Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Konsep dasar yang perlu kita pelajari sebelum kita membahas lebih
dalam bagaimana perilaku para pelaku ekonomi adalah analisis demand
(permintaan) dan supply (penawaran). Permintaan muncul dari sisi
konsumen. Dalam ekonomi mikro, pengertian konsumen sering mengacu
pada rumah tangga, disamping perusahaan. Permintaan rumah tangga
berupa barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Sedangkan
permintaan perusahaan berupa faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja,
modal, sumber daya alam dan sebagainya yang digunakan sebagai input
dalam proses produksinya.
Berkebalikan dengan permintaan (demand), penawaran (supply)
datang dari sisi produsen. Bila kita menggunakan kata rodusen maka
biasanya yang dimaksud adalah perusahaan. Sebenarnya rumah tangga bisa
juga disebut produsen jika ia menawarkan tenaga kerjanya, modal dan
sebagainya, kepada pihak lain yang membutuhkan. Jadi tergantung dari
sudut pandangnya.
Dalam praktek ekonomi sehari-hari, perilaku permintaan dan
penawaran relatif mendominasi dalam perekonomian, baik dalam skala mikro
maupunmakro. Kekuatan permintaan dan daya dorong penawaran
berdampak pada tingkat kemakmuran suatu rumah tangga atau negara.
Itulah sebabnya pembahasan materi permintaan dan penawaran yang
ditinjau dari segi determinasi harga terhadap permintan atau penawaran
(disebut teori harga) dan permintaan atau penawaran yang mendeterminasi
harga selalu menjadi pokok kajian utama dalam ilmu ekonomi terutama ilmu
ekonomi mikro. Determinasi harga terhadap permintaan atau penawaran
dengan mengasumsikan faktor-faktor yang mempengaruhinya dianggap tetap
(ceterus paribus) menghasilkan hukum permintaan atau penawaran,

1
sedangkan bila permintaan atau penawaran yang mendeterminasi harga
maka disebutlah ia sebagai teori permintaan atau teori penawaran (tanpa
asumsi ceterus paribus).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demand (Permintaan) Dan Supply (Penawaran)


a. Pengertian demand (permintaan)
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada
suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan
tertentu dan dalam periode tertentu. Dalam teori ekonomi mikro permintaan
didefenisikan sebagai banyaknya suatu komoditi yang ingin dibeli dan dapat
dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu saat tertentu.
Permintaan adalah berbagai jumlah barang dan jasa yang diminta
pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan defenisi
ini kiranya dapat dimengerti bahwa kata permintaan disini menunjukkan
jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga, artinya
dalam berbagai tingkat harga terdapat sejumlah barang yang diminta ini
dapat disajikan dalam kurva permintaan.

b. Pengertian Supply (Penawaran)


Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual
pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga
tertentu. Penawaran adalah gabungan seluruh jumlah barang yang
ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu, periode tertentu dan pada
berbagai macam tingkat harga tertentu.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa konsep penawaran digunakan
untuk menunjukkan perilaku para penjual disuatu pasar. Analog dengan
fungsi permintaan dalam hal ini terdapat hubungan antara beberapa faktor
yang mempengaruhi jumlah barang yang ditawarkan oleh seorang penjual.
Bebrapa faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang antara lain

3
harga barang itu sendiri, harga barang lain, dan harga pada masa yang akan
datang, tingkat teknologi yang digunakan dan lain sebagainya.
Apabila beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penawarn diatas
dianggap tetap selain harga barang itu sendiri, maka penawaran diatas
dianggap tetap selain harga barang itu sendiri, maka penawaran hanya
ditntukan oleh harga. Artinya, besar kecilnya perubahan penawaran hanya
ditentukan oleh harga. Artinya, besar kecilnya perubahan penawaran
dideterminas/ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga. Dengan
demikian teori penawaran adalah perbandingan terbalik ntara penawaran
terhadap harga, yaitu apabila penawarannya naik, maka harga relatif akan
turun, sebaliknya bila penawaran turun, maka harga relatif akan naik.

B. Hukum Demand (permintaan) dan Supply (penawaran)


a. Hukum Demand (permintaan)
Pertalian antara harga dan permintan yang berbanding terbalik
(negatif) menimbulkan konsekuensi bahwa apabila harga naik maka
permintaan turun dan pabila harga turun maka prmintaan akan naik.
Hubungan ini disebut hukum permintaan.
Penyebab utama berlakunya hukum permintaan ini karena terbatasnya
pendapatan konsumen, hubungan terbalik antara harga dan kuantitas yang
diminta dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jika harga brang naik, pendapatan konsumen yang tetap merupakan
kendala bagi konsumen unuk melakukan pembelian yang lebih
banyak.
2. Jika harga suatu barang naik, konsumen akan mencari barang
pengganti.
Dengan berlakunya hukum permintaan ini, maka kaitan antar barang
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu barang komplementer (saling
melengkapi) dan barang substitusi (saling menggati). Namun demikian

