Anda di halaman 1dari 10

Meita Eka Fitrianingrum, Dina Ruslanjari.

Zonasi Rawan Longsor di Desa Pagerharjo… 181

ZONASI RAWAN LONGSOR DI DESA PAGERHARJO KECAMATAN


SAMIGALUH KABUPATEN KULONPROGO YOGYAKARTA

Meita Eka Fitrianingrum1, Dina Ruslanjari2


1,2Magister Manajemen Bencana, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada
1 meita.ef@gmail.com , 2dienarus@ugm.ac.id

ABSTRACT
Yogyakarta Special Region is an example of many areas prone to landslides, especially
Pagerharjo Village. The purpose of this research is to map the spread of landslide prone areas
and to evaluate the spatial pattern based on landslide vulnerability in Pagerharjo Village.
Analysis of the landslide-prone area map is done by using GIS with ArcGIS 10.1 software. The
variables used as determinants of landslide prone class are divided into geological aspects,
topography aspect, soil aspect, climate aspect, vegetation aspect, and human aspect. The result
of the research shows that Pagerharjo Village has 3 classes of landslide vulnerability, which is
somewhat vulnerable with area of 62,10 ha (5,81%), prone to 662,84 ha (61,98%), and very
vulnerable with an area of 344.58 ha (32.22%). Researcher recommend to relocate some
settlements that are under slope or cliff and disaster mitigation in settlement to improve
preparedness against the threat from landslide disaster.
Keywords: Landslide, Vulnerability, Space Patterns, Mitigation

ABSTRAK
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan contoh dari banyak daerah rawan terhadap
longsor khususnya Desa Pagerharjo. Tujuan penelitian ini adalah memetakan
persebaran daerah rawan longsor dan mengevaluasi pola ruang berdasarkan
kerawanan longsor di Desa Pagerharjo. Analisis peta daerah rawan longsor dilakukan
dengan menggunakan SIG dengan software ArcGIS 10.1. Variabel yang digunakan
sebagai penentu kelas rawan longsor yang terbagi dalam aspek geologi, aspek
topografi, aspek tanah, aspek iklim, aspek vegetasi, dan aspek manusia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Desa Pagerharjo memiliki 3 kelas kerawanan tanah
longsor, yakni agak rawan dengan luas wilayah 62,10 ha (5,81%), rawan dengan luas
662,84 ha (61,98%) dan sangat rawan dengan luas wilayah 344,58 ha (32,22%). Peneliti
merekomendasikan untuk melakukan relokasi pada permukiman yang berada di
bawah lereng maupun tebing serta adanya upaya mitigasi bencana untuk
meningkatkan kesiap siagaan terhadap ancaman bencana longsor.
Kata Kunci: Longsor, Kerawanan, Pola Ruang, Mitigasi

