high of mortality and disability rate in the world caused by Acute
Coronary Syndrome (ACS), however the treatment of ACS’ clients are still focusing on physical aspects rather
than spirituality aspects. Actually, these aspects are equally important. Through awareness of the meaning of
spirituality, the clients can achieve spirituality comfort. Spiritual comfort can give peacefulness and positive
impact to clients’ health. The purpose of the study was to explore the meaning of spirituality in clients with
ACS who undergone treatment in the cardiac intensive care RSHS Bandung. The study used a descriptive
exploratory design with 10 participants. The data was collected through interviews and observations. The data
were analysed using content analysis the data analysis performed using content analysis. The result identified four
categories of the meaning of spirituality followed by 10 themes, namely : (1) Spirituality was self-relationship
that consists of two themes, include a. Accepted of disease as a reproach or temptation b. Better in life; (2)
Spirituality was relationship between human and God, it consists of five themes, namely : a. Self-reliance, b.
Worship or communication with God, c. Hope, d. Asking forgiveness or repentance, e. Grateful; (3) spirituality
was a relationship with others, it consists of two themes, namely : a. caring, love, affection from others, and the
success of the family b. Giving to others; (4) Spirituality was relationship between human with nature, consist of
one theme, namely : doing personal interest or activity in the nature environment. Based on the results, nurses
are expected to be more understood to the meaning of clients’ spirituality and encouraging them to use their
spirituality sources for their healing process. Educational institutions are expected to prepare the student with high
sensitivy of clients’ spirituality needs, and then further research of spirituality care is needed with broader scopes

Key words: Acute Coronary Syndrome, perception, spirituality.

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 79


Aan Nuraeni : Makna Spiritualitas pada Klien dengan Sindrom Koroner Aku

Pendahuluan spiritualitas dapat digunakan sebagai salah


satu cara yang efektif dalam menurunkan
Penyakit jantung merupakan suatu penyebab stres. Spiritual juga memiliki korelasi yang
utama kematian dan kecacatan seseorang di positif bagi kesehatan (Puchalski, 2001).
dunia dengan jumlah penderita yang terus Pada penelitian yang sama Puchalski (2001)
mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. mengungkapkan bahwa hasil penelitiannya
Pada tahun 2008, world health organization menemukan bahwa bagi mereka yang
(WHO) melaporkan terdapat sekitar 17,3 juta melakukan praktik spiritualitasnya secara
orang meninggal karena penyakit jantung teratur ternyata dapat memiliki kecenderungan
dan jumlahnya terus meningkat pada setiap untuk berumur lebih panjang, spiritualitas
tahunnya (WHO, 2011). Penyebab kematian pada klien dapat digunakan sebagai sumber
paling banyak di Indonesia pada tahun 2007 koping individu dalam menghadapi sakit,
salah satunya adalah sindrom koroner akut penyakit, dan stres, serta berkomitmen dalam
(SKA) (Depkes, 2009). spiritualitas yang cenderung meningkatkan
Klien dengan SKA dapat jatuh ke dalam proses penyembuhan dari suatu penyakit
kondisi kritis ataupun kegawatdaruratan, dan pembedahan. Beberapa penelitian juga
dan ketika klien merasakan atau mengetahui mengindikasikan bahwa seseorang memiliki
mengenai kondisi sakitnya yang merupakan tingkat spiritualitas yang tinggi dan cenderung
sakit kronis ataupun akut sehingga dapat memperlihatkan penampilan yang positif dan
mengancam kehidupan (life threatening kualitas hidup yang lebih baik.
disease), maka hal ini akan mengakibatkan Puchalski (2001) mengungkapkan lebih
stres pada klien. Stres yang dialami oleh lanjut bahwa suatu pengobatan (cure) tidak
klien dengan SKA dapat berakibat buruk dapat dilakukan pada setiap penyakit, akan
bagi kesehatannya sehingga harus segera tetapi selalu ada ruang untuk penyembuhan
diatasi. Menurut Salposky dan Mott (2006) (healing). Proses penyembuhan adalah
stres dapat mengakibatkan terjadinya reaksi penerimaan terhadap suatu penyakit yang
fisiologis dalam tubuh klien antara lain yaitu dapat menciptakan suatu ketentraman dalam
dapat mengaktivasi sistem saraf simpatis kehidupan klien, dan spiritualitas dapat
dalam tubuh klien yang dapat meningkatkan menjadi inti dari penyembuhan penyakit.
denyut jantung klien, tekanan darah klien, Dalam penelitian Puchalski dkk., (2009)
dan frekuensi pernafasan klien. Perubahan mengungkapkan juga bahwa penyembuhan
fisiologis ini dapat menyebabkan terjadinya mengacu pada kemampuan seseorang dalam
peningkatkan kebutuhan oksigen pada jantung mendapatkan kebahagiaan, kenyamanan,
klien yang sedang mengalami gangguan. Selain koneksi, makna, dan tujuan hidup dalam
itu, menurut Merz, Bairey, dan Dwyer (2002) penderitaan maupun rasa sakit yang dialami
apabila stres ini terus berlangsung pada klien, oleh klien.
hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya Makna spiritualitas pada klien mengandung
disfungsi endotelial, iskemia miokard, arti yaitu mengungkap sesuatu yang paling
rupturnya plak, trombosis, dan malignant berarti atau berharga dalam kehidupan klien,
arrhytmia. sehingga klien dapat lebih fokus terhadap
Hal lainnya yang dapat terjadi akibat hal-hal penting di dalam kehidupan klien.
stres yang berkepanjangan adalah terjadinya Mengungkap makna spiritualitas juga berarti
penurunan daya tahan tubuh klien (Zachariae, mencari tahu apakah klien telah berhasil
2009). Jika klien tidak dapat segera menerima menemukan makna dan tujuan hidup pada
kondisi sakitnya maka akan sulit bagi klien saat sakit atau menderita. Apabila klien belum
untuk mendapatkan penyembuhan (healing) menemukan makna dan tujuan hidupnya maka
bahkan komplikasi dapat dialami oleh klien menjadi tugas perawat untuk membantu klien
dan dapat memperburuk keadaannya. dalam menemukan makna spiritualitasnya
Spiritual merupakan salah satu sumber dan mendorong klien untuk menggunakan
koping individu yang dapat dilakukan oleh kekuatan spiritualitasnya tersebut sebagai
klien agar dapat beradaptasi dengan stresor energi untuk mendapatkan penyembuhan
yang dihadapi oleh klien (Puchalski, 2001). (healing) sehingga mencapai spirituality
Hal ini dipertegas oleh Scott (2007) bahwa comfort atau spirituality wellbeing.

