Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak dan gas (migas) merupakan sumber mineral yang berasal dari
kerak bumi. Migas dapat diperoleh dari hasil eksplorasi dan eksploitasi.
Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai
kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan
Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kerja yang ditentukan (UU No. 22 Tahun
2001). Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam
kehidupan sehari-hari bahan bakar minyak masih menjadi pilihan utama
sehingga akan mengakibatkan menipisnya cadangan minyak bumi di dalam
bumi. Sementara batu-bara dan gas bumi belum dimaksimalkan
pemanfaatannya untuk konsumsi.
Kebutuhan manusia akan minyak dan gas bumi memacu manusia untuk
mengembangkan teknologi-teknologi yang semakin modern untuk
memperoleh informasi tentang keberadaan cekungan-cekungan minyak dan
gas bumi. Dalam mengantisipasi hal tersebut, perusahaan-perusahaan migas
semakin gencar dalam meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi untuk
menemukan lapangan-lapangan minyak baru yang potensial. Minyak bumi
yang di eksplorasi dan dikonsumsi setiap hari lambat laun akan habis,
sedangkan proses terbentuknya memakan waktu jutaan tahun. Ketersedian
minyak bumi saat ini diperkirakan hanya mencukupi beberapa tahun saja
seiring makin meningkatnya konsumsi.
Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, perlu dilakukan interpretasi
bawah permukaan terlebih dahulu untuk menduga keterdapatan minyak dan
gas bumi di bawah permukaan. Interpretasi dilakukan untuk mengefisiensikan
biaya eksplorasi. Banyak pendekatan parameter fisika yang digunakan untuk
menginterpretasikan kondisi bawah permukaan, salah satunya adalah metode
Seismic . Dengan adanya metode seismic, biaya eksplorasi menjadi lebih
efisien.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan jenis litologi berdasarkan analisis log ?
2. Bagaimana melakukan korelasi berdasarkan analisis data log ?
3. Bagaimana membuat penampang vertical dan genetic unit ?
4. Bagaimana menentukan lingkungan pengendapan serta analisisnya ?
1.3 Tujuan
1. Menentukan jenis litologi berdasarkan analisis data log.
2. Melakukan korelasi berdasarkan analisis data log.
3. Membuat penampang vertikal, analisis urut-urutan pengendapan dan
genetik unit.
4. Menentukan lingkungan pengendapan dan analisisnya.

2
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Analisa Log Kualitatif

Kegiatan eksplorasi Minyak dan Gas Bumi (Hidrokarbon) merupakan


serangkaian kegiatan yang panjang, dari studi geologi permukaan, survey
seismik, hingga dilakukan pemboran. Khususnya dalam kegiatan pemboran,
dilakukan suatu kegiatan pengukuran log/logging, yaitu perekaman dan
pengukuran data bawah permukaan (sifat-sifat fisik batuan) di sepanjang
lubang pemboran.

2.1.1 Log Gamma Ray

Dalam analisa kualitatif, log Gamma Ray (GR Log) dapat digunakan


untuk identifikasi dan korelasi litologi serta estimasi tingkat kelempungan,
karena prinsip kerjanya yang mengukur tingkat radioaktivitas alami (sinar
gamma) dari unsur-unsur tertentu pada mineral mika, glaukonit, dan potasium
feldspar, yang umum ditemukan pada batu serpih (shale) dan lempung (clay).
Secara umum (konvensional), kegiatan eksplorasi dilakukan untuk mencari
hidrokarbon pada batuan reservoar yang memiliki porositas dan permeabilitas
yang baik, yaitu batupasir dan batugamping. Karena karakteristik batu serpih
dan lempung yang memiliki porositas dan permeabilitas yang kecil
(kemudian dianggap sebagai batuan non-reservoar), dan bersifat “menyerpih”
dalam suatu tubuh batuan, maka dengan analisa log Gamma Ray ini dapat
dilakukan identifikasi litologi, membedakan zona reservoar dengan zona non-
reservoar.

Batupasir dan batugamping yang clean (bebas kandungan serpih), pada


umumnya akan memiliki kandungan material radioaktif yang rendah,
sehingga akan menghasilkan pembacaan nilai GR yang rendah pula. Seiring
dengan bertambahnya kandungan serpih dalam batuan, maka kandungan
material radioaktif akan bertambah dan pembacaan nilai GR akan meningkat.

3
Teknik interpretasinya, secara sederhana yaitu dengan membuat suatu garis
batas (cut off) antara shale base line (yang menyatakan nilai GR tertinggi)
dengan sand base line (yang menyatakan nilai GR terendah). Sehingga
diperoleh zona di sebelah kiri cut off sebagai zona reservoar, dan zona non-
reservoar di sebelah kanan garis cut off.

Gambar 2.1.1 (1)Respon Gamma Ray di berbagai litologi, (2)Analisa kualitatif


log GR.

Pengukuran log Gamma Ray memiliki kelemahan, terutama apabila


terdapat batuan selain serpih dan lempung yang memiliki radioaktivitas alami
tinggi, seperti tuff. Sehingga identifikasi litologi umumnya diperkuat dengan
pengukuran Spectral Gamma Ray, yang mampu mengetahui sumber radiasi.

