Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

D DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN PRIORITAS KEKURANGAN VOLUME
CAIRAN DAN DIAGNOSA MEDIS GASTROENTERITIS +
DIARE DI PAVILIUN 14 RUMAH SAKIT KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA

Oleh :

Dwi Okta Astria S.,S.Kep (201604020)


Gigih Julihartanti., S,Kep (201604030)
Maria Fransiska Etris B., S,Kep (201604043)
Novian Arberto L. T., S,Kep (201604055)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan
kematian yang tinggi diberbagai negara terutama di negara berkembang.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kejadian
penyakit diare yang tinggi yang mengakibatkan tingginya morbiditas dan
mortalitas (Magdarina, 2010). Diare mengacu pada kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi dengan faeces yang tidak berbentuk
(Nettina, 2001). Diare merupakan kondisi frekuensi defekasi yang lebih dari 3 kali
sehari, serta konsistensi faeces yang encer/cair (Widjaja, 2002). Menurut Smeltzer
(2002), diare dapat akut maupun kronis. Penyakit diare disebabkan oleh banyak
faktor diantaranya kondisi lingkungan, perilaku orang tua dan pemenuhan nutrisi.
Kebanyakan dari masyarakat selama ini hanya memahami bahwa diare terjadi
karena makanan yang sudah tercemar.
Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak,
sekitar 10% pada anak usia balita. Angka kejadian diare pada anak didunia
mencapai 1 milliar kasus tiap tahun, dengan korban meninggal sekitar 4 juta jiwa.
Data profil kesehatan Indonesia menyebutkan tahun 2012 jumlah kasus diare yang
ditemukan sekitar 213.435 penderita, dengan jumlah kematian 1.2289 penderita
dan sebagian besar (70-80%) terjadi pada balita. Provinsi Jawa Timur merupakan
daerah kedua dengan sebaran frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) terbesar di
Indonesia. Berdasarkan data awal tahun 2011 yang telah dilakukan di Puskesmas
dr Sutomo , jumlah seluruh pasien balita yang terkena diare adalah 208 orang
pertahun dan tahun 2012 yaitu 220 orang pertahun sedang tahun 2013 dari bulan
Januari- Oktober jumlah keseluruhan pasien diare pada balita 268 orang.
Berdasarkan data triwulan ke 4 tahun 2016, jumlah pasien dipaviliun anak yang
masuk dengan diagnosa diare yaitu 80 pasien atau sekitar 21,5% dari jumlah
pasien MRS dipaviliun anak yaitu 372 pasien.
Diare dapat disebabkan dari berbagai macam faktor yaitu faktor nutrisi,
perilaku orang tua dan faktor lingkungan yang kotor. Cara penularan diare dapat

1
melalui lingkungan dengan cara fekal oral makanan atau minuman yang tercemar
kuman atau kontak langsung dengan tangan penderita yang kotor pada saat
menyentuh makanan atau melalui lalat pada makanan yang tidak ditutup.
Penularan diare yang lain bisa dari perilaku orang tua sendiri yang tidak mencuci
tangan sebelum menyentuh makanan dan setelak kontak dengan barang kotor atau
tercemar. Berdasarkan patofisiologinya diare ada yang sekretorik dan osmotik.
Diare yang sekretorik disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, dan menurunnya absorpsi diusus. Diare osmotik disebabkan karena
meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan
karena malabsorbsi mukosa akibat pemakaian obat-obatan berlebihan yang rentan
terhadap mukosa usus. Dampak dari diare dapat mengakibatkan terjadinya
kekurangan cairan tubuh yang dikenal dengan dehidrasi, yang biasanya muncul
dengan gejala adanya pernafasan kusmaul,penurunan berat badan yang drastis,
sianosis, peningatan denyut nadi, takanan darah yang menurun dan adanya
keadaan umum yang lemah (Sugianto, 2002).
Upaya pemutusan rantai penularan diare meliputi peningkatan kualitas
kesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan. Penanggulangan diare pada
anak kurang dari 2 tahun dapat dilakukan dengan pemberian larutan oralit 50-
100ml/kali diare. Bagi ibu-ibu harus meningkatkan pemberian minuman dan
makanandari biasanya. Selain itu juga diberikan zink (10-20mg/hari), sebagai
makanan tambahan. Menurut Depkes RI (2000) penyakit diare dapat dicegah
melalui promosi kesehatan antara lain : meningkatkan pemberian ASI,
memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI, penggunaan air
bersih yang cukup, makan makanan yang bersih dan bergizi, meningkatkan
kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta menjaga kebersihan
diri (personal hyegine). Menurut Nurs Midwifery Study 25852 (2016) untuk
mencegah terjadinya kondisi dehidrasi maka dapat diberikan makanan tambahan
sebagai tambahan asupan gizi dengan memberikan GORS (Glukosa Oral
Rehidrasi Solution) dan nasi sup (Rice Soup).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Data fokus apa yang harus dikaji pada pasien diare?
1.2.2 Diagnosa keperawatan apa yang ditemukan pada pasien dengan diare?

2
1.2.3 Rencana keperawatan apa yang dapat diterapkan pada pasien diare?
1.2.4 Bagaimana keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien diare?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh gambaran pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
diare.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi data fokus pada pasien dengan diare di Paviliun anak RS
Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya.
2) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien dengan diare di
paviliun anak RS Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya.
3) Menyusun perencanaan dan melaksanakan tindakan pada pasien dengan
diagnosa diare di paviliun anak RS Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya.
4) Melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diare di
paviliun anak RS Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Mahasiswa mengetahui dengan benar tentang rasional dasar dari suatu
tindakan keperawatan pasien dengan diagnosa masuk diare di paviliun anak
secara teoritis dikaitkan dengan jurnal yang ada dan dikaitkan dengan
literatur yang ada.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Mahasiswa mempunyai suatu gambaran tindakan keperawatan pada masa
kini dan cara perawatan pada pasien dengan diare di paviliun anak.
2) Mahasiswa dapat menerapkan (aplikasi) suatu tindakan keperawatan pada
pasien anak dengan diare di paviliun anak.
3) Dapat menjadikan suatu pedoman atau acuan dalam tindakan keperawatan
selanjutnya.

3
BAB 2
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Tanggal Pengkajian : 16-12-2016 Jam : 16.15


Sumber data : Orang tua pasien No Rm : 82-xx-xx
Tanggal MRS : 16-12-2016 Dx. Masuk: Diare
Jam MRS : 10.30
Paviliun : 14
Ruang : 115 no XX

Identitas Anak Identitas Orang Tua

Nama : An. D Nama Ayah : Tn. A


Usia : 1 Tahun 3 Bulan Nama Ibu : Ny. S
Tanggal lahir : 21 Agustus 2016 Pekerjaan Ayah/Ibu : Swasta/IRT
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan Ayah/Ibu : PT/PT
Anak : Kedua Agama : Islam
Status rencana : Sendiri Suku Bangsa : Jawa
Pembiayaan Alamat : Surabaya
Keluhan Utama :
Ibu mengungkapkan anak diare dan panas.
Riwayat Kesehatan/Penyakit Saat Ini :
Ibu pasien mengungkapkan, Rabu pagi 14/12/16 An. D rewel dan perabaan
panas, oleh orang tua diberi obat Sanmol drop 10ml, beberapa menit kemudian
setelah minum obat anak kejang. Oleh orang tua anak dibawah kepuskesmas dan
dilakukan pemeriksaan darah (hasil Hb 15,4g/dl, leucosit 10,20x109/L, Trombosit
140x109/L, PCV 45%, widal test hasil thypus (-), parathypus A (-), Parathypus B
(-). Saat di puskesmas An. D mendapat terapi obat panas suppositoria 1x1 supp
dan cairan infus (keluarga tidak tahu namanya) serta dianjurkan MRS. Sampai
dengan Rabu sore opname di Puskesmas, menurut keluarga An. D tidak
mengalami kemajuan, anak masih panas dan mengalami diare 10x/24 jam
konsistensi ada ampas dan air terakhir disertai lendir banyak. Kamis pagi
15/12/16 anak masih diare 4x cair ada ampas dan lendir. Karena keluarga

