PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian secara
global, hal tersebut ditunjukan Badan Kesehatan Dunia atau Word Health
Organization (WHO) pada 2008 dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia,
sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM termasuk
menjadi penyebab kematian penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-
negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang
terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM,
sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Kematian akibat
PTM diprediksikan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar
akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin.
Beberapa jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular
(penyakit jantung koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan
penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes masih menjadi perhatian karena
prevalensinya yang terus meningkat. Salah satu PTM yang menjadi perhatian
tersebut adalah penyakit Diabetes Melitus yang merupakan penyebab utama
penyakit stroke dan serangan jantung (WHO, 2008).
Di masa lalu, diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) terlihat terutama pada orang
dewasa yang lebih tua. Baru-baru ini, telah terjadi peningkatan dalam diagnosis
DMT2 pada anak-anak. Bahkan, diperkirakan bahwa 1 dari 3 anak-anak lahir
setelah tahun 2000 akan mengembangkan beberapa bentuk diabetes (Narayan,
Boyle, Thompson, Sorensen, & Williamson, 2003).
Untuk mengurangi risiko mengembangkan DMT2 di masa kecil, Diabetes
Amerika Association (ADA) merekomendasikan skrining semua anak-anak
berusia 10 dan lebih untuk massa tubuh yang tinggi Indeks (BMI) ditambah faktor
risiko lain termasuk positif riwayat keluarga, latar belakang etnis, dan tanda-tanda
resistensi insulin (acanthosis nigricans, polikistik Sindrom ovarium, tekanan darah
tinggi, dan/atau dislipidemia; American Diabetes Association[ADA],
2000).Depkes RI,2012)
Badan Kesehatan Dunia WHO menyatakan bahwa kematian akibat
Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh
dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin.
Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit
tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah
total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena
penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. (WHO,
2012)
Diabetes mellitus juga mengenai hampir semua usia, di Kabupaten
Bandung Barat penderita DM usia 15-19 tahun sebanyak 2 orang, usia 20-44
tahun sebanyak 146 orang, usia 45-54 tahun sebanyak 333, usia 55-59 tahun
sebanyak 328 orang, usia 60-69 tahun sebanyak 413 orang, dan usia lebih dari 70
tahun sebanyak 165 orang, dengan berjenis kelamin laki-laki 598 orang dan
perempuan 837 orang, sehingga total penderita Diabetes Militus di Kabupaten
Bandung Barat adalah 1.387 Orang dengan 1.431 kunjungan (Profil Dinkes
Bandung Barat, 2013).
Perhatian pemerintah tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan RI dalam rangka pengendalian PTM di Indonesia, dibentuklah
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) pada Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) yang
meliputi 5 sub direktorat yaitu Subdit Pengendalian Kanker, Subdit Pengendalian
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Subdit Pengendalian Penyakit Kronis dan
Degeneratif, Subdit Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus dan Metabolik, dan
Subdit Pengendalian Gangguan Akibat Kecelakaaan dan Tindak Kekerasan.
Dengan demikian, kebijakan, strategi dan program pengendalian PTM
dikoordinasikan oleh Direktorat PPTM. Direktorat PPTM meliputi 5 sub
direktorat yaitu Subdit Pengendalian Kanker, Subdit Pengendalian Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah, Subdit Pengendalian Penyakit Kronis dan
Degeneratif, Subdit Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus dan Metabolik, dan
Subdit Pengendalian Gangguan Akibat Kecelakaaan dan Tindak Kekerasan.
Diharapkan kedepan fungsi Puskesmas akan jelas bahwa Puskesmas bukan
saja berperan menjalankan tekhnis medis, tetapi juga mengorganisasikan
modal sosial yang ada di masyarakat, agar terlibat dalam penyelenggaraan
kesehatan secara mandiri, sehingga pelayanan yang dilaksanakan oleh
Puskesmas dapat memberikan hasil yang lebih baik karena mampu
menjangkau masyarakat luas dengan biaya lebih rendah.