80 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Aan Nuraeni : Makna Spiritualitas pada Klien dengan Sindrom Koroner Akut

Penelitian Lorentz (2006) mengungkapkan RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu di
pencapaian spirituality comfort atau ruang coronary intensive care unit (CICU).
spirituality wellbeing akan membawa klien Partisipan yang terlibat dalam penelitian
pada ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa dapat ini adalah klien dengan sindrom koroner akut
membawa pengaruh positif pada kesehatan yang meliputi klien dengan unstable angina
klien, antara lain dapat menurunkan tingkat pectoris (UAP) maupun klien dengan infark
stres pada klien. Seiring dengan penurunan miokard (IM) baik ST elevation miocard
tingkat stres ini maka tubuh klien akan infark STEMI maupun non-STEMI yang
semakin terjaga homeostasisnya. Hal ini akan sudah mengalami perbaikan dengan kondisi
meningkatkan sistem immunitas tubuh klien yang relatif stabil dan sedang menjalani
dan menurunkan risiko terhadap timbulnya perawatan di Ruang CICU RSUP dr. Hasan
berbagai penyakit juga komplikasi yang tidak Sadikin Bandung yaitu sebanyak sepuluh
diharapkan pada klien. orang. Sebagian besar partisipan beragama
Makna spiritualitas bagi setiap orang Islam yaitu sebanyak sembilan orang dan
berbeda-beda, tergantung pada cara pandang satu orang beragama Katolik. Sebagian besar
dan latar belakang orang tersebut. Menurut partisipan berlatarbelakang budaya Sunda
Puchalski, dkk., (2009) serta Burkhardt dan yaitu sebanyak delapan orang, partisipan
Nagai-Jacobson (2005), spiritualitas ini lainnya berbudaya Batak dan Jawa masing-
bersifat personal atau individual. Selama ini masing berjumlah satu orang. Terdapat pula
literatur-literatur yang mengungkap makna partisipan lain sebagai bagian dari triangulasi
spiritualitas sebagian besar berasal dari negara data yang bertujuan untuk mengonfirmasi
barat sedangkan kultur masyarakat Indonesia data yakni dari keluarga klien.
dengan negara barat sangat berbeda. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
Kultur masyarakat Indonesia sangat lekat ini adalah peneliti sebagai instrumen utama,
dengan religiositas terutama agama Islam, pedoman wawancara, pedoman observasi,
hal ini berbeda dengan kultur di negara dan alat perekam suara. Pengumpulan data
barat yang lebih didominasi dengan paham dilakukan dengan melakukan wawancara dan
sekularisme dan kebebasan. Sebagian besar observasi pada partisipan.
budaya di Indonesia terdapat kepercayaan Wawancara dilakukan di ruang perawatan
kepada kekuatan super natural yang paling klien dengan rentang waktu 20–60 menit. Pada
tinggi yang sangat berkuasa dan menentukan penelitian ini data yang terkumpul dari hasil
segalanya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Hal wawancara dan catatan lapangan dianalisis
ini mungkin saja dapat berpengaruh terhadap dengan menggunakan content analysis yang
spiritualitas masyarakat, dan menambah hal direkomendasikan oleh Hancock (2002).
baru berkaitan dengan konsep spiritualitas. Peneliti melakukan teknik pemeriksaan
Pada penelitian ini peneliti bertujuan yang berdasarkan atas sejumlah kriteria
untuk melihat lebih jauh mengenai makna tertentu meliputi credibility, transferability,
spiritualitas yang dialami oleh klien dengan dependability, dan confirmability. Teknik ini
sindrom koroner akut yang menjalani perawatan digunakan untuk mendapatkan keabsahan
di instalasi perawatan intensif jantung di (trustworthness) data agar hasil penelitian
Ruang Intensif Jantung Rumah Sakit Umum mempunyai keabsahan dan kekuatan ilmiah.
Pemerintahan (RSUP) dr. Hasan Sadikin Data yang terkumpul dari hasil wawancara
Bandung. dan catatan observasi dianalisis menggunakan
teknik content analysis menurut Hancock
(2002).
Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk Hasil Penelitian


