PDF Askep Kelompok CKD
PDF Askep Kelompok CKD
Oleh:
Fransiskus Xaverius Meku 201504016
Melisa Suyatno 201504041
Natalia Sulasikin Sii 201504043
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebab utama gagal ginjal kronik adalah diabetes melitus, hipertensi dan
glomerulonefritis. Gagal ginjal kronik berbeda dengan gagal ginjal akut. Pada gagal
ginjal kronik, kerusakan ginjal bersifat progresif dan ireversibel. Progesi gagal ginjal
4
kronik melewati 4 tahap yaitu : penurunan cadangan ginjal, insufisiensi ginjal, gagal
ginjal dan end-stage renal disease ( Baradero.2008:124). terjadinya gagal ginjal
Kronik akibat rusaknya unit nfron sehingga menyebabkan fungsi ginjal sebagai
filtrasi menjadi terganggu. Jika nefron telah mngalami kerusakan maka pada tubuh
seseorang akan mengalami uremia shinga keseimbangan cairan dan elektrolit tidak
dapat dipertaankan lagi (Price, 2005:914). Komplikasi yang ditumbulkan dari gagal
ginjal kronik meliputi ketidakseimbangan cairan-berlebihan cairan atau penipisan
volume vaskuler, komplikasi akibat ketidakseimbangan elektrolit-disritmia jantung,
kejang, komplikasi kardiovaskuler (gagal jantung kongesif, hipertrofi, aritmia dan
henti jantung) , perdarahan, anemia ( Betz, Cecily, 2002: 403). Masalah keperawatan
yang sering timbul adalah gangguan pertukaran gas, nyeri akut, kelebihan volume
cairan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer, intoleransi aktivitas dan kerusakan integritas kulit (Amin
Hardi,2015: 16)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gagal ginjal kronik di
paviliun11 RSK St.Vincentius a Paulo Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui data fokus pada asuhan keperawatan gagal ginjal kronik di
paviliun 11 RSK St.Vincentius a Paulo Surabaya.
2. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan gagal ginjal
kronik di paviliun 11 RSK St.Vincentius a Paulo Surabaya.
3. Untuk mengetahui intervensi pada asuhan keperawatan gagal ginjal kronik di
paviliun 11 RSK St.Vincentius a Paulo Surabaya.
4. Menilai keberhasilan intervensi yang dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal
kronik di paviliun 11 RSK St.Vincentius a Paulo Surabaya
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Mengaplikasikan teori Imogene M.King (1971) yaitu berfokus pada prinsip
human being dengan goal attainment (pencapaian tujuan)., selain itu teori ini sangat
penting pada kolaborasi antara tenaga kesehatan profesional.
1.4.2 Manfaat Praktis
Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dan mahasiswi dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien dengan gagal ginjal kronik di paviliun 11
RSK St.Vincentius a Paulo Surabaya.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
1) Diabetes mellitus
2) Glumerulonefritis kronis
3) Pielonefritis
4) Hipertensi tak terkontrol
5) Obstruksi saluran kemih
6) Penyakit ginjal polikistik
7) Gangguan vaskuler
8) Lesi herediter
9) Agen toksik (timah, cadmium, dan mercuri)
(Smeltzer, 2002:1448)
10) Litiasis (Batu Ginjal)
11) Lupus, intoksikasi (keracunan)
(Buku Panduan Pelatihan Untuk Pasien Dengan Peritoneal)
7
1) Hipertensi
2) Pitting Edema
3) Edema Periorbital
4) Pembesaran Vena Leher
5) Friction Rub Pericardial
2.1.4.2 Pulmoner
1) Krekels
2) Nafas Dangkal
3) Kusmaul
4) Sputum Kental Dan Liat
2.1.4.3 Gastrointestinal
1) Anoreksia, Mula Dan Muntah
2) Perdarahan Saluran GI
3) Ulserasi Dan Perdarahan Pada Mulut
4) Konstipasi, Diare
5) Napas Berbau Ammonia
2.1.4.4 Musculoskeletal
1) Kram Otot
2) Kehilangan Kemampuan Otot
3) Fraktur Tulang
4) Foot Drop
2.1.4.5 Integument
1) Warna Kulit Abu-Abu Mengkilat
2) Kulit Kering, Bersisik
3) Pruritus
4) Ekimosis
5) Kuku Tipis Dan Rapuh
6) Rambut Tipis Dan Kasar
2.1.4.6 Reproduksi
1) Amenore
2) Atrofi Testis(Smeltzer, 2002:1450)
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlakukan pemeriksaan penunjang baik
pemeriksaan laboratorium maupun radiologi.
2.1.5.1 Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi GGK.
1) Foto polos abdomen
9
Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
2) Pielografi Intra Vena (PIV)
Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, untuk menilai
system pelviokalises dan ureter.
3) USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih serta
prostat.
