TESIS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu
Keperawatan
Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas kasih dan penyertaanNya sehingga
saya dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh pemberian stimulasi
auditori-visual-taktil-kinestetik terhadap perkembangan perilaku neonatus
prematur di ruang perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta”.
Penyusunan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Magister Ilmu Keperawatan dengan kekhususan keperawatan
anak.
Saya menyadari bahwa banyak pihak telah terlibat dan membantu saya dalam
penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
Semoga hasil penelitian saya yang tertulis dalam tesis ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan anak.
Penulis
vi
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 8 Juli 2010
Yang menyatakan
vii
Abstrak
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi auditori-
visual-taktil-kinestetik terhadap perkembangan perilaku neonatus prematur di
ruang perinatologi RSCM Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian quasi
experiment dengan disain one group pre and post test. Sampel penelitian
berjumlah 18 responden. Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan
antara perilaku neonatus prematur sebelum dan setelah diberi stimulasi (p =
0,0005). Hasil seleksi bivariat menunjukkan bahwa usia gestasi, berat badan lahir
dan jenis kelamin bukan merupakan faktor perancu pada perilaku neonatus
prematur setelah diberi stimulasi. Hipotesis berupa adanya pengaruh pemberian
stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik terhadap perkembangan perilaku
neonatus prematur dapat dibuktikan dalam penelitian ini.
ix Universitas Indonesia
Abstract
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Tahap perkembangan psikoseksual dan psikososial pada anak …... 14
Tabel 5.5 Korelasi usia gestasi dengan perilaku neonatus prematur setelah
stimulasi 48
Tabel 5.6 Korelasi berat badan lahir dengan perilaku neonatus prematur
setelah stimulasi 48
xii
xiii
xiv
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian.
Usia gestasi yang belum cukup mengakibatkan sistem organ tubuh pada
neonatus masih belum sempurna sehingga neonatus akan mengalami
kesulitan beradaptasi terhadap kehidupan di luar uterin. Bayi lahir prematur
sangat berisiko untuk mengalami permasalahan kardiopulmonal, respiratori,
gastrointestinal, otak, hiperbilirubinemia dan imunitas (Medoff-Cooper et al,
2005; Raju et al, 2006 dalam Winchester et al, 2009) yang mengakibatkan
rentan mortalitas. Kondisi tidak stabil ini membutuhkan perawatan stabilisasi
dan resusitasi di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Perawatan di NICU
mengakibatkan bayi mengalami berbagai tindakan invasif, rawat inkubasi
dan perpisahan sementara dengan orang tua terutama ibunya yang
mengakibatkan ikatan kasih sayang ibu – anak terganggu (Sanders &
Buckner, 2006). Lingkungan luar uterin pertama yang dialami neonatus
prematur adalah NICU, yang sangat berbeda dengan lingkungan neonatus
cukup bulan.
Interaksi yang terjadi secara terus menerus antara anak dan lingkungannya,
akan menentukan perkembangan perilaku anak (Bowden, Dickey &
Greenberg, 1998). Menjalani perawatan di NICU, mendapatkan tindakan
invasif, serta mengalami perpisahan dengan ibu merupakan stressor yang
cukup besar bagi neonatus prematur dan memiliki dampak jangka panjang
Universitas Indonesia
Nyeri karena tindakan invasif yang dialami oleh bayi prematur sejak lahir
ternyata juga berkontribusi terhadap perubahan perkembangan sistem nyeri,
perilaku, kognisi dan pembelajaran saat di masa kanak-kanak nanti (Grunau,
Weinberg & Whitfield, 2004). Penelitian jangka panjang pada anak dengan
riwayat lahir prematur menunjukkan terdapat risiko lebih besar menderita
penyakit kronis; cerebral palsy; gangguan perkembangan motorik, visual
dan auditori serta gangguan perkembangan perilaku dan kognitif, yang dapat
mempengaruhi kemampuan akademik mereka saat usia sekolah dan remaja
(Reijneveld et al, 2006). Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Hawthorne
(2005), bahwa bayi yang lahir sangat prematur akan mengalami gangguan
sosial; kognitif; linguistik dan perilaku; serta penurunan auditori, visual dan
perkembangan neurologi.