mengungkapkan makna spiritualitas di
penelitian ini adalah metode induktif atau Partisipan dalam penelitian ini sebagian
kualitatif, dengan menggunakan teknik besar adalah laki-laki yaitu sebanyak enam
semisructured interviews. Penelitian ini orang, dan empat orang perempuan. Hampir
dilakukan di unit perawatan jantung intensif seluruh partisipan berusia lebih dari 50 tahun

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 81


Aan Nuraeni : Makna Spiritualitas pada Klien dengan Sindrom Koroner Aku

yaitu sebanyak sembilan orang dan hanya Tuhan merupakan sumber kekuatan, ibadah
satu orang yang berusia kurang dari 50 atau komunikasi dengan Tuhan merupakan
tahun. Sebanyak sembilan orang partisipan sumber kekuatan, harapan merupakan sumber
beragama Islam dan satu orang beragama kekuatan, spiritualitas adalah permohonan
Katolik. ampunan (pertobatan), dan rasa syukur
Partisipan diberikan pertanyaan mengenai sebagai sumber kekuatan.
sumber kekuatan dan kebahagiaannya saat Pada tema kepasrahan pada Tuhan
ini, kemudian ditanyakan juga mengenai merupakan sumber kekuatan, partisipan
makna sakit dan hikmah sakit yang mereka mempersepsikan Tuhan sebagai suatu sumber
persepsikan serta makna dan tujuan hidup kekuatan hidup bahwa pasrah pada Tuhan-lah
yang mereka miliki saat ini. Berdasarkan yang justru menguatkan mereka. Sebanyak
hasil wawancara dan hasil dari analisis data sembilan orang partisipan mengungkapkan
yang dilakukan, makna spiritualitas pada hal ini. Seperti yang diungkapkan oleh salah
partisipan dalam penelitian ini, meliputi satu partisipan:
empat buah kategori dan didalamnya terdiri “ yang membuat saya tenang saya
dari sepuluh buah tema. mempasrahkan diri, pasrah sepasrahnya
Kategori pertama yang didapatkan dalam sama Yang Punya, Allah. Kalau Tuhan
penelitian yaitu mengenai spiritualitas menghendaki ya kalau mau diambil ya
adalah hubungan dengan diri sendiri dengan ambillah...ga da ketenangan kalau tidak ada
Tuhan. Pada kategori ini memuat dua buah kepasrahan”.
tema yaitu menerima penyakit sebagai suatu Pada tema ibadah atau komunikasi
teguran atau cobaan dan hidup menjadi lebih dengan Tuhan merupakan sumber kekuatan,
baik. Pada tema menerima penyakit sebagai beberapa partisipan mengungkapkan bahwa
suatu teguran atau cobaan, seluruh partisipan kekuatannya adalah dengan berkomunikasi
mengungkapkan bahwa saat ini mereka telah dengan Tuhan. Berikut salah satu ungkapan
menerima kondisi sakit yang dialami dan dari partisipan yaitu:
mereka memaknai sakit ini sebagai teguran “setelah curhat sama Allah rasanya agak
atau cobaan dari Tuhan. Salah seorang ringan. Pada saat curhat malam-malam ibu
partisipan menyatakan suka nangis. Seperti ngobrol, hanya saja
“penyakit ini memang berat.. tapi tidak kalau kita ngobrol dengan manusia langsung
ada rasa kesal mungkin ini sudah menjadi dapat jawaban, paling sama Allah mah besok
kehendak Allah, cobaan buat saya, kalau lusa, tiba-tiba ada ilham aja. Yang tadinya
marah saat ini tidak ada, karena sudah bingung menjadi terbuka....kalau kita sudah
menjadi kehendak Allah, saya menerima curhat, udah doa sama Allah sebanyak-
saja”. banyaknya besok lusa selalu ada jawaban”.
Pada tema hidup menjadi lebih baik, yang Partisipan mengungkapkan bahwa setelah
dimaksud oleh partisipan disini meliputi sakit mereka merasa lebih dekat dengan
introspeksi diri yang dilakukan setelah sakit Tuhan. Hubungan yang dilakukan adalah
baik pada kesalahan-kesalahan atau dosa yang melalui ibadah. Hal ini seperti yang
telah dilakukan maupun gaya hidup yang diungkapkan oleh salah seorang partisipan:
tidak sehat pada saat sebelum sakit. Berikut “setelah saya tidak dapat melakukan aktifitas
beberapa ungkapan partisipan mengenai hal seperti biasa lagi, sebagai penggantinya saya
ini: suka tadarus dan dzikir...karena sakit saya
“sekarang hikmahnya ibu jadi lebih sabar, harus lebih teliti dalam beribadah, kemudian
lebih introspeksi diri dengan dosa-dosa...” ga cuman merasakan keluhan kalau ber
“...kebiasaan-kebiasaan buruk yang dulu ruku (solat) merasakan keringat ya keringat
seperti merokok mungkin nanti bisa berhenti, dingin karena cape yah, ada..ooo..inilah
bisa diperbaiki, karena saya ingin berubah, kenikmatan. Saya itu ga pake kesal (aral)..
tidak mau terulang seperti ini lagi”. oo...inilah kenikmatan.”
Kategori yang kedua yaitu partisipan Pada tema harapan merupakan sumber
mengungkapkan bahwa spiritualitas adalah kekuatan, sebanyak enam orang partisipan
hubungan dengan Tuhan. Hal ini memuat mengungkapkan bahwa yang membuat diri
lima buah tema, yaitu: kepasrahan pada mereka bertahan atau harus kuat adalah

