Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan seiring waktu berjalan sering mengalami banyak
sekali perubahan dalam pelaksanaannya. Banyak faktor yang mempengaruhi
perubahan- perubahan tersebut baik itu yang berasal dari pemerintah seperti
halnya pelaksanaan kurikulum yang berubah-ubah pada setiap periode
pemerintahan maupun sekolah- sekolah swasta yang mengembangkan sendiri
kurikulum dalam pelaksanaan kegiantan pembelajarannya. Pengaruh pelaksanaan
juga berasal dari keadaan lingkungan dan situasi dan kondisi terkini Negeri ini.
Sering munculnya konflik antar umat beragama juga menjadi sebuah
pengaruh pada pelaksanaan sistem pendidikan, wacana pluralisme agama menjadi
wacana yang mulai digembar-gemborkan kembali, terutama di Indonesia. Hal ini
tidak terleplas seiring munculnya berbagai kekerasan yang mengatasnamakan
agama. Agama dipandang sebagai sumber pemicu konflik antar umat beragama
itu sendiri. Konflik semacam itu sangat mungkin terjadi bahkan intensitasnya bisa
lebih tinggi jika melihat konteks Indonesia yang multi agama dan dari masing-
masing agama mengajarkan bahwa dirinyalah yang paling benar sedangkan yang
lain salah. Karena itulah konflik yang mengatasnamakan agama di Indonesia
tergolong permasalahan yang rawan terjadi sehingga perlu adanya ajaran tentang
Pluralitas Agama.
Salah satu solusi yang dicetuskan pemerintah Indonesia dalam
mengatasi konflik ini adalah dengan menerapkan pendidikan agama yang berbasis
pluralime atau diinteralisasikan dengan mata pelajaran lain seperti dengan mata
pelajaran PKN. Penerapan pendidikan agama yang berbasis pluralisme inilah yang
melatar belakangi pembuatan makalah kami, yang kemudian akan kami bahas satu
persatu bagaimana isu pluralisme ini sangat berpengaruh pada pelaksanaan
pendidikan di Indonesia.
2

B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah dari makalah yang di susun adalah
sebagai berikut :
1. Menjelaskan Pengertian Pendidikan Islam dan Pluralisme Agama
2. Menjelaskan Tujuan Pendidikan Pluralisme
3. Menjelaskan Penerapan Pendidikan Pluralisme

C. Tujuan
Makalah ini disusun bukan tanpa tujuan, adapun beberapa tujuan
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian Pendidikan Islam dan Pluralisme Agama
2. Mengetahui Tujuan Pendidikan Pluralisme
3. Mengetahui Penerapan Pendidikan Pluralisme
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam dan Pluralisme Agama


(Mujib, 2008: 22-28) Pendidikan dalam wacana keIslaman lebih
populer dengan istilah  tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan riyadhah. Masing-masing
istilah tersebut memiliki keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau
semuanya disebut secara bersamaan.
1. Al-tarbiyah, tokoh yang mengajukan istilah ini adalah Muhammad Athiyah al-
Abrasyi. Menurutnya, istilah al-tarbiyah mencakup keseluruhan aktifitas
pendidikan, sebab didalamnya tercakup upaya mempersiapkan individu untuk
kehidupan lebih sempurna, mencapai kebahagiaan hidup, memperkuat fisik,
menyempurnakan etika, sistematisasi logika berfikir, giat dalam berkreasi.
Menurutnya al-ta’lim hanya mencakup aspek tarbiyah aqliyah (pendidikan
intelektual dan ranah kognisi atau kognitif).
2. Al-ta’lim, tokoh yang mengajukan istilah ini adalah ‘Abd Fatah jalal.
Menurutnya ta’lim merupakan proses transmisi pengetahuan, pemahaman,
pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah, sehingga terjadi
penyucian diri manusia dari segala kotoran serta menjadikan manusia berada
dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima hikmah (Wisdom).
3. Al-ta’dhib, tokohnya adalah  Muhammad Al-naqwib al-attas. Menurutnta
istilah ta’dhib paling cocok digunakan untuk peristilahan pendidikan Islam
karena konsep ta’dhib mencerminkan tujuan esensial pendidikan Islam yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW.
4. Al-riyadhah, tokonya adalah Abu Hamid Muhammad al-Ghazali. Berdasarkan
uraiannya sendiri al-Ghazali membatasi ruang lingkup ar-riyadhah pada fase
kanan-kanak.
Sedangkan secara istilah pendidikan agama Islam adalah proses
transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya
4

pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan


pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup
di dunia dan akhitrat.
(Mujijib, 2008: 69) Selanjutnya menurut Kurshid Ahmad, yang dikutip
Ramayulis, fungsi pendidikan Islam adalah 1). Alat untuk memelihara,
memperluas, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi
dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa. 2). Alat untuk mengadakan
perubahan, inovasi, dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui
pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia
yang produktif untuk menemukan perimbangan, perubahan sosial dan ekonomi.
(Toha, 2005: 11) Secara etimologis, pluralisme agama, berasal dari dua
kata, yaitu “pluralisme” dan “agama”. Dalam bahasa Arab diterjemahkan al-
ta’addudiyah al-diniyyah dan dalam bahasa Inggris religious pluralism. Oleh
karena istilah pluralisme agama ini berasal dari bahasa Inggris, maka untuk
mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus bahasa
tersebut. Pluralism berarti “jama’” atau lebih dari satu.
Sedang Pluralisme agama menurut fatwa MUI adalah suatu paham
yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran
setiap agama adalah relative; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh
mengkalim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain
salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk
dan hidup dan berdampingan di surga.
(Ma’arif, 2011: 100) Dan pengertian pendidikan pluralisme menurut Frans
Magnez Suseno adalah suatu pendidikan yang mengandaikan kita untuk membuka
visi pada cakrawala yang semakin luas, mampu melintas batas kelompok batas
atau tradisi budaya dan agama kita sehingga kita mampu melihat “kemanusian”
sebagai sebuah keluarga yang memiliki perbedaan.

B. Tujuan Pendidikan Pluralisme


(Mu’arif, 2011: 102-103) Tujuan pendidikan pluralisme adalah bukan
untuk membuat suatu kesamaan pandangan, apalagi keseragaman, karena itu
5

adalah suatu yang absurd dan agak menghianati suatu agama. Yang dicari adalah
mendapatkan titik-titik pertemuan yang dimungkinkan secara teologis oleh
masing-masing agama. Karena setiap agama mempunyai sisi ideal masing-masing
baik secara filosofis dan teologis yang dibanggakan oleh para penganutnya.
Adapun langkah-langkah untuk mewujudkan tujuan pendidikan
pluralisme adalah sebagai berikut:
1. Adanya perubahan paradigma dan pola pikir dalam menyikapi kemajemukan
budaya dalam sistem pendidikan. Wawasan pluralisme, inklusivisme, toleransi
dan non-sekterian perlu dikembangkan sebagai wujud nyata motto kebangsaan
Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”, kemudian melakukan reorientasi visi dam
misi, serta restrukturisasi penyenggaran pendidikan nasional yang sejalan
dengan wawasan pluralisme.
2. Menyusun kurikulum yang berpendakatan lintas budaya.
3. Merumuskan metode belajar mengajar yang interaktif yang bertujuan untuk
menghasilkan warga negara yang mempunyai sikap inklusif dan toleran
terhadap kemajemukan masyarakat.
Selain hal diatas, tujuan pluralisme yang akan dibentuk secara khusus
adalah dalam rangka menjawab, merespon, dan mengantisipasi persoalan-
persoalan kerusuhan berbau SARA. Bentuk pendidikannya juga harus
mencerminkan adanya pluralitas. Maksudnya, guru dan muridnya harus bersifat
heterogen, tidak berkotak-kotak satu sama lain, sehingga orang-orang yang
memiliki keberagaman budaya, agama, dan etnis dapat berinteraksi secara
langsung dan memungkinkan untuk saling belajar dan memahami satu sama lain
dalam satu komunitas pendidikan. Selanjutnya dalam proses pendidikannya
berbagai pemikiran-pemikiran keagamaan dapat di kaji secara sistematik,
konseptual, dan rasional dari sudut pandang berbagai disiplin keilmuan. Dan
berupaya mengembangkan dialog atau sharing pemahaman dan pembelajaran
iman baik pada agamanya sendiri maupun agama orang lain, serta
mengembangkan misi untuk menciptakan perdamaian dan persaudaraan terutama
dikalangan para pemeluk agama. Bentuk pluralisme semacam itu tentunya akan
dapat dijadikan sebagai jawaban atau solusi alternative bagi pemecahan masalah
6

yang dihadapi oleh masyarakat majemuk seperti Indonesia ini. Serta mampu
mengantisipasi dan meminimalisir ketegangan dan pertikaian antar kelompok.
Akhirnya mampu menentukan ke arah keselamatan Rahmatanlial-‘alamin
menebarkan berkah bagi seluruh masyarakat. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan
adalah bentuk pendidikan multireligion seperti ini, akan menjadi suatu
penyelesaian bila itu di jadikan sebagai pengetahuan, sehingga timbul kesadaran
untuk saling mengerti perbedaan agamanya lebih jauh, maka tidak menghasilkan
apapun. Sehingga selain mempelajari pengetahuan multireligion untuk
menanamkan nilai universal dan solidaritas, yang harus dilakukan adalah
mendalami agamanya masing-masing secara murni untuk mendekatkan diri dari
Yang Maha Kuasa. 