4) Renogram
Menilai fungsi ginjal kiri dan kanan, lokasi gangguan (vascular, parenkim,
ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
5) Pemeriksaan radiologi jantung
Mencari kardiomegali, efusi pericardial.
6) Pemeriksaan radiologi tulang
Mencari osteodistrofi (terutama falanks/jari), klasifikasi metastatic.
7) Biopsi ginjal
Dilakukan bila ada keraguan diagnostic GGK, atau perlu diketahui etiologinya.
2.1.5.2 Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan ureum darah atau nitrogen urea darah
Dapat juga dipakai sebagain test penguji faal glomerulus, tetapi harus diingat
beberapa hal yaitu: pengolahan ureum dalam ginjal dipengaruhi tubulus, produksi
ureum dipengaruhi faal hati, absorbs protein dari makanan diusus ataupun dari
darah yang mungkin ada diusus karena perdarahan kecil-kecil.
2) Asam urat darah
Perlu diperiksa karena dapat meningkat sekunder oleh karena GGK sendiri tetapi
dapat pula meningkat karena gout yang dapat menyebabkan nefropati dan batu
saluran kemih.
3) Pemeriksaan darah rutin
Dapat menunjukan anemia, dan harus ditetapkan dengan pemeriksaan lanjutan
bahwa anemia ini memang hanya berasal dari GGK.
4) Kadar glukosa darah
Gangguan metabolise karbohidrat dapat terjadi pada GGK sehingga kadar glukosa
darah perlu dinilai.
(Soeparman, 1994: 353)
2.1.6 Komplikasi
1) Anemia
2) Neuropati perifer
10
3) Gangguan lipid
4) Disfungsi trombosit
5) Edema paru
6) Ketidakseimbangan elektrolit
7) Disfungsi seksual
(Kimberli,2011:262)
2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.7.1 Konservatif
1) Hemodialisis atau dialisis peritoneum
2) Diet rendah protein (dengan dialisis peritenium,tinggi protein) tinggi kalori,
rendah natrium, rendah fosfor, dan rendah kalium
3) Pembatasan cairan
4) Tirah baring jika letih
2.1.7.2 Pengobatan
1) Diuretik(loop diuretic)
2) Glikosida jantung
3) Antihipertensif
4) Antiemetik
5) Suplemen zat besi dan folat
6) Eritropoitin
7) Antipruritik
8) Suplemen vitamin dan asam amino esensial
9) Pembuatan akses vaskuler untuk dialisis
2.1.7.3 Pembedahan
1) Kemungkinan transplantasi ginjal
(Kimberli,2011:263)
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Identitas
Pengkajian identitas meliputi nama, usia: gagal ginjal kronik terjadi terutama
pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin
tetapi 70 % pada pria, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat, penanggung
jawab.
2.2.2 Keluhan Utama
Buang air kecil sedikit, bengkak/edema pada ekstremitas, perut kembung,
sesak. (Doenges, 1999:626)
11
2.8.5 B5 (bowel)
Hipertimpani, diare atau konstipasi, anoreksia, mual muntah.
2.8.6 B6 (bone)
Kelemahan otot, penurunan rentang gerak.
2.8.7 Integumen
Kulit kering, pruritis, ekimosis, kuku rapuh dan tipis, rambut tipis dan kasar.
2.8.8 Reproduksi
Penurunan libido, amenore, infertilitas, artrofi testis.
(Padila, 2012:251)
2.9 Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan cairan di paru.
2) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume resiko, kerja miokardial,dan
tahanan vaskular sistemik. Gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung,
Akumulasi toksin, kalsifikasi jaringan lunak
3) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perunuran suplai oksigen ke otak,
penekanan produksi entropoietin, gangguan faktor pembekuan, peningkatan
kerapuhan kapiler.
4) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulator (gagal
ginjal) dengan retensi air.
5) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual-
muntah, ulkus mukosa mulut.
6) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy
metabolic/pembatasan diet, anemia.
7) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolik, sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati
perifer), gangguan turgor kulit (edema/dehidrasi), penurunan aktivitas
mobilisasi, akumulasi toksin dalam kulit
8) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi konsep
9) Ketidakpatuhan (kepatuhan, perubahan) berhubungan dengan sistem nilai
pasien: keyakinan kesehatan, pengaruh budaya, perubahan mental; menolak
sistem pendukung/sumber, kompleksitas, biaya, efeksamping.
(Doenges, 2010: 1069-1070)
13
atau perubahan fase oliguria gagal ginja, dan atau perubahan pada sistem
renin-angiotensi.
2. Catat pemasukan dan pengeluaran akurat, termaksud cairan “tersembunyi”
seperti aditif antibiotik. Ukur kehilangan GI dan perkirakan kehilangan tak
kasat mata, contoh berkeringat.
R/perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan, dan
penerunuan resiko kelebihan cairan.