82 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Aan Nuraeni : Makna Spiritualitas pada Klien dengan Sindrom Koroner Aku

sebuah harapan. Berikut beberapa pernyataan dukungan dari keluarga...kemarin juga anak-
partisipan: anak bilang udah mamah jangan mikirin
“bapa itu dari kecil sudah biasa berkebun, apa-apa, ya...itulah yang jadi ibu kuat”.
memelihara ternak..seneng bapa itu dari “keluarga, sahabat yang menengok saya,
dulu juga, sekarang begini suka sesek... merasa apa ya, merasa punya perhatian
mudah-mudahan aja sembuh jadi bisa ke sama saya, Alhamdulillah membesarkan hati
kebun lagi”. saya...perhatian dari mereka itu penting.
“sekarang ibu ingin sembuh total, ingin Bentuk apa ya, dorongan moril”.
melaksanakan ibadah haji hanya itu hutang Pada tema kedua yaitu memberikan
ibu sama Allah. Masih, masih gimana ya, manfaat bagi sesama sebagai sumber kekuatan
tugas ibu masih ada satu lagi itu rukun islam dan kebahagiaan. Sumber kekuatan lainnya
kelima, secara harta ibu mampu, Cuma adalah sumber kekuatan yang timbul dari
secara fisik ibu sakit gitu ya, jadi sekarang perasaan berguna atau dapat bermanfaat bagi
harapannya pengen sembuh untuk bisa orang lain walaupun dalam keadaan sakit.
melaksanakan itu”. Berikut pernyataan partisipan mengenai hal
Pada tema spiritualitas adalah permohonan tersebut:
ampunan (pertobatan), sebanyak empat “untuk terus kuat ya saya juga melakukan
orang partisipan yaitu partisipan ke-2, 6, 7, hal-hal yang bisa saya lakukan kepada
dan 9 mengungkapkan bahwa permohonan orang banyak yang bisa..ya itu mungkin
ampunan atau bertobat merupakan salah satu yang membantu membuat kita berguna...
hikmah sakit yang mereka dapatkan saat ini. walaupun sedikit gitu ya kita usahakan untuk
Pernyataannya tersebut diungkapkan oleh memberikan kehidupan”.
salah satu partisipan berikut ini: “ya di dekat rumah ibu kan ada orang tua
“sekarang saya introspeksi saja karena yang sudah tua, sama anak-anaknya tidak
sudah begini keadaannya ya saya pasrah, diurus, sangat mengkhawatirkan, sama
sambil minta ampun sama Allah. Ya Allah ibu suka diberi makanan setiap hari...yaa
dulu banyak sikap saya yang salah, ampuni bisa memperhatikan sesama seperti itu bisa
saya.” membuat ibu bahagia...”.
Pada tema rasa syukur sebagai sumber Kategori yang keempat yaitu spiritualitas
kekuatan, partisipan mengungkapkan bahwa adalah hubungan dengan lingkungan atau
mereka tetap bersyukur walaupun merasa alam. Kategori ini memuat satu buah tema
sakit. Berikut ungkapan salah satu partisipan: yaitu menyalurkan hobi atau aktivitas di alam
“Saya bersyukur sama Allah gitu masih sebagai sumber kebahagiaan. Kebahagiaan
diberi kesempatan untuk bertobat dulu, coba dan ketenangan batin merupakan salah satu
kalau tidak sakit kemudian tahu tahu saya indikator dari spiritualitasitas well being. Salah
meninggal.” satu sumber ketenangan dan kebahagiaan
Kategori yang ketiga yaitu spiritualitas yang diungkapkan oleh partisipan dalam
adalah hubungan dengan orang lain. Kategori penelitian ini diantaranya adalah menikmati
ini memuat dua buah tema. Tema yang keindahan alam dan beraktivitas di dalamnya.
pertama adalah perhatian, cinta, dan kasih Di bawah ini pernyataan partisipan mengenai
sayang dari orang lain, serta keberhasilan hal tersebut:
keluarga sebagai sumber kekuatan dan “yang membuat bapa bahagia biasanya
kebahagiaan. Dukungan keluarga merupakan kegiatan kalo sebelum ngajar berangkat ke
sumber kekuatan yang diungkapkan oleh sawah, sore-sore berangkat ke sawah, kalo
semua partisipan. Dukungan keluarga sekarang tidak neng, iyah. Ya gitu agak
menurut partisipan antara lain meliputi sedih....Pekerjaan bapa walaupun sibuk,
perhatian dan kasih sayang dari keluarga, tapi ke sawah itu menjadi hiburan gitu.
nasehat ataupun masukan dari keluarga, serta Ketenangan batin bapa”.
dapat pula berupa dukungan yang bersifat “...dengan pemandangan alam, ngurus
materil. Beberapa pernyataan partisipan kebon, ngurus kolam itu memang cita-cita
mengenai hal ini adalah: saya , karena saya senang dengan alam gitu
“dukungan keluarga itu sangat penting loh. Namanya juga perhutani seneng dengan
sekali...semangat hidup ibu itu anak-anak, yang ijo-ijo”.