4
khawatir dengan kondisi anaknya tidak mendapatkan penanganan yang tepat,
maka An D minta dirujuk ke IGD RSK. Keadaan anak saat datang di IGD jam
09.50 anak agak lemah, menangis kuat, mata cowong, diare 4x, nadi 132x/menit,
suhu 38,20 C, GCS 4-5-6. An D mendapatkan terapi infus D5 ¼NS 1000 ml/24
jam, An D di konsulkan ke Dr. T dan dianjurkan untuk MRS. Dari Dr. T anak D
mendapat terapi infus D5 ¼ NS 1 liter/24 jam, Cetriaxone 2x250 mg IV, New
Diatab 4x1/2 tab PO, Liprolac 1x1 sachet PO, Orezink 1x1 cth PO, pasien di
puasakan sementara bila masih diare dan muntah, bila tidak ada diare dan muntah
pasien boleh diet nasi tim, rendah serat 3x/hari, minum PASI 4x120 cc (1 : 60).
Jam 11.00 pasien dipindahkan ke ruang rawat inap Paviliun 14. Kondisi
pasien saat datang anak tampak agak lemah, akral hangat nadi kuat dan jelas, mata
cowong, turgor kulit sedang, tangis kuat, pergerakan aktif, suhu 37,70 C, pasien
masih diare. Terapi Infus diturunkan 500 ml D5 ¼NS /24 jam,terapi oral dan
injeksi dilanjutkan boleh minum air putih dan roti regal. Bila sore tidak ada
keluhan diet nasi tim rendah serat 3x/hari. PASI 4x120 cc (1:60). An. D dilakukan
pemeriksaan urine lengkap.
Riwayat Kesehatan/Penyakit Sebelumnya :
Ibu mengungkapkan 6 bulan (bulan juli 2016) anak pernah MRS karena
muntaber, anak selama ini tidak pernah kejang dan bila sakit hanya pilek saja dan
hanya disedot dengan penyedot lendir melalui hidung dan mulut.
Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga :
Ibu mengungkapkan dalam keluarga saat ini tidak ada yang menderita sakit
diare dalam minggu ini.
Riwayat Kesehatan, Persalinan, Neonatus :
Ibu pasien mengungkapkan An D lahir secara spontan, dengan berat badan
lahir 3000 gr. Ditolong oleh bidan praktek, dan tidak mengalami masalah.
Riwayat Imunisasi Klien :
Ibu mengungkapkan anak D sudah mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap dibidan praktek.
Riwayat Alergi yang dialami Klien :
Ibu mengungkapkan anak mempunyai riwayat alergi susu sapi coklat dan
snack chiki dengan reaksi kulit merah-merah dan gatal-gatal.

5
Riawayat Mengkonsumsi Obat-Obatan :
Ibu mengungkapkan anaknya biasa minum obat yang diberikan dokter jika
sakit.
Pertumbuhan Dan Perkembangan :
1) Tinggi badan : 72 cm
2) Lingkar kepala : 49 cm
3) Lingkar lengan atas : 11 cm
4) BB saat sakit : 9 kg
5) BB sebelum sakit : 9,3 kg
6) Status gizi (Z score) : BB/U hasil -0,12 kategori baik
TB/U hasil 0,78 kategori normal
Keterangan : TB/U : Sangat pendek jika z score < -3,0. Kategori pendek jika
Z score > -3,0 - < -2,0
Normal jika z score >-2,0
BB/U: Gizi buruk jika < -3,0
Gizi kurang jika >-3,0- < -2,0
Gizi baik jika >-20 - < 2,0
Gizi lebih jika >2,0
7) Kemandirian bergaul :
Ibu mengungkapkan An. D sering bermain dengan kakak dan anak
sebayanya. An. D memiliki banyak teman disekitar rumahnya. Saat di RS An.
D tampak sering menangis dan rewel.
8) Motorik halus :
Saat perawat memberikan mainan, An. D dapat menggenggam dengan kuat
menggunakan kedua tangannya.
9) Kognitif dan bahasa :
Ibu mengungkapkan An. D belum bisa bicara yang jelas dan lancar tetapi
sudah bisa mengucapkan kata “ma”.
10) Motorik kasar :
Ibu mengungkapkan An. D mampu loncat-loncat dengan kedua kaki
sekaligus melompat dan An. D tampak aktif berlari. Saat di RS saat perawat

6
datang untuk memberi tindakan seperti mengganti infus, An. Dmenangis dan
meronta-ronta sambil digendong ibunya.
Lingkungan Yang Mempengaruhi :
Ibu An. D mengungkapkan lingkungan tempat tinggalnya tidak ada yang
sedang terkena diare, An. D tinggal bersama orang tuanya dan menurut orang tua
An. D jarang jajan diluar rumah, semua makanan disiapkan sendiri oleh ibunya.
Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan :
Ibu mengungkapkan sudah pernah mendengar tentang penyakit diare dari
bidan saat penyuluhan. Bila diare tidak ditangani dengan baik maka akan jatuh ke
kondisi kekurangan volume cairan. Ibu berharap agar anaknya tidak jatuh ke
konsisi kritis dan cepat sembuh. Ibu mengungkapkan selalu memeriksakan ke
dokter jika ada anggota keluarga yang sedang sakit. Menurut Ibu itu adalah cara
terbaik agar anggota keluarganya bisa segera sembuh dan kembali beraktivitas.
Pola Nutrisi / Metabolik :
Di rumah : An. D makan 3x/hari dengan komposisi menu makanan yang terdiri
dari nasi tim, sayur, daging, tahu, tempe, ikan. An. D selalu makan buah (suka
mengkonsumsi buah pepaya) dan menu selingan puding 1x/hari. An. D selalu
menghabiskan menu makanan yang diidangkan. An. D minum PASI susu Soya 50
ml/hari, An. D masih minum ASI. An. D biasa minum air putih ± 1 gelas/200
ml/hari (± 6 jam).
Di rumah sakit : Saat dikaji An. D hanya minum 20 ml sejak jam 10.00 dan
terpasang infus D51/4NS, sisa 200 ml dan cairan yang sudah masuk 300ml selama
6 jam.
Pola Eliminasi (BAB dan BAK) :
Di rumah : Ibu pasien mengungkapkan pasien memakai pampers dan diganti saat
pagi, siang, dan sore. BAK4-5 x/hari, warna kuning jernih, BAB 1x/hari dengan
konsistensi lembek.BAB terakhir tanggal 13/12/2016.
Di rumah sakit : Saat dikaji An. D memakai pampers . BAK dipampers jumlah
sedikit,±230ml/5jam( jam 11.00 – 16.00 WIB) warna kuning jernih. BAB terakhir
jam 10.00, jumlah cukupan konsistensi air.
Pola Aktivitas Dan Latihan :
Di rumah : Sebelum sakit An. D sering bermain dengan kakak dan temannya. An.