Perilaku neonatus risiko tinggi berbeda dengan neonatus cukup bulan yang
sehat dan perbedaan ini mempengaruhi proses interaksi bayi dengan
pengasuhnya (Brazelton & Nugent, 1995). Neonatus yang lahir cukup bulan
dan sehat akan mampu beradaptasi dengan lingkungan di luar uterin, relatif
cepat membentuk kontrol perilaku dan status fisiologis tubuh setelah proses
Universitas Indonesia
kelahiran (D’Apolito, 1991 dalam Brazelton & Nugent, 1995). Selain itu
neonatus cukup bulan juga menunjukkan pergerakan yang baik, status tidur
dan bangun yang jelas serta memiliki energi yang cukup untuk melakukan
interaksi. Sedangkan neonatus prematur belum memiliki kemampuan fungsi
fisiologis dan perilaku yang sesuai. Neonatus prematur sangat mudah
terstimulasi secara berlebihan sementara isyarat perilaku yang mereka
berikan sulit dimengerti oleh pengasuhnya. Neonatus ini kesulitan untuk
beradaptasi terhadap stimulus lingkungannya dengan menunjukkan
disorganisasi fisiologis seperti perubahan warna kulit, peningkatan usaha
nafas, regulasi suhu tubuh yang buruk, belum sempurnanya fungsi digestif
dan organ tubuh, kondisi tidur yang buruk, kesulitan membentuk suatu
kebiasaan, serta bermasalah dalam mempertahankan postur tubuh dan
suasana relaks.
Universitas Indonesia
Stimulasi ini bersumber pada teori kognitif Piaget, yang menyatakan bahwa
neonatus berada pada tahap sensorimotorik sehingga stimulus yang diberikan
seharusnya berfungsi untuk memacu perkembangan sensorimotorik
neonatus. Pada tahap ini neonatus mempelajari diri sendiri dan lingkungan
melalui aktivitas sensorik dan motorik (Papalia, Olds & Feldman, 2002).
Pretorius, Naud & Van Vuuren (2002) menyatakan bahwa kematangan dan
perkembangan kognitif yang optimal tergantung pada persepsi auditori,
visual dan taktil-kinestetik. Stimulasi auditori dan visual akan membantu
meningkatkan akurasi koordinasi auditori-visual pada neonatus (Santrock,
1998). Stimulasi auditori dan visual membentuk persepsi sensori yang akan
membantu neonatus mempelajari lingkungannya sehingga neonatus dapat
mengeksplorasi lingkungan. Sedangkan stimulasi taktil-kinestetik terbukti
dapat memfasilitasi pertumbuhan dan pengaturan perilaku neonatus, bahkan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
adalah sebagai berikut : bayi dengan gestasi < 28 minggu sebanyak 1%,
gestasi 28-30 minggu sebanyak 2%, gestasi 31-32 minggu sebanyak 3%,
gestasi 33-34 minggu sebanyak 5% dan gestasi 35-36 minggu sebanyak 9%.
Pada bulan Juli 2008 sampai Juli 2009 terdapat 2.595 bayi yang lahir di
RSCM dimana 3,04% dari jumlah itu (790 bayi) lahir prematur (Roeslani,
2009). Peneliti belum menemukan adanya penelitian di Indonesia tentang
pengaruh stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik terhadap perkembangan
perilaku neonatus. Peneliti juga belum menemukan data tentang penerapan
stimulasi ini sebagai bagian dari asuhan keperawatan neonatus di berbagai
rumah sakit di Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
pengaruh pemberian stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik terhadap
perkembangan perilaku neonatus prematur di RSCM Jakarta.
Universitas Indonesia
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik
terhadap perkembangan perilaku neonatus prematur di ruang
perinatologi RS Cipto Mangunkusumo.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui karakteristik neonatus prematur di ruang
perinatologi RSCM (usia gestasi, berat badan lahir, jenis
kelamin dan usia saat pengkajian).
1.3.2.2. Untuk mengetahui perilaku neonatus prematur sebelum dan
setelah dilakukan stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik di
ruang perinatologi RSCM.
1.3.2.3. Untuk mengetahui perbedaan perkembangan perilaku
neonatus prematur sebelum dan setelah dilakukan stimulasi
auditori-visual-taktil-kinestetik di ruang perinatologi RSCM.
1.3.2.4. Untuk mengetahui hubungan usia gestasi, berat badan lahir
dan jenis kelamin terhadap perkembangan perilaku neonatus
prematur.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang konsep neonatus prematur, konsep perkembangan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi, teori perkembangan anak, model sistem
perilaku Johnson, intervensi keperawatan berupa stimulasi auditori-visual-taktil-
kinestetik dan kerangka teori.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kelahiran prematur dapat disebabkan oleh faktor ibu dan faktor janin (Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2005). Faktor ibu berupa penyakit,
usia ibu dan keadaan sosial ekonomi. Penyakit yang dapat menyebabkan
prematuritas adalah penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan,
misalnya toksemia gravidarum dan perdarahan antepartum, ataupun penyakit
lain seperti diabetes melitus, infeksi akut atau adanya tindakan operasi saat
hamil. Angka kejadian prematuritas tertinggi terjadi pada ibu yang berusia
dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antar kelahirannya
terlalu dekat. Kejadian prematuritas terendah adalah pada ibu usia 26-35
tahun. Keadaan sosial ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya
prematuritas, dimana kejadian tertinggi terjadi pada golongan sosial-
ekonomi rendah. Sedangkan faktor janin dapat berupa kehamilan
hidramnion, yang selain mengakibatkan prematuritas juga mengakibatkan
berat badan lahir rendah.
