Anda di halaman 1dari 9

NAMA : RIZAL WAHYU ADITYA

NRP : 52164111566
PRODI : TAK A
TUGAS MANAJEMEN USAHA PEMBENIHAN
1. Proposal Pembenihan Gurami
Gurami walaupun dikenal sebagai ikan yang lambat pertumbuhanya, ikan ini tetap
dikenal sebagai primadona ikan konsumsi karena harganya cukup tinggi. Gurami
(Osphronemous gourami) merupakan jenis ikan air tawar konsumsi yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi (Sendjaja et al., 2015).
2. Perencanaan Produksi Pembenihan Gurami meliputi:
a. Persiapan Kolam
Menurut Jangkaru (2007), kolam harus dikeringkan terlebih dahulu, selain untuk mematikan
bibit hama dan penyakit, juga untuk memberikan rangsangan bau sangit pada induk-induk
gurami.
Pada saat pengeringan, pematang kolam diperbaiki dengan membabat rumput yang
masuk ke kolam agar diketahui kebocoran pematang. Kebocoran pematang bisa
menyebabkan benih ikan berenang dan akan hanyut terbawa aliran air.
Kolam pemijahan setelah dikeringkan siap diisi air dengan kualitas yang baik yaitu jernih,
tidak berwarna, tidak berbau dan terbebas dari hama serta bibit penyakit. Ketinggian air
kolam kurang lebih 0,75-1 meter.
Kolam pemijahan yang telah terisi air kemudian dibiarkan minimum 4 hari. Selama itu,
dilakukan pemasangan kerangka sarang sebagai tempat untuk meletakan bahan pembentuk
sarang. Kerangka ini dapat berupa ”sosog”, ranting-ranting pohon atau kayu dan bambu
yang cukup ditancapkan. Sebagai tempat sarang dapat pula dilakukan pembuatan lubang-
lubang di dinding pematang kolam. Kerangka sarang ini diletakan dipinggir dan ditengah
kolam.
b. Seleksi Induk
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk menghasilkan induk gurami yang
berkualitas prima. Syarat-syarat tersebut meliputi umur dan keadaan fisik ikan. Umur induk
betina yang baik antara 3 – 7 tahun. Untuk induk jantan, umurnya antara 2 – 3 tahun.
Semakin tua dari umur yang telah ditetapkan tersebut, Semakin sedikit produksi telur dan
sperma yang dihasilkan oleh gurami.
c. Perawatan induk
Hal-hal yang paling utama dilakukan dalam upaya perawatan induk yakni pemberian
pakan. Pakan untuk induk berupa daun talas, seekor induk rata-rata menghabiskan sehelai
daun talas tiap harinya. Air kolam harus dijaga kebersihannya agar tidak mengganggu
kesehatan induk ikan gurami tetap terjaga. Suasana disekitar kolam diusahakan jangan terlalu
ramai agar induk tidak terganggu dan merasa nyaman saat ada dikolam pemeliharaan induk,
serta kolam persiapan induk juga diusahakan harus terbebas dari hama pengganggu (Tirta
dan Riski, 2002).
d. Pemijahan
Menurut Tirta dan Riski (2002), induk yang akan memijah biasanya akan saling berkejar-
kejaran terlebih dahulu. Selanjutnya kedua induk akan berdampingan. Apabila pasangannya
sudah siap melangsungkan pemijahan maka induk jantan akan membuat sarang. Setelah
sarang terbentuk maka proses pemijahan akan berlangsung. Kedua induk akan melekukkan
badannya lalu saling melilit. Selanjutnya induk betina akan mengeluarkan telur. Telur akan
berhamburan dan melayang-melayang di air. Induk jantan akan memunguti telur-telur itu
dengan mulutnya dan memasukkanya kedalam sarang. Dalam satu kali peneluran, tergantung
kondisinya, seekor induk betina akan menghasilkan 2.000 – 40.000 butir telur dan dalam satu
tahun seekor induk betina akan bertelur 2 – 3 kali. Telur didalam sarang akan dibuahi oleh
induk jantan dengan cara menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut.
Menurut Khairuman dan Khairul (2003), keberhasilan proses pemijahan dapat
diamati, yakni dengan memperhatikan keadaan kolam sekitar sarang. Jika didaerah tersebut
tercium bau amis disertai dengan munculnya bintik-bintik minyak dipermukaan air berarti
telah terjadi proses pemijahan. Proses pemijahan akan berlangsung terus-menerus hingga
telur induk betina habis. Biasanya, proses ini membutuhkan waktu 2 – 3 hari. Jika pemijahan
telah selesai, sarang yang semula terbuka akan ditutup oleh induk jantan sehingga bentuknya
menjadi bulat.
e. Penetasan Telur
Dalam kondisi alamiah, telur-telur dalam sarang akan menetas dalam waktu 30 – 36 jam.
Setelah menetas anak ikan (larva ikan) masih tetap tersimpan dalam sarang. Menurut
Jangkaru (2007), penetasan telur gurami dapat dilakukan dalam kolam pemijahan, kolam
penetasan, sawah, paso, maupun baskom (bak plastik).