3. Awasi berat jenis urin
R/mengukur kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urin. Pada gagal
intrarenal, berat jenis biasanya sama atau kurang dari 1,010 menunjukkan
kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine
4. Rencanakan penggantian cairan pada pasien, dengan pembatasan multipel.
Berikan minuman yang disukai sepanjang 24 jam. Berikan bervariasi contoh
panas, dingin ,dan beku
R/membantu menghindari periode tampa cairan, meminimalkan kebosanan
pilhan yang terbatas dan menurunkan rasa kekurangan dan haus
5. Timbang berat badan tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
R/penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status cairan terbaik.
Peningkatan berat badan lebih dari 0.5 kg /hari diduga ada retensi cairan.
6. Kaji kulit, wajah, area tergantung pada edema. Evaluasi derajat edema (pada
skala +1 sampai +4)
R/edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh, contoh
tangan, kaki, area lumbosakral. Berat badan pasien dapat menigkat sampai 4,5
kg cairan sebelum edema piting terdeteksi. Edema periorbital dapat
menunjukkan tanda perpindaan cairan ini, karena jaringan rapuh ini mudah
terdistensi oleh akkumulasi cairan walaupun minimal.
7. Aukultasi paru dan bunyi jantung
R/kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru dan GJK dibuktikan oleh
tterjadinya bunyi nafas tambhan, bunyi jantung ekstra.
8. Kaji tingkat kesadaran, selidiki perubahan mental, dan adanya kegelisaan.
R/ dapat menunjukkan perpindahan cairan, akumulasi toksin, asidosis, ketidak
sehimbanag elektrolit, atau terjadinya hipoksia.
9. Kolaborasi
Dalam memperbaiki penyebab yang dapat kembali karena GGA, contoh
memperbaiki perfusi ginjal, memaksimalkan curah jantung, menghilangkan
obstruksi melalui pembedahan.
18
4. Ubah posisi lebih sering; gerakkan pasien dengan perlahan, beri bantalan pada
tonjolan tulang dengan kulit domba, pelindung siku
R: Menurunkan tekanan pada edema, jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia. Peninggian meningkatkan aliran balik vena stasis
terbatas/pembentukan edema.
5. Berikan perawatan kulit.Berikan salep atau krim.
R: Salep atau krim menghilangkan kering dan sobekan kulit.
6. Pertahankan linen kering. Bebas keriput.
R: Mengurangi iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit.
7. Selidiki keluhan gatal.
R: Gatal dapat terjadi karena kulit adalah rute ekskresi untuk produk sisa.
8. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk
memberikan tekanan (daripada garukan) pada area pruritus.
R: menghilangkan ketidaknyamannan dan menurunkan risiko cedera dermal.
9. Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab
pada kulit.
KOLABORASI
1. Berikan matras busa/flotasi
R: Menurunkan tekanan lama pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi
selular yang menyebabkan iskemia/nekrosis.
(Doenges, 2010:763-768)
8) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat,
salah interpretasi konsep
Hasil yang diharapkan: Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan
pengobatan.
Melakukan dengan benarprosedur yang perlu dan
menjelaskan alasan tindakan.
Menunjukan perubahan pola hidup yang perlu.
Berpartisipasi dalam program pengobatan.
MANDIRI
1. Kaji ulang proses penyakit/prognosis dan kemungkinan yang akan dialami.
R: Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informai.
2. Kaji ulang pembatasan diet, termasuk fosfat dan magnesium.
21
12. - Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik segera :
demam derajat rendah, menggigil, perubahan karakteristik urine/sputum,
pembengkakan jaringan/drainase, ulkus/oral.
R: Depresi sistem imun, anema, malnutrisi, semua meningkatkan resiko infeksi.
- Kesemutan pada jari, kram otot, spasme karpopedal.
R: Uremia dan penurunan absorpsi kalsium dapat menimbulkan neuropati perifer.
- Pembengkakan sendi/nyeri tekan, penurunan ROM, kekuatan otot menurun
R: Hiperfosfatemia dengan pergeserean kalsium dapat mengakibatkan deposisi
kelebihan fosfat kalsium sebagai klasifikasi dalam sendi dan jaringan
lunak.
- Sakit kepala, penglihatan edema periorbital/sakral, “mata merah”
R: Dugaan terjadinya/kontrol hipertensi yang buruk, dan perubahan pada mata
yang disebabkan oleh kalsium.
13.Kaji ulang straregi untuk mencegah konstipasi, termasuk pelunak feses
(Colace) dan aksatif bulk (Metamucil) tetapi menghindari magnesium (susu
magnesia)
R: Menurunkann pemasukan cairan, perubahan pola diet, dan penggunaan produk
ikatan fosfat sering mengakibatkan konstipasi yang tidak responsif terhadap
intervensi non medikal. Peenggunaan produk mengandung magnesium
meningkatkan resiko hipermagnesia.
(Doenges, 2010:479-484)
9) Ketidakpatuhan (kepatuhan, perubahan) berhubungan dengan sistem nilai
pasien: keyakinan kesehatan, pengaruh budaya, perubahan mental; menolak
sistem pendukung/sumber, kompleksitas, biaya, efeksamping.