4
terdapat beberapa perkecualian sehingga hukum permintaan ini tidak
berlaku, yaitu :
1. Kasus barang GIFFEN
Kasus barang Giffen adalah barang inferior, tetapi perlu dicatat bahwa
tidak semua barang inferir adalah barang giffen. Barang ini pertam kali
diperkenalkan oleh Robert Giffen dari hasil suatu penelitian. Ia
menemukan bahewa semakin tinggi tingkat harga menyebabkan
permintaan terhadap barang ini menunjukkan angka yang semakin
meningkat. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya harga
mengakinbatkan orang berpenghasilan rendah semakin tidak mampu
membeli barang yang kualitasnya lebih baik sehinnga transaksi
terhadap pembelian ini menjadi lebih banyak.
2. Kasus pengaruh harapan dinamis (Dynamic Expectational effect)
Dalam hal ini perubahan jumlah yang diminta dipengaruhi oleh
perubahan harga yang terkait dengan harapan konsumen. Artinya
kenaikan harga suatu barang hari ini justru akan diikuti kenaikan
permintaan terhadap barang tersebut, karena terselip adanya harapan
bahwa barang tersebut akan terus mengalami kenaikan. Contohnya
emas, valas dan lain sebagainya.
3. Kasus barang prestise
Pada kasus ini memasukkan kepuasan konsumen dalam pembelian
suatu barang. Semakin tinggi harga suatu barang semakin tinggi
kepuasan konsumen sehingga meningkatkan unsur prestise,
akibatnya semakin tinggi pula kesediaan konsumen untuk membayar
harga barang tersebut.
Dengan demikian, hukum permintaan adalah “bila harga suatu barang
naik, maka permintaan barang tersebut akan turun, sebaliknya bila harga
barang tersebut turun maka permintaannya akan naik.” Ingatlah bahwa

5
hukum permintaan ini hanya berlaku bila asumsinya terpenuhi, yaitu ceterus
paribus.

b. Hukum supply (penawaran)


Hukum penawaran menjelaskan hubungan antara harga suatu
barang dengan jumlah penawaran barang tersebut. Hukum penawaran
berbunyi, makin tinggi harga suatu barang, maka makin banyak jumlah
barang tersebut yang ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya makin rendah
harga suatu barang makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan oleh
penjual.
Manakala pada suatu pasar terdapat penawaran suatu produk yang
relatif sangat banyak, maka :
1. Barang yang tersedia dipasar dapat memenuhi semua permintaan
sehingga untuk mempercepat penjualan produsen akan menurunkan
harga jual produk tersebut.
2. Penjual kan berusaha untuk meningkatkan dan memperbesar
keuntungannya dengan cara secepat mungkin memperbanyak jumlah
penjualn produknya (mengandalakan turn over yang tinggi).
Sebaliknya bilamana pada suatu pasar penawaran suatu produk relatif
sedikit, maka yang terjadi adalah harga akan naik. Keadaan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Barang yang tersedia pada produsen/penjual relatif sedikit sehingga
manakala jumlah permintaan stabil, maka produsen akan berusaha
menjual produknya dengan menaikkan harga jualnya.
2. Produsen/penjual hanya akan meningkatkan keuntungannya dari
menaikkan harga.
Teori yang menerangkan hubungan antara permintaan terhadap harga
adalah merupakan pernyataan positif yang disebut teori penawaran

6
(penggunan kata teori penawaran hanya untuk membedakannya dengan
hukum penawaran).

C. Faktor yang mempengaruhi pergeseran Demand (permintaan) dan


Supply (penawaran)
a. Faktor yang mempengaruhi pergeseran Demand (permintaan)
Hukum permintaan sebagaimana yang telah dijelaskan diatas hanya
berlaku bila kondisi ceteris paribus, namun bagaimanakah seandainya
asumsi di atas tidak berlaku ? misalkan bahw pada periode tertentu meskipun
terjadi perubahan harga, namun terjadi juga perubahan pendapatan
individu/masyarakat, apakah yang terjadi ada jumlah barang yang diminta
dan permintaan ?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa permintaan
konsumen terhadap suatu barang berubah :
1. Harga barang itu berubah sedang barang-barang itu tetap. Perubahan
ini hanya menyebabkan pergerakan disepanjang kurva permintaan.
2. Salah satu atau lebih faktor-faktor lain berubah (tidak lagiceteris
paribus). Perubahan ini menyebabkan terjadinya pergeseran seluruh
kurva permintaan. Kenaikan permintaan akan menyebabkan kurva
permintaan bergerak naik kekanan. Sebaliknya jika permintaan turun,
maka kurva permintaan akan bergeser turun ke kiri.adapun faktor-
faktor pembentuk ceteris paribus adalah :
a. Pendapatan
Bila pendapatan konsumen naik maka permintaan akan naik
dan sebaliknya. Namun untuk kasus barang inferior,
peningkatan pendapatan justru akan mengurangi permintaan
suatu barang.
b. Jumlah Konsumen di Pasar

7
Peningktan konsumen akan meningktkan permintaan suatu
barang di pasar.
c. Selera atau Preferensi Konsumen
Bila selera konsumen terhadap suatu barang naik, maka kurva
permintaan akan bergeser ke kanan, yang berarti di setiap
tingkat harga konsumen akan menambah konsumsinya.
d. Harga barang yang Terkait, yaitu :
 Jika barang lain merupakan barang substitusi. Jika harga
barang substitusi misal harga gandum turun, maka
permintaan beras akan turun (kurva permintaan bergeser ke
kiri).
 Jika barang lain merupakan barang komplementer. Misal, jika
harga gula naik, maka permintaan kopi akan turun (kurva
permintaan bergeser ke kiri

Harga

S
E1
P1
P0 E0 D1
P2 E2
D11 D0

0 Q2 Qe2 Q0 Qe1 Q1 Q

Gambar. Pergeseran Kurva Permintaan

8
Apabila faktor lain selain harga, mengalami perubahan maka fungsi
permintaan akan ikut berubah pula. Misalkan selera konsumen meningkat
terhadap suatu barang maka fungsi permintaan akan bergeser ke kanan
atas, begitu pula sebaliknya bila selera konsumen berkurang maka fungsi
permintaan bergeser ke kiri bawah. Selain di sebabkan oleh selera,
pendapatan juga dapat mempengaruhi perubahan permintaan.

b. Faktor yang mempengaruhi pergeseran Supply (penawaran)


Seperti halnya perubahan permintaan, penawaran juga dapat
mengalami perubahan. Perubahan jumlah yang di tawarkan sebagai akibat
perubahan harga terjadi pada sepanjang kurva penawaran. Pergeseran kurva
penawaran terjadi jika salah satu atau lebih dari faktor yang dianggap
konstan didalam fungsi penawaran mengalami perubahan. Arah pergeseran
bisa ke kiri atau ke kanan tergantung pada hubungan antara jumlah barang
yang di tawarkan dengan faktor yang mengalami perubahan tersebut.

