Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.

Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1. Batasan
Malaria ialah infeksi protozoa, disebabkan oleh sporozoa dari genus Plasmodium.
Ditularkan lewat gigitan nyamuk Anopheles.
2. Etiologi
Ada 4 jenis spesies :
 Plasmodium vivax
 Plasmodium malariae
 Plasmodium falciparum
 Plasmodium ovale
3. Patofisiologi
 Parasit malaria di Indonesia adalah Plasmodium vivax dan Plasmodium
falciparum atau campuran
 Pada saat nyamuk anopheles menggigit manusia, keluarlah sporozoit dan
masuk ke dalam darah dan jaringan hati
 Parasit malaria akan mempengaruhi T CD4+ kemudian mensekresi IL-3
dan meningkatkan aktivasi makrofag. Selain itu limfosit T juga
memproduksi dan mensekresi sitokin-sitokin proinflamtori yaitu IL-1, IL-
6, TNF. Pada infeksi malaria, TNF kadar rendah mempunyai kemampuan
proteksi yaitu menghambat aktivitas parasit, baik dalamstadium hati
maupun darah. Pada kadar tinggi mempunyai sifat patologis yaitu
mengganggu diseritrophoesis dan eritrophagositosis sehingga terjadi
enami, meningkatkan sito adherensi parasit pada endotel vaskuler
sehingga terjadi malaria serebral, bersama-sama dengan sitokin lain
mencetuskan timbulnya gejala lain seperti sakit kepala, demam,
menggigil, mialgia, nausea, trombositopenia, edema paru.
 Interaksi seluler dan molecular yang terjadi antar manusia dan parasit
malaria akan berpengaruh terhadap derajat berat ringannya, invasi eritrosit

1
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

oleh merozoit, perlekatan eritrosit yang terinfeksi skizon pada sel endotel,
resetting sel-sel lain yang tidak terinfeksi skizon sehingga akan
memproduksi sitokin seperti IL-1 dan TNF yang kemudian mengakibatkan
timbulnya proses inflamasi pada berbagai organ.
 Pada permukaan sporozit ditemukan protein circumsporozoit (CS). Pada
imunitas terhadap sporozoit dan antibody stadium pre eritrositik terhadap
protein CS dan sel T CD8+ spesifik protein CS dengan potensial sitotoksik
mempunyai peranan yang penting pada malaria.
 Sel hati yang terinfeksi dapat juga diikatoleh sel T CD8+ spesifik malaria
sehingga dapat melisis target ini dan menghambat parasit melalui
pelepasan sitokin. Sitotoksisitas lebih banyak diperantarai interferon
gamma dan IL-6. Pada tubuh manusia sehubungan dengan penyakit
malaria sebenarnya mempunyai antigen yang disebut Ring Infected
Erythrocyte Surface Antigen (RESA) pada infeksi plasmodium falsifarum
yang identik dengan Pf 155, suatu protein 155 kDa yang mampu
menghadang invasi parasit
 Demam terjadi pada saat sporulasi Dn destruksi eritrosit, diduga akibat
bahan pirogen yang keluar dari eritrosit yang mengalami sporulasi dan
destruksi tersebut.
 Aglutinasi eritrosit intravaskuler terjadi akibat perubahan sifat eritrosit
yang mengandung parasit (mudah melekat satu sama lain) dan
meningkatnya viskositas darah akibat meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler.
 Anoksia sel jaringan orga tubuh terjadi akibat anemia dan aglutinansi
intravaskuler
 Hepatosplenomegali terjadi akibat hipertropi sel RES di dalamnya akibat
meningkatnya fagositosis eritrosit, baik yang mengandung parasit maupun
eritrosit yang telah berubah sifatnya akibat proses imunologi.
 Ikterus terjadi akibat hemolisi eritrosit intravaskuler

2
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

 Anemia pada malaria falsifarum lebih berat disbanding malaria vivaks,


malaria ovale maupun malaria malariae, karena P. falciparum menyerang
eritrosit dari semua umur, P. vivax dan ovale menyerang eritrosit muda
dan P. malariae menyerang eritrosit yang sudah tua.
4. Manifestasi
Masa tua P.vivax dan falciparum antara 10-14 hari P.malariae antara 18 hari
sampai 6 minggu. Pada masa prodomal gejala tidak khas : menggigil, demam,
nyeri kepala, nyeri otot (terutama punggung), nafsu makan menurun dan cepat
lelah.
Gejala khas : serangan berulang pariksismal dari rangkaian gejala menggigil-
demam-berkeringat disusul dengan periode rekonvalesensi. Pada P.vivak
serangan demam terjadi tiap hari ketiga (malaria tertiana), P. falciparum kurang
dari 48 jam (malaria tropika/subtertiana) dan P. malariae tiap 72 jam (malaria
kuartana).
Gejala lainnya : ikterus, anemia, hepatomegali, splenomegali, hipotensi postural,
urobilinuria dan kadang-kadang diare.