Hasil yang diharapkan: Menyatakan pengetahuan akurat tentang panyakit dan
pemahamam program terapi.
Berpartisipasi dalam pembuatan tujuan dan rencana
pengobatan.
Membuat pilihan pada tingkat kesiapan berdasarkan
informasi yang akurat.
Mengidentifikasi/ menggunakan sumber yang tepat.
MANDIRI
1. Yakinkan presepsi pasien/orang terdekat terhadap situasi dan konsekuensi
perilaku.
R: Memberikan kesadaran bagaimana pasien memandang penyakitnya sendiridan
program peengobatan dan membantu memahami masalah pasien.
2. Tentukan sistem nilai (keyakinan perawatan kesehatan dan nilai budaya)
23
R: Program terapi mungkin tidak sesuai dengan pola hidup sosial/udaya, dan rasa
tanggung jawab/ peran pasien.
3. Mendengar dengan aktif pada keluhan pasien.
R: Menyampaikan pesan masalah, keyakina pada kemampuan individu dan
mengatasi situasi secara positif.
4. Identifikasi perilaku yang mengindikasikan kegagalan untuk mengikuti program
pengobatan.
R: Dapat memberikan informasi tentang alasan kurangnya kerja sama dan
memperjelas area yang memerlukan pemecahan masalah.
5. Kaji tingkat ansietas, kemampuan kontrol, perasaan tak berdaya.
R: Tiangkat ansietas berat mempengaruhi pasien mengatasi situasi.
6. Tentukan arti psikologis perilaku.
R: Pasien dapat menolak konisi fisik/ proses penyakit kronis tak dapat pulih; tahap
berkabung dan menunjukkan kemarahan, tingkah laku kasar, atau perilaku
menolak.
7. Evaluasi sistem pendukung/sumber yang digunakan oleh pasien. Anjurkan
pilihan yang tepat.
R: Adanya sistem pendukung yang adekuat membantu pasien untuk mengatasi
kesulitan penyakit lama.
8. kaji perilaku pemberian perawatan kesehatan pada pasien.
R: Pendekatan yang menghakimi dapat membuat kekuatan yang menjauhkan
pasien, menurunkan kemungkinan meningkatnya pengaruh.
9. Buat tujuan dengan pasien; modifikasi program sesuai kebutuhan.
R: Bila pasien telahh berpartisipasi dalam menyusun tujuan, rasa menguntungkan
mendorong kerjasama dan minat untuk menyatu dengan/bekerja dengan program.
10. Buat sistem pengawasan diri
R: Memberikan rasa kontrol, memampukan pasien untuk mengikuti kemajuan
sendiri dan membuat pilihan informasi.
11. Berikan umpan balik positif untuk upaya dalam terapi.
R: Meningkatkan harga diri, mendorong partisipasi dalam program selanjutnya.
REVIEW JOURNAL
DOI: 10.5829/idosi.wjms.2014.11.1.83320
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal MRS : 7 Januari 2016 Jam : 10.41 WIB
Tanggal pengkajian : 7 Januari 2016 Jam : 17.00 WIB
No. RM : 29-55-XX
Diagnose masuk : CKD St. 5
Sumber data : Pasien
A. Identitas Pasien
1) Nama : Tn. D
2) Usia : 66 tahun
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Status : Duda
5) Suku : Jawa- Indonesia
6) Pendidikan : SLTA
7) Agama : Kristen
8) Alamat : Surabaya
9) Pekerjaan : Pensiunan swasta
10) Penanggung jawab : Anak
B. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Pasien mengungkapkan badan terasa lemas.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pada Tanggal 4 Januari 2016 pasien diantar oleh keluarga ke dokter spesialis
ginjal untuk kontrol dan oleh dokter pasien dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan
laborat di laboratorium Pramita dengan hasil:
Jenis Komponen Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
Hemoglobin 10,8 g/dl 12,6-17,4 gr/dl
Eritrosit 3,63 106/µL 3,8-5,8 106/µL
Hematokrit 31,6 % 37-51%
Darah Lengkap MCV 87,1 fl 81-103 fl
MCH 29,7 pg 27,0 – 34,0 pg
MCHC 34,1 g/dl 31,0 – 37,0 g/dl
RDW 13,8 % 11,5-14,5 %
Leukosit 10.500 4.400-11.300
Eusinofil 4% 2-4 %
Basofil 2% 0-1 %
Neutrofil Batang 0% 3-5 %
Hitung Jenis Neutrofil Segmen 63 % 50-70 %
Limfosit 23 % 25-40 %
28
Monosit 8% 2-8 %
Trombosit 319.000 % 150.000-450.000/ µL
LED 110 % 0-20 mm/jam
Warna Kuning
Kejernihan Jernih
BJ 1,015 1015-1025
PH 5,0 4,8-7,4
Protein Positif 3 (150 mg/dl) Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Normal <1
Urinalisis Nitrit Negatif Negatif
Darah Positif 1 Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Sedimen
Eritrosit 1-3 0-2
Lekosit 0-2 0-3
Epitel 0-1 5-15
Silinder Granular cast 0-2
Kristal Negatif
Lain-lain Negatif
Faal hati SGOT 16 0-37
SGPT 13 0-50
Profil Lemak Colesterol 134 <200 mg/dl
Trigliserida 228 <150 mg/dl
BUN/Urea N 101,0 8,0-23,0 mg/dl
Fungsi Ginjal Serum Kreatinin 10,0 0,8-1,3 mg/dl
Asam Urat 6,6 3,5-7,2 mg/dl
Gula Darah Gula Darah Puasa 120 <100 mg/dl
Gula darah 2 JPP 218 <140 mg/dl
Elektrolit Natrium 135 136-145 mEq/L
Kalium 4,6 3,5-5,1 mEq/L
Kalsium 6,0 8,8-10,2 mg/dl
Phospor Anorganik 5,0 2,6-4,5 mg/dl
Imonologi HBs Ag Non reaktif Non reaktif
Hepatitis Anti HBS Non reaktif Non reaktif
Anti HCV Non reaktif Non reaktif
muntah sampai tanggal 7 Januari 2016 dan oleh keluarga pasien di antar ke RSK.