Perpaduan dan kerjsama antara tekhnologi mengelola PTM yang sudah
tersedia dengan sumber daya manusia yang mumpuni dan sistem rujukan yang
terorganisir, memungkinkankan kebanyakan kasus PTM segera ditangani dan
dikelola di fasilitas yankes paling dasar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan kajian situasi di Puskesmas Padalarang terkait dengan
program Penyakit Tidak Menular (PTM) khususnya pada agreat penyakit
Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya kebijakan dan analisa program Penyakit Tidak
Menular (PTM) khususnya pada agregat penyakit Diabetes Melitus di
Puskesmas Padalarang
b. Teridentifikasinya analisa masalah/kendala yang ada dalam
pengimplementasian program Penyakit Tidak Menular (PTM)
khususnya pada agregat penyakit Diabetes Melitus di Puskesmas
Padalarang.
c. Teridentifikasinya sistem monitoring dan evaluasi program Penyakit
Tidak Menular (PTM) khususnya pada agregat penyakit Diabetes
Melitus di Puskesmas Padalarang.
d. Mampu melakukan analisa SWOT berdasarkan hasil kajian pada
program Penyakit Tidak Menular (PTM) khususnya pada agregat
penyakit Diabetes Melitus di Puskesmas Padalarang.
e. Terbentuknya intervensi usulan pengembangan program Penyakit
Tidak Menular (PTM) berdasarkan hasil analisa SWOT
BAB II
TINJAUAN TEORITIS PROGRAM
Puskesmas sebagai upaya penanggung jawab kesehatan terdepan mempunyai
tiga fungsi yaitu : 1) sebgagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan
kesehatan, 2) pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat, 3) pusat pelayanan
kesehatan strata pertama. Dalam rangka penyelenggaraan pengendalian PTM,
Puskesmas melakukan upaya pencegahan penyakit melalui kegiatan primer,
sekunder dan tertier.
Pencegahan primer adalah segala kegiatan yang dapat menghentikan atau
mengurangi faktor resiko kejadian penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi.
Pencegahan primer dapat dilaksanakan di Puskesmas, melalui berbagai upaya
meliputi : promosi PTM untuk meningkatkan kesadaran serta edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pengendalian PTM. Promosi PTM
dapat dilaksanakan melalui berbagai upaya, contohnya : kampanye pengendalian
PTM pada hari-hari besar PTM (hari kanker sedunia, hari tanpa tembakau
sedunia, hari diabetes sedunia, pekan keselamatan di jalan, dan lain-lain).
Upaya meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan masyarakat
untuk melaksanakan upaya pencegahan primer dengan cara melindungi dirinya
dari resiko PTM contohnya : pemakaian alat pelindung diri (pemakaian sarung
tangan saat melakukan pemeriksaan darah,pemberian obat suntikan, dan lain
sebagainya).
Kesadaran dalam pemakaian alat pelindung diri melalui pelayanan kesehatan
primer, utamanya menekankan upaya-upaya pencegahan agar masyarakat tidak
jatuh sakit dan masyarakat yang sehat dapat memelihara kesehatan dan
kebugarannya secara optimal.Puskesmas wajib memberdayakan perorangan,
keluarga dan masyarakat agar berperan serta dalam penyelenggaraan setiap upaya
kesehatan.
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk
menemukan penyakit.Bila ditemukan kasus maka dapa dilakukan pengobatan dini
agar penyakit tersebut tidak menjadi parah. Pencegahan sekunder dapat
dilaksanakan melalui skrining atau uji tapis dan melalui deteksi dini.
Pencegahan tertier adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan
kualitas hidup penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat yaitu
dengan cara rehabilitatif dan paliatif. Pencegahan tertier merupakan upaya yang
dilaksanakan pada penderita sesegera mungkin agar terhindar dari komplikasi
yang lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama
ketahanan hidup.Pencegahan tertier dapat dilaksanakan melalui tindak lanjut dini
dan tatalaksana kasus termasuk penanganan respon cepat menjadi hal yang utama
agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit tidak menular dapat tercegah
dengan baik, sehingga tidak menimbulkan komplikasi.
Tatalaksana kasus dan respon cepat terhadap kondisi kegawatan PTM harus
dapat dilakukan oleh setiap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar.Penanganan pra rujukan yang memadai menjadi tolok ukur keberhasilan
setiap pelayanan kesehatan yang diberikan di fasilitas layanan kesehatan dasar
terhadap kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut di rumah sakit.
Pengendalian PTM difokuskan terhadap factor resiko PTM, jika sudah
menderita PTM maka akan sulit disembuhkan dengan sempurna, bahkan dapat
menimbulkan kecacatan dan kematian. Disamping itu, PTM memerlukan
perawatan dan pengobatan yang memakan waktu cukup lama dengan biaya yang
tidak sedikit.