Universitas Indonesia
rentan terhadap kelainan rangsang sensorik atau sosial, yang disebabkan oleh
lamanya masa isolasi dan terbatasnya hubungan dengan lingkungan selama
perawatan. Atas dasar ini dalam perawatan neonatus prematur sekecil apa
pun dianjurkan partisipasi ibu, sejauh aspek perawatan memungkinkannya
(Markum, 2002).
Universitas Indonesia
yang terakhir adalah masa kanak-kanak akhir (usia 11-18 tahun) yang terbagi
menjadi masa prapubertas (10-13 tahun) dan masa remaja (13-18 tahun).
Universitas Indonesia
Tabel 2.1.
Tahap perkembangan psikoseksual dan psikososial pada anak
2.3.1.1.Teori Psikoseksual
Teori psikoseksual dikembangkan oleh Sigmund Freud (1856-
1939), seorang dokter spesialis neurologi. Freud berpendapat
bahwa manusia ingin mengalami kesenangan fisik sejak dari
lahir. Freud juga berkeyakinan bahwa setiap orang lahir
dengan tuntutan biologis yang harus diarahkan supaya orang
tersebut bisa hidup dalam masyarakat. Sumber
ketidakseimbangan emosional individu terletak pada
pengalaman traumatis masa kanak-kanak. Freud mengatakan
bahwa kepribadian dibentuk pada masa kanak-kanak, dimana
anak-anak menghadapi berbagai konflik antara dorongan
naluri dengan tuntutan hidup bermasyarakat (Papalia, Olds &
Feldman, 2002).
Universitas Indonesia
Tabel 2.2
Perkembangan psikoseksual pada anak
No Tahap Perkembangan
Kesenangan anak berpusat pada area sekitar
mulut, misalnya : menghisap, menggigit,
1 Oral
mengunyah. Tindakan-tindakan ini
mengurangi ketegangan pada anak.
Kesenangan anak terkait dengan anus atau
2 Anal fungsi eliminasi terkait anus. Gerakan melatih
otot anus mengurangi ketegangan pada anak.
Kesenangan anak berfokus pada area genital
3 Falik dimana anak menemukan suatu manipulasi
diri yang menyenangkan.
Anak menekan semua ketertarikan akan
4 Latensi seksualitas dan mulai mengembangkan
keterampilan sosial dan intelektual.
Ketertarikan seksual anak muncul kembali
tetapi sumbernya berasal dari seseorang di luar
keluarga. Jika anak remaja mampu
menyelesaikan konflik dengan orang tuanya,
5 Genital
maka remaja tersebut akan mampu
mengembangkan hubungan percintaan yang
matang dan dapat berfungsi sebagai orang
dewasa yang mandiri.
Sumber : Santrock (1998). Child development, 8th edition.
Universitas Indonesia
2.3.2.2.Teori Psikososial
Teori psikososial dikembangkan oleh Erik Erikson (1902-
1994). Teori ini menekankan bahwa aspek perkembangan
psikologis dan sosial lebih penting daripada aspek fisik dan
biologis (Kail, 2001). Erikson mengemukakan 5 tahap
perkembangan anak dimana setiap tahapan memiliki tugas
perkembangan tertentu yang menghadapkan individu pada
suatu krisis. Perkembangan yang sehat terjadi jika anak
mampu menyelesaikan krisis dengan baik. Erikson
menyatakan bahwa tahap awal perkembangan psikososial
adalah pondasi bagi perkembangan selanjutnya.
Tabel 2.3
Perkembangan psikososial pada anak
Universitas Indonesia
Tabel 2.4
Tahap perkembangan kognitif pada anak
Universitas Indonesia
Tabel 2.5
Tahap perkembangan sensorimotorik pada anak
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pengertian perilaku dalam model Johnson ini adalah hasil dari struktur
intraorganismik yang berproses secara koordinasi dan artikulasi serta
berespon terhadap perubahan stimulus sensorik. Sistem menurut Johnson
adalah semua hal yang berfungsi sebagai suatu kesatuan dari setiap bagian
yang saling tergantung. Maka sistem perilaku menekankan cara perilaku
yang memiliki pola, berulang dan mempunyai tujuan. Sistem perilaku ini
memiliki 7 subsistem yang saling berhubungan, yaitu (1) attachment –
affiliative, (2) dependency, (3) ingestive, ( 4) eliminative, (5) sexual, (6)
achievement, dan (7) aggressive – protective.