P S2S2 SS S1S1

P0

Q2 Q0 Q1 Q
Gambar. Pergeseran kurva penawaran

9
Pada gambar diatas pergeseran dari SS menjadi S1S1 bisa
disebabkan karena perbaikan teknologi sehingga proses produksi menjadi
lebih efisien. Sebaliknya bis terjadi, kurva penawara bergeser dari SS
menjadi S2S2 disebabkan oleh kenaikan harga input. Pergeseran SS
menjadi S1S1 menunjukkuan kenaikan jumlah yang ditawarkan, sedangkan
pergeseran dari SS menjadi S2S2 menunjukkan penurunan jumlah yang
ditawarkan pada harga tetap.

E. Equilibrium Demand (permintaan) dan Supply (penawaran)


Dalam hukum permintaan, konsumen bertindak rasional, yaitu hanya
akan meningkatkan pembeliannya bila harga turun dan menurunkan
pembelinnya bila harga naik. Sedangkan pada hukum penawaran produsn
tau penjual yang bertindak rasional, yaitu hanya akan memperbanyak
penjualannya bila harga naik dan menurunkan penjualannya bila harga turun.
Berdasarkan kenyataan dari kedua hukum ini, bagaimanakah bisa terjadi
pertukaran atau jual beli di pasar? Agar tejadi pertukaran, mak penjual akan
mempertahankan pada harga yang menguntungkannya. Sehingga suatu
pasar akan mengalami keseimbangan (equilibrium) jika jumlah barang yang
ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta dan tidak ada kekuatan
internal yang menyebabkan perubahan. Sekali dicapai keseimbangan ini
cenderung untuk tidak berubah. Secara geometris keseimbangan terjadi
pada saat kurva penawaran perpotongan dengan kurva permintaan
pasarnya.

10
P

Eq
Pe

Q
Qe
Gambar. Keseimbangan Permintaan dan Penawaran

Dalam analisis ekonomi pengertian pasar tidak selalu dikaitkan


denagn suatu tempat seperti dalam pengertian sehari-hari. Permintaan
konsumen dan penawaran produsen terhadap suatu barang merupakan
fungsi dari harga barang tersebut. Bila permintaan dan penawaran bertemu
maka akan menghasilkan keseimbangan harga dan kuantitas yang terjadi
pada saat permintaan dan penawaran berada dalam keseimbangan. Pada
saat itu jumlah barang yang ingin dibeli konsumen sama dengan jumlah yang
ditawarkan oleh produsen. Pada keadaan ini, harga dan kuantitas cenderung
untuk tetap sama sepanjang hal-hal lain yang berpengaruh tidk berubah.
D. Need Terhadap Pelayanan Kesehatan

Pendekatan needs di sini didasari kepada pengertian tentang merit

goods. Margolis (1982) mengatakan merit goods ini adalah setiap bentuk

pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara umum dapat dipahami

11
akan tetapi sulit untuk diperhitungkan dengan menggunakan teori permintaan

yang biasa.

Dengan demikian jelas bahwa konsep need di sini bertentangan

dengan konsep consumer sovereignity. Karenanya akan bisa salah kalau kita

meletakkan consumer sovereignity tersebut sebagai dasarnya. Perlu

beberapa pembetulan atau bahkan penggantian dengan yang lebih sesuai

dengan kebodohan konsumen supaya preferensinya bisa berlaku. Lebih

lanjut nanti akan terus diperdebatkan siapakah yang sebenarnya dan

seharusnya memformulasikan penilaian tersebut. Dan dalam kenyataannya,

need akan masuk dalam persoalan ini tetapi sering harus menghilangkan

sama sekali pengkaitannya dengan permintaan.

Juga dapat diargumentasikan ialah bahwa need terhadap pelayanan

kesehatan merupakan fungsi dari need terhadap kesehatannya sendiri ;

dengan didasari oleh pengalaman yang selama itu dilalui seseorang. Dalam

berbagai perdebatan tentang need, cenderung terjadi salah kaprah dan

melupakan keterkaitannya di antara keduanya.

Satu hal yang nampaknya patut dicatat dari berbagai perbedaan

pengertian tentang need tadi ialah perlunya lebih berhati – hati dalam

menggunakan istilah need yang mana yang akan kita bahas atau

diperdebatkan. Banyak perdebatan yang sering tidak jelas memakai istilah

need tersebut. Dan bahkan ada yang malahan mengaburkan

pendengarannya tentang need mana yang dimaksudkan oleh pembicara

12
tersebut. Bagi para ekonom, need adalah sesuatu pengertian yang evaluatif

dan normatif, yaitu yang mempunyai suatu objektif yang melandasinya.

Nampaknya terlalu mudah untuk mangsumsikan bahwa bila ada

seseorang pasien dengan kondisi yang dapat dirawat, maka (1) dia harus

dirawat dan (2) dia harus dirawat dengan cara terbaik yang bisa dilakukan.

Yang terbaik disini diartikan secara medis yang paling efektif. Kalau

pengertian ini dapat diterima, maka berarti seluruh need harus dilayani dan

dengan cara yang terbaik pulalah pengertian pelayanan yang harus

digunakan. Kedua persyaratan tersebut mengabaikan kenyataan bahwa

sumber daya itu langka dan penggunaan sumber daya yang lebih baik akan

dapat diperoleh dari pemanfaatan pelayanan yang sedikit kurang efektif tetapi

dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang lebih murah.