A. Upaya Promotif
Upaya promosi kesehatan di Puskesmas dilakukan agar masyarakat
mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), upaya promosi kesehatan
dilakukan melalui sosialisasi, penyuluhan, komunikasi, diseminasi-informasi
dan edukasi, dengan menggunakan media promosi, seminar/workshop dan
melibatkan pemuka masyarakat, keluarga dan dunia usaha. Promosi kesehatan
juga ditujukan dalam rangka menciptakan lingkungan yang kondusif seperti
adanya kawasan tanpa rokok (KTR), sarana umum untuk melakukan aktivitas
fisik, olahraga dan untuk mencegah gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan dilakukan promosi peningkatan perilaku sehat di jalan melalui
penggunaan helm, penggunan sabuk pengaman, dan lain-lain.
Pengendalian factor resiko PTM dilakukan melalui gaya hidup sehat
seperti tidak merokok, cukup aktivitas fisik, diet sehat (gizi seimbang, rendah
garam, gula, lemak), tidak mengkonsumsi alkohol serta dapat mengelola
stress.
Promosi kesehatan mengajak masyarakat untuk membuat jargon
“CERDIK” menuju masa muda sehat dan hari tua nikmat tanpa PTM, yang
secara harfiah adalah :
C : Cek kesehatan secara berkala
E : Enyahkan asapa rokok
R : Rajin aktivitas fisik
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
K : Kelola stress
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat di komunitas melalui
Posbindu PTM, UKBM, Posdaya, Poslansia dan Pos lainnya dimana
masyarakat berkontribusi dalam peningkatan kesehatan melalui pengetahuan
dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat dan berpartisipasi
secara total dalam pencegahan dan penanganan kegawatdaruratan yang
sederhana. Diharapkan masyarakat dapat merubah perilakunya untuk
mencapai hidup sehat.
Pengembangan desa siaga merupakan revitalisasi Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) sebagai pendekatan yang edukatif yang perlu
dihidupkan kembali, dipertahankan dan ditingkatkan.
Posbindu PTM adalah kegiatan pembinaan terpadu untuk mengendalikan
faktor resiko PTM dan merupakan bentuk kemandirian masyarakat dalam
mendeteksi dan memonitor faktor resiko PTM secara rutin.Petugas Puskesmas
melakukan pengawasan melalui kegiatan monitoring program.
Pembinaan kegiatan Posbindu PTM, dapat dilakukan melalui kemitraan
organisai profesi (PPNI, IAKMI, IDI, IBI, Forum Kota Sehat, dan lain-
lain).Selain sebagai Pembina dan pengawas dalam penyelenggaraan Posbindu
PTM, Puskesmas juga menjadi tempat rujukan untuk kasus yang memerlukan
penanganan atau tindak lanjut selain dokter keluarga dan klinik swasta.
Dalam hal kasus sudah ditangani dan sudah mendapat pengobatan,
Puskesmas dapat menganjurkan agar kasus di monitor melalui kegiatan
Posbindu PTM, selanjutnya secara berkala tetap kontrol ke Puskesmas untuk
mendapatkan pengobatan dan penanganan media lainnya.
Puskesmas sebagai Pembina Posbindu dan rujukan Posbindu, berperan
memberikan penanganan penyakit serta memberikan pendidikan kesehatan
dan konseling.Pendidikan kesehatan dan konseling ini merupakan tatalaksana
dini untuk pengendalian faktor resiko maupun pengendalian penyakit di
Posbindu maupun di Puskesmas.
D. Upaya Rehabilitatif
Tindakan yang dilakukan pada terapi paliatif sama dengan terapi utama,
modalitas terapinya melalui operasi, kemoterapi, radioterapi, atau salah satu
atau kombinasi ketiganya. Misalnya dilakukan operasi untuk mengeluarkan
cairan di perut sehingga pasien tidak sesak, operasi atau radioterapi untuk
mengurangi besarnya tumor atau kanker supaya tidak menekan syaraf
sehingga keluhan nyeri berkurang, dan lain-lain.
F. Puskesmas Padalarang
1. Visi Puskesmas Padalarang
Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Yang Unggul dengan menerapkan
sendi-sendi pelayanan Prima
2. Misi Puskesmas Padalarang
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna dan
bermutu serta terjanhkau oleh seluruh masyarakat
b. Mengembangkan sarana dan mutu pelayanan sesuai kebutuhan
masyarakat
c. Meningkatan profesionalisme dan mengembangkan kompetensi
SDM yang tersedia dalam upaya mewujudkan peningkatan
pelayanan kesehatan
d. Menjalin kemitraan dengan potensi masyarakat di bidang
kesehatan.