Universitas Indonesia
Sumber : Tomey & Alligood [2006]. Nursing Theorists and Their Work
Gambar 2.1
Model sistem perilaku Dorothy E. Johnson
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 2.6
Perkembangan daya lihat pada bayi
No Umur Perkembangan
a. Ketajaman penglihatan 20/300
b. Tampak nistagmus
c. Sadar terhadap stimulus visual pada jarak 20-
1 0 – 2 minggu 30 cm
d. Pupil membesar
e. Kelenjar air mata mulai berfungsi
a. Mata dan kepala mengikuti benda sampai
sudut 90°
b. Kurang memperhatikan stimulus pada jarak
2 2 – 4 minggu 60 cm
c. Berkedip merupakan tanda neonatus
mengenali suatu benda
a. Sadar akan benda bergerak
b. Kepala dan mata mengikuti benda pada sudut
180°
3 6 – 12 minggu c. Tertarik pada benda berwarna terang
d. Kelenjar air mata berespon terhadap emosi
e. Neonatus mengenali tangannya sendiri
f. Mulai ada koordinasi motorik-visual
a. Ketajaman penglihatan 20/200
4 16 – 20 minggu b. Tertarik pada stimulus dengan jarak lebih dari
90 cm
a. Lebih suka warna merah dan kuning terang
b. Mulai ada koordinasi mata-tangan
c. Muncul berkedip yang sebenarnya
5 20 – 28 minggu
d. Otot siliaris mulai berfungsi
e. Refleks akomodasi dan konvergen mulai
muncul
a. Ketajaman penglihatan 20/200
b. Mengenali dan mengikuti benda bergerak
6 36 – 44 minggu dengan menggerakkan mata secara horisontal
dan vertikal
a. Diameter pupil terus meningkat
b. Ukuran kornea sama dengan dewasa (12 mm)
7 1 tahun c. Ketajaman penglihatan 20/100
d. Mampu membedakan bentuk geometris
Sumber : Bowden, Dickey & Greenberg (1998). Children and Their Families.
Universitas Indonesia
Stimulasi taktil (sentuhan dari kepala sampai kaki) dan kinestetik (gerak
ekstensi dan fleksi secara pasif pada ekstremitas) merupakan gabungan
rangsangan sensorik dan motorik. Taktil memberikan rangsangan sensorik
terhadap kulit. Sedangkan kinestetik merangsang pergerakan ekstremitas
sehingga neonatus dapat menunjukkan kemampuan motorik sesuai tahap
tumbuh kembangnya. Penelitian Moyer-Mileur et al (1995) menunjukkan
bahwa prosedur kinestetik yang dilakukan selama 4 minggu dapat
meningkatkan kadar mineral dan ketebalan tulang (Dieter & Emory, 1997).
Stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik berdasarkan pada tahap tumbuh
kembang neonatus menurut Piaget dalam teori kognitif, yaitu tahap
sensorimotorik.
Universitas Indonesia
2002; Dieter & Emory, 1996). Stimulasi taktil (sentuhan) dan kinestetik
(gerak ekstensi dan fleksi secara pasif pada ekstremitas) terbukti dapat
memfasilitasi pertumbuhan dan pengaturan perilaku neonatus, bahkan pada
neonatus prematur sangat kecil sekalipun (Mathai et al, 2001; Symington &
Pinelli, 2002). Pengalaman motorik akan mempertajam dan memodifikasi
persepsi neonatus terhadap apa yang akan terjadi jika neonatus bergerak
dengan cara tertentu (Papalia, Olds & Feldman, 2002).
Tabel 2.7
Prosedur stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik pada neonatus
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Skema 2.1
Kerangka teori
Faktor Internal
Faktor Ibu Faktor Janin
a. Ras/etnik
b. Umur a. Penyakit saat hamil a. Hidramnion
c. Jenis kelamin
Tahap Sensorimotorik
b. Usia ibu
d. Genetik c. Sosial – ekonomi
e. Kelainan kromosom
Sumber : Cloherty, Eichenwald & Stark (2008), Markum (2002), Depkes RI (2006), Tomey & Alligood (2006), Papalia, Olds & Feldman (2002), Kail (2001), Santrock
(1998)
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
Bab ini akan membahas tentang kerangka konsep, hipotesis dan definisi
operasional yang digunakan dalam penelitian ini.
Skema 3.1.
Kerangka Konsep
Variabel Perancu
Universitas Indonesia
3.2. Hipotesis
3.2.1. Hipotesis Null (H0)
Tidak ada pengaruh pemberian stimulasi auditori-visual-taktil-
kinestetik terhadap perkembangan perilaku neonatus prematur.
3.2.2. Hipotesis Kerja (Ha)
Ada pengaruh pemberian stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik
terhadap perkembangan perilaku neonatus prematur.