7
D belum bersekolah sehingga kegiatan sehari-hari hanya bermain dirumah dengan
orang tua, saudara dan teman-teman.
Di rumah sakit : Saat dikaji anak hanya berbaring dansering minta gendong oleh
ibunya karena rewel.
Pola Hygiene Perseorangan :
Di rumah : An. D mandi 2x/hari dengan dimandikan oleh orang tua, ganti baju 2-
3x/hari, keramas setiap pagi, dan sudah diajari menggosok gigi 2x/hari setiap kali
mandi. Saat membersihkan daerah pantat, ibu membersihkan dengan handuk
khusus dengan cara digosok.
Di rumah sakit : Saat dikaji anak tidak diseka oleh ibunya.
Pola perceptual dan kognitif :
Saat dikaji An. D tampak tidak mau memandang petugas. Anak tidak
kooperatif terhadap tindakan keperawatan, seperti saat pengukuran suhu anak
tidak tenang (rewel).
Pola Istirahat dan Tidur :
Di rumah : Ibu mengungkapkan anak biasa tidur siang jam 13.30-15.30 dan tidur
malam pukul 21.00-06.00.
Di rumah sakit : Saat dikaji anak tidur sebentar dan segera terbangun.
Pola Persepsi dan Konsep Diri :
Ibu ingin anaknya cepat pulih dan berharap diberikan tindakan yang terbaik
bagi penyembuhan anaknya.
Pola Peran dan Hubungan :
Ibu sangat perhatian terhadap anaknya, terlihat ibu yang selalu berada dekat
anaknya sambil menggendong anaknya sampai tertidur.
Sistem Nilai dan Kepercayaan :
An. D beragama Islam, saat opname tidak ada permintaan layanan rohani
khusus. Selama opname An. D ditemani berdoa oleh Ibu yang menemani An. D.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Pasien tampak lemah, kesadaran composmentis.
1. Kepala dan Leher
Rambut rapi, distribusi merata, tidak ada lesi, warna rambut hitam kulit kepala
sedikit kotor, pada leher tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

8
pembesaran kelenjar limfe dan gangguan pergerakan pada leher.
2. Penglihatan dan Mata
Konjungtiva merah muda, sklera putih, reaksi cahaya +/+, diameter pupil 3/3.
Saat perawat diperiksa pada mata, mampu mengikuti arah lampu, kelopak mata
cowong. Saat menangis An D tidak keluar air mata.
3. Penciuman dan Hidung
Lubang hidung bersih, tidak ada polip, tidak ada slem atau pengeluaran darah
dari hidung, tidak ada nafas cuping hidung.
4. Pendengaran dan Telinga
Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak ada kotoran pada telinga,
saat dikaji An D mampu mendengarkan sumber bunyi berasal, saat dipanggil
namanya An. D menoleh dan melihat siapa yang memanggil.
5. Mulut dan Gigi
Mukosa bibir kering, tidak ada sariawan atau stomatitis, tidak ada pendarahan
pada gusi, sudah tumbuh gigi, 2 pada bagian atas dan 2 pada bagian depan.
6. Dada dan Pernafasan dan Sirkulasi
Pengembangan kedua paru tampak cepat dan simetris, terlihat pada saat pasien
menangis. Saat inspirasi dada kanan dan kiri terangkat dan mengembang,
diafragma turun, sudut costae meningkat saat ekspirasi dada turun dan
diafragma naik sudut costae menyempit. Pada perkusi dada didapatkan suara
nafas sonor, auskultasi tidak terdengar ronchi, tidak ada bunyi nafas tambahan,
suara jantung terdengar tunggal di midclavicula sinistra antara ics 3 dan 4,
akral hangat nadi 108x/menit, RR 28x/menit dan suhu 37,70C.
7. Abdomen
Perut supel, bising usus 20x/menit, tidak terdapat hepatomegali, perkusi
abdomen tympani, elastisitas kulit kembali setelah 3 detik.
8. Genetalia
Pada genetalia tampak bersih dan tidak terdapat kelainan bentuk genetalia.
9. Muskuloskeletal dan Integumen
Tidak ada edema pada tungkai, pergerakan ekstrimitas aktif dan kuat. Kulit
sekitar anus tampak kemerahan dirawat dengan Momilen cream.

9
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 15/12/2016 :
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Leukosit 6,46 4,0-11,0 x109/L
Eritrosit 4,30 4,5-5,5 x1012/L
Hb 11,1 13,0-17,5 g/dl
PCV/HCT 32,8 40-52 %
Trombosit 215 150-400 x109/L
Eosinophil 1 1-2 %
Basophil - 0-1 %
STAB 20 3-5 %
Segmen 46 54-66 %
Monosit 4 3-7 %
LED 6-12 6-10 mm/g
CRP Pos 47,31 < 10 mg/L

Terapi
1. Ceftriaxone 2 x 500 mg IV.
Komposisi : Tiap vial Ceftriaxone mengandung ceftriaxone sodium setara
dengan ceftriaxone 1 gram.
Indikasi : Indikasi Ceftriaxone adalah infeksi-infeksi berat dan yang
diseBABkan oleh bakteri gram positif maupun gram negatif
yang resisten atau kebal terhadap antibiotika lain : Infeksi
saluran pernapasan, Infeksi saluran kemih, Infeksi gonore,
Sepsis, Meningitis, Infeksi tulang dan jaringan lunak, Infeksi
kulit.
Efek Samping : Gangguan pencernaan : diare, mual, muntah, stomatitis,
glositis. Reaksi kulit : dermatitis, pruritus, urtikaria, edema,
eritema multiforma, dan reaksi anafilaktik., Hematologi :
eosinofil, anemia hemolitik, trombositosis, leukopenia,
granulositopenia, Gangguan sistem syaraf pusat : sakit
kepala, Efek samping lokal seperti iritasi akibat dari
peradangan dan nyeri pada tempat yang diinjeksi, Gangguan
fungsi ginjal : untuk sementara terjadi peningkatan BUN,

10
Gangguan fungsi hati : untuk sementara terjadi peningkatan
SGOT atau SGPT.
Cara Kerja : Ceftriaxone bekerja dengan menghambat sintesis
mucopeptide di dinding sel bakteri. Beta-laktam bagian dari
Ceftriaxone mengikat carboxypeptidases, endopeptidases,
dan transpeptidases dalam membran sitoplasma bakteri.
Enzim ini terlibat dalam sintesis sel-dinding dan pembelahan
sel. Dengan mengikat enzim ini, Ceftriaxone menghasilkan
pembentukan dinding sel yang rusak dan kematian sel.
Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan
dengan satu atau lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-
binding proteins-PBPs) yang selanjutnya akan menghambat
tahap transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri
sehingga menghambat biosintesis dinding sel. bakteri akan
mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik (autolisin
dan murein hidrolase) saat dinding sel bakteri terhambat.
2. Novalgin 4 x 100 mg IV.
Komposisi : Metamizole Na.
Indikasi : menurunkan suhu
Efek Samping : pusing, mulut terasa kering, gangguan darah, mual dan
gangguan fungsi hati.
Cara Kerja : menghalangi sintesis pirugen dan endogen sehingga
metamizole memiliki efek anti peradangan.
3. Mikasin 1 x 135 mg IV/pump dijalankan 1 jam.
Komposisi : Amikacin Sulfate 250 mg.
Indikasi : pengobatan jangka pendek untuk infeksi septikemia bakterial,
infeksi berat pada saluran napas.
Efek Samping : Ototoksisitas, neurotoksisitas, nefrotoksisitas.
Cara Kerja : Amikacin merupakan anti bakteri yang berspektrum luas
yang aktif terhadap bakteri gram negatif dan beberapa
bakteri gram positif.
4. Orezink 1 x 1 cth.