Pasien masuk lewat kantor terima dan dirawat di pavilium 11 jam 10.41. Keadaan
umum waktu masuk pasien baik, tidak pakai alat medis, akral hangat, nadi kuat,
tensi140/90 mmHg, nadi 88x/menit, RR 20 x/menit, suhu35,7 0C, BS acak jam 17.00
151 mg/dl, advis dokter pasien mendapatkan terapi Novorapid 2 IU extra, diet TKRP,
direncanakan akan dilakukan hemodialisa pada Tanggal 8 Januari 2016 Jam 07.30
dan dipasang CVC.
yang ia makan. Pasien minum air putih 5-6 gelas/hari. BB: 96kg, TB: 170 cm,
IMT: 33,22 (obesitas).
Di rumah sakit: Pasien mengungkapkan mual sudah berkurang, makan sore ini 1
kali dengan porsi yang diberikan dari rumah sakit, pasien menghabiskan 1 porsi
makanan yang disajikan. Pasien mendapat diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah
Protein) dan Diet DM 1100 kalori rendah protein. Pasien minum 500cc/hari. Saat
dikaji sudah minum 400cc.
2) Eliminasi
Di rumah: Pasien mengungkapkan BAB secara mandiri setiap hari konsistensi
lembek, BAK 7-8 kali sehari warna kuning jernih namun sedikit- sedikit sejak 7
tahun yang lalu.
Di rumah sakit: Pasien sudah BAK dengan jumlah urin 100cc/3jam, warna kuning.
Selama di Rumah sakit pasien belum BAB. Balance cairan jam 14.00 + 20 cc.
3) Aktivitas dan istirahat
Di rumah: Dalam kesehariannya pasien hanya tinggal di rumah saja, pasien tidak
olahraga dan tidak jalan-jalan pagi. Pasien mengungkapkan di rumah hanya
makan, nonton tv, dan tidur. Pasien biasa tidur siang + 1 jam, pasien tidur pada
malam hari 4-5 jam pasien sering terbangun karena sering kencing dimalam hari.
Di rumah sakit:.Pasien hanya tiduran. Saat di Rumah sakit pasien belum tidur
siang.
4) Hygiene perseorangan
Di rumah: Pasien mandi 2 kali sehari, mengganti baju 2 kali sehari, pasien mandi
secara mandiri.
Di rumah sakit : pasien mandi 1 kali dan pasien dimandikan perawat.
5) Aman dan nyaman
Pasien mengungkapkan kadang masih merasa mual namun tidak muntah. Pasien
juga merasa badan terasa lemah.
D. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pasien tidak lemah, tingkat ketergantungan minimal.
2) Sistem Pernapasan
Bentuk dada simetris, retraksi dada sedang, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Frekuensi pernafasan 22x/menit, SpO2: 98 % tanpa oksigen, suara nafas vesikuler
tidak ada suara nafas tambahan pada seluruh lapang paru, taktil fremitus sama
lobus kanan dan lobus kiri, perkusi dada sonor.
3) Sitem kardiovaskuler
31
TD : 110/90 mmHg, Nadi : 80x/menit, suhu: 36,6oC, CRT 3 detik, suara jantung
lup-dup di Ics 4-5 sinistra, akral teraba hangat, pucat dan kering, terdapat edema
periorbital, pitting edema +1 di kedua tungkai kaki, konjungtiva anemis, mukosa
bibir kering dan pucat
4) Sistem Persarafan
Kesadaran: kesadaran pasien komposmentis, GCS 4-5-6, pasien dapat merassakan
sensasi tajam dan tumpul, reflek patela +/+.