3
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

BAB II
PROFIL PASIEN

Nama : Tn. NS
Umur : 19 th
BB : 45 kg
Diagnosa : Malaria
Alasan MRS : Panas 2 bulan, BAK seperti teh + , nyeri epigastrum +
MRS : 2 April 2014 ( Rujukan dari RS lain)
Terapi sebelumnya : RL : D5 (2:2), invomit injeksi, novalgin injeksi, ceftriaxon,
chloroquin -
Anamnese : Pasien pusing sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pusing
terus menerus, cekot-cekot tidak berputar, pusing diikuti mual,
dan nyeri perut sebelah kanan atas. Pasien mengeluh demam,
demam tidak naik turun, terus menerus, tidak didominasi malam
hari, tidak batuk, pilek nyeri tenggorokan, kencing seperti teh 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien tinggal di Jayapura dan
8 hari sebelum masuk rumah sakit berlibur ke surabaya.
Alergi : -

5. Riwayat pasien
2/4 Radiologi : Kesimpulan : cord an pulmo tak tampak kelainan

4
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

Data klinis

April 2014
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
TD 90/40
110/60 110/60 110/40 110/60 100/70 120/40
N 92
RR 20
Suhu 38,5
GCS 456

Data laboratorium

5
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

April 2014
Parameter Normal 3
K 3,8-5 mmol/L
Na 136-144 mmol/L
Cl 97-103 mmol/L
Creatinin serum L: <1,5 mg/dl
GDA 40-121mg/dl
BUN 10-20 mg/dl
Bilirubin total <1,0 mg/dl 20,8
Bilirubin terikat <0,5 mg/dl 12,9
SGOT (AST) <29U/I; 30ºC
SGPT (ALT) <24U/I; 30ºC
Albumin 3,2-4,5 g/dl
Hb L:13,4-17,7 g/dl 9,39
LED L:<15 mm/j 20
Lekosit L:4,7-10,3x10/dl
6500 6380
Hct 35-60 L% 30,3
Eritrosit L:4,33-5,95x10/l 3,45
Trombosit 150-350x10/l 656
MCV 80-93 fl 87,8
MCH 27-31 pg 27,8
MCHC 32-36% 37
HBsAg +(>4)
Anti HAV Negatif
Malaria

Pemeriksaan malaria
Parasit Banyak ditemukan Replikasi negative
Spesies Plasmodium falciparum
Bentuk Ring
Prosentase 13,2 %

Pemeriksaan lainnya
7 April 2014 USG abdomen
Kesimpulan :
early cirosis hepato
hidronefrosis ringan kiri

6
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

pancreas/ginjal kanan tak tampak kelainan

Konsul
Tgl Keterangan
2 April 2014 Advis dr. Vitanata, Sp.PD :
 Kina drip dalam D5% 500 cc selama 4-6 jam
sampai panas turun. Jika masih panas dapat
diulang lagi drip kina
 OMZ 2x1 ampul
2 April 2014 Foto thorak
Kesimpulan : Cord dan pulmo tidak tampak kelainan

BAB III
PROFIL OBAT

Obat Regimen APRIL 2014


2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kina drip 500mg+D5%(drip
4 jam)
Asering:D10 1:2
1:1
OMZ 2x40mg IV
Curcuma 3x1 tab, po
Rob 0-0-1 tab, po
Cloroquin 4 tablet(=600 mg)
2 tablet(=300mg)
Primaquin 1x15 mg po

7
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien NS adalah pria berumur 19 tahun (berat badan 45 kg). Sebelumnya pasien tinggal
di Jayapura. Saat ini didiagnosa malaria. Datang ke rumah sakit dalam keadaan demam,
pusing dan mual. Dari hasil pemeriksaan malaria diketahui kasus ini adalah malaria
dengan P.falsifarum tanpa komplikasi.
Tujuan terapi malaria ialah mengeradikasi infeksi dalam 48-72 jam dan menghindari
komplikasi seperti hipoglikemia, pulmonary edema, gagal ginjal.
Analisa hasil laboratorium
Terjadinya kenaikan SGOT dan SGPT karena terjadi terjadi kerusakan sel hati, karena
hepatosit terlalu banyak bekerja memfagositosit eritrosit.
Hipoalbumin terjadi karena sel hati tidak dapat berfungsi dengan maksiml dalam
memproduksi albumin.
Pasien mengalami anemia yang ditandai dengan nilai Hb yang rendah (9 g/dl pada
tanggal 10 April 2014), kadar eritrosit yang rendah (mencapai 3,45 x10/l) dan HCT yang

8
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

rendah(mencapai 29,4 %). Anemia terjadi karena P. falsifarum menyerang eritrosit yang
sudah tua.