PENDAHULUAN keduanya mengalami gerakan menuruni


Longsor merupakan bencana alam lereng. Peristiwa longsor jarang terjadi
yang sering terjadi di Indonesia dengan oleh satu penyebab saja. Menurut
rata-rata sekitar 92 kejadian setiap Hardiyatmo (2006) terdapat beberapa
tahunnya (Karnawati dkk., 2012). faktor penyebab longsor yang meliputi:
Menurut Karnawati (2005), longsor kondisi geologi, hidrologi, topografi,
terjadi akibat terganggunya kestabilan iklim, dan perubahan cuaca dapat
tanah atau batuan penyusun lereng, mempengaruhi stabilitas lereng yang
sehingga massa tanah atau batuan mengakibatkan terjadinya longsoran.
penyusun lereng maupun percampuran
182 Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2018.
Daerah Istimewa Yogyakarta antara 2.500 – 3.000 mm/tahun (Profil
merupakan contoh dari banyak daerah Desa Pagerharjo, 2017). Kejadian longsor
yang rawan terhadap proses longsor di Desa Pagerharjo pada tahun 2013
khususnya di Kabupaten Kulonprogo menyebabkan kerusakan pada rumah
yang merupakan bagian dari Perbukitan warga (www.hairicipta.com, 2013). Kasus
Menoreh. Menurut Haryadi Jamal, ahli longsor selanjutnya terjadi pada tanggal 3
Geologi dari Penelitian Sabo Yogyakarta, Februari 2016 di jalur wisata kebun teh.
disebutkan daerah Kulonprogo secara Kejadian ini mengakibatkan kerusakan
geomorfologis merupakan daerah rawan permukiman warga, satu orang
longsor lahan yang disebabkan terutama meninggal dan dua orang mengalami
oleh curah hujan yang tiba-tiba datang luka-luka akibat longsor susulan saat
dengan volume yang besar (Sinar dilaksanakan kerja bakti membersihkan
Harapan, 9 Oktober 2001). Hasil material longsor yang menutup akses
penelitian Muhamud (2000) jalan (www.harianjogja.com, 2016).
menggunakan erosion bridge method Identifikasi kerawanan longsor
menyatakan bahwa erosi yang terjadi di sangat diperlukan sebagai langkah awal
Kokap Kulonprogo baik potensial untuk perencanaan tata ruang di masa
maupun aktual rata-rata sangat tinggi mendatang. Keberadaan kawasan rawan
yaitu 757,888 ton/ha/tahun. longsor harus menjadi pertimbangan
Desakan akan kebutuhan lahan dalam proses perencanaan tata guna
untuk penghidupan menyebabkan lahan. Peningkatan bahaya longsor dapat
masyarakat yang tinggal di wilayah semakin parah apabila masyarakat sama
Kabupaten Kulonprogo memanfaatkan sekali tidak menyadari dan tanggap
lahan perbukitan yang rawan terhadap darurat terhadap adanya potensi bencana
longsor sebagai lahan pertanian dan longsor di daerahnya. Berdasarkan
perkebunan. Salah satu daerah yang kejadian longsor yang hampir setiap
rawan terhadap longsor adalah Desa tahun terjadi di Desa Pagerharjo, maka
Pagerharjo dengan tipe longsor (slide) perlu dilakukan pemetaan kerawanan
yang paling umum terjadi. Menurut bencana longsor dan pola ruang di lokasi
Gunadi dkk. (2004) penyebab terjadinya yang memiliki tingkat rawan maupun
longsor tipe ini yakni adanya lereng serta sangat rawan.
tanah dan batuan lapuk yang tebal.
Tanah dan batuan lapuk tersebut Bencana Longsor
mengalami kontak langsung dengan Longsor adalah perpindahan
batuan keras (andesit dan breksi andesit) material pembentuk lereng berupa
yang masih segar, sehingga bertindak batuan, bahan rombakan, tanah atau
sebagai bidang gelincir. material laporan bergerak ke bawah atau
Desa Pagerharjo terletak di keluar lereng. Secara geolologis tanah
Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo longsor adalah suatu peristiwa geologi
memiliki luasan 1.069,51 ha dengan luas dimana terjadi pergerakan tanah seperti
lahan permukiman sebesar 351,23 ha jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar
yang terdiri dari 20 dusun, 1.467 keluarga tanah (Nandi, 2007: 6). Thornbury (1969:
dengan jumlah penduduk sekitar 5.111 76) mendefinisikan longsor sebagai
orang. Desa Pagerharjo bertopografi gerakan massa dari rombakan batuan
antara curam-sangat curam dengan yang tipe gerakannya
kelerengan 45 – 80 pada ketinggian rata- meluncur/menggeser (sliding/slipping)
rata 600 – 700 m dpal, suhu udara antara atau berputar (rotational), yang
15 – 30C, dan curah hujan tinggi yaitu disebabkan oleh gaya gravitasi dan
Meita Eka Fitrianingrum, Dina Ruslanjari. Zonasi Rawan Longsor di Desa Pagerharjo… 183