5) Sistem Perkemihan
Palpasi kandung kemih lembek, saat di perkusi pada lumbal 4 kiri dan kanan
terdapat nyeri.
6) Sistem Pencernaan
Mulut pasien kering, bising usus 14 kali/ menit, abdomen teraba supel, perkusi
timpani.
7) Sistem Muskuloskeletal
5 5
5 5
Ekstermitas atas sebelah kanan dan sebelah kiri pasien dapat melawan gaya
gravitasi dan dapat melawan tahanan yang diberikan oleh perawat, ekstremitas
bagian bawah sebelah kanan dan kiri pasien dapat melawan gaya gravitasi dan
dapat melawan tahan yang diberikan perawat.
8) Sistem Integumen
Kulit kaki kehitaman bekas luka, turgor kulit sedang.
E. Pemeriksaan penunjang :
Saat dikaji pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang yang lain.
F. Terapi
1) Amlodipin 10 mg 3 x 1
Komposisi: Amiodipine besylate
Indikasi: amlodipin digunakan untuk pengobatan hipertensi , angina stabil kronik,
angina vasispatik (angina printzmenta atau variant angina). Amlodipine dapat
diberikan sebagai terapi tunggal ataupun dikombinasikan sebagai terapi tunggal
ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan anti angina lain (thiazide,
ACE inhibitor, beta bloker, nitrat dan nitrogliceryn sublingual)
Kontraindikasi: alergi (hipersensitivitas) terhadap amlodipin
Efek samping: sakit kepala, mual, nyeri perut
2) Cedocard 5mg 3x1
Komposisi: Isosorbide Dinitrate
32
6) Ketosteril 3x1
Komposisi: Asam 3-metil-2-oxovalerat 67 mg, asam 4-metil-2-oksovalerat 101
mg, asam 2-okso-3-fenilpropionat 68 mg, asam 3-metil-2-oksobutirat 86mg, asam
2-hidroksi-4-metiltiobutirat 59mg, L-lysine monoasetat 105mg, L-treonin 53mg,
L-tryptophan 23mg, L-histidine 38mg, L-tyrosine 30mg, nitrogen total 36mg, Ca
0.05g.
33
Indikasi: Terapi insufisiensi ginjal kronik pada retensi yang terkompensasi atau
dekompensasi (laju filtrasi glomerolus 5-50 mL/menit)
Kontraidikasi: Hiperkalsemia, gangguan metabolisme asam amino, hamil, anak.
Efek samping: Hiperkalsemia
7) Novorapid
Komposisi: insulin aspart
Indikasi: Pengobatan DM.
Kontraindikasi: Hipoglikemia.
Efek samping: Hipoglikemia.
34
Ketidakefektifan
penatalaksanaan
terapeutik
Pukul 18.00
3) Tanggal 3) Tindakan HD 3) Menjelaskan kepada pasien
8/1/2016 HD+ menggantikan kerja ginjal bahwa dengan tindakan cuci
36
Pukul 20.30
4. Observasi keluhan 4. Keluhan sesak merupakan 4. Mengobservasi adanya keluhan
pasien, berat badan, salah satu tanda adanya sesak, TTV, balance cairan,
TTV, balance penumpukan cairan dalam tanda-tanda edema, hasil:
cairan, tanda-tanda rongga paru, penngkatan Pasien mengungkapkan tidak
edema, hasil beratbadan yang tiba-tiba sesak, TTV; Tensi 110/70
laboratorium dapat menjadi tanda mmHg, Nadi 90 x/menit, RR
kreatinin, asupan dan adanya akumulasi cairan 22x/menit, ada edema
haluaran yang akurat dalam tubuh. Peningkaan periorbital, pitting edema +1.
setiap 3 jam. tekanan darah, dan Cairan masuk: 400
respirasi merupakan Cairan keluar: 200
akumulasi dari kerja IWL: 60
jantung yang meningkat Balance: +140
akibat adanya akumulasi
cairan dalam tubuh.
Balance cairana + 500
merupakan indikasi
adanya kelebihan cairan
dalam tubuh. Mata dan
wajah sembab serta kaki
edema merupakan tanda
adanya kelebihan cairan
yang mnegisi rongga
tubuh. Peningkatan hasil
normal dari faal ginjal
37
merupakan tanda
disfungsi ginjal
2 Ketidakefektifan Pasien dan keluarga 1. Jelaskan diit pada 1. Pasien gagal ginjal Tanggal 7/1/2016 Jam 08.00
penatalaksanaan mampu pasien gagal ginjal mengalami kerusakan pada Jam 17.00 S:
terapeutik b/d melaksanakan dan DM fungsi ginjal termasuk 1. Menjelaskan kepada pasien 1) Pasien mengungkapkan
ketidakpatuhan program terapeutik fungsi eksresi sehingga bahwa pasien mendapatkan makannya harus diatur lagi
akan program secara efektif setelah makanan yang diet TKRP (tinggi kalori sesuai dengan dietnya yaitu
terapi yang dilakukan 3 kali tatap mengandung protein harus namun rendah protein) tinggi rendah garam, rendah gula
ditandai dengan muka dengan kriteria dikurangi untuk kalori maksudnya Tn. D dapat dan rendah protein.