3. Analisis Situasi
Gambaran Umum Puskesmas Padalarang
Konsisi geofrafi
Gambar 2.1 Peta Wilayah PuskesmasPadalarang.
BatasWilayah
Kondisi Demografi
Kepadatan
Luas Wilayah Keadaan
No Desa penduduk
(KM2) Wilayah
(KM2)
Jumlah Jumlah
No Desa Kategori Wilayah
Poskesdes Posyandu
1 Kertamulya 1 25 -
2 Kertajaya 1 22 _
3 Cipeundeuy 1 12 _
4 Laksana Mekar 1 16 _
Jumlah 4 75 _
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Kertamulya 2,13
21.442 5.250 0 3.182 7.257 516 10.955 2.808 7.314 345 10.467 5.990 14.571 861 21.422
Kertajaya 1,75
15.596 4.506 0 2.431 4.873 643 7.947 2.166 5.044 439 7.649 4.597 9.917 1.082 15.596
Cipeundeuy 1,53
11.864 4.078 0 1.589 3.614 875 6.078 1.349 3.569 868 5.786 2.938 7.183 1.743 11.864
Laksana
1,62
Mekar 16.989 4.078 0 2.057 5.527 574 8.158 3.189 4.924 624 8.737 5.246 10.451 1.198 16.895
Jumlah Penduduk
25,000
20,000
15,000
Axis Title
10,000
5,000
-
Kertamulya Kertajaya Cipeundeuy Laksana
Mekar
Tahun 2014
Rumah tangga yang ada di Puskesmas Padalarang paling tinggi di Desa Kertamulya dengan jumlah
Rumah Tangga dan paling rendah di DesaCipeundeuyRumah tangga.
Tabel 2. 9
Organisasi Profesi
NO Puskesmas
Yang Ada Nama Ormas Pemuda
1 _ _ _
Organisasi Profesi yang berperan didalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melaui penyuluhan dan pelayanan kesehatan.
Sepuluh besar penyakit menggambarkan kondisi kesakitan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas. Dengan diketahuinya 10 besar penyakit, maka akandengan mudah
teridentifikasi faktor penyebab kesakitan masyarakat.
Dari data diatas dapat kita lihat, bahwa data penyakit tidak menular (PTM) Diabetes
Melitus belum masuk dalam list utama penyakit terbesar di puskesmas padalarang. Sedangkan
data Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2014 bahwa Diabetes melitus
untuk Puskesmas Padalarang sebanyak148 kasus.
Sumber Daya Kesehatan
3 Bidan D3 Kebidanan 8
5 Kesehatan lingkungan SI 1
6 Gizi S1 1
7 Laborat D3 1
8 Apoteker S1 1
Asisten Apoteker D3 2
Sarana Kesehatan
Prioritas Masalah
Masing-masing kriteria ditetapkan dengan nilai 1-3, nilai semakin besar jika tingkat
urgensinya (U) sangat mendesak, atau tingkat perkembangan dan keseriusan semakin
memprihatinkan apabila tidak diatasi. Kemudian kalikan tingkat urgensi (U) dengan
tingkat keseriusan (S) dan tingkat perkembangan (G).Prioritas masalah disusun
berdasarkan hasil perkalian yang paling besar dari ketiga hal tersebut.
Kesehatan Lansia
Kesehatan Tradisional
BAB III
ANALISIS SWOT
PUSKESMAS PADALARANG
T
Kuadran III Kuadran II
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa skor berada pada kuadran I, Posisi ini
menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang.Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga
sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan
meraih kemajuan secara maksimal.