dibedakan dari kelompok lainnya dalam Kecamatan Samigaluh, Kabupaten


hal gerakannya yaitu lebih cepat dan Kulonprogo (Gambar 1).
kandungan airnya lebih sedikit. Ramli Alat yang digunakan dalam
(2010: 96) mendefinisikan longsoran penelitian ini adalah alat tulis, notebook,
sebagai salah satu jenis gerakan massa software ArcGIS 10.1, MS. Office 2007; dan
tanah atau batuan, ataupun percampuran Kamera Digital. Bahan yang digunakan
keduanya, menuruni atau keluar lereng yaitu Peta RBI skala1:25.000 Lembar 1408-
akibat dari terganggunya kestabilan 232 Sendangagung; Peta Tanah,
tanah atau batuan penyusun lereng Penggunaan Lahan, Peta Bahaya Tanah
tersebut. Longsor Kabupaten Kulonprogo masing-
Cook dan Doornkamp (1994: 148) masing skala 1:25.000; Citra Google Earth
menyatakan faktor penyebab longsor tahun perekaman 2016; Kontur Desa
lahan meliputi faktor pasif dan faktor Pagerharjo (format .shp); dan Data Curah
aktif. Faktor pasif mengontrol terjadinya Hujan.
longsor lahan sedangkan faktor aktif Teknik pengumpulan data primer
pemicu terjadinya longsor lahan yang digunakan meliputi observasi
(Thornbury, 1969: 76). Faktor pasif lapangan untuk mengetahui lokasi rawan
meliputi faktor topografi, keadaan longsor, dokumentasi berupa foto, dan
geologis/litologi, keadaan hidrologis, wawancara responden, sedangkan data
tanah, keterdapatan longsor sebelumnya sekunder berupa peta diperoleh dari
dan keadaan vegetasi. Faktor aktif yang BAPPEDA dan BPBD Kabupaten
mempengaruhi longsor lahan Kulonprogo.
diantaranya aktivitas manusia dalam Analisis peta daerah rawan
penggunaan lahan dan faktor iklim. longsor pada penelitian ini dilakukan
Menurut Arsyad (2010: 55) longsor akan dengan menggunakan SIG dengan
terjadi jika terdapat 3 keadaan, yaitu: (1) software ArcGIS 10.1. Terdapat 10 variabel
Adanya lereng cukup curam sehingga sebagai penentu kelas rawan longsor
massa tanah dapat bergerak atau yang pernah digunakan oleh
meluncur dengan cepat ke bawah; (2) Dibyosaputra (1998) dan Sugiharyanto
adanya lapisan kedap air dan lunak di dkk. (2009) yaitu aspek geologi yang
bawah permukaan tanah yang akan meliputi:
menjadi bidang luncur; dan (3) Adanya a. sifat batuan, stratigrafi, struktur
kecukupan kandungan air dalam tanah geologi, kedalaman pelapukan, dan
sehingga massa tanah yang tepat di atas kegempaan;
lapisan kedap menjadi jenuh. b. aspek topografi yaitu kemiringan
Berdasarkan uraian sebelumnya, lereng;
maka tujuan penelitian ini adalah c. aspek tanah meliputi ketebalan solum
memetakan persebaran daerah rawan tanah;
longsor dan mengevaluasi pola ruang d. aspek iklim yaitu intensitas curah
berdasarkan kerawanan longsor di Desa hujan;
Pagerharjo. e. aspek vegetasi yaitu kerapatan
vegetasi, dan penutup lahan;
METODE PENELITIAN f. aspek manusia yaitu aktivitas
Penelitian dilaksanakan pada manusia yang tergambar dalam
Bulan Mei – Agustus 2017, dengan lokasi penggunaan lahan.
penelitian untuk pengamatan dan
pengambilan data di Desa Pagerharjo,
184 Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2018.