11
Komposisi : Tiap 5 ml 54,9 mg zinc sulphate monohydrate yang setara
dengan 20 mg zinc.
Indikasi : Terapi pelengkap diare pada anak- anak, digunakan bersama
ORS (Oral Rehydrartion Salbi), sehingga dapat mempercepat
proses penyembuhan dan meningkatkan sistem kekebalan.
Efek Samping : Toksisitas zinc secara oral pada dapat terjadi akibat asupan
zinc dosis > 150 mg/hari selama periode yang lama.
Penggunaan dosis tinggi zinc untuk periode lama dapat
menyebabkan penurunan konsentrasi lipoprotein plasma dan
absorbsi tembaga. Efek samping yang biasa terjadi adalah
mual, rasa pahit, dan iritasi pada mulut.
Cara Kerja : Zinc digunakan untuk melengkapi pengobatan diare pada
anak-anak dibawah 5 tahun, penggunaannya disertai dengan
cairan ORS (Oral Rehydrartion Salbi). Pemberian zinc
bersama ORS (Oral Rehydrartion Salbi) sesegera mungkin
setelah terjadi diare akan mengurangi lama dan tingkat
keparahan dehidrasi. Setelah diare berhenti, berikan zinc
secara kontinyu untuk menggantikan kandungan zinc yang
hilang. Resiko anak akan mengalami diare kembali dalam
waktu 2-3 bulan kedepan dapat berkurang.
4. Liprolac 1 x 1 sachet/oral.
Komposisi : Tiap sachet (2.5 g serbuk) mengandung: - Viable cell 1,25 x
109 CFU mengandung : Streptococcus thermophilus 10 mg,
Lactobacillus rhamnosus 3 mg, Lactobacillus acidophilus 3
mg, Bifidobacterium longum 1.25 mg, Bifidobacterium
bifidum 1.25 mg - Polydextrose 869.63 mg -
Fructooligosaccharide 375 mg - Lactulose mixed powder 125
mg - Vitamin C 35 mg (78,0% AKG) - Vitamin E 8.125 mg
(116,1% AKG) - Vitamin A 3.60 mg (34,0% AKG) -
Pyridoxine HCl 1.13 mg (118,3% AKG) - Vitamin B2 0.75
mg (126,7% AKG) Thiamine HCl 0.70 mg (100,0% AKG)
AKG berdasarkan kebutuhan energi 1300 kcal Bahan

12
tambahan: bubuk krim nabati, bubuk aroma jeruk, perisa
jeruk, perisa susu.
Indikasi : Sebagai supelemen untuk menjaga kesehatan saluran cerna.
dalam berbagai studi, probiotik digunakan untuk kasus-kasus
saluran cerna miasalnya diare, IBS, IBD, konstipasi,
intoleransi laktosa, meningkatkan imunitas, dll.
Efek Samping : Dianggap aman dan tidak memiliki efek samping.
Cara Kerja : Liprolac merupakan produk yang mengandung kombinasi
dari 5 jenis spesies dari probiotik hidup dan FOS (frukto
oligo sakarida) sebagai prebiotik. Kombinasi spesies
probiotik dalam Liprolac bekerjasama dalam membantu
memelihara kesehatan saluran pencernaan. FOS merupakan
media pertumbuhan bagi “friendly bacteria”. Liprolac juga
mengandung vitamin dan mineral sebagai suplemen
makanan.
5. Infus D5 ¼ NS 500 cc/hari.
Komposisi : Per 1000 mL GLucose 55 gram, NaCl 2,25 gram, air untuk
larutan injeksi ad 1.000 mL.
Indikasi : Untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori dan
mengembalikan keseimbangan elektrolit.
Efek Samping : Demam, infeksi atau jaringan nekrosis pada tempat suntikan,
trombosis vena atau flebetis di lokasi suntikan, hipernatremia.
Cara Kerja : Mengandung ion-ion yang terdistribusi kedalam cairan
intravaskuler dan terintertisial (ekstravaskuler).

13
2.1 Analisa Data
Kemungkinan
Tanggal Data Masalah
PenyeBAB
Kamis, DS : - Kekurangan Kehilangan cairan
15-12- DO : Volume Cairan
2016 - Kelopak mata cowong. CES yang hilang
- Mukosa bibir kering. secara cepat
- Turgor kulit menurun,
saat dicubit pada bagian Ketidakseimbangan
abdomen elastisitas kulit elektrolit
kembali setelah 3 detik.
- Anak rewel dan sering Hilangnya cairan
menangis. dalam intra seluler
- Saat menangis An D
tidak keluar air mata. Penurunan volume
- Jumlah produksi urine sirkulasi
±20ml/5jam.
- Bisingusus 20x/mnt. Kekurangan
- BAB mencret 3x/6jam, Volume Cairan
- Suhu 37,7ºC
Kamis, DS : Kerusakan Terpapar faeces yang
15-12- - Ibu mengungkapkan saat Integritas Kulit asam dan sering
2016 dirumah pampers pasien
hanya diganti 3x sehari, Penurunan sekresi
dengan cara mengusap Na, Ka, HCL
bagian sekitar pantat bersama faeces
dengan kain handuk.
Iritasi mukosa kulit
DO :
- Daerah kulit sekitar anus Kerusakan
tampak kemerahan. Integritas Kulit
- BAB 3x dalam 6 jam
terakhir, konsistensi cair.

2.2 Diagnosa Keperawatan


No Tanggal Diagnosa Keperawatan
1 Kamis, Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan diare
16-12- ditandai dengan mata cowong, mukosa bibir kering, turgor kulit
2016 turun, saat dicubit pada bagian abdomen elastisitas kulit
kembali setelah 3 detik,anak rewel dan sering menangis,
produksi urine ±20ml /5jam, Suhu 37,70C
2 Kamis, Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan paparan faeces
16-12- yang asam, encer dan sering. Ditandai dengan kulit tampak
2016 kemerahan pada daerah sekitar pantat, bayi tampak menangis
bila daerah pantatnya disentuh.

14
2.3 Rencana Keperawatan
Diagnosa Perencanaan Paraf
Implementasi Evaluasi Sumatif
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Kekurangan Volume Pasien menunjukkan 1. Jelaskan pada Orang 1. Penjelasan yang 1. Jam 16.30 WIB. 18-12-2016 jam 07.00 Okta
Cairan berhubungan perbaikan volume Tua pasien tentang efektif dapat Menjelaskan kepada WIB. Gigih
dengan diare ditandai cairan setelah dilakukan tanda-tanda dari membuat Orang Tua Orang Tua pasien Etris
dengan mata cowong, tindakan keperawatan kekurangan volume pasien menjadi tentang tanda-tanda S:- Eto
mukosa bibir kering, selama 1 x 24 jam cairan dan tindakan mengerti, sehingga dari kekurangan
turgor kulit turun, saat dengan kriteria hasil : yang akan kooperatif terhadap volume cairan O:
dicubit pada bagian dilakukan. tindakan misalnya mata - Keadaan umum baik
abdomen elastisitas 1) Elastisitas kulit keperawatan dan tampak cowong, - Pasien tampak
kulit kembali setelah 3 kembali normal medis yang akan produksi urine tenang, tidak rewel
detik, anak rewel dan setelah dicubit (<1 diberikan pada menurun, elastisitas - BAK 1x/2jam
sering menangis, detik) pasien. kulit bila dicubit dengan jumlah 25
produksi urine ±20ml 2) Mukosa bibir kembalinya lama, ml.
/5jam, Suhu 37,70C lembab. anak tampak lemah, - Pasien sudah tidak
3) Tidak mengalami dan cenderung rewel mencret
rasa haus yang dan tindakan yang - Mata tidak cowong,
berlebihan. dilakukan untuk mukosa bibir
4) TD systole 95- mengatasi lemBAB, saat dicubit
100mmhg, diastole kekurangan cairan daerah abdomen kulit
60-65 mmHg yaitu tetap kembali dalam waktu
5) Nadi60-120x/mnt memberikan minum 1detik
6) Suhu36,5-37,5oC ASI maupun PASI, - Pasien minum ASI
7) Cairan masuk dan pemberian cairan frekwensi sering.
keluar seimbang. infus sesuai instruksi - Suhu 36,2ºC.
dokter dan diberikan - CM: 50 + ASI (tidak
terapi untuk bisa diukur
mengatasi diarenya. mendapatkan ASI),
CK: 30 dan balance
2. Berikan cairan 2. Mengganti cairan 2. Jam 16.45 WIB. cairan + 20 cc (tidak
minum peroral yang hilang akibat Menganjurkan akurat)
untuk memenuhi diare, sesuai kepada Orang Tua

15
kebutuhan cairan/ 24 kebutuhan. untuk memberikan A:
jam, baik dengan Kebutuhan cairan minum sedikit tapi - Masalah teratasi.
pemberian ASI atau sesuai holiday segar sering pada pasien
air putih 400cc. 9 kg p BB x100 ml= kurang lebih P:
900ml/24jam pasien 20ml/jam. - Intervensi no 1
sudah diberikan dihentikan.
cairan infus D1/4NS - Intervensi no 2, 3, 4
500ml/24 jam , jadi dan 5 dilanjutkan.
kebutuhan minum
peroral 400ml/24jam.