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 83


Aan Nuraeni : Makna Spiritualitas pada Klien dengan Sindrom Koroner Aku

Pembahasan kesehatan spiritualitasitas (spiritualitasitas


health) seseorang.
Tema yang muncul dalam penelitian ini terdiri Menurut Walton (2002), hal tersebut dapat
dari empat kategori, yaitu: spiritualitas adalah dicapai seseorang dengan melawati proses
hubungan dengan diri sendiri, spiritualitas yang sangat dinamis sehingga pada akhirnya
adalah hubungan dengan Tuhan, spiritualitas menemukan keseimbangan (balance). Pada
adalah hubungan dengan orang lain, dan awalnya, partisipan mempersepsikan sakit
spiritualitas adalah hubungan dengan alam. sebagai beban, kemudian terjadi perjuangan
Kategori pertama yang muncul yaitu spiritualitasitas dimana partisipan mengkaji
spiritualitas adalah hubungan dengan diri serta menimbang kebaikan dan keburukan
sendiri. Sindrom koroner akut merupakan dari penyakit yang diderita dengan melibatkan
penyakit berat yang dapat mengakibatkan proses refleksi dan introspeksi secara terus
kematian pada pasien secara mendadak menerus dan pada akhirnya partisipan dapat
maupun komplikasi yang dapat menjadi mengganti situasi yang dihadapi dengan
berat pada seseorang yang mengalaminya. cara mengubah pandangan, dari pandangan
Keadaan ini akan menimbulkan stres pada negatif ke pandangan positif yaitu mengubah
penderitanya. Namun demikian, penyakit persepsi buruk tentang penderitaan yang
yang berat (serious illness) dapat menjadi dihadapi dengan persepsi yang lebih baik.
sarana atau kesempatan untuk mendapatkan Muncullah tema bahwa partisipan merasa
pendewasaan bagi pasien yang merasakannya hidupnya menjadi lebih baik saat ini.
dengan cara menegosiasikan konflik dengan Kategori yang kedua yaitu spiritualitas
diri sendiri dan mengubah pandangan negatif adalah hubungan dengan Tuhan. Sebagian
terhadap suatu krisis ke dalam pandangan besar dari masyarakat Indonesia merupakan
yang lebih positif (Chao, Chen, & Yen, 2002; masyarakat religius dan yakin akan
Walton, 2002). adanya Tuhan. Agama di negara Indonesia
Hasil wawancara terhadap partisipan juga memegang peranan penting dalam kehidupan
terungkap bahwa pada saat serangan awal masyarakat, begitu pula dengan makna
terjadi, mereka merasakan ketakutan akan spiritualitasitas yang tergali dalam penelitian
kematian. Hal ini terjadi disebabkan karena ini.
keluhan subjektif yang dirasakan pasien Kepasrahan kepada Tuhan ini merupakan
pada saat mengalami serangan, berupa rasa salah satu sumber kekuatan. Menurut Ming-
nyeri hebat pada dada yang dapat menjalar Shium (2006), spiritualitasitas sebenarnya
ke daerah substernal, leher, rahang, lengan adalah bentuk filosofi sikap hidup seseorang
kiri, atau ke punggung, ataupun rasa sesak dan sistem nilai yang berasal dari budaya,
yang tidak tertahankan. Partisipan juga pendidikan, dan pengalaman pribadi individu.
mengungkapkan merasa sedih, frustasi atau Tema yang muncul pada kategori ini yang
pun marah pada Tuhan setelah mengetahui pertama adalah kepasrahan kepada Tuhan.
dirinya menderita penyakit ini. Namun Hal ini tidak terlepas dari budaya religius
demikian, saat ini mereka menyatakan telah partisipan yang sebagian besar beragama
menerima penyakit ini dan memaknainya Islam. Sesuai dengan pendapat Ming-Shin
sebagai teguran ataupun cobaan dari Tuhan. (2006), pernyataan tentang kepasrahan oleh
Cobaan atau teguran melalui sakit ini partisipan tersebut tidak terlepas dari nilai-
menurut partisipan adalah bukti kecintaan nilai yang ada di dalam Al-qur’an.
dan kasih sayang Tuhan terhadap dirinya. Partisipan mengungkapkan telah pasrah
Partisipan juga mempersepsikan bahwa sakit karena yakin dengan pertolongan dari Allah.
yang mereka alami merupakan cobaan atau Menurut pandangan Islam, satu-satunya
teguran sebagai manifestasi dari rasa kasih penolong bagi setiap manusia adalah Allah.
sayang Tuhan. Hal ini merupakan pernyataan Kepasrahan yang dimaksud partisipan ini
positif atau disebut juga positive religious adalah tawakal. Tawakal adalah perbuatan
coping. Menurut Greenstreet (2006), hal lahir dan batin menyerahkan segala perkara,
ini mengindikasikan bahwa kualitas hidup ikhtiar dan usaha kepada Allah SWT serta
seseorang dalam dimensi spiritualitasitas atau berserah diri sepenuhnya untuk mendapatkan
dengan kata lain, hal ini mengindikasikan manfaat atau menolak madharat (keburukan)