Sumber: Hasil Analisis, 2017


Gambar 1. Lokasi Penelitian
Meita Eka Fitrianingrum, Dina Ruslanjari. Zonasi Rawan Longsor di Desa Pagerharjo… 185

Populasi pada penelitian ini adalah dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil
seluruh lahan di wilayah Desa analisis kerawanan longsor di Desa
Pagerharjo, sedangkan sampel penelitian Pagerharjo termasuk dalam kategori
berupa satuan unit lahan yang diperoleh Rawan dan Sangat rawan. Hasil
melalui teknik overlay. Analisis penelitian ini sejalan dengan hasil
ditentukan dari hasil overlay dengan penelitian Sugiharyanto dkk. (2009) yang
penjumlahan harkat variabel dengan menyebutkan bahwa Desa Pagerharjo
rumus: termasuk pada tingkat potensi
𝑐 −𝑏
I= 𝑘 kerentanan longsor lahan tinggi dan
dimana: sangat tinggi. Penjelasan masing-masing
I = interval kelas kelas berdasarkan hasil penelitian adalah
b = jumlah harkat terendah (10) sebagai berikut.
c = jumlah harkat tertinggi (45) a. Kelas Kerawanan Longsor Agak
k = banyak kelas yang diinginkan (5) Rawan
Berdasarkan persamaan Wilayah ini berada pada kisaran
tersebut diperoleh interval kelas sebesar 7 kemiringan mulai dari datar
sehingga diketahui klasifikasi tingkat (kemiringan 0-8%) sampai landai
rawan bencana longsor yang disajikan (kemiringan 8-15%). Kemungkinan
pada Tabel 1. terjadinya longsor pada wilayah ini
termasuk rendah. Luas wilayah yang
HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki kelas kerawanan ini sebesar
Persebaran Daerah Rawan Longsor 62,10 ha atau 5,81% dari luas Desa
Berdasarkan hasil analisis Pagerharjo. Tata guna lahan pada
diperoleh 3 kelas tingkat kerawanan yang wilayah ini merupakan permukiman,
ada di Desa Pagerharjo, yakni agak persawahan, dan kebun campuran.
rawan, rawan, dan sangat rawan. Persebarannya terletak di bagian
Gambaran distribusi spasial tingkat tengah Desa Pagerharjo meliputi
kerawanan Desa Pagerharjo dapat dilihat sebagian besar Dusun Geger Bajing,
pada Gambar 2. Luas masing-masing Ngemplak Barat, Kalirejo Utara serta
kerawanan tanah longsor di Desa sebagian kecil Dusun Kemesu di
Pagerharjo berdasarkan Gambar 2 dapat bagian selatan.

Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Rawan Bencana Longsor


Kelas Kelas Interval Tingkat Rawan Longsor
I ≤ 17 Tidak Rawan
II 18 – 24 Agak Rawan
III 25 – 31 Cukup Rawan
IV 32 – 38 Rawan
V ≥ 39 Sangat Rawan
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Tabel 2. Luas Desa Pagerharjo Berdasarkan Tingkat Kerawanan Longsor
Kelas Kelas Interval Tingkat Rawan Longsor Luas (ha) Persentase (%)
I ≤ 17 Tidak Rawan 0,00 0,00
II 18 – 24 Agak Rawan 62,10 5,81
III 25 – 31 Cukup Rawan 0,00 0,00
IV 32 – 38 Rawan 662,84 61,98
V ≥ 39 Sangat Rawan 344,58 32,22
Jumlah 1069,51 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2017
186 Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2018.

