Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres

1. Definisi Stres

Stres merupakan keadaan ketika seseorang merasa ketidaknyamanan mental dan

bathin yang disebabkan oleh perasaan tertekan. Definisi stress menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2000) adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang di sebabkan

oleh factor ekstrinsik. Menurut American Institue of Stres (2010), tidak ada definisi yang

pasti untuk stress karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres

yang sama. Stres bersifat individu dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak adanya

keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban stres yang dirasakan.

Stres yang berasal dari bahasa latin strictus, merupakan konsep yang komplikatif dan

terkadang membingungkan. Sekitar tahun 1600-an Robert Hooke membuat konsep stress

berdasarkan prinsip mekanika dan beban (tenaga ekstrernal), stress (daerah yang mendapat

tenaga), dan ketegangan (strain, kerusakan sebagai hasil beban dan stress). Penelitian ilmiah

tentang stress semula dilakukan untuk menguji bagaimana reaksi makhluk hiduo

menggunakan sumber dayanya untuk melawan atau lari dari stimulus yang mengancam, baik

menghadapi ketegangan fisik (seperti kesulitan atau emosi negatife yang dihasilkan dari

konflik hubungan sosial.

Menurut Selye (1950, dalam Sriati, 2008) Stres adalah respon tubuh yang sifatnya

nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang telah mengalami stres,

maka ia akan mengalami gangguan pada satu atau lebih dari organ tubuh, sehingga yang

bersangkutan tidak lagi dapat menjelaskan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut
distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan

somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis.Tidak semua bentuk stres

mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan

eustress

Stres adalah respon individu terhadap keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa

(disebut stresor) yang mengancam individu dan mengurangi kemampuan individu dalam

mengatasi segala bentuk stresor (Santrock, 2002). Stres adalah reaksi organisme terhadap

rangsangan (stimulation) yang tidak menyenangkan, stres harus dipahami sebagai relasi

interaktif yang terjadi di antara system fisik, fisiologis, psikologis dan prilaku (Hanurawan,

2010).

2. Penggolongan Stres

Penggolongan stress meliputi hal-hal berikut berdasarkan persepsi individu terhadap

stress yang dialaminya, yaitu :

a. Distress (stress negatif)

Distress adalah stress yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan

sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau

gelisah, Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan

timbul keinginan untuk menghindarinya.

b. Eustress (stress positif)


Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan

seorang pakar bernama Hanson mengemukakan frase joy of stress untuk mengungkapkan
hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stress. Eustres dapat meningkatkan

kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performa individu. Eustress juga dapat

meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya

seni.

3. Faktor-faktor penyebab stress

Setiap individu akan mendapat efek stress berbeda-beda. Hal ini tergantung pada

beberapa faktor, yaitu :

a. Kemampuan individu mempersepsikan stressor

Jika stressor dipersepsikan akan berakibat buruk bagi individu tersebut, maka tingkat

stress yang dirasakan akan semakin berat. Sebaliknya, jika stressor dipersepsikan

tidak mengancam dan individu tersebut mampu mengatasinya, maka tingkat stress

yang dirasakan akan lebih ringan

b. Intensitas terhadapa stimulus

Jika intensitas serangan stress terhadap individu tinggi, maka kemungkinan kekuatan

fisik dan mental individu tersebut mungkin tidak akan mampu mengadaptasinya.

c. Jumlah stressor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama

Jika pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stressor yang harus dihadapi,

stressor yang kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi yang

berlebihan.

d. Lamanya pemaparan stressor

Memanjangnya lama pemaparan stressor dapat menyebabkan menurunnya

kemampuan individu dalam mengatasi stress.


e. Tingkat perkmbangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stressor yang

berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tingkat perkembangan akan berbeda.