84 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Aan Nuraeni : Makna Spiritualitas pada Klien dengan Sindrom Koroner Aku

(Supriyanto, 2010). makna dan tujuan hidup yang sebenarnya.


Menurut ajaran Islam maupun Kristiani, Partisipan juga mempersepsikan bahwa
konsekuensi dari kepasrahan pada Tuhan spiritualitas adalah permohonan ampunan
dapat memberikan ketenangan dalam jiwa (pertobatan). Permohonan ampunan atau
atau hati setiap manusia. Hal ini diperkuat pertobatan dapat memberikan kekuatan pada
oleh Joshi, Kumari, dan Jain (2008) dalam setiap orang dalam menghadapi kematian.
penelitiannya yang menyatakan bahwa sikap Uraian tersebut diatas menyatakan bahwa
keagamaan seperti ibadah dan kepasrahan seseorang siap menghadapi kematian karena
atau tawakal akan memundulkan harapan merasa dekat dengan Tuhan dan tidak
dan pandangan positif terhadap kehidupan, memiliki dosa yang dibenci oleh Tuhan,
serta memberikan ketenangan kepada jiwa dan yakin bahwa mereka akan kembali ke
manusia berupa berkurangnya rasa tertekan tempat yang lebih baik. Pertaubatan ini pada
atau depresi dalam jiwa manusia. akhirnya akan menguatkan partisipan dalam
Ibadah atau komunikasi dengan Tuhan menghadapi tantangan yang akan terjadi
merupakan sumber kekuatan. Hal ini seperti kematian dan komplikasi akibat
merupakan salah satu tema yang dihasilkan sakit yang dialami. Sebagian partisipan
pada kategori kedua. Menurut Hamid (2000), menyatakan bahwa mereka telah pasrah dan
dalam kondisi sakit akan meningkatkan siap dengan kematian.
keinginan dan keyakinan spiritualitasitas Rasa syukur pun menjadi sumber kekuatan
dari seseorang untuk melakukan sembahyang bagi partisipan. Menurut Chao, dkk. (2002)
dan berdoa. Partisipan juga mengungkapkan menyebutkan bahwa spiritualitasitas adalah
bahwa sakit yang dialami mendorong mereka bersyukur karena telah mendapatkan karunia.
untuk lebih dekat dengan Tuhan dan lebih Setiap orang telah diberikan berbagai karunia
banyak beribadah. seperti makanan, kesehatan dan apapun
Guillory, dkk. (1997) menyebutkan oleh tuhan untuk kehidupannya dan atas
bahwa spiritualitasitas adalah keyakinan dasar itulah manusia harus tetap bersyukur
terhadap Tuhan. Hal ini diperlihatkan melalui walaupun dalam keadaan menderita.
berbagai aktivitas keagamaan yang dilakukan Salah seorang partisipan menyatakan
partisipan. Setelah mengalami situasi krisis, bahwa dirinya telah mendapatkan berbagai
beberapa partisipan juga mengungkapkan kenikmatan selama hidupnya diantaranya
bahwa intensitas keagamaannya semakin adalah nikmat sehat yang dirasakan jauh lebih
meningkat. Menurut hasil penelitiannya pula, lama dibandingkan dengan sakitnya saat ini,
beberapa partisipan percaya bahwa Tuhan sehingga dia masih tetap dapat bersyukur atas
yang memberikan kesembuhan (healing). nikmat yang telah didapatkan, bahkan dalam
Partisipan juga mengungkapkan bahwa keadaan sakit pun rasa syukur itu masih tetap
harapan merupakan sumber kekuatan. Selalu ada terutama bila melihat masih ada orang
ada harapan dalam setiap keadaan krisis yang lebih menderita dibanding dirinya saat
bahkan kematian sekalipun (Chao dkk., ini.
2002). Dalam penelitian lain juga disebutkan Spiritualitas adalah hubungan dengan
bahwa harapan dan penemuan makna dari orang lain. Hal ini merupakan kategori ketiga
krisis yang dialami dapat menjadi kekuatan yang didapatkan dari penelitian ini. Tema
untuk meneruskan kehidupan bahkan untuk pertama pada kategori ini, yaitu perhatian,
tetap aktif didalamnya (Mok, Wong, & wong, cinta, dan kasih sayang dari orang lain,
2009). serta keberhasilan keluarga sebagai sumber
Harapan ini dapat muncul apabila mereka kekuatan dan kebahagiaan. Menurut Wills
mendapatkan cinta dan hubungan yang dalam Taylor dkk. (2004) hal ini didefinisikan
harmonis terutama dari orang terdekat seperti sebagai dukungan sosial yaitu persepsi atau
keluarga. Disebutkan pula bahwa keluarga pengalaman seseorang bahwa dia dicintai
merupakan sumber kekuatan terbesar yang dan diperhatikan, berharga dan dihargai dan
dimiliki oleh partisipan. Menurut Nabolsi diakui sebagai bagian dari jaringan sosial.
dan Carson (2011) harapan dan penerimaan Berbagai penelitian tentang stres dan
mereka terhadap sakit atau penderitaan yang koping memperlihatkan bahwa salah satu
dialami sangat membantu dalam menemukan bentuk koping yang paling efektif adalah