3. Ukur balance cairan. 3. Mengetahui jumlah 3. Jam 17.00 WIB.


cairan yang masuk Menimbang popok
dan jumlah cairan pasien setelah
yang keluar dapat BAK/BAB.
untuk mengetahui
kebutuhan cairan saat
itu dan untuk
mengidentifikasi
kondisi kkekurangan
cairan saat itu.

4. Kolaborasi dengan 4. Mengganti secara 4. Jam 17.15 WIB.


dokter dalam cepat hilangnya Mengitung tetesan
pemberian terapi cairan dan elektrolit infus D5¼NS jl
cairan parenteral tubuh yang keluar, 5tts/menit.
yaitu infus D5 ¼ NS dengan pemberian
500 cc/24 jam. cairan infus D1/4NS
500ml/24jam,
dengan tetesan
5tetes/mnt.
500mlx15 : 24x60 =
5tts/mnt.

16
5. Observasi turgor 5. Menilai tingkat 5. Jam 20.00 WIB.
kulit, mukosa bibir, keberhasilan Mengobservasi
rasa haus pada tindakan yang telah turgor kulit baik,
pasien, TD, Nadi, diberikan pada mukosa bibir kering,
dan suhu tubuh pasien. tidak ada rasa haus
pasien, balance berlebih pada pasien,
cairan, frekwensi TD tidak bisa diukur
BAB dan karena anak rewel,
penimbangan berat Nadi 102 x/menit,
badan. Suhu 36,8oC.
Kerusakan Integritas Pasien mengalami 1. Jelaskan pada Orang 1. Ruam popok pada 1. Jam 16.15 WIB. Tanggal 17-12-2016 Okta
Kulit berhubungan perbaikan integritas Tua tentang pasien dikarenakan Menjelaskan pada Jam 20.00 WIB. Gigih
dengan paparan faeces kulit setelah dilakukan penyeBAB terpapar faeces yang Orang Tua pasien Etris
yang asam, encer dan tindakan keperawatan timbulnya ruam lama dan sering, tentang penyeBAB S:- Eto
sering. Ditandai selama 2 x 24 jam popok atau sehingga terjadinya ruam
dengan kulit tampak dengan kriteria hasil : kemerahan pada menyeBABkan popok yaitu karena O:
kemerahan pada daerah pantat anak, dan cara terjadinya iritasi dan adanya paparan kulit - Keadaan luka tidak
sekitar pantat, bayi 1) Ruam atau untuk mengatasinya. popok harus diganti dengan kotoran merah dan kering
tampak menangis bila kemerahan pada sesering mungkin kencing atau BAB - Kulit bersih
daerah pantatnya daerah pantat sudah ketika anak diare. dengan frekwensi
disentuh. berkurang. sering dan tidak A:
2) Kulit tampak segera diganti,serta - Masalah teratasi
bersih. membersihan daerah
genetalia yang P:
kurang maksimaldan - Intervensi no 1
tindakan serta dihentikan.
pemakaian pampers - Intervensi no 2,3,4
yang terlalu ketat, dan 5 dilanjutkan.
untuk mengatasinya
yaitu dengan
mengganti segera
pampers bila anak
BAK atau BAB, dan
memasang pampers

17
dengan tidak terlalu
ketat dengan terlebih
dahulu dibersihkan
dengan cara
menepuk-nepuk.

2. Jaga lokasi pantat 2. Kulit yang terlalu 2. Jam 16.30 WIB.


tetap kering. lembab dapat Menganjurkan pada
menimbulkan tempat ibu untuk mengganti
berkembangnya popok anak segera
bakteri dan jamur. setelah BAK/BAB.

3. Bersihkan daerah 3. Tisu yang 3. Jam 16.30 WIB.


sekitar pantat dan mengandung Membersihkan kulit
genetalia dengan pelembab berfungsi sekitar pantat dengan
menggunakan tisu untuk membersihkan menggunakan tisu
yang mengandung dan melembutkan yang mengandung
pelembab. daerah kulit yang pelembab dengan
dibersihkan. cara menepuk-nepuk
bagian kulit yang
merah tidak dengan
menggusap /
mengggosok.

4. Hindari pemakain 4. Pemakaian dan 4. Jam 16.30 WIB.


dan pemasangan pemasangan popok Mengganti popok
popok dengan terlalu yang terlalu ketat dengan ukuran
ketat. daerah kulit sekitar popok yang sesuai
menjadi lembab dengan anak dan
karena kurang tidak memasangnya
sirkulasi udara. yang baru dengan
terlalu ketat.

18
5. Kolaborasi dengan 5. Pemberian cream 5. Jam 17.00 WIB
dokter dalam dapat membantu memberikan
pemberian terapi mengurangi proses momilem cream
momilem cream peradangan pada pada pantat yang
diteruskan. kulit. Karena memerah setelah
mengandung emolien, anak BAK dan
vitamin E, elastin dan menganjurkan pada
kolagen yang dapat ibu bila setelah
memberi asupan BAB/BAK
nutrisi pada kulit dan mengolesi dengan
menjaga elastisitas momilem cream.
kulit.

6. Observasi keadaan 6. Tindakan observasi 6. Jam 20.00 WIB.


luka di kulit sekitar sebagai deteksi dini Mengobservasi luka
pantat dan respon dalam mengetahui disekitar pantat
anak. perubahan yang masih nampak
terjadi. kemerahan.

19
2.4 Catatan Perkembangan
Diagnosa
Tanggal S.O.A.P.I.E Paraf
Keperawatan
16-12-2016 Kekurangan Volume Jam 16.00 WIB. Okta
Cairan berhubungan S : Gigih
dengan diare ditandai Ibu mengungkapkan An. D masih diare. Etris
dengan mata cowong, Eto
mukosa bibir kering, O:
turgor kulit turun, saat - Pasien agak lemah
dicubit pada bagian - Pasien rewel, menangis keluar sedikit air
abdomen elastisitas mata.
kulit kembali setelah 3 - Turgor kulit baik,saat dicubit bagian
detik, anak rewel dan abdomen elastisitas kembali 3 detik, mata
sering menangis, sedikit cowong.
produksi urine ±20ml - An.D BAB cair 3x/jam cukupan
/5jam, Suhu 37,70C - Pasien mendapatkan ASI
- BAK spontan 3x tiap 8 jam, jumlah tidak
terukur.

A:
Masalah teratasi sebagian.

P:
- Intervensi no 1 dihentikan.
- Intervensi No 2, 3, 4 dan 5 dilanjutkan.

I:
- Jam 16.25 WIB. Menganjurkan kepada
orang tua memberikan minum sedikit tapi
sering.
- Jam 18.15 WIB. Mengobservasi jumlah
BAK pasien, jumlah tidak terukur.
- Jam 16.00 WIB. Mengganti infus D5 ¼
NS 500ml/24jam (7 TPM) dan
memberikan New Diatab ½ tablet PO.
- Jam 20.00 WIB. Mengobservasi
elastisitas kulit, mukosa bibir, rasa haus
pasien (memberi rangsangan pada anak
dengan mendekatkan sendok isi air
kemulut anak kemudian dilihat apakah
anak merespon untuk minum atau tidak),
suhu dan nadi.