Pada masa remaja cenderung memiliki fakor pemicu stress yang sedikit berbeda

meski umumnya masih sama seperti faktor-faktor lainnya. Pada fase pubertas remaja

disebutkan merupakan masa remaja sebagai fase storm and stress. Pada maasa ini

remaja mengalami berbagai tekanan saat menjalani berbagai perubahan yang

berdampak pada perkembangan emosi yang tidak stabil. Adapun beberapa faktor-

faktor pemicu stress pada remaja umumnya adalah :

a. Faktor Biologis

1. Sejarah depresi dan bunuh diri didalam keluarga

2. Siksaaan secara seksusal dan fisik di dalam keluarga

3. Penyakit serius yang di derita remaja atau anggota keluarga

4. Perceraian orang tua

5. Sejarah keluarga atau individu akibat kelainan psikiatris seperti kelainan

makanan, skizofrenia, gangguan perilaku dan kejahatan.

b. Faktor kepribadian

1. Tingkah laku impusif, obesesif dan ketakutan yang nyata

2. Tingkah laku agresif dan antisosial

3. Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri sendiri dan

merasa bersalah.

c. Faktor psikologis dan sosial


1. Tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga, teman sebaya,

guru, yang dapat mengakibatkan kemarahan, frustasi, dan penolakan.

2. Tidak dapat memenuhi harapan dari orang tua seperti kegagalan dalam

mencapai tujuan, tinggal kelas daan penolakan sosial.

Pada sumber lain menyatakan ada beberapa sumber stress yang juga dialami oleh

remaja, yaitu :

1. Family Stres

Salah satu sumber utama stress pada remaja adalah hubungannya dengan orang

tua, karena remaja merasa bahwa mereka ingin mandiri dan bebas, tapi di lain

pihak mereka juga ingin diperhatikan.

2. School Stres

Tekanan dalam masalah akademik cenderung tinggi pada dua tahun terakhir di

sekolah, keinginan untuk mendapat niali tinggi, atau keberhasilan dalam bidang

olahraga, yang mana remaja selalu berusaha untuk tidak gagal, ini semua dapat

menyebabkan stress.

3. Peer Stres

Stres pada kelompok teman sebaya cenderung tinggi pada pertengahan tahun

sekolah. Remaja yang tidak diterima oleh teman-temannya biasanya akan

menderita, tertutup dan mempunyai harga diri yang rendah, Pada beberapa remaja,

agar dapat diterima oleh teman-temannya, mereka melakukan hal-hal negatif

seperti merokok, minum alcohol dan menggunakan obat-obatan terlarang dapat

mengurangi stress, tapi walau bagaimanapun secara psikologis itu semua tidak

dapat mengurangi stress tetapi justru dapat meningkatkan stress.


4. Tanda dan Gejala Stres

Stres dapat mempengaruhi tubuh dan jiwa seseorang. Saat seseorang mengalami stres

tubuh, jiwa dan perilaku individu akan menampakkan tanda-tanda dan gejala stres. Robbins

(2009) menggambarkan suatu model yang dapat menggambarkan faktorfaktor yang

berpengaruh terhadap stress dan dampak yang ditimbulkan dari adanya stress tersebut.

Model ini mengidentifikasikan tiga perangkat faktor yaitu lingkungan, organisasional, dan

individual yang menjadi sumber potensial dari stress. Penderita yang mengalami stress

dengan berbagai penyebabnya akan menimbulkan dampak yang bersifat fisiologis,

psikologis, dan perilakunya.

Tanda dan gejala fisik yang muncul akibat stress adalah mudah lelah, meningkatnya

denyut jantung, insomnia, nyeri kepala, berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, gangguan

lambung, mual, tremor, ekstremitas dingin wajah terasa panas, berkeringat, sering flu,

menstruasi terganggu, otot kaku dan tegang terutama pada bagian leher, bahu dan

punggung.18 Tanda dan gejala psikologis stres : kecemasan, ketegangan, kebingungan dan

mudah tersinggung, menangis tiba-tiba, perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam

(kebencian), sensitif dan hyperreactivity, phobia, menarik diri dari pergaulan, menghindari

kegiatan yang sebelumnya disenangi, dan kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas

dan kreativitas serta menurunnya rasa percaya diri.