Universitas Indonesia
Definisi
No Variabel Cara Ukur Hasil ukur Skala
Operasional
Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel penelitian,
tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, uji
validitas dan reliabilitas, prosedur pengumpulan data, pengolahan data dan
analisis data.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pre and post
test design. Desain ini merupakan eksperimen kuasi dimana masing-masing
unit eksperimentasi (subyek ataupun kelompok) berfungsi sebagai kontrol
bagi dirinya sendiri, dan pengamatan variabel hasil dilakukan sebelum dan
sesudah perlakuan (Murti, 2003).
Gambar 4.1.
Disain penelitian
X3
X1 Intervensi X2
Universitas Indonesia
Keterangan :
X1 : Perilaku neonatus prematur sebelum dilakukan intervensi
X2 : Perilaku neonatus prematur setelah dilakukan intervensi
X3 : Perbedaan perilaku neonatus prematur sebelum dan setelah dilakukan
intervensi (X2 dibandingkan dengan X1)
Universitas Indonesia
N
1 N d
Keterangan :
N = besarnya populasi
n = besarnya sampel
N
1 N d
66
1 66 0,05
56,4 ~ 56 orang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.9.2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah
alat ukur, meskipun digunakan secara berulang-ulang pada subyek
yang sama atau berbeda (Danim, 2003). Untuk mengetahui reliabilitas
suatu alat ukur dilakukan uji Cronbach Alpha. Bila Cronbach alpha
lebih besar daripada r tabel berarti variabel tersebut reliabel.
Universitas Indonesia
Sedangkan jika Cronbach alpha lebih kecil dari r tabel maka variabel
tersebut tidak reliabel (Hastono, 2007).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.11.1. Editing
Dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh telah terisi
semua dengan lengkap, jelas, sesuai, konsisten dan relevan.
4.11.2. Coding
Data yang diperoleh diperiksa kelengkapannya dan kemudian
dilakukan pemberian kode untuk masing-masing variabel penelitian.
Proses ini berguna untuk memudahkan proses analisis dan
mempercepat entry data.
4.11.3. Processing
Setelah semua isian kuesioner lengkap dan benar serta telah
dilakukan pengkodean, selanjutnya data diproses dengan cara
memasukkan nilai-nilai yang sudah diperoleh ke dalam program
komputer.
4.11.4. Cleaning
Merupakan kegiatan pembersihan data yang telah dimasukkan
dengan cara mengecek ulang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
mengetahui adanya data yang hilang, variasi data dan konsistensi
data.
Universitas Indonesia
Tabel 4.1.
Analisis data
Variabel
No Variabel Dependen Analisis
Independen
Perbedaan perilaku neona-
1 - tus prematur sebelum dan Uji t dependen
setelah diberikan stimulasi.
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas tentang hasil penelitian setelah dilakukan analisis untuk
mengetahui karakteristik responden, perilaku neonatus prematur sebelum dan
setelah stimulasi, perbedaan perkembangan perilaku neonatus antara sebelum dan
setelah stimulasi serta hubungan usia gestasi, jenis kelamin dan berat badan lahir
terhadap perkembangan perilaku neonatus.
Universitas Indonesia
Tabel 5.1.
Karakteristik responden
Total
Karakteristik Neonatus Prematur
n = 18 %
Jenis Kelamin
Laki-laki 12 66,7
Perempuan 6 33,3
Usia Gestasi
33 - < 37 minggu 9 50
29 – 32 minggu 7 38,9
≤ 28 minggu 2 11,1
Usia responden saat pengkajian
32 minggu paskakonsepsi 1 5,6
33 minggu paskakonsepsi 1 5,6
34 minggu paskakonsepsi 3 16,6
35 minggu paskakonsepsi 1 5,6
36 minggu paskakonsepsi 7 38,8
37 minggu paskakonsepsi 3 16,6
38 minggu paskakonsepsi 1 5,6
44 minggu paskakonsepsi 1 5,6
Berat badan Lahir
2000 - < 2500 gram 3 16,7
1500 - < 2000 gram 6 33,3
1000 - < 1500 gram 9 50
Universitas Indonesia
5.1.6. Perilaku neonatus prematur pada saat sebelum dan setelah dilakukan
stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik
Hasil pengkajian perilaku neonatus prematur pada saat sebelum dan
setelah stimulasi ditampilkan dalam tabel 5.2. dalam bentuk mean,
standar deviasi, nilai minimal dan maksimal serta nilai interval
kepercayaan.
Tabel 5.2
Perilaku neonatus prematur sebelum dan setelah stimulasi auditori-
visual-taktil-kinestetik
Standar Minimal -
Variabel Mean 95% CI
Deviasi Maksimal
Perilaku Neonatus 36,11 2,988 32 – 44 34,63 – 37,60
sebelum stimulasi
Perilaku neonatus 47,61 5,135 39 – 59 45,06 – 50,16
setelah stimulasi
Universitas Indonesia
Cukup
100
0%
Gaambar 5.1
Gambarran perilakuu neonatus prematur
p seebelum stim
mulasi audito
ori-
visual-taaktil-kinesteetik
Gambar 5.1
5 menunjuukkan bahw
wa perilaku neonatus prrematur seb
belum
dilakukann stimulasi auditori-v
visual-taktil--kinestetik adalah cukup
c
(100%). Setelah neoonatus prem
matur menddapatkan stiimulasi aud
ditori-
visual-takktil-kinestetiik, terdapatt perubahann perilaku. Neonatus yang
perilakunyya berubaah menjad
di kategorii baik seebanyak 72,2%
sedangkann sisanya (27,8%) kategori
k cuukup. Peruubahan perrilaku
tersebut teerlihat padaa gambar 5.2
2.