f. Pemeliharaan Larva
Menurut Jangkaru (2007), fase larva merupakan masa kritis dalam daur hidup ikan
sehingga tingkat kematian atau mortalitas pada fase ini sangat tinggi. Banyak faktor yang
menyebabkan tingkat mortalitas pada fase larva menjadi tinggi. Faktor penyebab tersebut
dapat digolongkan dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari proses
perkembangan biologi larva itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal antara lain penyakit,
hama, kualitas air, cuaca dan pakan.
g. Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan
Pakan alami merupakan menu utama selama tahap awal benih ikan, termasuk gurami.
Jenis pakan alami yang mudah diperoleh dan umum dipakai antara lain daphnia, moina,
cacing sutera. Pakan alami dapat ditambahkan sebagai makanan ekstra atau menggantikan
sebagai makan buatan. Jika pakan alami berfungsi sebagai pengganti ransum pakan buatan
maka perbandingan yang disarankan adalah 50 – 75% pakan alami dan 25 – 50% pakan
buatan. Pemberian pakan alami yang efektif pada hari ke-sepuluh setelah telur menetas.
h. Pengelolaan Kualitas Air
Hama yang akan menyerang diantisipasi dan ditanggulangi dengan penggunaan sumber air,
seperti mata air, sumur bor, atau air hujan yang relatif bebas hama. Kualitas air untuk
pemeliharaan larva atau benih gurami harus memenuhi beberapa persyaratan karena air yang
kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Kualitas air yang optimum
untuk pemeliharaan benih gurami.
a) Kandungan oksigen dan karbondioksida, pada usaha intensif, kandungan oksigen
yang baik antara 4 – 6 mg/liter, sedangkan kandungan karbondioksida kurang dari 5
mg/liter.
b) Derajat keasaman (pH), pH yang baik untuk budidaya gurami adalah dikisaran 5 – 9.
c) Suhu, gurami akan tumbuh optimal pada kisaran suhu 25° – 28°C.
d) Senyawa beracun, senyawa beracun yang berbahaya bagi kehidupan gurami adalah
amoniak. Pada kisaran 0,1 – 0,3 mg/liter konsentrasi kandungan amoniak dapat
menyebabkan kematian pada gurami.
e) Kekeruhan atau kecerahan, tingkat kekeruhan air pada suatu perairan dapat diamati
menggunakan secchi disk (pengukur kecerahan air).