E : Jam 20.00 WIB :


Elastisitas kulit kembali sebelum 3 detik,
mukosa bibir lembab, pasien haus dan
sudah mendapat ASI semampunya, suhu
37,10C, nadi 112x/menit teraba kuat dan
teratur.
16-12-2016 Kerusakan Integritas Jam 16.00 WIB. Okta
Kulit berhubungan S: Gigih
dengan paparan faeces Ibu mengungkapkan kulit sekitar daerah Etris
yang asam, encer dan pantat masih tampak merah dan anak pasien Eto
sering. Ditandai dengan diare.
kulit tampak kemerahan
pada daerah sekitar O:
pantat, bayi tampak - Kulit dibagian pantat masih tampak

20
menangis bila daerah merah tapi sudah berkurang.
pantatnya disentuh. - Keadaan daerah sekitar pantat tampak
bersih.

A:
Teratasi sebagian.

P:
- Intervensi no 1 dihentikan.
- Intervensi no 2, 3, 4 dan 5 dilanjutkan.

I:
- Jam 17.00 WIB. Ibu pasien mengganti
pempers dengan hati-hati dan
memakaikan dengan tidak terlalu ketat.
- Jam 17.50 WIB. Membersihkan kulit
sekitar pantat dengan tisue yang
mengandung pelembab dan mengolesi
dengan momilem cream
- Jam 20.00 WIB. Mengobservasi keadaan
luka sekitar pantat masih tampak
kemerahan

E:
Jamn20.00 WIB
Keadaan luka masih kemerahan dan
sedikit lembab.
17-12-16 Kekurangan Volume Jam 16.00 WIB. Okta
Cairan berhubungan S: Gigih
dengan diare ditandai Ibu pasien megungkapkan anak masih diare Etris
dengan mata cowong, tetapi sudah berkurang banyak, frekwensi Eto
mukosa bibir kering, diare 2x sejak jam 08.00 - 16.00 WIB.
turgor kulit turun, saat
dicubit pada bagian O:
abdomen elastisitas - Keadaan umum pasien agak lemah
kulit kembali setelah 3 - Elastisitas daerah abdomen kembali
detik, anak rewel dan dalam waktu kurang dari 1 detik.
sering menangis, - Mukosa bibir lembab.
produksi urine ±20ml - Pasien tampak lebih tenang.
/5jam, Suhu 37,70C - BAB 2x/8jam jumlah cukupan,
konsistensi cair dan berampas.
- pasien muntah 1x sisa makanan karena
batuk.

A:
Masalah teratasi sebagian.

P:
- Intervensi no 1 dihentikan.
- Intervensi no 2, 3, 4 dan 5 dilanjutkan.

I:
- Jam 16.25 WIB. Menganjurkan kembali
kepada ibu pasien untuk memberi minum
ASI/ PASI sedikit tapi sering
- Jam 18.15 WIB. Melihat keadaan
pampers pasien masih kering.
- Jam 16.00 WIB. Mengatur tetesan infus

21
D5 ¼ NS (7 TPM) dan memberikan New
Diatab ½ tablet.
- Jam 21.00 WIB. Mengobservasi turgor
kulit, rasa haus pasien (memberi
rangsangan pada anak dengan
mendekatkan sendok isi air kemulut anak
kemudian dilihat apakah anak merespon
untuk minum atau tidak), dan mengukur
TD 90/50 mmHg, nadi 109x/mnt.

E:
Jam 21.00 WIB.
Turgor kulit lembab, mukosa bibir lembab,
pasien belum mau minum air putih, hanya
minum ASI, BAB 2x/12jam, suhu 37,60C,
tekanan darah 95/50mmhg, akral hangat
perabaan panas, nadi 90x/menit, teraba kuat
jelas dan teratur.
17-12-16 Kerusakan Integritas Jam 20.00 WIB. Okta
Kulit berhubungan S: Gigih
dengan paparan faeces Ibu pasien mengungkapkan diare, sudah Etris
yang asam, encer dan berkurang dan bila anak BAB sudah Eto
sering. Ditandai dengan dibersihkan secara pelan dengan menepuk-
kulit tampak kemerahan nepuk daerah yang terkena faeces atau urine.
pada daerah sekitar
pantat, bayi tampak O:
menangis bila daerah - Keadaan luka tidak merah dan kering.
pantatnya disentuh. - Kulit bersih.

A:
Masalah teratasi.

P:
- Intervensi No 1 dihentikan.
- Intervensi No. 2, 3, 4 dan 5 dilanjutkan.

I:
- Jam 15.20 WIB. Ibu pasien
membersihkan kulit sekitar pantat dengan
menggunakan tisue yang mengandung
pelembab dengan cara menepuk nepuk
daerah yang terpapar dengan faeces.
- Jam 15.30 WIB. Ibu pasien mengganti
pampers secara pelan dengan menepuk-
nepuk kulit dan memasangnya tidak
terlalu ketat.
- Jam 21.00 WIB. Mengobservasi kulit
sekitar pantat sudah tidak tampak
kemerahan.

E:
Jam 21.00 WIB.
Keadaan luka kering, tidak kemerahan
dan kulit tampak bersih.
18-12-16 Kekurangan Volume Jam 07.00 WIB. Okta
Cairan berhubungan S: Gigih
dengan diare ditandai Ibu mengungkapkan anak sudah tidak Etris
dengan mata cowong, diare. Eto

22
mukosa bibir kering, O:
turgor kulit turun, saat - Keadaan umum baik.
dicubit pada bagian - Pasien tampak tenang.
abdomen elastisitas - BAK 1x/2jam dengan jumlah cukupan
kulit kembali setelah 3 dan tidak terukur.
detik, anak rewel dan - Pasien tidak mencret.
sering menangis, - Elastisitas kulit kembali dalam 1 detik.
produksi urine ±20ml - Pasien minum ASI frekwensi sering.
/5jam, Suhu 37,70C
A:
Masalah teratasi.

P:
- Intervensi no 1 dihentikan.
- Intervensi no 2, 3, 4 dan 5 dilanjutkan.

I:
- Jam 07.15 WIB. Mengobservasi urine
(tidak terukur)
- Jam 08.00 WIB. Mengatur tetesan infus
D5 ¼ NS (7 TPM) dan memberikan New
Diatab ½ tablet.
- Jam 11.00 WIB. Mengobservasi turgor
kulit, mukosa bibir, rasa haus pada pasien
dan nadi.

E:
Jam 11.00 WIB.
Turgor kulit lembab, pasien belum mau
minum, pasien mendapat ASI dan makan 1
porsi habis, suhu 36,20C, nadi 100x/menit
teraba kuat, jelas dan teratur. CM : 50 +
ASI (tidak bisa diukur mendapatkan ASI),
CK : 30 dan balance cairan + 20 cc (tidak
akurat).

23
BAB 3

REVIEW JURNAL

No Aspek Review

1. Referensi Mojtaba Kianmehr, Ashraf Saber, Jalil Moshari, RezaAhmadi,


and Mahdi Basiri-moghadam.
Doi: 10.17795/nmsjournal25852.

2. Judul The Effectof G ORS Along With Rice Soup in the Treatment of
Acute Diarrhea in Children: A Single-Blind Randomized
Controlled Trial

3. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi efek simultan


mengambil glukosa rehidrasi oral solusi (G-ORS) dan nasi sup
dalam pengobatan diare akut untuk anak yang berusia 8-24
bulan.

4. Metode dan Responden Desain:


Single blind randomized controlled clinical trial

Responden:
20 bayi dan kelompok kontrol (G-ORS) (Glucosa Oral
Rehidration Solution)

Kriteria inklusi:
Kriteria inklusi adalah usia 8-24 bulan, karena tidak ada
comorbidities, pasien yang mengalami diare akut dan memiliki
kisaran normal natrium dan kalium dalam serum, selama studi
anak tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan yang
memperburuk diare (seperti jus buah yang manis dan makanan
yang manis, dll).
Kriteria eksklusi termasuk: anak berada di mampu untuk
melanjutkan studi dari sudut pandang kedokteran, anak
orangtua keengganan untuk melanjutkan studi, bebas
kepatuhan anak ke rejimen diresepkan, diare yang dikaitkan
dengan muntah-muntah (dari lebih dari 2 kali perhari) dan
persyaratan administrasi antibiotik.