Tanda dan gejala perilaku dari stres adalah: gelisah, selalu mondar-mandir,

menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman

keras dan obatobatan, perubahan pola makan mengarah ke obesitas, perilaku makan yang
tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara

tiba-tiba, berjudi, meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas, menurunnya

kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman serta kecenderungan untuk

melakukan bunuh diri.

Pengalaman stres sangat individual. Stresor yang sama akan dinilai berbeda oleh setiap

individual. Demikian pula, gejala dan tanda-tanda stres akan berbeda pada setiap individu.

Ada beberapa gejala yang dapat dilihat untuk mengetahui stress yang sedang dialami

seseorang. Terdapat dua gejala yang telah di kelompokkan oleh para ahli : (Abdullah, 2007)

a. Gejala Fisik

Yang termasuk dalam gejala stress bersifat fisik antara lain adalah sakit kepala,

darah tinggi, sakit jantung, atau jantung berdebar-debar, sulit tidur, sakit lambung,

mudah lelah, keluar keringat dingin, kurang nafsu makan, serta sering buang air

kecil.

b. Gejala psikis

Adapun yang termasuk gejala stress bersifat psikis antara lain ialah ; gelisah atau

cemas, kurang bias berkonsentrasi atau belajar, sering melamun, sikap masa

bodoh, sikap pesimis, selalu murung, malas bekerja atau belajar, hilang rasa rumor,

dan mudah marah. Bersikap agresif seperti kata-kata kasar dan menghina,

menendang, membanting pintu, dan terkadang suka memecahkan barang.

5. Tingkatan Stres

1. Stres normal
Stres normal yang merupakan bagian alamiah dari kehidupan. Misalnya merasakan

detak jantung yang lebih keras setelah beraktivitas, kelelahan setelah mengerjakan tugas,

takut tidak lulus ujian (Crowford & Henry, 2003).

2. Stres ringan

Stresor yang dihadapi yang bisa berlangsung beberapa menit atau jam. Contohnya

adalah dimarahi dosen, kemacetan. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain

kesulitan bernafas, bibir kering, lemas, keringat berlebihan ketika temperatur tidak panas,

takut tanpa ada alasan yang jelas, meresa lega jika situasi berakhir (Psychology Foundation

Of Australia, 2010).

3. Stres sedang

stres yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya perselisihan

yang tidak dapat diselesaikan dengan seseorang. Stressor ini dapat menimbulkan gejala

yaitu, mudah merasa letih, mudah marah, sulit untuk beristirahat, mudah tersinggung,

gelisah (Psychology Foundation Of Australia, 2010).

4. Stres berat

Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu, seperti perselisihan dengan

dosen atau teman secara terus menerus, penyakit fisik jangka panjang dan kesulitan

finansial. Stressor ini dapat menimbulkan gejala yaitu, merasa tidak kuat lagi untuk

melakukan kegiatan, mudah putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak

dihargai, merasa tidak ada hal yang bisa diharapkan di masa depan (Psychology Foundation

of Australia, 2010).

5. Stres sangat berat


Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam kurun waktu yang

tidak dapat ditentukan. Biasanya seseorang untuk hidup cenderung pasrah dan tidak

memiliki 12 motivasi untuk hidup. Seseorang dalam tingkatan stres ini biasanya

teridentifikasi mengalami depresi berat kedepannya (Psychology Foundation of Australia,

2010).

6. Tahapan stress

Menurut Amberg (1979) seperti yang dikemukakan Hawari (2008) bahwa tahapan

stres sebagai berikut :

a. Sres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya disertai

dengan perasaan-perasaan berikut :

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasannya.

3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya ; namun tanpa disadari

cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula.