Sumber: Hasil Analisis, 2017


Gambar 2. Peta Kerawanan Tanah Longsor Desa Pagerharjo
Meita Eka Fitrianingrum, Dina Ruslanjari. Zonasi Rawan Longsor di Desa Pagerharjo… 187

b. Kelas Kerawanan Longsor Rawan sangat kecil akan cenderung sering


Wilayah ini berada pada kemiringan terjadi. Selain itu, longsor lama dan
terjal (kemiringan 15-25%) sampai baru masih ada dan aktif akibat curah
dengan sangat curam (kemiringan hujan yang tinggi dan erosi yang
>45%). Kemungkinan terjadinya kuat. Tingkat curah hujan yang lebih
longsor di wilayah ini termasuk tinggi dibandingkan daerah utara
tinggi. Longsor besar maupun kecil juga menyebabkan wilayah ini sangat
dapat terjadi terutama di daerah yang rawan terjadi longsor. Area seluas
berbatasan dengan lembah sungai, 344,58 ha atau 32,22% dari luas Desa
gawir, tebing pemotongan jalan, dan Pagerharjo tergolong dalam kelas
pada lereng yang mengalami kerawanan longsor sangat rawan.
ganguan. Tanah longsor lama masih Tata guna lahan pada wilayah ini
mungkin dapat aktif kembali sebagian besar merupakan
terutama oleh curah hujan yang tegalan/ladang, kebun campuran,
tinggi dalam waktu yang lama dan permukiman, dan sebagian kecil
erosi yang kuat. Kelas kerawanan persawahan. Persebaran lokasinya
longsor pada tingkat rawan memiliki berada di bagian tengah, yakni
area persebaran paling luas Dusun Ngaglik, Ngentak, Sinogo,
dibandingkan kelas lainnya yakni sebagian Dusun Plono Barat, Plono
662,84 ha atau 61,98% dari luas Desa Timur, Sarigono, dan Sebarang, serta
Pagerharjo. Persebarannya berada di bagian tenggara, yakni sebagian
bagian utara Desa Pagerharjo yakni Dusun Mendolo, Beteng, dan
hampir seluruh Dusun Nglinggo Kalinongko.
Barat dan Nglinggo Timur, sebagian
Plono Barat, Plono Timur, Sarigono, Peristiwa longsor yang terjadi di
dan Sebarang, kemudian dibagian Desa Pagerharjo banyak ditemukan di
tengah dan selatan desa yakni Dusun beberapa ruas jalan, seperti kejadian
Kalirejo Selatan, Jetis, Suren, longsor tahun 2016 (Gambar 3). Pada
Ngemplak Timur, sebagian besar beberapa lokasi banyak ditemukan mata
Dusun Kemesu, sebagian Dusun air dan bekas penggalian tebing maupun
Mendolo, Beteng, Kalinongko, pemotongan lereng yang dilakukan
Kalirejo Utara, serta sebagian kecil penduduk. Hal ini menyebabkan
Dusun Ngemplak Barat dan Geger terjadinya pendangkalan lereng bagian
Bajing. Tata guna lahan pada wilayah atas dan di kaki lereng. Kondisi demikian
ini sebagian besar digunakan sebagai akan memudahkan terjadinya aliran
permukiman, kebun campuran, dan permukaan dan penggelinciran tanah,
persawahan. apalagi jika diikuti oleh curah hujan yang
c. Kelas Kerawanan Longsor Sangat cukup tinggi. Dengan demikian, longsor
Rawan yang terjadi di Desa Pagerharjo sebagian
Wilayah ini berada pada kisaran besar dipengaruhi oleh aktivitas manusia
kemiringan lereng terjal (kemiringan dan intensitas curah hujan yang tinggi.
15-25%) sampai dengan sangat curam
(kemiringan >45%). Kelas kerawanan Analisis Tata Ruang
longsor sangat rawan merupakan Kebutuhan ruang di Kabupaten
wilayah yang secara umum memiliki Kulonprogo pada masa mendatang telah
tingkat kerawanan tinggi untuk dirumuskan dalam Rencana Tata Ruang
terjadinya tanah longsor. Tanah Wilayah Kabupaten Kulonprogo Tahun
longsor berukuran besar sampai 2012 – 2032.
188 Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2018.