C. Penerapan Pendidikan Islam Berbasis Pluralisme


(Muhaimin, 2009: 59-68) Sebelum membahas tentang bagaimana
menerapkan Pendidikan Islam berbasis Pluralisme, terlebih dahulu kita harus tahu
tentang model-model pengembangan PAI di sekolah atau perguruan tinggi. Dalam
hal terdapat tiga model yang dikemukan oleh para ahli.
1. Model Dikotomi, pada model ini, aspek kehidupan dipandang dengan sangat
sederhana. Segala hal yang ada hanya dipandang dari dua sisi, seperti laki-laki
dan perempuan, ada dan tidak ada, pendidikan agama dan non agama dan lain
sebagainya. Pandangan ini akan berimplikasi pada pengembangan ukhrowi
saja, pendidikan yang bersifat duinawi tidaklah penting. Model ini
berkembang pada periode pertengahan dalam sejarah pendidikan Islam.
2. Model Mekanisme, model ini memamdang kehidupan dari berbagai aspek,
dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan
seperangkat nilai-nilai kehidupan yang terdiri atas nilai agama, nilai individu,
nilai sosial, nilai politik, nilai ekonomi dan nilai-nilai yang lain.  Model
tersebut dikembangkan pada sekolah atau PT yang bukan berciri khas agama
Islam, namun mungajarkan mata pelajaran atau mata kuliah agama Islam.
3. Model Sistemik, dalam konteks ini pendidikan Islam dipandang sebagai
aktifitas yang terdiri atas komponen-komponen yang hidup bersama dan
7

bekerja sama dengan tujuan tertentu, yaitu terwujudnya hidup yang religius.
Model ini diterapkan oleh madrasah atau sekolah swasta  Islam unggulan.
(Mu’arif, 2011: 104-106) Dalam pendidikan, semua aspek kelembagaan
dan proses belajar mengajarnya harus menerapkan sistem dan metode yang dapat
menyembuhkan pluralisme serta mampu menggali sisi perdamaian dan toleransi.
Oleh karenanya, di antara langkah yang di tempuh guru atau dosen, khususnya
yang terkait dengan organisasi atau kegiatan pembelajaran di kelas adalah
penentuan pendekatan dan metode. Hal tersebut merupakan elemen penting dalam
proses belajar mengajar. Berhasil dan tidaknya suatu tujuan pendidikan tergantung
pendekatan dan metode yang digunakannya. Tidak relevannya pendekatan dan
metode yang di kembangkan dalam pembelajaran pendidikan agama berbasis
pluralisme seperti ini perlu di perhatikan adanya beberapa pendekatan yang dapat
di gunakan antara lain:
1. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan
perilaku yang baik, terutama sekali yang berhubungan dengan nilai seperti:
tenggang rasa, toleransi, saling mengasihi, tolong menolong dll.
2. Rasional, pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan
nilai yang di tanamkan mudah di pahami dengan penalaran. Disisi lain
pendekatan akademis cenderung menempatkan proses pendidikan agama pada
orientasi objektif.
3. Emosional, upaya menggugah perasaan peserta didik dalam memahami
realitas keanekaragaman budaya dan agama dalam masyarakat. Sehingga lebih
terkesan dalam jiwa peserta didik untuk selalu menampilkan sikap tenggang
rasa dan saling menghormati antara agama satu dengan yang lainnya.
4. Fungsional, memfungsikan ajaran masing-masing agama (termasuk agama
Islam) terutama tentang pentingnya menghargai perbedaan dengan
menekankan segi manfaat dan hikmahnya bagi peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari dengan tingkat perkembangannya.
8

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan agama Islam adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan
nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan,
bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna
mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan
pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama
adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relative, oleh sebab
itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengkalim bahwa hanya agamanya saja
yang benar sedangkan agama yang lain salah.
Tujuan dari pendidikan pluralisme adalah terciptanya hubungan antara
guru dan murid yang bersifat heterogen, tidak berkotak-kotak satu sama lain,
sehingga orang-orang yang memiliki keberagaman budaya, agama, dan etnis dapat
berinteraksi secara langsung dan memungkinkan untuk saling belajar dan
memahami satu sama lain dalam satu komunitas pendidikan. Selanjutnya dalam
proses pendidikannya berbagai pemikiran-pemikiran keagamaan dapat di kaji
secara sistematik, konseptual, dan rasional dari sudut pandang berbagai disiplin
keilmuan.
Penerapan pendidikan pluralisme dapat diterapkan disetiap sekolah-
sekolah maupun dunia pendidikan manapun dengan memperhatikan sistem dan
metode yang dapat menyembuhkan pluralisme serta mampu menggali sisi
perdamaian dan toleransi. Oleh karenanya, di antara langkah yang di tempuh guru
atau dosen, khususnya yang terkait dengan organisasi atau kegiatan pembelajaran
di kelas adalah penentuan pendekatan dan metode. Hal tersebut merupakan
elemen penting dalam proses belajar mengajar. Berhasil dan tidaknya suatu tujuan
pendidikan tergantung pendekatan dan metode yang digunakannya.
9

DAFTAR PUSTAKA

Ma’arif, Syamsul. 2011. The Beauty Of Islam “Dalam Cinta dan Pendidikan
Pluralisme”. Semarang: NEED’S PRESS.

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana Media Group.

Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Toha, Anas Malik. 2005. Tren Pluralisme Agama. Jakarta: Perspektif.

Anda mungkin juga menyukai