Keraguan akan relevansi permintaan mengacu kepada pemikiran

bahwa value (dan itu berarti juga neednya sendiri) mungkin lebih sesuai

dikenakan keada semua orang daripada hanya kepada konsumen saja. Hal

itulah yang mungkin mendasari beberapa ekonom (misalnya William dan

Anderson, 1975) lebih menyukai membahasa masalah marginal value curve

(kurve nilai marjinal) ketimbang kurve permintaan sendiri. Dengan kurve

permintaan diasumsikan bahwa konsumen melakukan penilaian, artinya

kebebasan konsumen berjalan sepenuhnya. Sedangkan dalam kasus kurve

nilai marjinal yang melakukan penilaian bisa siapa saja, atau sedikitnya tidak

dipermasalahkan. Bila yang melakukan penilaian tadi adalah si konsumen

13
maka kedua kurva tersebut adalah sama. Dalam prkateknya ; mengingat

komoditi kesehatan itu tidak homogen, yang dapat dilihat dari indikasi bahwa

pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter spesialis, maka sejauh

mana need atau demand yang tepat akan bervariasi seseuai dengan

pelayanan mana yang sedang dibicarakan.

Dalam setiap pembahasan tentang soal need, maka yang perlu

digarisbawahi ialah bahwa tidak seluruh need akan dapat dipenuhi. Dengan

demikian akan terdapat sebuah renking need, dalam pengertian ceteris-

paribus- kita akan lebih memilih satu need untuk dipenuhi dibanding need

yang lain, bila need yang dipilih tadi akan memberikan manfaat yang lebih

tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipilih. Tapi mungkin asumsi cateris

paribus tadi tidak dapat terpenuhi. Khususnya bila dikaitkan dengan

persoalan biaya. Dengan konsep opportunity cost yang telah ada jelas bahwa

pemilihan need mana yang akan dipenuhi akan harus merupakan bagian dari

fungsi biayanya. Itu berarti dalam rangka memenuhi suatu need tidak perlu

mekanisme yang paling efektif yang harus dipilih. Sekali lagi mekanisme

yang paling efektif yang harus dipilih. Sekali lagi kemungkinan untuk

memenuhi seuatu need merupakan fungsi dari biaya dan manfaat yang

terkandung di belakangnya ; yaitu biaya dan manfaat yang marjinal.

Need bukan merupakan sesuatu yang absolut maupun terbatas (finit).

Need adalah sesuatu yang dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh

bersama dengan berjalannya waktu. Dan dalam kasus ini pertumbuhan

14
need tersebut akan bisa dilihat merupakan sebagian dari perkembangan

penawaran fasilitas pelayanan kesehatan.

Nampaknya perlu disepakati bahwa neeed itu bukannya sesuatu yang

absolut dan tidak untuk memenuhinya secara sempurna rasanya juga tidak

munngkin. Culyer (1976)

Dari uraian di atas mungkin masih terdapat beberapa bagian yang

agak sulit untuk dipahami seketika. Akan tetapi sebenarnya dari uraian

tersebut dapat ditarik beberapa prinsip dasar yang dapat dilihat di bawah ini :

1. Bahwa akan selalu terjadi opportunity cost dalam menghasilkan output

kesehatan yang lebih banyak (yaitu yang ditunjukkan dengan pengertian

pendidikan yang hilang).

2. Ada beberapa kumpulan kombinasi output kesehatan dan pendidikan

yang akan lebih diminati dibanding yang lainnya yaitu yang semakin jauh

dari sumber pusat O.

3. Apa yang ingin didapat ialah suatu kombinasi yang paling sesuai pada

tingkat anggaran tertentu.

4. Membaiknya teknologi (naiknya produktivitas di sektor kesehatan) tidak

selalu berarti bahwa kelebihan sumber daya yang timbul seluruhnya akan

digunakan hanya bagi sektor kesehatan saja.

5. Pada umumnya konsep need akan bermanfaat bila diterjemahkan ke

dalam terminologi biaya-manfaat dimana trade-off nya akan bisa terlihat

lebih eksplisit.

15
Apa yang telah diuraikan di atas merupakan pokok bahasan Culyer

dan rekannya dalam membahas persoalan need di bidang kesehatan. Akan

tetapi perlu kiranya untuk mencatat beberapa ide pokok yang berkaitan

dengan uraian tentang need tersebut :

1. Selalu terdapat banyak kekaburan dan pemikiran yang tidak logis tentang

dan di sekitar konsep need tersebut. Dan bahkan terkadang memang

sengaja dibuat demikian dalam kaitannya untuk merangsang munculnya

perdebatan tentang need tadi.

2. Need tidak selalu harus dijelaskan dengan tanpa mempertimbangkan

apakah hasil akhir yang ingin dicari serta jenis pelayanan kesehatan

manakah yang dijadikan instrumennya.

3. Pengabaian kemungkinan pertukaran dalam rangka memenuhi suatu need

nampaknya akan merupakan persoalan awal dari timbulnya masalah

ketidakefisienan.

4. Bagaimanapun kita mendefinisikan need maka hampir selalu timbul usaha

bagi pihak ketiga yang terlibat ke dalam proses penilaian ; berbeda halnya

dengan demand dimana konsumenlah yang sovereign.

5. Sementara itu yang menjadi persoalan pokok dalam perdebatan need

maupun demand adalah berkenaan dengan pertanyaan pihak ketiga yang

manakah yang paling tepat untuk diperhatikan dan keputusan yang

bagaimana yang harus diperhatikan ?.