BAB IV
PLAN OF ACTION (POA)/MATRIKS TOWS
48
terdiri dari : Administrator Kesehatan Masyarakat 1 khususnya Diabetes Melitus belum bisa berjalan
orang, dokter umum 2 orang, dokter gigi 2 orang, perawat optimal.
umum 7 orang, perawat gigi 1 orang, bidan desa 8 orang, Indikator : Sarana Prasarana
bidan puskesmas 7 orang, sanitarian 1 orang, ahli gizi a. Dikarenakan puskesmas Padalarang tidak termasuk
1 orang, asisten apoteker 1 orang, tenaga umum rekam puskesmas binaan PTM sehingga Posbindu kit tidak
medis 1 orang, honorer 2 orang, magang 1 orang ada alokasi dari dinkes
Indikator : Anggaran b. Dikarenakan wilayah kerja yang cukup luas dan
a. Anggaran Program PTM berasal dari BOK, berbukit, sehingga pelayanan posbindu khususnya
pengalokasian dana dilakukan melalui subsidi silang. Diabetes Melitus tidak sepenuhnya terjangkau oleh
Indikator : Program PTM dan Sasarannya masyarakat
a. Upaya pencegahan PTM dilakukan pada level promotif, Indikator : Sistem Pencatatan dan Evaluasi
preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui upaya promosi a. Sistem pelaporan dan pencatatan kasus dan pendataan
kesehatan dan screening kasus PTM pada pelayanan pasien PTM belum sepenuhnya optimal dan
posbindu, bila ditemukan kasus yang memerlukan upaya terstruktur, hanya dari pencatatan dari balai
kuratif ditangani terlebih dahulu di puskesmas jika tidak Pengobatan dan Posbindu.
tertangani langsung dilakukan rujukan ke Puskesmas b. Pemahaman kader dalam pengisian form PTM belum
maupun RS. sepenuhnya optimal
b. Pelayanan yang berkaitan dengan PTM Diabetes Melitus Indikator : Kebijakan dan Strategi
di dalam gedung dilakukan juga di ruang khusus a. Puskesmas Padalarang belum ada kebijakan maupun
Posbindu, memberikan pelayanan lansia dan penjaringan strategi khusus untuk mengatasi permasalahan PTM,
masalah kesehatan yang dilakukan setiap hari termasuk khusunya Diabetes Melitus.
melayani konseling khusus bagi lansia.
c. Promosi kesehatan dilaksanakan oleh pemegang program
Promkesh yang disesuaikan dengan situasi kebutuhan
lapangan dan anggaran termasuk materi penyuluhan
Indikator : Sistem Pencatatan dan Evaluasi
a. Puskesmas Tagogap melaksanakan pencatatan kunjungan
setiap harinya termasuk dalam bentuk laporan bulanan
dan pelaporan dari setiap kegiatan posbindu.
b. Terdapat form khusus untuk pencatatan PTM
c. Evaluasi program dilaksanakan 1 bulan sekali dalam
bentuk Lokbul (lokmin bulanan), termasuk evaluasi
program.
Indikator : Sumber Daya Manusia a. Optimaslisasi kerjasama lintas program khususnya a. Maksimalkan kesempatan kerjasama dengan kepala
a. Pihak penanggung jawab desa (kepala desa) perkesmas sebagai ujung tombak pelayanan ke desa sebagai lembaga pemerintahan masyarakat yang
49
mendukung sepenuhnya terhadap puskesmas untuk masyarakat dan lintas sektor dengan penanggung jawab sudah siap mendukung pelaksanaan program PTM.
menjalin kemitraan dalam hal pendataan keluarga desa (kepala desa) sebagai lembaga pemerintahan b. Maksimalkan kemampuan SDK guna mendukung unit
rawan (yang memiliki faktor resiko genetik PTM masyarakat, media informasi lainnya pelaporan PTM untuk menjawab tantangan dan
Diabetes Melitus), yang kemudian dijadikan sebagai b. Lakukan perekrutan kader khusus PTM yang sebagian di peningkatan jejaring informasi
program pembinaan keluarga (home care). ambil dari kader posyandu agar tansfer ilmu lebih mudah c. Lakukan evaluasi capaian program PTM saat berjalan
b. Kader posyandu merangkap sebagai kader program c. Optimaslisasi kemampuan SDK dalam pemberdayaan d. Tempatkan SDK sesuai bidang keilmuan, keahlian dan
PTM masyarakat serta peningkatan penguasaan tekhnologi di kemampuan dibidangnya
Indikator : Sumber Informasi dan Tekhnologi bidang kesehatan dalam rangka penyebaran informasi
a. Puskesmas Padalarang memiliki peluang besar dan terkait program PTM.