BAIK
(72,2%)
CUKUP
(27,8%)
Gaambar 5.2
Unive
ersitas Indonesia
Tabel 5.3.
Uji Normalitas Data
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Perilaku neonatus .021 18 .054 .901 18 .059
sebelum stimulasi
Perilaku neonatus .099 18 .200 .977 18 .919
setelah stimulasi
Pada tabel 5.3 tampak nilai p untuk perilaku neonatus sebelum dan setelah
stimulasi lebih besar dari 0,05, yaitu 0,059 dan 0,919. Hal ini menunjukkan
data berdistribusi normal.
Universitas Indonesia
Tabel 5.4
Perbedaan perilaku neonatus prematur sebelum dan setelah
dilakukan stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik
Perilaku Neonatus
Mean SD SE p value N
Prematur
Sebelum Stimulasi 36,11 2,988 0,714 0,0005 18
Setelah Stimulasi 47,61 5,135 1,210
Universitas Indonesia
Tabel 5.5
Korelasi usia gestasi dengan perilaku neonatus prematur setelah
stimulasi
Neonatus yang lahir pada usia gestasi 33 - < 37 minggu memiliki nilai
rata-rata perilaku 46 dengan standar deviasi 4,500. Pada neonatus
dengan usia gestasi 29 – 32 minggu, nilai rata-rata perilakunya adalah
50 dengan standar deviasi 6,055. Sedangkan neonatus lahir dengan
usia gestasi ≤ 28 minggu memiliki nilai rata-rata perilaku 46,50
dengan standar deviasi 0,707. Hasil uji statistik didapat nilai p =
0,304, yang berarti pada α = 5% dapat disimpulkan tidak ada
perbedaan yang bermakna diantara kelompok usia gestasi terhadap
perilaku neonatus prematur. Hasil uji ini menunjukkan tidak ada
hubungan antara usia gestasi dengan perkembangan perilaku neonatus
prematur.
Tabel 5.6
Korelasi berat badan lahir dengan perilaku neonatus prematur setelah
stimulasi
Universitas Indonesia
Neonatus yang lahir dengan berat badan 2000 - < 2500 gram memiliki
nilai rata-rata perilaku 47 dengan standar deviasi 5,196. Pada neonatus
dengan berat badan lahir 1500 - < 2000 gram, nilai rata-rata
perilakunya adalah 48,33 dengan standar deviasi 3,559. Sedangkan
neonatus yang lahir dengan berat badan 1000 - < 1500 gram memiliki
nilai rata-rata perilaku 47,33 dengan standar deviasi 6,384. Hasil uij
statistik didapat nilai p = 0,920, yang berarti pada α = 5% dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna diantara kelompok
berat badan lahir terhadap perilaku neonatus prematur. Hasil uji ini
menunjukkan tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan
perkembangan perilaku neonatus prematur setelah stimulasi.
Tabel 5.7
Korelasi jenis kelamin dengan perilaku neonatus prematur setelah
stimulasi
Universitas Indonesia
Hasil uji ini menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dengan perkembangan perilaku neonatus prematur.
Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa nilai p untuk variabel perancu usia gestasi
adalah 0,304 yang artinya variabel ini tidak dapat masuk dalam analisis
multivariat. Tabel 5.6 menunjukkan nilai p untuk variabel berat badan lahir
adalan 0,920, yang artinya juga variabel ini tidak dapat dianalisis multivariat.
Tabel 5.7 menunjukkan nilai p untuk variabel jenis kelamin adalah 0,362,
yang artinya variabel ini juga tidak dapat masuk analisis multivariat.
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Selain usia gestasi, faktor internal lain yang mempengaruhi kualitas tumbuh
kembang anak adalah jenis kelamin (Depkes RI, 2006). Foreman, Thomas
& Blackburn (2008) menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan
karakteristik individu yang diasosiasikan dengan perilaku pengaturan diri
pada neonatus prematur. Penelitian Boatella-Costaa et al (2006)
menunjukkan perbedaan perilaku neonatus perempuan dengan laki-laki
secara lebih spesifik, yaitu neonatus perempuan lebih unggul dalam hal
orientasi auditori, kewaspadaan dan regulasi diri dibandingkan neonatus
laki-laki, sementara neonatus laki-laki lebih peka rangsang dibandingkan
neonatus perempuan. Perbedaan ini terlihat saat neonatus berespons
terhadap setiap stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
Tetapi secara hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak
berpengaruh terhadap perkembangan perilaku neonatus prematur setelah
diberikan stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik (p = 0,362). Hal ini
berarti stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik berpengaruh terhadap
perkembangan perilaku neonatus prematur tanpa memperhatikan jenis
kelamin neonatus tersebut. Baik neonatus laki-laki maupun neonatus
perempuan mengalami peningkatan perilaku setelah diberi stimulasi.