6. Need tidak absolut.

16
7. Need tidak harus diranking dan juga harus dihitung.

8. Kontribusi utama dari ilmu ekonomi ke dalam needlogy diderivasikan dari

dasar pengertian bahwa need mana yang akan dipenuhi akan tergantung

sekali dengan biaya-manfaat untuk memenuhi need tersebut.

E. Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan

Ada dua pendekatan yang lazimnya digunakan untuk membahas

permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Yang pertama, ialah the agency

relationship atau dikenal dengan supplier induced demand model.

Sedangkan pendekatan yang kedua, adalah investment model yang diajukan

oleh Grossman (1972a, 1972b).

Kedua pendekatan tersebut akan dicoba untuk diuraikan terpisah di

bawah ini, mengingat keduanya mempunyai pendekatan yang berbeda dalam

merumuskan model permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Perbedaan

yang utama terletak dari asumsinya tentang kedudukan pasien dalam model

deman tersebut. Pada pendekatan pertamam mengatakan bahwa peranan

pasien amatlah kecil dibandingkan peranan ahli kesehatan, sementara

Grossman mengatakan bahwa si pasien cukup memiliki informasi dan

kebebasan dalam menentukan demandnya sendiri.

1. Demand Menurut Model Agency Relationship

Hubungan antara need dengan demand merupakan sesuatu yang

rumit. Hal ini dapat diargumentasikan bahwa :

17
1. Sebagai individu, kita semua sering mempunyai wants kesehatan

yang lebih baik dari yang kita miliki saat ini.

2. Sebagian dari kita tidak melakukan apa pun dengan wants tadi,

dan sebagian lagi secara aktif berusaha memperoleh pelayanan

kesehatan misalnya dengan secara rutin melakukan kontrol

kepada dokter pribadi dan sebagainya.

3. Terkadang para dokter tersebut tidak sependapat dengan kita

tentang penilaian wants atau demand. Para dokter tersebut

mengatakan bahwa beberapa wants atau demand kita tidak selalu

membutuhkan perawatan. Atau ada beberapa aspek kesehatan

yang lebih baik yang seharusnya lebih kita perhatikan namun luput

dari perhatian kita. Dan sebenarnya justru yang luput dari

perhatian tersebutlah yang memerlukan perawatan. Cooper (1975)

mencoba untuk memformulasikan ketiga hal di atas secara

diagramatis yang terlihat sebagai berikut :

Gambar 3.2.1

WANT DEMAND NEED

Status kesehatan yang


Penilaian pribadi Wants yang dinilai sebagai need
terhadap status diwujudkan ke dalam atas pelayanan medis.
kesehatan. Wants atas demand dalam bentuk Tidak semua demand
status kesehatan yang mencari bantuan akan menjadi need,
lebih baik. dokter dan tidak semua need
akan tercermin dalam
demand.

18
Tentunya sumber dari demand adalah wants, meskipun tidak semua

wants diwujudkan sebagai demand. Tentunya juga beberapa demand dan

wants dinilai sebagai need, namun tidak semua need akan ditampung ke

dalam demand dan wants. Dengan demikian ada sumber need yang sama

sekali terpisah dari demand maupun wants tadi ; maksudnya ahli kesehatan

mungkin saja menentukan need tertentu yang tidak termasuk dalam demand

maupun wants.

Mungkin ada baiknya kalau kita melihat ketiga kotak tersebut di atas

menjadi seperti berikut yang terdapat uraian berikut ini :

Gambar 3.2.2.

WANT DEMAND NEED

Penilaian Demand and Demanded and


pribadi terhadap want wanted needs
status
kesehatan. Undemanded
Wants atas wanted needs
status kesehatan Undemanded
yang lebih baik. wants Demanded
Unwanted needs

Dengan demikian need mungkin saja :

1. Demanded dan wanted

2. Undemanded dan wanted

3. Undemanded dan unwanted

19
Dari sudut pandang pasien demanded dan wanted needs tampaknya

memiliki nnilai yang lebih tinggi dari pada undemande wanted dan wanted

need (dengan mengasumsikan bahwa ada wants yang mempunyai prioritas

lebih tinggi akan tampak dinyatakan sebagai demand) ; namun mungkin tidak

demikian halnya menurut pandangan dokter. Menurut pandangan konsumen

undemanded dan unwanted need nampaknya bernilai lebih rendah (bahkan

bila memperhatikan kadar pengetahuannya saat ini mungkin keduanya

sebenarnya tidak berarti sama sekali bagi konsumen) dibandingkan

demanded, wanted need atau undemanded, wanted need ; tapi sekali lagi hal

ini tidak berarti sejalan dengan pandangan dokternya. Tentunya tanpa

adanya data empiris nampaknya sulit bagi kita untuk melakukan urutan

prioritas untuk menggabungkan pendapat dokter ke dalam tiga jenis need

tersebut. Hal yang sama, namun dari sudut pandang ahli kesehatan, kita

dapat menggolongkannya ke dalam ketiga katagori tersebut. Misalnya

seorang wanita yang mempunyai penyakit kelainan kelenjar di payudara

dapat mempunyai gambaran keadaan sebagai berikut :

1. Dia mungkin menginginkan perawatan, tetapi tidak merasa ingin

berkonsultasi ke dokter karena mungkin dia tidak menyadari

pentingnya perawatan penyakit tersebut. Dalam hal ini dia tergolong

kepada situasi wanted, undemanded need.

2. Dia mungkin menginginkan perawatan, mempunyai demand, dan dia

memperoleh perawatan karena dokternya menyetujui perlunya

20
dilakukan perawatan terhadap penyakitnya tadi. Dia masuk dalam

kategori wanted, demended need.