kemudahan memperoleh informasi dan teknologi d. Optimalisasi kerjasama (MOU) dengan instansi
terbaru baik dibidang manajemen maupun pelayanan pendidikan guna mengembangkan program PTM
kesehatan, yang bisa digunakan untuk pengembangan e. Kerjasama lintas sektor dengan pelayanan kesehatan yang
program PTM. ada di wilayah KBB guna membuat sistem rujukan PTM
b. Desa Padalarang memiliki radio amatir yang bisa
diajak untuk bekerjasama dalam penyebaran informasi
kesehatan
Indikator : Dukungan Program PTM
a. Program PTM merupakan program langsung dari
dinkes, puskesmas memiliki kesempatan untuk
mendapatkan bantuan pendanaan dan Posbindu Kit
(termasuk alat skrining untuk pemeriksaan gula darah)
karena meskipun bukan percontohan dari dinas tetapi
program Posbindu sudah berjalan
b. Terbukanya peluang kerjasama dengan lintas sektor di
pemerintahan desa sebagai ujung tombak pelayanan
ke masyarakat terkait pelaksanaan program PTM
hipertesni.
c. Wilayah Kabupaten Bandung Barat sering dijadikan
sebagai lahan dalam kegiatan praktek belajar lapangan
dan penelitan oleh mahasiswa dari berbagai institusi
pendidikan, sehingga puskesmas berpeluang
mengajakkerjasama institusi pendidikan dari berbagai
profesi kesehatan dalam menciptakan inovasi-inovasi
positif terhadap pengembangan program PTM
Indikator : Sarana Prasarana
a. Kabupaten Bandung Barat memiliki 3 RS milik
pemerintah dan 3 swasta yang dapat digunakan
untuk sistem rujukan PTM.
b. Puskesmas Padalarang sudah memiliki pelayanan
Posbindu tersebar di 3 desa dengan waktu
pelaksanaanya disesuaikan dengan pelayanan
Posyandu.
c. Puskesmas Padalarang ditunjang oleh Pustu yang
terletak di desa Ciburuy
Indikator : Sistem Pencatatan dan Evaluasi
a. Puskesmas Padalarang melaksanakan pencatatan
kunjungan setiap harinya termasuk dalam bentuk
laporan bulanan dan pelaporan dari setiap kegiatan
posbindu.
b. Terdapat form khusus untuk pencatatan PTM
Evaluasi program dilaksanakan 1 bulan sekali dalam
bentuk Lokbul (lokmin bulanan), termasuk evaluasi
program.
Threath (T) Strategi ST Strategi WT
a. PTM belum masuk dalam Permendagri nomor 13 a. Program PTM yang terkandung dalam visi misi, a. Optimaslisasi kemampuan SDK dalam pemberdayaan
tahun 2006 sebagai dasar rujukan kegiatan program hendaknya menyesuaikan dengan Permendagri nomor 13 masyarakat serta peningkatan penguasaan tekhnologi
di Dinas Kesehatan sehingga sulit untuk pengajuan tahun 2006 sebagai dasar rujukan kegiatan program dan di bidang kesehatan.
anggaran secara mandiri, dampaknya Puskesmas sebagai rujukan program pokok b. Omptimalisasi SDK sesuai dengan bidang keilmuan,
secara mandiri dalam mengatur alokasi dana b. Menyusun program berdasarkan kebutuhan masing- keahlian serta kemampuannya.
b. Wilayah kerja puskesmas Padalarang berbukit dan masing wilayah c. Memaksimalkan sistem reward dan punishment terkait
memiliki akses jalan yang cukup berat, c. Menyusun program yang bertujuan untuk meningkatkan program PTM khususnya Diabetes Melitus kepada
memungkinkan program PTM tidak berjalan optimal kepedulian/partisipasi masyarakat SDK atau kader posbindu PTM terpilih
untuk menjangkau seluruh wilayah d. Membuat proposal yang bertujuan untuk menjalin
c. Tidak maksimalnya sumber informasi yang bisa kerjasama lintas sektor
diakses masyarakat, menyebabkan masyarakat e. Gunakan strategi social marketing untuk mempermudah
kurang mendukung program PTM. penyebaran informasi misalnya media informasi radio,
d. Kader PTM hanya melibatkan kader posyandu dan penyebaran leaflet, pamflet dan mencanangkan PHBS
belum mendapatkan pelatihan tentang Posbindu masyarakat.
PTM, sehingga pengetahuan mengenai PTM f. Gunakan kemampuan kader (optimalisasi) yang tersebar
Diabetes Melitus tidak maksimal disuluruh RW untuk dijadikan kader khusu posbindu.
e. Program PTM belum dijadikan program pokok oleh
puskesmas, sehingga dukungan dari lintas sektor
masih terbatas.
51
BAB V
54