Prosedur:
Protokol pengobatan adalah sebagai per rekomendasi WHO
bagan di mana kebutuhan cairan infus dan G-ORS telah
ditentukan berdasarkan tingkat keparahan diare. Kelompok
kontrol dianjurkan menerima pengobatan dengan G-ORS
(diproduksi oleh Daroopakhsh obat manufaktur Co, Iran).
Kelompok eksperimental yang menerima nasi sup (25 mL
untuk anak-anak di bawah salah satu dan 50 mL untuk orang-
orang yang lebih tua dari satu tahun) berdasarkan per bangku
output atau muntah selain menerima protokol G-ORS yang
sama. Untuk mempertimbangkan jumlah asupan cairan yang
tidak akan melebihi tingkat yang direkomendasikan, G-ORS
volume menurun sesuai dengan jumlah sup nasi yang
ditambahkan.

24
Sup nasi disiapkan oleh juru masak rumah sakit untuk anak-
anak dirawat di rumah sakit setiap hari. Untuk menyiapkan
sup, nasi Iran 100 g ditambah 6 g garam dengan 1.2 L air
direbus dimasak oleh mendidih pada api kecil selama satu jam
dan aduk dari waktu ke waktu sampai volume sup akhir
mencapai 1 L. Sup siap dan wadah mengukur diberikan untuk
setiap ibu untuk memberi makan anak dengan jumlah yang
diperlukan sup per bangku output atau muntah. Sup tambahan
disimpan dalam kulkas tapi sup segar disiapkan dan disimpan
di pembuangan ibu hari berikutnya.

Pada hari pertama rawat inap dan sebelum pengobatan,


natrium dan kalium dalam serum darah diukur menggunakan
Photometer Model PFP7 (diproduksi oleh Jenwey perusahaan,
Inggris) dan gravitasi spesifik urin diukur menggunakan
refraktometer Model SPR T2 (diproduksi oleh perusahaan
Erma, Jepang).

Checklist untuk informasi demografis seperti umur, jenis


kelamin, berat badan dan gizi jenis mengisi oleh peneliti
sebelum perawatan pada hari pertama pasien rawat inap. Berat
badan diukur menggunakan timbangan Model 61907
(diproduksi di Jerman) dan Ibu bertanya mengenai usia anak
dan jenis nutrisi kebiasaan makan. Variabel dan pengukuran
lain yang ditetapkan dalam Box 1.

Data analisa:
Untuk menganalisis data, uji normalitas untuk distribusi data
dilakukan menggunakan Kolmogorov-Smirnov tes. Selain itu,
Chi-kuadrat tes digunakan untuk menyelidiki hubungan antara
variabel-variabel yang kualitatif dari jenis kelamin, jenis
nutrisi dan gelar dehidrasi. Analisis kovarians digunakan untuk
menyesuaikan efek memusingkan variabel natrium serum. P-
nilai di bawah 0,05 dianggap signifikan secara statistik.
5. Hasil Dari total 40 anak, 19 (47.5%) adalah perempuan dan laki-laki
(52.5%) 21. Usia rata-rata adalah 14.35 ± 5.63 bulan dengan
minimal 8 bulan dan maksimum 24 bulan. Dua belas anak-
anak (30%) memiliki sedikit dehidrasi, dehidrasi moderat 28
(70%), dan tidak ada kasus telah dehidrasi berat.

Pada Tabel 1 didapatkan Ada perbedaan yang signifikan


ditemukan antara kelompok mengenai usia, jenis kelamin,
berat masuk dan type gizi (menyusui atau formula), gelar
dehidrasi (ringan atau sedang), kadar natrium dan Kalium
serum, urin gravitasi spesifik pada awal rawat inap, muntah,
denyut nadi dan laju pernafasan

Pada Tabel 2 Juga didaptkan, ada perbedaan yang signifikan


diamati antara dua kelompok mengenai diare durasi sebelum
pengobatan. Namun, durasi diare secara signifikan korsleting
di G-ORS + nasi sup grup daripada kelompok G-ORS (22.30 ±
4.78 jam vs 34.55 ± 5.82 jam, P < 0.001)

Selanjutnya, perbedaan yang signifikan ditemukan antara


kelompok untuk output bangku selama 24 jam pertama (P <
0.001) dan 24 jam kedua (P = 0,03) setelah perawatan. Selain
itu, tinja keluaran dari G-ORS + nasi sup kelompok ini kurang
dari kelompok G-ORS selama pertama dan kedua 24 jam
(Tabel 2). Untuk menerima cairan infus, hasil penelitian

25
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok selama 24 jam pertama (P = 0.95) serta di 24 jam
kedua (P = 0,87) setelah perawatan (Tabel 2). Analisis
kovarians, ada perbedaan yang signifikan ditemukan antara
dua kelompok rata-rata untuk output bangku selama 24 jam
pertama (P < 0.001) dan 24 jam kedua (P = 0,03), durasi diare
(P < 0.001) dan rumah sakit yang menginap (P < 0.004)
setelah menyesuaikan variabel memusingkan natrium serum.

6. Ide pokok dalam jurnal Diare berlangsung selama tujuh hari atau kurang
diklasifikasikan sebagai diare akut. Angka kematian pada anak
dalam pertahun ± 1,7 juta orang di seluruh dunia, diare adalah
penyebab utama kematian pada anak-anak di bawah 5 tahun.
Hal ini bertanggung jawab untuk lebih dari seperempat dari
semua masa kanak-kanak kematian di seluruh dunia. Penyakit
ini secara negatif mempengaruhi kualitas hidup dan dapat
menyebabkan biaya tinggi kesehatan. Dehidrasi adalah
penyebab langsung kematian dalam kebanyakan kasus dan jika
ditangani dengan tepat, kematian dapat dihindari hampir
sepenuhnya. Walaupun demikian, kematian karena diare masih
cukup tinggi .

Dehidrasi diare diobati dengan infus intravena (IV) cairan


hingga 1970-an, tapi itu mahal dan tidak praktis dalam
pengaturan rendah-sumber. Oleh karena itu, solusi rehidrasi
oral (ORS) diperkenalkan dan dikembangkan untuk digunakan
secara luas dan sejak kemudian jutaan anak-anak dan orang
dewasa dengan diare diselamatkan. ORS telah disebut sebagai
"sebelumnya terpenting di abad ini" dan telah memelihara
ketenaran bahkan setelah pergantian abad. Namun, telah ada
kontroversi mengenai komposisi ideal karena fakta bahwa
formulasinya tampaknya tidak universal untuk anak-anak dari
segala usia dengan gastroenteritis atau penyebab lain dalam
semua wilayah geografis.

Dengan demikian, berbagai penelitian dan percobaan telah


dilakukan untuk mengubah komposisi ORS untuk mencapai
formula ideal. Selain itu, nutrisi sesuai kebiasaan memainkan
peran penting dalam mengontrol diare. Solusi berbasis beras
rehidrasi oral telah terbukti efektif dalam pengobatan diare dan
dehidrasi. Beberapa studi telah mengubah komposisi formula
ORS saat ini menggantikan glukosa dengan komponen beras,
yang juga telah efektif dalam mengobati diare.

Dalam studi sebelumnya, beras berbasis ORS (R-ORS) telah


dibandingkan dengan organisasi kesehatan dunia (WHO)
merekomendasikan berbasis glukosa ORS (G-ORS) dalam
mengobati anak-anak dengan diare akut dan hasil yang
bertentangan telah dilaporkan. Dalam penelitian untuk
menyelidiki efektivitas R-ORS dibandingkan dengan G-ORS,
dalam mengobati anak-anak dengan diare akut, R-ORS adalah
lebih efektif dalam mengurangi masa tinggal diare dan sakit,
meskipun tidak ada efek yang signifikan ditemukan pada
output bangku atau cairan infus Pengadministrasian frekuensi.
Beberapa studi telah menemukan ada perbedaan yang
signifikan antara R-ORS dan G-ORS dalam perawatan anak-
anak dengan diare.