3. Dia mungkin tidak menginginkan dan mempunyai demand untuk

perawatan karen adia mungkin tidak menyadari bahwa terjadi kelainan

dalam tubuhnya. Pada kasus ini tergolong kepada kategori unwanted,

undemanded need.

Apakah demand dan need dapat digabungkan ?, salah satu cara

untuk melakukan penggabungan tersebut ialan dengan menggunakan

pendekatan agency relationship (hubungan keagenan) ; di mana dalam

pendekatan ini dokter bertindak sebagai agen bagi pasiennya yang kurang

mempunyai informasi tentang segala sesuatu yang menyangkut pelayanan

kesehatan. Kejadian ini tiada lain disebabkan oleh sifat komoditi pelayanan

kesehatan yang akhirnya mengacu kepada situasi dimana dokterlah yang

secara efektif sering bertindak untuk melakukan permintaan (demanding).

Rasanya sulit bagi kita untuk melihat agency relationship yang

sempurna. Dokter mungkin akan memperoleh tempat yang terhormat ketika

berfungsi sebagai agen penilai tentang efektivitas berbagai bentuk pelayanan

kesehatan. Akan tetapi dokter tersebut akan mengalami kesulitan manakala

harus menerangkan kepada pasiennya tentang manfaat relatih dari berbagai

alternatif pelayanan kesehatan tadi. Persoalan tadi semakin sulit ketika si

dokter harus mengestimasi dampak biaya dari alternatif pilihan tadi, apalagi

bila harus menguraikan mana saja yang harus ditanggung oleh pasien.

21
Misalnya pada kasus pembayaran dokter menjadi salah satu variabel yang

perlu dipertimbangkan di dalam proses pengambilan keputusan yang

dilakukan konsumen.

Di balik agency relationship hubungan individuil antar si dokter dan si

pasien, masih ada bentuk hubungan lain yang melibatkan group dokter

(dengan atau group ahli medis lainnya seperti perawat, bidan dan sebagainya

) dengan group pasien yang menjadi tanggung jawab mereka semua.

Kini agency relationship sebenarnya lebih terkait kepada prioritas

grup, yaitu prioritas sosial. Kalau demikian pada gilirannya akan timbul

pertimbangan mengenai penilaian siapakah yang akan dijadikan patokan.

22
2. Demand Menurut Model Grossman

Barangkali inovasi terpenting tentang studi demand pelayanan

kesehatan adalah yang diajukan oleh Grossman (1972a – 1972b).

Penelitiannya mengenai demand tersebut megemukakan bahwa demand

terhadap pelayanan kesehatan merupakan derivasi dari demand terhadap

kesehatan itu sendiri, yang menurut terminologinya Becker (1965) kesehatan

itu merupakan komodity yang penting. Dengan menggunakan dasar

pengertian tersebut Grossman menyusun teori tingkah lakku konsumen

dalam human capital approach di mana area pemilihannya diperluas hingga

mencakup pemilihan atas status kesehatan.

Model Grossman mengasumsikan bahwa masing – masing individu

melakukan penilaian manfaat atas pengeluaran untuk kesehatan yang

diperbandingkan dengan pengeluaran untuk komoditi – komoditi lainnya

dalam rangka memutuskan status kesehatannya yang optimal. Dalam hal ini

konsumen diasumsikan mempunyai pengetahuan tentang status

kesehatannya sendiri, tingkat depresiasi status kesehatannya dan fungsi

produksi yang mengaitkan antara perbaikan kesehatan dengan pengeluaran

untuk pelayanan kesehatan. Jadi dalam dunia yang penuh dengan kepastian,

hal itu berarti masing – masing individu menentukan sendiri usia

kehidupannya.

Sejalan dengan kerangka pikir teori keputusan investasi yang umum,

diasumsikan bahwa setiap individu akan memaksimumkan fungsi utilitinya

23
yang dibentuk dari flow jasa pelayanan kesehatan dan dari konsumsi barang

lainnya untuk setiap tahun kehidupannya. Maksimisasi ini akan menyebabkan

individu tadi menyamakan the marginal return on the asset (kesehatan)

dengan marginal costnya. Return kepada individu ke ‘j’ disusun dari marginal

physical return (a j) dan marginal monetary return (m j). Biaya kapital

kesehatan adalah tingkat depresiasi (dj) (dikurangi dengan setiap tabungan

yang timbul sebagai akibat pembelian “kesehatan” saat ini, dengan

menyadari bahwa pembelian kesehatan di masa mendatang akan

menyebabkan terjadinya kenaikan dalam marginal cost untuk setiap usaha

perbaikan kesehatan). Dengan demikian formulasi matematis untuk individu

tertentu pada waktu ‘i’ adalah :

mj + aj = rj + dj …………… (I.1).

Sebenarnya Grossman melakukkan pengujian konsumsi dan aspek –

aspek investasi secara terpisah. Namun untuk menyederhanakan

pembahasan, maka kita hanya akan memusatkan perhatian kepada bagian

investasinya saja.

Hasil pecuniary (mj) ditentukan oleh tiga komponen : tingkat upah

dari harian orang yang kita perhatikan tersebut pada tahuun ke ‘i’ (wji),

produk marginal kesehatan, yang diukur dalam jumlah hari sehat yang

dihasilkan oleh satu unit stok kesehatan (Gji), dan biaya marjinal dari ‘gross

investment’ di bidang kesehatan yang dibeli pada periode sebelumnya dan

24
yang termasuk biaya – biaya waktu dan uang (Cji-1). Gabungan dari ketiga

komponen ini akan memberikan rate of return sebagai berikut :

WjiGji
= mji = rji + dji …………….(I.2)
Cji-1

Untuk setiap individu dengan status kesehatan tertentu akan selalu

ada marginal product kesehatan G. Dengan demikian kita sekarang dapat

membuat plot sebuah kurva marginal efficiency kapital kesehatan yang

menunjukkan hasil untuk masing – masing tingkat kesehatan (Wji Gji)/Cji-1.