i. Pemasangan Aerasi
Larva dan anak ikan sangat peka terhadap kekurangan oksigen. Kondisi tersebut
disebabkan oleh alat pernafasan yang belum terbentuk secara sempurna. Untuk memasukkan
oksigen kedalam air dapat dilakukan dengan menggunakan aerator, blower, atau injection.
j. Penyiponan dan Penggantian air
Menurut Tirta dan Riski (2002), air dalam akuarium harus selalu diganti. Frekwensi
penggantian air dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Untuk anak gurami
yang mulai besar dengan ukuran diatas 1,5 cm, penggantian air dilakukan pada sore dan
malam hari.
Penggantian air ini dilakukan untuk mengganti air yang telah kotor karena sisa pakan dan
kotoran dari benih ikan. Volume air yang diganti sebanyak ¼ bagian dari volume air dalam
Akuarium. Pada saat penggantian air, kotoran yang berada didasar akuarium dibersihkan
dengan cara disipon menggunakan selang plastik kecil yang berdiameter 5 ̶ 10 mm. Pada
ujung selang diberi kain kasa agar ikan tidak tersedot keluar.
Penyiponan dilakukan sampai air berkurang kurang lebih ¼ bagian dari volume air dalam
akuarium. Pengurangian air dengan proses penyiponan yang hanya sebanyak ¼ bagian air
dari dalam akuarium adlah untuk mencegah terjadinya perubahan faktor fisik dan kimiawi air
dalam akuarium. Apabila air yang diganti terlalu banyak maka dikhwatirkan ikan akan stres
karena sifat fisik dan kimia air baru belum tentu cocok untuk ikan tersebut.
k. Monitoring Pertumbuhan
Agromedia (2007), berpendapat setelah telur menetas, larva dapat dipelihara dicorong
penetasan sampai umur enam hari. Jika penetasan dilakukan di akuarium perlu dilakukan
pergantian air selama pemeliharaan, dengan kualitas air pada suhu 29 – 300c dan pH 6,5 –
8,0. Pakan mulai diberikan saat larva berumur 5 – 6 hari, pakan yang diberikan berupa cacing
sutra kering, artemia, dan kutu air berupa miona atau daphnia, dengan frekuensi pakan 4 – 5
kali sehari, sebanyak 2 sendok makan untuk 100 ekor larva setiap pemberian. Larva ini
selanjutnya dipelihara hingga menjadi benih.
l. Panen
Menurut Tirta dan Rizki (2002), pemanenan benih tergantung dari permintaan konsumen.
Hampir semua ukuran benih gurami mendapatkan permintaan dari konsumen. Adapun
ukuran secara rinci dari masing-masing benih yaitu.
a) Larva, adalah telur gurami yang baru menetas, umumnya 1 – 12 hari.
b) Biji oyong, kuaci, atau gabah, adalah sebutan benih gurami dari menetas sampai umur
30 hari.
c) Kuku, adalah sebutan benih gurami yang mempunyai panjang 1 – 2,5 cm.
d) Silet, adalah sebutan benih gurami yang mempunyai ukuran 2,5 – 4 cm.
e) Bungkus korek api, adalah sebutan untuk benih gurami yang mempunyai ukuran 4 ̶ 6
cm.
f) Bungkus kaset atau bungkus rokok, adalah sebutan untuk benih gurami yang
mempunyai ukuran 12 ̶ 15 cm.
g) Tampelan atau garpit, adalah sebutan untuk ukuran benih gurami yang mempunyai
ukuran 5 ̶ 7 ekor/kg.
m. Pengemasan
Pengemasan merupakan satu tahap pasca panen yang juga menentukan keberhasilan
dalam rangkaian usaha pembenihan. Cara pengemasan yang benar akan memperkecil tingkat
kematian benih, terutama dalam pengangkutan ke tempat konsumen (Tirta dan Riski 2002).
2. Perhitungan Analisis Usaha Pembenihan Gurami
Analisis usaha pembenihan gurami dibuat dengan beberapa asumsi sebagai berikut:
a) Satu kali periode panen berlangsung selama 70 hari
b) Induk yang digunakan sebanyak 2 jantan dan 10 betina
c) Masa produksi induk berlangsung antara 4-5 tahun
1. Biaya investasi
2. Biaya Operasioanl