Sumber: Kuntadi, 2016


Gambar 3. Lokasi Longsor yang Berada di Ruas Jalan Desa Pagerharjo

Hal ini penting dan sangat dibutuhkan memicu terjadinya tanah longsor
sebagai pedoman pembangunan terutama pada wilayah dengan tingkat
Kabupaten Kulonprogo dalam kurun kerawanan pada kelas rawan dan sangat
waktu 20 tahun ke depan hingga tahun rawan. Kawasan yang sudah berupa
2032. permukiman di wilayah kelas sangat
Menurut Yunianto (2011: 42) rawan perlu adanya relokasi karena
sebagai pedoman dalam pemanfaatan dapat membahayakan penduduk yang
ruang dan pengendalian pemanfaatan tinggal di area tersebut. Selain itu, perlu
ruang, rencana tata ruang memiliki adanya upaya mitigasi bencana pada
fungsi yang sangat vital dalam upaya RTRW untuk meningkatkan
pelestarian lingkungan hidup. Oleh perlindungan terhadap kawasan dari
karena itu, rencana tata ruang harus ancaman bencana longsor. Menurut
disusun dengan mempertimbangkan Dardak (2008), upaya-upaya mitigasi
aspek lingkungan hidup secara bencana tanah longsor secara garis besar
proporsional, di samping dapat dibagi menjadi dua kelompok
mempertimbangkan aspek fisik, sosial, besar, yakni hard engineering dan soft
ekonomi, dan pertahanan-keamanan. engineering yang dijelaskan sebagai
Namun, pada kenyataannya dari hasil berikut.
analisis overlay antara peta penggunaan a. Hard engineering adalah
lahan dengan peta kerawanan tanah pembangunan struktur buatan
longsor di Desa Pagerharjo menunjukkan seperti tembok penahan gerakan
bahwa beberapa kawasan permukiman tanah (retaining wall), saluran
berada pada daerah rawan dan sangat drainase untuk mengurangi tingkat
rawan. Penyalahgunaan lahan dapat kejenuhan air dalam tanah, terasering
Meita Eka Fitrianingrum, Dina Ruslanjari. Zonasi Rawan Longsor di Desa Pagerharjo… 189

lahan untuk mengurangi erosi tanah, Desa Pagerharjo. 2017. Profil Desa
penanaman pohon dengan perakaran Pagerharjo Tahun 2017.
kuat pada lereng-lereng curam, dan Kulonprogo.
sebagainya.
b. Sementara soft engineering adalah Dibyosaputro, Suprapto, 1998, Pemetaan
upaya-upaya untuk merekayasa pola Longsor Kabupaten Kulonprogo,
pikir masyarakat agar memiliki Laporan Penelitian, Yogyakarta:
kesadaran yang tinggi dalam Fakultas Geografi Universitas
menerapkan prinsip-prinsip Gadjah Mada.
keberlanjutan dalam pemanfaatan
ruang. Upaya ini antara lain dapat Hardiyatmo, H.C. 2012. Mekanika Tanah 1
dilakukan melalui penyuluhan, Edisi ke Enam. Yogyakarta: Gadjah
penyebarluasan informasi, pelatihan, Mada University Press.
dan sebagainya.
Karnawati, D.. 2005. Bencana Alam
SIMPULAN Gerakan Massa Tanah di Indonesia
Desa Pagerharjo memiliki 3 kelas dan Upaya Penanggulangannya.
kerawanan tanah longsor, yakni agak Yogyakarta: Jurusan Teknik
rawan dengan luas wilayah 62,10 ha Geologi Fakultas Teknik
(5,81%) meliputi 4 dusun di Desa Universitas Gadjah Mada.
Pagerharjo, rawan dengan luas 662,84 ha
(61,98%) merupakan wilayah kelas rawan Muhamud, Nabalegwa. 2000. Soil
yang paling luas meliputi 17 dusun, dan Conservation as an Effort to Attain
sangat rawan dengan luas wilayah 344,58 Sustainable Development in Sermo
ha (32,22%) yang meliputi 10 dusun. Reservoir Catchment Area. Disertasi:
Universitas Gadjah Mada.
REKOMENDASI
Hasil evaluasi pola ruang Nandi. 2007. Longsor. Jurusan Pendidikan
menunjukkan sebagian besar kawasan Geografi. Bandung: FPIPS-UPI.
permukiman terletak pada lokasi rawan
dan sangat rawan sehingga perlu adanya Peraturan Bupati Kulonprogo Nomor 4
relokasi pada permukiman yang berada Tahun 2015 tentang Pedoman
di bawah lereng maupun tebing serta Teknis Penataan Ruang.
adanya upaya mitigasi bencana pada
RTRW untuk meningkatkan Peraturan Daerah Kabupaten
perlindungan terhadap kawasan dari Kulonprogo Nomor 1 Tahun 2012
ancaman bencana longsor. tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kulonprogo
DAFTAR PUSTAKA Tahun 2012 – 2032.
Cook, R.U., dan Doornkamp, J.C. 1994.
Geomorphology in Enviromental Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis
Management – and New Introduction. Manajemen Bencana (Disaster
Amsterdam: Elsevier. Management). Jakarta: Dian Rakyat.