Kalau kita asumsikan bahwa produk marjinal kesehatan menurun secara

asimtotis menuju nol, sejalan dengan peningkatan kesehatan, maka kurva ini

akan mempunyai bentuk yang dikenal baik di ekonomi makro. Grossman

mendukung asumsi tersebut dengan menunjukkan bahwa return kepada

kesehatan diukur dengan hari sehat (healthy days), mempunyai batas 365

hari per tahunnya. Return tersebut akan bisa menjawab persoalan disability

akan tetapi tidak membatasi persoalan debility (Cullis JG and West PA, 1979,

29 -32). Debility sebenarnya akan mempengaruhi tingkat upah tapi

permasalahan ini secara eksplisit diperdebatkan dalam model Grossman.

Dengan stok kapital kesehatan optimal tertentu yang ditunjukkan oleh

persamaan (I.2), kita dapat menguji pengaruh usia dan income terhadap stok

yang optimal. Pertama, marilah kita perhatikan aspek usia, dengan

mengasumsikan bahwa tingkat upah, marginal product dari stok kesehatan

25
dan biaya marjinal dari ‘gross investmen’ adalah independen terhadap usia.

Pengaruh yang diasumsikan dari kenaikan usia adalah meningkatnya tingkat

depresiasi kesehatan (d j). ini tidak berarti bahwa orang yang lebih tua akan

kurang sehat dibandingkan yang muda usia, tetapi untuk orang tertentu

tingkat depresiasi kesehatannya pertahuan akan menjadi lebih besar ketika

usianya semakin tua. Implikasi asumsi Grossman, dari persamaan (I.2),

bahwa peningkatan depresiasi menyebabkan konsumen memilih stok

kesehatan yangn lebih rendah dalam rangka meningkatkan produk marjinal

kesehatan, juga menyamakan hasil marjinal dengan biaya yang lebih tinggi

(kita telah mengasumsikan bahwa besarnya produk marjinal kesehatan akan

lebih kecil pada tingkat stok kesehatan yang lebih tinggi). Dengan demikian,

ketika dihadapkan kepada depresiasi kesehatan yang diketahui sudah

cenderung naik model Grossman mengatakan bahwa seseorang akan

memilih suatu status kesehatan yang lebih rendah pada setiap tahun

berurutan successive year. Hal ini akan mendorong orang tersebut terpaksa

harus memilih usia hidupnya sendiri ; mengingat stok kesehatannya yang

optimal pada akhirnya akan turun hingga di bawah life-supporting minimal

yang dia perlukan, dan kalau hal itu sudah tercapai berarti dia akan mati.

Demand pelayanan kesehatan diderivasikan dari suatu demand

terhadap stok kesehatan yang optimal di masing – masing periode ; dengan

memperhatikan stok kesehatan saat ini., depresiasi dan investasi pelayanan

kesehatan merupakan determinan stok kesehatan di masa mendatang. Akan

26
tetapi harap diingat bahwa stok kesehatan dan flow gross investment tidak

harus terkait antara yang satu dengan yang lain. Menurunnya stok kesehatan

di setiap waktu tidak harus dikaitkan dengan menurunnya konsumsi

pelayanan kesehatan di masing – masing tahun yang bersangkutan. Tingkat

depresiasi yang menaik itu akan mengurangi peningkatan netto kesehatan

yang diperoleh dari satu unit gross investment pelayanan kesehatan. Artinya

tambahan kesehatan yang terjadi tergantung kepada tingkat depresiasi

mengingat gross investment pun pada akhirnya juga akan menghasilkan stok

dan investasi netto yang semakin berkurang. Hubunan yang tepat antara

faktor usia dan konsumsi pelayanan kesehatan tergantung kepada elastisitas

permintaan kesehatan. Demand ini akan sangat tidak elastis bila produk

marjinal naik secara sangat cepat sejalan dengan menurunnya status

kesehatan. Contohnya bila sebelumnya seseorang masih dapat bekerja

penuh maka bila kemudian terjadi depresiasi yang sedikit saja mengurangi

status kesehatan orang tersebut dari tingkat tertentu menjadi tingkat dimana

dia tidak bisa bekerja adanya sedikitnya produk marjinal dari kenaikan

kesehatan akan sangat besar artinya bagi orang tersebut. Jadi pada kasus

meningkatnya biaya kesehatan akibat adanya kenaikan depresiasi akan

memaksa orang tersebut untuk membeli tambahan pelayanan kesehatan

untuk menutupi depresiasi tadi. Sehingga status kesehatannya yang baru jadi

akan lebih dekat dengan status kesehatannya yang (sebelum didepresiasikan

lihat gambar I.1.9.a). Sebaliknya, bila pengurangan kesehatan hanya kecil

27
pengaruhnya kepada produk marjinal kesehatan, maka orang tadi akan

berusaha tidak terlalu keras untuk berusaha menghilangkan depresiasi alami

yang besar kepada status kesehatannya. Karena itu ketika status

kesehatannya menurun maka dia hanya akan mencari pelayanan kesehatan

yag sedikit saja. (lihat Gambar I.1.9.b).

Gambar 3.2.2.