26
7. Keuntungan dalam Jurnal ini dapat membantu dalam keperawatan karena dengan
penelitan pemberian G-ORS yang dikombinasikan dengan sup bubur
dapat membantu mengurangi kekurangan cairan dan
menambah nutrisi yang kurang pada anak yang mengalami
diare.

8. Kelemahan dalam Salah satu batasan dari studi adalah bahwa durasi diare
penelitian dilaporkan oleh Ibu sebelum tinggal di rumah sakit anak-anak.
Ibu diminta untuk melaporkan perkiraan kasar durasi diare
sebagaimana kita bisa tidak praktis diukur dengan tepat.
Pembatasan lain adalah bahwa sampel hanya terdiri dari anak-
anak dari satu rumah sakit, yang mengurangi generalizability
temuan kami. Dengan demikian, melakukan studi multicentral
dianjurkan. Karena volume cairan infus terdaftar berdasarkan
Keperawatan laporan, ada kemungkinan potensi kesalahan
dalam pengukuran dan pendaftaran sebagai batasan lain dari
studi.

9. Apakah jurnal ini Jurnal ini sangat membantu dalam memberikan asuhan
membantu anda keperawatan karena dengan pemberian intervensi ini dapat
memberikan asuhan membantu anak yang mengalami masalah diare.
keperawatan?

10. Bagaimana anda Penerapannya dalam praktik keperawatannya dengan


menerapkannya dalam memberikan G-ORS yang dikombinasikan dengan sup bubur
praktik keperawatan? untuk anak yang mengalami diare. Karena disisi lain cara ini
dapat membantu mengatasi diare pada anak dan meningkatkan
intake nutrisi yang cukup.

27
BAB 4

PEMBAHASAN

Pasien An. D dengan masalah keperawatan prioritas kekurangan volume


cairan, dan diagnosa medis gastroenteritis akut + diare. Tindakan yang telah
dilakukan : Menjelaskan pada orang tua pasien tentang penyebab kekurangan
volume cairan karena terjadinya diare, menganjurkan kepada orang tua pasien
untuk memberikan minum yang cukup untuk memenuhi kebuthan cairan yang
hilang akibat diare, menimbang popok pasien tiap 3 jam untuk mengetahui
produksi cairan tubuh yang keluar (Balance cairan) pada pasien, mengobservasi
kelancaran jalan infus D5 ¼ NS yang dijalankan 14 TPM, Observasi turgor kulit,
mukosa bibir, rasa haus pada pasien, TD, Nadi, dan suhu tubuh pasien. Setelah
diberikan intervensi diatas, masalah keperawatan pada pasien telah teratasi.

Pada jurnal The Effect of G-ORS Along With Rice Soup in the Treatment of
Acute Diarrhea in Children: A Single-Blind Randomized Controlled Trial, ini
menjelaskan tentang pemberian glukosa rehidrasi oral solusi (G-ORS) tanpa nasi
sup dan pemberian glukosa rehidrasi oral solusi (ORS) dengan nasi sup. Pada
jurnal ini menyebutkan bahwa pemberian G (ORS) dengan nasi sup dapat
mengurangi durasi terjadinya diare. Selain itu, Oral Rehidrasi Solusi (ORS) yang
dikombinasikan dengan sup beras dapat memperbaiki volume cairan yang kurang
dalam intraseluler akibat diare.

Opini yang dapat diberikan dari jurnal dan kasus nyata yaitu terdapat
kesesuaian antara fakta dan teori terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.
dimana glukosa dapat menggantikan karbohidrat sehingga menambah kalori.
Kondisi peristaltik usus yang meningkat maka tinja yang keluarpun akan
semakin dipercepat dan masih mengandung banyak cairan, pada akhirnya durasi
pengeluaran tinja semakin meningkat sehungga akan menyebabkan diare. Beras
sendiri dapat menurunkan peritaltik usus dan dapat mengurangi peristaltik usus
yang berlebihan sehingga tinja yang dikeluarkan tidak berupa cairan.

28
BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Asuhan keperawatan pada An. D dengan diagnosa medis GEA + Diare dan
masalah keperawatan prioritas kekurangan volume cairan di paviliun 14 RS
Katolik St. Vincentius A Paulo Surabaya :

5.1 Simpulan
5.1.1 Identitas pasien
1) Nama : An. D
2) Usia : 1 tahun 3 Bulan
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Diagnose Masuk : GEA + Diare
5.1.2 Data Fokus :
Ibu mengungkapkan anak diare + panas, diare hingga 10x dengan
konsistensi feaces cair, berampas dan berlendir. Pada hasil pemeriksaan
kedua mata cowong, saat menangis anak tidak keluar airmata, mukosa bibir
kering, turgor turun ( elastisitas kulit menurun saat daerah abdomen dicubit
kembali dalam waktu 3 detik), akral hangat, nadi 108x/menit irama kuat dan
teratur, RR 28x/menit, bising usus 20x/menit, Kulit sekitar anus tampak
kemerahan. Pasien mendapat diet nasi tim rendah serat 3x/hari, PASI ½
encer (1:60) 4 x 120 ml/hari. Pemeriksaan darah lengkap tanggal 15
desember 2016 yaitu leukosit 6,46x109/L, Erythrosit 4,30x1012/L, Hb
11,1g/dl, PCV 32,8%, Thrombosit 215.
5.1.3 Dignose Keperawatan :
Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebih, ditandai dengan mata cowong, mukosa bibir kering, turgor kulit
menurun, CRT 1 detik, anak rewel dan sering menangis, Suhu 37,70C , Nadi
108 x/menit.

29
5.1.4 Intervensi dan Implementasi :
Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebih, ditandai dengan mata cowong, mukosa bibir kering, turgor kulit
menurun, CRT 1 detik, anak rewel dan sering menangis, Suhu 37,70C , Nadi
108 x/menit.
1. Jelaskan pada Orang Tua pasien tentang tanda-tanda dari kekurangan
volume cairan.
2. Anjurkan pada Orang Tua pasien untuk memberi minum sedikit tapi
sering.
3. Timbang popok pasien tiap 3 jam.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan parenteral,
dan obat antipiretik.
5. Observasi turgor kulit, mukosa bibir, rasa haus pada pasien, TD,
Nadi, dan suhu tubuh pasien.
5.1.5 Hasil Evaluasi :
1) Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebih, ditandai dengan mata cowong, mukosa bibir kering, turgor kulit
menurun, CRT 1 detik, anak rewel dan sering menangis, Suhu 37,70C ,
Nadi 108 x/menit.
2) Masalah keperawatan kekurangan volume cairan teratasi ditandai dengan
pasien tampak tenang dan tidak rewel, BAK 1x, tidak ada tanda-tanda
dehidrasi (turgor kulit baik dan mukosa bibir lembap), pasien minum
PASI.

5.2 Saran
Pada kasus ini, penerapan intervensi pemberian sup nasi dapat dilakukan,
tetapi kelompok belum menerapkanya. Diharapkan dilain waktu penanganan
rehidrasi cairan dengan pemberian Oral Rehidrasi Solution (ORS) yang
dikombinasikan sup nasi dapat menurunkan durasi terjadinya diare dan
memperbaiki kekurangan cairan pada intraseluler dan jurnal diterapkan dalam
penanganan kasus diare pada anak. Dari hasil review jurnal tersebut, perawat dan
mahasiswa dapat memperluas wawasan dan memperbarui ilmu keperawatan
terbaru untuk dapat diaplikasikan dalam tindakan keperawatan berikutnya.

30

Anda mungkin juga menyukai