Dardak AH. 2008. Kebijakan Penataan Thornbury, William D. 1969. Principles of


Ruang dalam Pengelolaan Geomorphology. Amerika Serikat:
Kawasan Rawan Bencana Longsor. Departement of Geology Indiana
Jakarta: LSKPI Press. University.
190 Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2018.
Yunianto, Ardi Chandra. 2011. Analisis Sumber Internet
Kerawanan Tanah Longsor dengan Hairi Cipta. 2013. Sumbangan Kampus
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Penanggulangan Bencana.
(SIG) dan Penginderaan Jauh di <http://www.hairicipta.com/2013
Kabupaten Bogor. Institut Pertanian /10/sumbangan-kampus-dalam-
Bogor. penanggulangan. html > (diakses 5
September 2017)
Sugiharyanto, Nursa’ban M., Khotimah,
N. 2009. Study of Landslide Harian Jogja. 2016. Longsor Susulan Saat
Susceptibility in Samigaluh to Efforts Warga Kerja Bakti, Kepala Dusun
the Mitigation of Hazard. Hasil Meninggal Dunia Tertimbun Tanah.
Penelitian Strategis Nasional Batch <http://www.harianjogja.com/ba
I tahun 2009. ca/2016/02/03/tanah-longsor-
kulonprogo-longsor-susulan-saat-
Sumber Jurnal warga-kerja-bakti-kepala-dusun-
Gunadi, S. ,Sartohadi, J., Hadmoko, D.S., meninggal-dunia-tertimbun-tanah-
Hardiatmo H.C., & Giyarsih, S.R. 687639> (diakses 5 September
2004. Tingkat Bahaya Longsor di 2017)
Kecamatan Samigaluh dan Daerah
Sekitarnya, Kabupaten Kulonprogo, Karnawati, D., Maarif, S., Fathani, T.F., &
Provinsi Daerah Istimewa Wilopo, W. 2012. Socio-Technical
Yogyakarta. Makalah Kongres Approach for Landslide Mitigation
MKTI ke V dan Seminar Nasional and Risk Reduction.
Degradasi Hutan dan Lahan. 10-11 <http://iplhq.org/icl/wp-
Desember 2004. Yogyakarta: content/uploads /2013/01/2-4-1-
Pascasarjana UGM. Indonesia-Socio-Technical-
Approach-for-Landslide-Risk-
Reduction. pdf> (diakses 5
September 2017).

Anda mungkin juga menyukai