Biaya kapital efisiensi marginal


Kesehatan kapital kesehatan

r + d1 2 3
r+d 1

Q kapital kesehatan

Kedua gambar tersebut memberi pengertian uraian jadi lebih

sederhana. Orang tersebut mulai pada status di titik 1. Setelah satu tahun

status kesehatannya didepresiasikan dengan proporsi yang sam, dan tingkat

depresiasinya meningkat hingga membuatnya berada pada titik 2. Dia akan

memberikan reaksi sesuai dengan kurva demandnya, yaitu kurva efisiensi

marginal (marginal eficiency) kesehatannya, untuk menuju biaya marginal

kesehatan baru yang lebih tinggi itu. Dalam kasus pada gambar I.1.9a.

bagian depresiasi yang besar berhasil dihapus oleh pelayanan kesehatan,

sedangkan pada kasus gambar I.1.9.b. tidak berhasil dihilangkan ; meski

keduanya sa – sama mencapai titik 3. Pada periode berikutnya, ketika

28
depresiasi meningkat, maka orang yang bertindak seperti pada gambar

I.1.9.a akan menderita kerugian stok kesehatan lebih besar, mengingat level

absolutnya lebih tinggi, dan dia telah menginvestasikan lebih banyak dalam

pelayanan kesehatan untuk menghilangkan turunnya status kesehatannya

karena jumlah kesehatan yang dihasilkan per unit pelayanan kesehatan akan

menurun sejalan dengan naiknya depresiasi. Hasil uraian yang kedua ini

jelas sangat berkebalikan dengan bila dia berada pada situasi gambar I.1.9.b.

yaitu ketika ia mempunyai demand kesehatan yang elastis.

29
Gambar 3.2.4.

Biaya efisiensi marginal


K kapital kesehatan

3
2

1
Q kapital kesehatan

Pengaruh tingkat upah kepada stok kesehatan dan demand

pelayanan kesehatan akan terdiri dari dua unsur. Produk marjinal kesehatan,

dihitung dari healthy days, jelas akan lebih berharga pada tingkat upah yang

lebih tinggi. Tapi waktu milik konsumen juga merupakan input bagi pelayanan

kesehatan, jika tingkat upah naik dengan Z persen maka biaya pelayanan

akan naik dengan :

Wt
.Z<Z
Wt + Ph
Dimana : W = tingkat upah
t = Input waktu per unit pelayanan kesehatan
Ph = harga per unit input lainnya untuk pelayanan
kesehatan.

Dengan mengasumsikan bahwa waktu bukan merupakan satu –

satunya input bagi pelayanan kesehatan, maka persentase kenaikan upah

akan melampaui kenaikan biaya per unit dan return kepada kesehatan akan

naik di setiap level stok kesehatan. Itu berarti gambar marginal efficiency atau

demand kesehatan akan bergeser ke atas, yang menyebabkan dimintanya

tingkat kesehatan yang lebih tinggi pada setiap tingkat bunga dan tingkat

30
depresiasi. Pengaruh yang tepat dari upah yang meningkat tergantung pada

elastisitas permintaan kesehatan dan ditambah porsi biaya waktu di dalam

total biaya perunit pelayanan kesehatan. Namun demikian karena

penambahan kesehatan yang diperoleh dari satu unit ‘gross investment’

pelayanan kesehatan itu tidak dipengaruhi oleh kenaikan upah, maka

permintaan pelayanan kesehatan akan naik (atau dalam kasus yang ekstrem

mungkin saja tetap) sejalan dengan naiknya tingkat upah.

Sebenarnya model human capital kecil implikasinya bagi ‘public

policy’ dalam rangka memperbaiki efisiensi atau pemerataan pelayanan

kesehatan. Sebab konsumen dianggap mampu melakukan pilihan yan efisien

dalam rangka memaksimalkan utilitinya. Pelayanan kesehatan nampaknya

akan meningkat sejalan dengan naiknya pendapatan. Juga mengingat pilihan

konsumen sudah efisien maka pengukuran income support akan

menyebabkan tercapainya tingkat pemerataan yang diinginkan.

Grossman melanjutkan pengujiannya dengan mempertimbangkan

variabel pendidikan dan juga manfaat konsumsi kesehatan. Akan tetapi

uraian singkat di atas telah dapat memberikan kesimpulan yang memadai

dari pendekatan yang dia lakukan. Namun sebelum kita akhiri pembahasan

model pendekatan Grossman ini ada baiknya untuk sekali lagi memberikan

penekanan, seperti yang dikemukakan oleh Dowie (1975), bahwa public

policy yang dapat ditunjukkan oleh model pendekatan Grossman ini ialah

perlunya penyediaan informasi kesehatan yang memadai bagi konsumen

31
dan sekaligus para penyedia pelayanan kesehatan dan juga tentang efisiensi

dari mengkombinasikan input kesehatan yang dinginkan daripada jika hanya

informasi tentang pelayanan kesehatan saja.

32
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Demand (permintaan) adalah banyaknya suatu komoditi yang ingin
dibeli dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat pada suatu saat
tertentu. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan
dari seorang inividu atau masyarakat terhadap suatu barang, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. harga barang yang dimaksud
2. tingkat pendapatan
3. jumlah penduduk
4. selera dan ramalan/estimasi dimasa yang akan datang
5. harga barang lain atau substitusi
Supply (penawaran) adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh
penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada harga
tertentu. Sebagaiman juga halnya dengan permintaan, maka pada teori
penawaran juga dikenal apa yang dinamakan jumlah barang yang ditawarkan
dan penawaran. Penawaran adalah gabungan seluruh jumlah barang yang
ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu, periode tertentu, dan pada
berbagai macam tingkat harga tertentu.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam
menawarkan produknya pada suatu pasar diantaranya sebagai berikut :
1. harga barang itu sendiri
2. harga barang-barang lain
3. ongkos dan biaya produksi
4. tujuan produksi dari perusahaan
5. teknologi yang digunakan

33
34

Anda mungkin juga menyukai