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 85


Aan Nuraeni : Makna Spiritualitas pada Klien dengan Sindrom Koroner Aku

melalui dukungan sosial. Berbagai bukti Watson (1984) dalam Chao, dkk. (2002)
menunjukkan terdapat pengaruh yang positif menyatakan bahwa makna spiritualitas salah
dari dukungan sosial terhadap kesehatan satunya adalah alam. Hakikat dari surga
fisik dan mental seseorang (Sheeman & berjalan melalui alam fisik, dan setiap manusia
Thoits dalam Taylor dkk, 2004). Penelitian yang hidup dengan melihat keindahan alam
menunjukkan bahwa cinta, perhatian dari akan mendapatkan ketenangan jiwa dan dapat
anggota keluarga, maupun orang lain disekitar dikatakan juga sebagai sumber kebahagiaan.
partisipan membuat partisipan merasa lebih Keindahan merupakan sumber ketenangan
berarti dan dihargai. Perasaan dihargai bagi manusia dan alam sebagai objek yang
merupakan sumber kekuatan internal yang dapat memberikan keindahan tersebut. Alam
sangat besar bagi klien (Mok dkk., 2009). raya ciptaan Tuhan merupakan karya seni
Dalam adat ketimuran dirasakan bahwa yang paling agung dan memesona karena
hubungan sosial merupakan hal yang sangat alam merupakan sumber keindahan yang
penting. Pernyataan ini didukung oleh luar biasa. Ketika melihat alam, maka akan
penelitian yang dilakukan oleh Markus dan menimbulkan imajinasi dan suasana damai
Kitayama (1991), Sweder dan Bourne (1984) serta tentram.
serta Triandis (1989) dalam Taylor (2004)
bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap
koping yang dilakukan pada masyarakat Asia Simpulan
karena keterikatan sosial yang besar diantara
mereka. Penelitian ini mengungkap bahwa pada
Tema berikutnya dari kategori ketiga awalnya partisipan mempersepsikan bahwa
ini yaitu memberikan manfaat bagi sesama sakit yang dialaminya sebagai beban, frustasi,
sebagai sumber kekuatan dan kebahagiaan. bahkan sampai menimbulkan ketakutan akan
Walton (2002) mengungkapkan bahwa dalam kematian. Partisipan juga ternyata mampu
proses untuk mendapatkan kesehatannya mengubah pandangan negatif tentang sakit
kembali, partisipan juga merasa sangat rentan yang dialaminya kedalam pandangan yang
dan bergantung pada orang lain, dan pada lebih positif, yakni menerima dan siap
saat rasa sehat itu telah didapatkan, partisipan dengan tantangan yang akan dihadapi. Proses
merasa ingin memberikan kembali kepada ini terkait dengan Hal ini terjadi karena
orang yang membutuhkan. Keinginan untuk proses introspeksi diri dan refleksi positif
dapat memberi atau berguna bagi orang lain yang terus dilakukan dan didapatkan baik,
yang membutuhkan merupakan bagian yang keterhubungan dengan diri sendiri, Tuhan,
kuat dalam spiritualitasitas. orang lain, bahkan alam sekitar.
Salah satu etos atau watak hidup yang Hasil penelitian ini mengarahkan institusi
melekat pada masyarakat atau budaya pendidikan untuk mampu mempersiapkan
Sunda dalam menjalani kehidupanya adalah perawat yang peka terhadap kebutuhan
harus bageur atau harus berbuat baik. Nilai- spiritualitasitas klien yang akan dirawatnya
nilai kebudayaan ini juga memungkinkan serta diperlukannya penelitian lebih lanjut dan
partisipan yang sebagian besar merupakan lebih dalam mengenai perawatan spiritualitas
masyarakat Sunda merasa bahwa memberi pasien.
manfaat kepada sesama sudah merupakan
sesuatu hal yang lumrah dan harus dilakukan
dalam keseharian mereka. Hal ini bila dapat Daftar Pustaka
dilakukan tentunya akan menambah kepuasan
dan kepercayaan diri mereka. Burkhardt, M. A., & Nagai-Jacobson, M.
Kategori keempat dari penelitian ini G. (2005). Spirituality and health in holistic
yaitu spiritualitas adalah hubungan dengan nursing a handbook for practice (4th ed.).
alam. Salah satu tema dalam penelitian ini Massachussetts: Jones And Bartlett Publisher.
yaitu menyalurkan hobi atau aktivitas di Chao, C. S., Chen, C. H., & Yen, M.
alam sebagai sumber kebahagiaan. Menurut (2002). The essence of spiritualitasitasity of
pandangan Theodore de Bary, Chan dan terminally ill patients. Journal of Nursing