Terapi malaria
Pada serangan malaria tanpa komplikasi, yang direkomendasikan ialah kloroquin 600 mg
diikuti 300 mg 6 jam kemudian lalu 300 mg / hari selama 2 hari. Pada kasus yang parah
dan pasien tidak bisa meminum obat oral dapat digunakan quinidine 10 mg/kg sebagai
loading dose (maks 600 mg). Pada kasus ini pasien menerima kina dihidroklorida 500 mg
dalam dextrose 5% 500 ml diberikan secara drip selama 4 jam. Pemberian diulang setiap
8 jam. Setelah minum obat oral memungkikan dilanjutkan dengan pemberian kloroquin
sulfat.
Terapi malaria P. falsiparum tanpa komplikasi sensitive kloroquin ialah
 Kloroquin 10 mg/kgBB kemudian diikuti dengan pemberian :
 Kloroquin 5 mg/kgBB pada 12 jam, 24 jam dan 36 jam kemudian diikuti dengan
pemberian :
 Atau kloroquin 10 mg/kgBB pada 24 jam dan 5 mg/kg pada 48 jam.
 Untuk mencegah terjadinya relaps pada penderita maka diberikan primaquin 1
tablet / hari selama 14 hari. Pemilihan dan penentuan dosis primaquin sudah
sesuai.
Pemberian terapi malaria pasien ini sudah tepat.

Terapi cairan
Pada kasus malaria dengan menggunakan kina kemungkinan dapat terjadi timbulnya
hipoglikemia akibat adanya hiperinsulinemia. Maka pemberian cairan infuse yang sesuai
dextrose 5% atau 10%. Cairan infuse yang diterima pasien ialah dextrose 10%, maka
pemilihan cairan infuse sudah sesuai.

Terapi hepatoprotektor

9
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

Hepatosplenomegali terjadi akibat hipertropi sel RES didalamnya akibat meningkatnya


fagositosis eritrosit , baik eritrosit yang mengandung parasit ataupun yang telah berubah
sifatnya. Pemberian curcuma dapat menjadi hepatoprotektor bagi sel hati. Diharapkan
kerusakan sel hati tidak semakin parah. Dosis yang direkomendasikan ialah 3x 1-2 tablet.
Dosis curcuma yang diterima pasien sudah sesuai.

Terapi mual
Pasien mengeluh mual. Untuk perlu diturunkan produksi asam lambung. Penurunan asam
lambung sebaiknya tidak menggunakan omeprasole. Omeprasole akan mengeblok proton
pump sehingga asam lambung akan tidak diproduksi secar total. Tetapi sebaiknya
menggunakan ranitidin saja. Maka pemberian omeprasole kurang tepat. Omeprasole
digunakan jika ranitidine tidak mampu.

DRP Keterangan
Pemilihan obat tidak tepat Untuk tujuan menurunkan asam lambung
sebaiknya menggunakan ranitidine, bukan
omeprasole.
Ada indikasi tidak ada terapi Pasien mengalami hiperpireksia sebaiknya
perlu mendapatkan antipiretik, seperti
paracetamol ataupun tindakan kompres

10
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

BAB V
MONITOR DAN INFORMASI

Obat Monitoring dan informasi


Kina Memonitor terjadinya hipoglokemia
Cairan infus Monitor tanda-tanda overhydrasi karena akan dapat
menyebabkan resiko edema paru
Kina injeksi Menginformasikan pada perawat tentang pelrut yang kompatibel
dengan kina injeksi.

11
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

o Malaria merupakan penyakit yang banyak berkembang diaerah tropic


dimana semakin hari semakin meningkat.
o Perlu dilakukan pemantauan dalam perawatan pasien malaria karena
kemungkinan besar dapat terjadi komplikasi yang lebih berat seperti gagal
ginjal, hipoalbumin, hipoglikemia ataupun kejang

12
Laporan Praktek Kerja Lapangan RSU dr.Soetomo Surabaya
Program Studi Magister Farmasi Klinik
Universitas Airlangga 2013

BAB VII
PUSTAKA

Pedoman Diagnosa dan Terapi. Bag/SMF Ilmu Penyakit Dalam Edisi III, 2008,
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya
AHFS Drug Information 2004 by Gerald K. McEvoy (Editor)  Publisher: Amer Soc
of Health System; (December 2003)
Handbook of Pathophysiology (January 15, 2001): by Springhouse Corporation,
With 13 Contributors, Springhouse
British National Formulary 52

13

Anda mungkin juga menyukai