Universitas Indonesia
Usia gestasi yang rendah umumnya juga diikuti oleh berat badan lahir yang
renadah dan perilaku neonatus prematur juga dapat dipengaruhi oleh berat
badan lahir. Berat badan lahir berpengaruh dalam menentukan risiko
neonatus, semakin rendah berat badan lahir maka akan semakin tinggi
risiko neonatus tersebut (McIntire et al, 1999 dalam Papalia, Olds &
Feldman, 2002).
Universitas Indonesia
Alat ukur perilaku neonatus prematur ini masih sederhana. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan pengetahuan peneliti dalam hal perilaku
neonatus prematur sehingga mempengaruhi proses pembuatan alat ukur
perilaku tersebut. Dasar peneliti dalam merancang instrumen ini adalah
stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik, sehingga kriteria perilaku yang
muncul pada instrumen ini adalah untuk mengkaji respon neonatus jika
diberi stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan membahas kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.
7.1. Kesimpulan
Responden dalam penelitian ini berjumlah 18 orang, sebagian besar adalah
neonatus laki-laki, sebagian responden lahir pada usia gestasi 33 - < 37
minggu dan memiliki berat badan lahir 1000 - < 1500 gram. Perilaku seluruh
responden sebelum dilakukan stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik
adalah cukup, tetapi terjadi perkembangan perilaku pada neonatus setelah
dilakukan stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik menjadi baik pada
sebagian besar responden. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku neonatus prematur
sebelum dan setelah dilakukan stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik.
Usia gestasi, jenis kelamin dan berat badan lahir tidak memberikan pengaruh
pada perkembangan perilaku neonatus prematur setelah dilakukan stimulasi
auditori-visual-taktil-kinestetik. Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian
stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik berpengaruh terhadap
perkembangan perilaku neonatus prematur.
7.2. Saran
Stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik dapat diterapkan di ruang
perinatologi sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk meningkatkan
tumbuh kembang neonatus. Supaya para perawat dapat melaksanakan
stimulasi ini dengan baik maka perlu dibuat prosedur yang jelas tentang tata
cara pemberian stimulasi ini.
Universitas Indonesia
Alat ukur yang digunakan untuk mengkaji perilaku neonatus prematur juga
perlu diteliti lebih lanjut supaya terbentuk alat ukur yang valid dan reliabel
serta dapat digunakan oleh seluruh perawat walaupun latar belakang
pendidikan keperawatannya berbeda-beda. Alat ukur tersebut juga harus
mampu mengukur perilaku neonatus prematur secara akurat.
Stimulasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Bentuk yang tepat untuk
merangsang tumbuh kembang neonatus bisa diperoleh melalui penelitian.
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk mencari bentuk stimulasi yang
yang paling berpengaruh terhadap peningkatan tumbuh kembang neonatus.
Universitas Indonesia
Almli, C.R. (2005). Infant stimulation program. 7 April 2010. Sage Publications.
http://www.sage-ereference.com/disability/Article_n455.html
Bowden, V.R., Dickey, S.B., & Greenberg, C.S. (1998). Children and their
families: The continuum of care. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Brazelton, T.B., & Nugent, J.K. (1995). Neonatal behavioral assessment scale
(3rd edition). London: Mac Keith Press.
Burns, N. & Grove, S.K. (2003). Understanding nursing research (3rd edition).
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Cloherty, J.P., Eichenwald, E.C., & Stark, A.R. (2008). Manual of neonatal care
(6th edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Dahlan, S.M. (2008). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Depkes RI. (2006). Pedoman pelaksanaan: Stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Universitas Indonesia
Dieter, J., Field, T., Hernandez-Reif, M., Emory, E., & Redzepi, M. (2003).