Pasien hasil: mengurangi kerja ginjal. makan makanan yang 2) Pasien menyebutkan tanda
mengungkapakan 1) Pasien dan Makanan yang banyak mengandung karbohidrat dari peningkatan kadar gula
tahu mengenai keluarga mengandung garam harus namun untuk protein seperti dalam darah yaitu
diet DM tetapi mampu di kurangi karena dapat telur, ikan, daging harus peningkatan rasa haus, sering
tidak mau menyususn mneyebabkan pengikatan dibatasi. kencing, dan sakit kepala.
menjalankan diet jadwal diet cairan di ekstrasel yang Tanda dari kekurangan kadar
DM. dalam sehari akan memperberat kondisi gula dalam darah yaitu
diet rendah edema. Diet rendah gula berkeringat, dan cepat lapar.
gula, rendah juga untuk mengurangi Serta tanda dari kelebihan
garam, dan kadar gula dalam darah. cairan yaitu sesak dan
rendah protein. pembengkakan. Pasien juga
2) Pasien dan 2. Jelaskan tanda- 2. Peningkatan rasa haus, 2. – mengungkapkan jika pusing
keluarga tanda dari sakit kepala, kesulitan dan berkeringat dingin minum
mampu hipoglikemi, konsentrasi, penglihatan teh manis, jika sesak posisi
mengenal hiperglikemi, kabur, sering buang air duduk dan segera ke RS.
tanda-tanda dari kelebihan volume kecil, kelemahan sebagai O: -
hipoglikemi, cairan. indikator hipergilkemi A:
hiperglikemi, Tanda-tanda dari Masalah teratasi
kelebihan hipoglikemi kelaparan,
volume cairan, kegoyahan, kegugupan,
dan tindakan berkeringat, pusing,
yang harus kantuk, kebingungan,
dilakukan. kesulitan berbicara,
kegelisahan, kelemahan.
Tanda-tanda dari
38
Balance: + 140 cc
3) TTV TD 100/70 mmHg, Nadi 88x/menit, RR
20x/menit,
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
9 Januari Ketidakefektifan Jam 08.00
2015 penatalaksanaan terapeutik S:
b/d ketidakpatuhan akan 1) Pasien mengungkapkan makannya harus diatur lagi
program terapi yang sesuai dengan dietnya yaitu rendah garam, rendah
ditandai dengan Pasien gula dan rendah protein.
mengungkapakan tahu 2) Pasien menyebutkan tanda dari peningkatan kadar
mengenai diet DM tetapi gula dalam darah yaitu peningkatan rasa haus, sering
tidak mau menjalankan diet kencing, dan sakit kepala. Tanda dari kekurangan
DM. kadar gula dalam darah yaitu berkeringat, dan cepat
lapar. Serta tanda dari kelebihan cairan yaitu sesak
dan pembengkakan. Pasien juga mengungkapkan jika
pusing dan berkeringat dingin minum teh manis, jika
sesak berikan posisi duduk dan segera ke RS.
O: -
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
42
BAB 4
PEMBAHASAN
Laporan kasus:
Tn D dengan diagnosa medis CKD dan masalah keperawatan ketidakefektifan
penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakpatuhan akan
program terapi yang ditandai dengan Pasien mengungkapakan tahu mengenai diet
DM tetapi tidak mau menjalankan diet DM
Hasil evaluasi:
Didapatkan, pasien mengungkapkan makannya harus diatur lagi sesuai dengan
dietnya yaitu rendah garam, rendah gula dan rendah protein. Pasien menyebutkan
tanda dari peningkatan kadar gula dalam darah yaitu peningkatan rasa haus, sering
kencing, dan sakit kepala. Tanda dari kekurangan kadar gula dalam darah yaitu
berkeringat, dan cepat lapar, serta tanda dari kelebihan cairan yaitu sesak dan
pembengkakan. Pasien juga mengungkapkan jika pusing dan berkeringat dingin
minum teh manis, jika sesak posisi duduk dan segera ke RS, tidak terdapat edema
periorbital dan pitting edema pada kaki, balance cairan cm: 400, ck 0, balance +
400cc, TTV TD 120/80 mmHg, Nadi 82 x/menit, RR 20x/menit, hasil lab kreatinin
5,75 mg/dl.