Biaya produksi dalam usaha pembenihan gurami terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
TC = TEC + TIC
= 110.541,00. + 46.265,75. = Rp.156.806,75.
Jadi besarnya usaha pembenihan gurami dengan luas lahan 20 m2
adalah sebesar Rp 156.806,75.
a) Penerimaan
Penerimaan yang diperoleh merupakan hasil kali dari produksi (Q) yang diperoleh
dengan harga jual (P) pada waktu panen. Penerimaan dapat di hitung menggunakan
rumus:
TR = Q x P52
= 3959 x 369
= Rp. 1.460.871,00.
Jadi penerimaan usaha pembenihan gurami di desa Kaliurip dengan luaslahan 20 m 2
adalah Rp. 1.460.871,00.
b) Pendapatan
Pendapatan adalah hasil pengurangan total penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
secara nyata atau biaya operasional dalam satuan rupiah. Penerimaan adalah hasil benih
gurami sedangkan pengeluaran adalah biayayang dikeluarkan selama proses produksi.
NR = TR – TEC
= Rp. 1.460.871,00. 110.541,00.
= Rp. 1. 350.330,00
Jadi pendapatan usaha pembenihan gurami dengan luas kolam 20 m2 adalah sebesar Rp.
1. 350.330,00.
c) R/C Ratio
R/C adalah singkatan dari Revenue Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan
antara penerimaan dan biaya.
R/C = TR / TC
= Rp 1.460.871,00 / Rp.156.806,75.
= Rp 9,31
Nilai R/C rasio sebesar 9,31 menunjukkan bahwa usaha pembenihan gurami satu kali
periode produksi (3 bulan) tersebut sudah menguntungkan karena Rp. 1,00 modal yang
digunakan akan mendapatkan penerimaan sebasar Rp 9,31.
d) BEP Produksi
Perhitungan Break Event Point (BEP) produksi dapat dihitung menggunakan
rumus:
TC
BEP Produksi:
P
156.806,75
:
3959
: 39,60
Berdasarkan perhitungan BEP produksi maka pembenihan gurami layak untuk
dikembangkan karena produksi lebih besar dari BEP produksi, yaitu 3.959 ekor
dibanding 39,60 dibulatkan 40 ekor.
e) BEP Harga
Perhitungan BEP harga dihitung menggunakan rumus :
TC
BEP Harga:
Y
156.806,75
:
369
: 425

Berdasarkan perhitungan BEP harga maka pembenihan gurami layak untuk


dikembangkan karena harga yang diterima lebih besar dariBEP harga, yaitu Rp 425,00
dibanding Rp 369,00.

4. Pengertian B/C Ratio, IRR, NPV, dan PP


a) B/C Ratio
B/C ratio atau Benefit and Cost Ratio adalah salah satu konsep yang bisa
digunakan untuk menentukan kelayakan dari sebuah usaha. Pada umumnya B/C ratio
dimanfaatkan didalam menetukan kelayakan dari sebuah usaha yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat umum. B/C ration juga menyatakan tiap investasi yang
ditanamkan.
b) IRR
IRR berasal dari bahasa Inggris Internal Rate of Return disingkat IRR yang
merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek/investasi dapat
dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih besar daripada laju
pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank,
reksadana dan lain-lain).
IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau tidak,
untuk itu biasanya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi
dari Minimum acceptable rate of return atau Minimum atractive rate of return. Minimum
acceptable rate of return adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang
berani dilakukan oleh seorang investor.
c) NPV
NPV (Net Present Value) merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan
yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai
diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa
yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan
data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan
manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.
d) PP
Payback period adalah periode pengembalian dalam penganggaran modal
mengacu pada waktu yang diperlukan untuk mengganti dana yang dikeluarkan dalam
investasi, atau untuk mencapai titik impas.

Anda mungkin juga menyukai