4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun

tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

b. Stres tahap II

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres

tahap II adalah sebagai berikut :

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar


2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang

3) Lekas merasa capai menjelang sore hari

4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort)

5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)

6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang

7) Tidak bias santai

c. Stres tahap III

Pada tahap III keluhan semakin meningkat dan mengganggu yaitu :

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag (gastritis),

buang air besar tidak teratur (diare).

2) Ketegangan otot-otot semakin terasa.

3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early

imsomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle imsomnia), atau

bangun terlau pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late imsomnia).

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa mau pingsan). Kesempatan untuk

beristrirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.

d. Stres tahapan IV

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi

membosankan dan terasa lebih sulit.


3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk

merespons secara memadai (adequate)

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan

6) Seringkali menolak ajakan (negativesm) kerena tidak semangat dan kegairahan.

7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

8) Timbul perasaan ketakuatan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa

penyebabnya.

d. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V yang

ditandai dengan hal-hal berikut :

1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological

ex-haution).

2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sahari-hari yang ringan dan

sederhana.

3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder)

4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah

bingung dan panik.

e. Stres tahap VI

1) Debaran jantung teramat keras

2) Susah bernafas (sesak dan megap-megap)


3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran

4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

5) Pingsan dan kolaps (collapse) Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala

sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang

disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial

yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

7. Mekanisme stress secara fisiologis

Stressor akan mengaktifkan hipotalamus, selanjutnya hipotalamus akan

mengendalikan sistem saraf simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf akan

mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya

contohnya, ia akan meningkatkan kecepatan denyut jantung serta dilatasi pupil.

Selanjutnya sistem saraf simpatis juga akan memberi sinyal ke medulla adrenal untuk

melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Selain itu hipotalamus akan

mensekresi ACTH yang akan merangsang korteks adrenal untuk menstimulasi

sekelompok hormon, contohnya kortisol yang akan mempengaruhi regulasi gula darah.

Sekresi ACTH juga akan memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan

beberapa hormon, sehingga efek kombinasi berbagai hormon stres tersebut akan di bawa

melalui aliran darah serta peran dari aktivasi neural cabang simpatik dari sistem saraf

otonomik yang berperan dalam fight or flight respon (Nasution, 2007).

8. Metode untuk mengatasi stress

a. Pendekatan farmakologis (pharmalogical)


Pendekatan ini dilakukan dokter yang juga ahli psikiatri. Pendekatan ini

memanfaatkan obat – obat penenang dan umumnya bersifat sementara. Cara kerjanya

rumit, tidak mudah dijelaskan bagi orang awam dibidang kedokteran dan psikiatri.

Pendekatan ini berfokus untuk mempengaruhi sistem saraf (nervous sistem), bisa

berada di pusat (central), bisa juga disekelilingnya (peripheral). Jadi pendekatan

farmakologi boleh disebut sebagai cara pengelolaan stres awal sebelum pada

waktunya orang dibantu untuk mengelola stres yang dialami dengan sungguh –

sungguh, dalam arti masalah sendiri dikelola.

b. Pendekatan perilaku (bahavioral)

Pendekatan ini yang terarah pada perilaku, bentuknya antara lain relaksasi,

desentasisasi sintetesis, umpan balik, meniru orang lain.

c. Pendekatan kognitif

Metode ini dilakukan untuk membantu orang dalam mengatasi stresnya karena

kekurangan atau kesalahan pengertian. Intinya metode kognitif merupakan

pemahaman untuk mengatasi stres diciptakan untuk mengatur kembali pola

berfikirnya. Mengatur kembali pola berfikir pada dasarnya merupakan proses

menggantikan pikiran atau keyakinan yang mengurangi penilaian orang yang

menderita stres terhadap ancaman atau kerugian yang dapat diakibatkan oleh hal,

peristiwa, orang yang dihadapinya.

d. Meditasi dan hipnosis

Stres dapat mempengaruhi gejolak mental. Metode meditasi dan hipnosis merupakn

salah satu cara yang efektif. Meditasi merupakan cara untuk memusatkan diri dan

perhatian pada suatu objek, pemikiran atau bayangan. Tujuannya dalam mengelola
stres adalah menambah kemampuan orang yang terkena stres berhadapan dengan hal,

peristiwa, orang, keadaan yang 24 mengakibatkan stres dengan menciptakan

tanggapan rileks, tenang, sebagai alternatif tanggapan terhadap stres tersebut.