Jurnal:
Berdasarkan World Journal of Medical Sciences dengan judul Impact of Education
Program on Protein Balance among Hemodialysis Patient pemberian intervensi
berupa pendidikan kesehatan yang meliputi fungsi ginjal, jenis dan penyebab gagal
ginjal, kapan memulai dialisis dan regimen diet, jumlah cairan per hari, asupan
protein, protein yang penting, jenis protein, jumlah protein per hari, diet yang kaya
protein, bagaimana mengukur jumlah protein per hari, garam, kalsium, kalium,
fosfor, lemak, asupan, juga makanan dihindari dan diperbolehkan, dan bagaimana
mempersiapkan makanan dan contoh untuk makan per minggu, didapatkan hasil
perbedaan yang signifikan pada pengukuran antropometri, dan pemeriksaan lab
albumin, urea, kreatinin, dan hemoglobin antara sebelum dan setelah mendapat
pendidikan kesehatan.
43
Opini:
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1) Data fokus didapatkan data Frekuensi pernafasan: 22 kali/menit, terdapat edema
periorbital, pitting edema pada kedua tungkai kaki pasien +1, BB: 96 BC: +20,
hasil pemeriksaan laboratorium Creatinin: 10,0 mg/dl Urid Acid: 6,6 mg/dl
BUN: 101 mg/dl. Pasien juga mengungkapkan tahu mengenai diet DM tetapi
tidak mau menjalankan diet DM.
2) Diagnosa keperawatan
(1) Kelebihan volume cairan b/d retensi air dan natrium pada ginjal ditandai
dengan edema periorbital, pitting edema pada kedua tungkai kaki pasien +1.
(2) Ketidakefektifan penatalaksanaan terapeutik b/d ketidakpatuhan akan program
terapi yang ditandai dengan Pasien mengungkapakan tahu mengenai diet DM
tetapi tidak mau menjalankan diet DM.
3) Intervensi keperawatan dan Implementasi
Kelebihan volume cairan b/d retensi air dan natrium pada ginjal ditandai dengan
edema periorbital, pitting edema pada kedua tungkai kaki pasien +1.
(1) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyebab kelebihan volume
cairan
(2) Berikan posisi pasien semi fowler
(3) Pertahankan catat asupan dan haluaran yang akurat
(4) Kolaborasi dengan dokter untuk:
(5) Pemberian obat deuretik lasix 40mg 1-0-0 (Per oral)
(6) Batasi cairan 500cc/24 jam
(7) Tanggal 8/1/2016 HD+ pemasangan CVC
8) Observasi keluhan pasien, berat badan, TTV, balance cairan, tanda-tanda
edema, hasil laboratorium kreatinin
Ketidakefektifan penatalaksanaan terapeutik b/d ketidakpatuhan akan program
terapi yang ditandai dengan Pasien mengungkapakan tahu mengenai diet DM
tetapi tidak mau menjalankan diet DM
(1) Jelaskan diit pada pasien gagal ginjal dan DM
(2) Jelaskan tanda-tanda dari hipoglikemi, hiperglikemi, kelebihan volume cairan.
(3) Ajarkan pasien cara mengatasi hipoglikemi, hiperglikemim dan kelebihan
volume cairan dirumah.
(4) Observasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menentukan diet bagi
pasien serta menyebutkan tanda-tanda dari hipoglikemi, hiperglikemi,
kelebihan volume cairan dan tindakan yang harus dilakukan.
45
4) Evaluasi
Kelebihan volume cairan b/d retensi air dan natrium pada ginjal ditandai dengan
edema periorbital, pitting edema pada kedua tungkai kaki pasien +1.
Masalah teratasi ditandai dengan, pasien mengungkapkan tidak sesak, tidak
terdapat edema pada periorbital, dan tungkai kaki, balance cairan jam 05.00, Cm:
600, Ck: 400, balance: + 200 cc, TTV TD 100/70 mmHg, Nadi 88x/menit, RR
20x/menit.
Ketidakefektifan penatalaksanaan terapeutik b/d ketidakpatuhan akan program
terapi yang ditandai dengan Pasien mengungkapakan tahu mengenai diet DM
tetapi tidak mau menjalankan diet DM
Masalah teratasi ditandai dengan, pasien mengungkapkan makannya harus diatur
lagi sesuai dengan dietnya yaitu rendah garam, rendah gula dan rendah protein,
pasien menyebutkan tanda dari peningkatan kadar gula dalam darah yaitu
peningkatan rasa haus, sering kencing, dan sakit kepala. Tanda dari kekurangan
kadar gula dalam darah yaitu berkeringat, dan cepat lapar. Serta tanda dari
kelebihan cairan yaitu sesak dan pembengkakan. Pasien juga mengungkapkan jika
pusing dan berkeringat dingin minum teh manis, jika sesak posisi duduk dan
segera ke RS.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
dengan CDK untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien sehingga
dapat mencegah komplikasi yang dapat timbul terkait dengan penyakit yang
diderita.
46
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Pelatihan Untuk Pasien Dengan Dialisis Peritoneal. 2000. Jakarta
: Kalbe
Medika.
EGC.
Soeparman & Waspadji, Sarwono. 1994. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI.
Williams, W. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Alih Bahasa: Wuri Praptiani. Jakarta:
EGC.