86 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Aan Nuraeni : Makna Spiritualitas pada Klien dengan Sindrom Koroner Aku

Research, 10(4), 237–245. in health care. Baylor University Medical


Center Proceedings, 14(4), 352–357.
Departemen Kesehatan. (2009). Profil
kesehatan Indonesia 2008. Diakses dari http:// Puchalski, C., Virani, R., Otis-Green, S., Baird,
www.depkes.go.id/downloads/publikasi/ P., Bull, J., Chochinov, H., ... Sulmasy, D.
Profil%20Kesehatan%20Indonesia%20 (2009). Improving the quality of spiritualitasitas
2008.pdf. care as a dimension of palliative care: The
report of the consensus conference. Journal of
Greenstreet, W. (2006). Spiritual wellbeing Palliative Medicine, 12(10), 885–904.
and spiritualitasitas distres. In integrating
spiritualitasitasity in health and social Scott, E. (2007). Spirituality and mental
care perspective and practical approaches. health: Benefits of spiritualitasitasity. Diakses
Seattle: Radcliffe Publishing. dari http://stres.about.com/od/optimismspirit
ualitasitasity/a/22307_God_power.htm
Hancock, B. (2002). Trent focus for research
and development in primary health care. Taylor, S. E., Sherman, D. K., Kim, H. S.,
Qualitative research journal, 1–31 Jarcho, J., Takagi, K., & Dunagan, M. S.
(2004). Culture and social support: Who
Lorentz, M. M. (2006). Stress and seeks it and why?. Journal of Personality and
psychoneuroimmunology revisited: Using Social Psychology, 87(3), 354-362. doi: 10.
mind-body interventions to reduce stres. 1037/0022-3514.87.3.354
Alternative Journal of Nursing, 11, 1–11.
Walton, J. (2002). Finding a balance: a
Merz, C., Bairey, N., Dwyer, J., Nordstrom, grounded theory study of spiritualitasitasity
C., Walton, K., Salerno, J., & Schneider, R. H. in hemodialysis patients. Nephrology Nursing
(2002). Psychosocial stress and cardiovascular Journal, 29(5), 447–457.
disease: Pathophysiology. Behaviour medical,
27(4), 141–147. World Health Organization. (2011). Global
Atlas on Cardiovascular Disease Prevention
Mok, E., Wong, F., & Wong, D. (2009). and Control. Diakses dari http://www.who.
The meaning of spiritualitasitasity and int/cardiovascular_diseases/en/
spiritualitasitas care among the Hongkong
Chinese terminally ill. Journal of Advanced Zachariae, R. (2009). Psychoneuroimmunology:
Nursing, 360–370. A bio-psycho-social approach to health and
disease. Scandinavian Journal of Psychology,
Puchalski. (2001). The role of spiritualitasitasity 50, 645-651.

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 87

Anda mungkin juga menyukai