Hipnosis merupakan perubahan kesadaran yang dihasilkan lewat sugesti tertentu dan

dalam keadaan berubah itu orang dapat dibantu mengubah pemahaman, ingatan, dan

perilaku. Tanpa ada orang yang ahli dan dan orangnya sendiri tidak dapat dihipnosis,

metode hipnosis tidak dapat dilaksanakan.

e. Terapi Musik

Metode ini salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Jika kadar stres pada

seseorang terlalu tinggi maka sistem kekebalan tubuhnya akan berkurang oleh sebab

itu seseorang perlu mewaspadai dirinya dari kondisi stres yang berlebihan. Manfaat

musi salah satunya yaitu untuk mengendalikan diri.

9. Cara mengukur tingkat stress

Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem scoring yang akan diisi oleh

responden dalam suatu penelitian. Ada beberapa kuesioner yang sering dipakai untuk

mengetahui tingkat stres pada antara lain :

a. Student Life Stres Inventory (SLSI)

SLSI dipublikasikan oleh Gadzella pada tahun 1991. SLSI terdiri dari data dimensi

yitu dimensi stresor dan reaksi terhadap stresor. Dimensi stressor diwakilkan dengan

lima indicator yaitu frustasi, konflik, tekanan, perubahan, dan self imposed yang

berjumlah 23 pertanyaan, sedangkan dimensi reaksi terhadap stressor terdiri dari

empat indicator yaitu fisiologis, psikologis, perilaku, dan penilaian kognitif yang
berjumlah 31 pertanyaan sehingga total dari pertanyaan pada SLSI adalah 54 item

pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala Likert yaitu:

1) Tidak pernah : diberi skor 1

2) Jarang : diberi skor 2

3) Kadang-kadang : diberi skor 3

4) Sering : diberi skor 4

5) Selalu : diberi skor 5

Nilai uji reliabilitas dari student life stress inventory menggunakan test-retest

reliabilitas adalah 0,78.

b. Kessler psychological distress scale

Kessler Psychological Distress Scale (KPDS) terdiri dari 10 pertanyaan yang diajukan

kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden tidak pernah

mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang mengalami stres, 3 untuk

jawaban dimana responden kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk jawaban dimana

responden sering mengalami stres dan 5 untuk jawaban dimana responden selalu

mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala pengukuran yang digunakan adalah

skala ordinal. Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut:

1) Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres

2) Skor 20-24 : stres ringan

3) Skor 25-29 : stres sedang

4) Skor ≥ 30 : stres berat (Carolin, 2010).


c. Perceived stress scale (PSS-10)

Perceived stress scale (PSS-10) merupakan self-report questionnaire yang terdiri dari

10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres beberapa bulan yang lalu dalam

kehidupan subjek penelitian. Skor PSS diperolehi dengan reversing responses

(sebagai contoh, 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0) terhadap 20 empat soal yang bersifat

positif (pertanyaan 4, 5, 7 & 8) kemudian menjumlahkan skor jawaban masing-

masing pertanyaan (Olpin & Hesson, 2009). Soal dalam perceived stress scale ini

akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran responden dalam satu bulan terakhir

ini. Anda akan diminta untuk mengindikasikan seberapa sering perasaan ataupun

pikiran dengan membulatkan jawaban atas pertanyaan

1) Tidak pernah diberi skor 0

2) Hampir tidak pernah diberi skor 1

3) Kadang-kadang diberi skor 2

4) Cukup sering skor 3

5) Sangat sering diberi skor 4

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres

sebagai berikut:

1) Stres ringan (total skor 1-14

2) Stres sedang (total skor 15-26)

3) Stres berat (total skor >26)

d. Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col)


Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col) terdiri dari 54

pertanyaan yang merupakan suatu skala yang terdiri dari kejadian umum yang tidak

menyenangkan bagi para mahasiswa. Setiap kejadian tersebut diukur berdasarkan

frekuensi terjadinya dalam satu bulan, dalam bentuk skala sebagai berikut:

1) Tidak pernah diberi skor 0

2) Sangat jarang diberi skor 1

3) Beberapa kali diberi skor 2

4) Sering diberi skor 3

5) Sangat sering diberi skor 4

6) Hampir setiap saat diberi skor 5

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres. Skor

kurang dari 75 menunjukkan seseorang mengalami stres ringan, skor 75-135

menunjukkan seseorang mengalami stres sedang, skor lebih dari 135 menunjukkan

seseorang mengalami stres berat.

e. Depression Anxiety Stres Scale-21 (DASS-21)

Data tingkat stress diukur dengan menggunakan depression anxiety stres scale-21

(DASS-21) yang dikembangkan oleh Lovibond (1995). Instrumen DASS-21

merupakan versi pendek dan versi sebelumnya yaitu DASS-42. Instrumen ini

digunakan untuk mengukur general psychological distress yang meliputi stress,

depresi, dan kecemasan, Instrumen ini merupakan jenis instrument yang diisi sendiri

oleh subjek dengan waktu pengerjaan sekitar 5-10 menit. Instrumen ini dipilih karena
mudah dalam pengisian serta sudah dilakukan validasi di Indonesia oleh Danamik

(2006).

Alat ukur ini terdiri atas tiga skala (depresi, kecenasan, stress) dengan masing-masing

skala terdiri atas 7 butir pertanyaan. Instrumen tersebut berbentuk pertanyaan tertutup

dengan pilihan jawaban tidak pernah, jarang, kadang-kadang, dan sering. Masing-

masing pilihan jawaban tersebut memiliki skor, yaitu tidak pernah (0), jarang (1),

kadang-kadang (2), dan sering (3), skor dari tiap pertanyaan selanjutnya digolongkan

tiap skala dan diinterpretasikan sesuai dengan hasil skor tersebut. Rentang skor pada

instrument ini yaitu 0-21 untuk tiap skala. Kategori hasil interpretasi berdasarkan total

skor ditampilkan pada Tabel 1

Tabel 1 Interpretasi hasil skor instrument DASS-21

Kategori Depresi Kecemasan Stres


Normal 0-4 0-3 0-7
Ringan 5-6 4-5 8-9
Sedang 7-10 6-7 10-12
Berat 11-13 8-9 13-16
>14 >10 >17
Sangat Berat

B. Indeks Massa Tubuh

1. Definisi IMT

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat

badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator

atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur

lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi
dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan

dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002). IMT

merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta

metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan.

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator didalam mengukur status gizi yang

secara tidak langsung dapat menetukan besar komposisi tubuh dengan status gizi

tertentu. Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.

Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mndadak, misalnya

karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan

yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropologi yang sangat labil, dalam

keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi

dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti

pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan

perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari

keadaan normal

IMT merupakan rumus matematis yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam

kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Penggunaan rumus ini

hanya dapat diterapkan pada seseorang berusia antara 19 hingga 70 tahun, berstruktur

tulang belakang normal, bukan atlet atau binaragawan, dan bukan ibu hamil atau

menyusui. Pengukuran IMT ini dapat digunakan terutama jika pengukuran tebal

lipatan kulit tidak dapat dilakukan atau nilai bakunya tidak tersedia.

Anda mungkin juga menyukai