Stable preterm infants gain more weight and sleep less after five days of
massage therapy. Journal of Pediatric Psychology, 28 (6), 403 – 411. 30
Maret 2010. http://www.sacredmotherdoula.com/pdfs/Web%20IM%20
Research%20for%20Preterm%20infants.pdf
Foreman, S.W., Thomas, K.A., & Blackburn, S.T. (2008). Preterm infant state
development: Individual and gender differences matter. Journal of Obstetry
Gynecology and Neonatal Nursing, 37 (6), 657 – 665. 9 Februari 2010.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2765199/pdf/nihms80781.pdf
/? tool=pmcentrez
Golchin, M., Rafati, P., Taheri, P., & Nahavandinejad, S. (2004). The effect of
superficial tactile-kinesthetic stimulation method on weight gain of low-birth-
weight infants. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, 9 (2). 30
Maret 2010. http://journals.mui.ac.ir/index.php/ijnmr/article/viewArticle/4912
Grunau, R.E., Weinberg, J., & Whitfield, M.F. (2004, Juli). Neonatal procedural
pain and preterm infant cortisol response to novelty at 8 months. Pediatrics,
114 (1), e77 – e84. 10 Februari 2010. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC1351380/pdf/nihms4618.pdf/?tool=pmcentrez
Universitas Indonesia
Kail, R.V. (2001). Children & their development (2nd edition). New Jersey: Prentice –
Hall, Inc.
Kasjono, H.S., & Yasril. (2009). Teknik sampling untuk penelitian kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Keshavarz, M., Babaee, G.R., & Dieter J. (2009). Effect of tactile-kinesthetic stimulation
in weight gaining of preterm infants hospitalized in intensive care unit. Teheran
University Medical Journal, 67 (5), 347 – 352. 30 Maret 2010.
http://journals.tums.ac.ir/abs.aspx?org_id=59&culture_var=en&journal_id=9&issue
_id=1651&manuscrip_id=14119&segment=fa
Markum, A.H. (2002). Buku ajar ilmu kesehatan anak (Jilid 1). Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mathai, S., Fernandez, A., Mondkar, J., & Kanbur, W. (2001). Effects of tactile-
kinesthetic stimulation in preterms: A controlled trial. 30 Maret 2010.
http://indianpediatrics.net/oct2001/oct-1091-1098.htm
Murti, B. (2003). Prinsip dan metode riset epidemiologi (Jilid 1). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Universitas Indonesia
Pretorius, E., Naud, H., & Van Vuuren, C.J. (2002, April). Can cultural behavior
have a negative impact on the development of visual integration pathways ?
Early Child Development and Care, 172, 173 – 181. 30 Maret 2010.
http://www.informaworld.com/smpp/content~content=a713714745&db=all
Sanders, L. W., & Buckner, E.B. (2006). The newborn behavioural observations
system as a nursing intervention to enhance engagement in first time mothers:
feasibility and desirability. Pediatric Nursing, September – Oktober 2006. 10
Februari 2010. http://findarticles.com/p/articles/mi_m0FSZ/is_5_32
/ai_n17215 518/
Santrock, J. W. (1998). Child development (8th edition). New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Universitas Indonesia
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (2005). Buku kuliah 3, ilmu kesehatan
anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Symington A., & Pinelli, J. (2000, Juli). Review: Certain types of developmental
care result in some benefits for preterm infants. Cochrane Database
Systematic Review 2000 (4). 30 Maret 2010. http://ebn.bmj.com/content
/4/3/75.full.pdf
Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theorist and their work (6th
edition). St. Louis: Mosby, Inc.
Winchester, S.B., Sullivan, M.C., Marks, A.K., Doyle, T., DePalma, J., &
McGrath, M.M. (2009, November). Academic, social and behavioral
outcomes at age 12 of infants born preterm. Western Journal of Nursing
Research, 31 (7), 853 – 871. 10 Februari 2010. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC2808204/pdf/nihms161427.pdf/?tool=pmcentrez
Universitas Indonesia
PROSEDUR
STIMULASI AUDITORI-VISUAL-TAKTIL-KINESTETIK
Persiapan alat :
1. Kursi untuk peneliti saat memberikan stimulasi auditori – visual
2. Matras bayi untuk melakukan stimulasi taktil – kinestetik
3. Kerincingan berwarna terang
Persiapan neonatus :
Urutan kerja :
TOTAL NILAI
NPM : 0806446473
Meminta kesediaan Bapak/Ibu sebagai orang tua dari bayi yang dirawat di ruang
perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, untuk mengijinkan bayinya
dijadikan peserta (responden) dalam penelitian saya yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Stimulasi auditori – visual – taktil – kinestetik terhadap
Perkembangan Perilaku Neonatus Prematur di ruang Perinatologi RSUPN
Cipto Mangunkusumo Jakarta”.
Jakarta, 2010
Nama : …………………………..
Umur : …………………………..
Alamat : …………………………...
Saya memberikan persetujuan atas kehendak sendiri dan tanpa paksaan dari pihak
lain. Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat persetujuan, saya telah
mendapatkan informasi dan penjelasan dari peneliti tentang prosedur dan manfaat
penelitian serta resiko yang mungkin terjadi saat penelitian. Maka saya menyatakan
sudah memahami informasi dan penjelasan yang diberikan oleh peneliti.
Jakarta, 2010
---------------------------------------