2.1.2 Log Log Spontaneous Potential

Dari prinsip kerjanya, log SP ini dapat digunakan untuk identifikasi


batuan permeable, identifikasi lapisan serpih (non-reservoar) dan non-serpih
(reservoar), membantu korelasi litologi, dan menghitung nilai salinitas fluida
formasi (Rw). Pengukurannya berdasarkan adanya beda potensial karena
perbedaan salinitas antara lumpur pemboran (Rmf) dengan fluida formasi

4
(Rw), dimana pada dasarnya nilai salinitas berbanding terbalik dengan
resistivitas.

Dalam interpretasinya, apabila data log SP menunjukkan kurva lurus (tidak


ada perubahan nilai) maka mengindikasikan salinitas fluida formasi sama
dengan salinitas lumpur pemboran, atau dapat juga sebagai indikasi lapisan
batuan yang pejal (tight) atau impermeable. Sedangkan apabila terdapat
defleksi grafik/perubahan nilai log SP, maka menunjukkan adanya perbedaan
salinitas, adanya lapisan batuan permeable, dan dapat diasumsikan sebagai
reservoar. Dan apabila lapisan permable tersebut mengandung saline
water maka nilai Rw << Rmf, dan akan terjadi perubahan nilai SP yang
negatif, sedangkan lapisan yang mengandung fresh water memiliki
nilai Rw >> Rmf, mengakibatkan perubahan nilai SP positif.

Gambar 2.1.2 Teknis pengukuran log SP, beserta responnya.

2.1.3 Log Resistivitas

Log Resistivitas dapat digunakan untuk membedakan lapisan reservoar


dan non-reservoar, identifikasi jenis fluida (air formasi dan hidrokarbon) dan

5
batas kontak fluidanya, menghitung nilai resistivitas air formasi dan salinitas
air formasi.

Terdapat dua macam pengukuran log resistivitas, yaitu Lateral Log;


meliputi Lateralog Deep (LLD), Lateralog Shallow (LLS), Micro Spherically
Focused Log (MSFL), dan Induction Log; yang meliputi Inductionlog
Deep (ILD), Inductionlog Shallow (ILS), Micro Spherically Focused (MFS).
Mengacu dari adanya perbedaan zona di sekitar dinding lubang pemboran,
zona terinvasi dapat terindikasi dari rekaman log MSFL atau SFL. Sedangkan
untuk zona transisi dapat terindikasi dari rekaman log LLS atau ILM. Untuk
zona jauh dapat terbaca dari log LLD atau ILD.

Gambar 2.1.3 Rekaman log Resistivitas.

6
Dalam teknik interpretasinya, analisa log resistivitas, utamanya adalah
untuk mengetahui indikasi batuan yang porous dan permeable yang
mengandung fluida hidrokarbon atau air. Nilai-nilai LLD/ILD, LLS/ILS, dan
MSFL umumnya ditampilkan pada satu kolom grafik, dab berdasarkan
karakteristik grafiknya, indikasi hidrokarbon ditunjukkan oleh adanya
perubahan nilai/defleksi grafik LLD/ILD yang relatif berada di kanan
terhadap defleksi grafik LLS/ILM dan MSFL. Sedangkan defleksi grafik
LLD yang relatif lebih negatif terhadap LLS/ILM dan MSFL akan
mengindikasikan adanya kandungan fluida air. Namun apabila ketiga grafik
tersebut menunjukkan grafik yang saling berhimpit tanpa adanya separasi
yang jelas maka dapat mengindikasikan suatu zona
yang impermeable atau tight.

2.1.4 Log Densitas

Log Densitas dapat digunakan untuk perhitungan densitas, perhitungan


porositas, dan identifikasi kandungan fluida. Dengan memanfaatkan pancaran
sinar gamma dan prinsip Hamburan Compton, prinsip kerjanya yaitu dengan
mengukur densitas bulk batuan, yang merupakan fungsi dari densitas elektron
dalam batuan. Secara teori, batuan berpori (umumnya berupa batupasir atau
batugamping) akan memiliki kandungan elektron yang lebih sedikit
dibandingkan dengan batuan pejal (tight). Untuk batupasir (densitas ρ = 2,65
gr/cc) dan batugamping (ρ = 2,71 gr/cc) yang mengandung fluida gas akan
memiliki densitas bulk yang tinggi. Sedangkan serpih akan memiliki nilai
densitas bulk yang sangat tinggi apabila memiliki kandungan air terikat (clay-
bound water).

Interpretasi log Densitas dilakukan dengan mengamati karakteristik grafik


yang akan mengalami defleksi ke nilai yang lebih rendah apabila melalui
suatu yang mengandung fluida berupa gas, sedangkan akan mengalami
defleksi ke arah nilai yang lebih tinggi apabila melalui suatu yang
mengandung fluida air maupun fluida minyak.

7
2.1.5 Log Neutron

Log Neutron dapat digunakan untuk perhitungan porositas batuan, evaluasi


litologi, dan deteksi keberadaan gas. Prinsipnya adalah dengan mengukur
persentase pori batuan dari intensitas atom hidrogen di dalamnya, yang
diasumsikan bahwa hidrogen tersebut akan berupa hidrokarbon maupun air.
Hasil pengukuran log Neutron kemudian dinyatakan dalam Porosity
Unit (PU).

Pada formasi yang mengandung minyak dan air, dimana kandungan


hidrogennya tinggi maka menyebabkan nilai Porosity Unit juga tinggi.
Sedangkan pada formasi yang mengandung gas yang memiliki kandungan
hidrogen yang rendah menyebabkan nilai PU yang rendah pula. Rendahnya
nilai PU karena kehadiran gas kemudian disebut dengan gas effect.

8
Gambar 2.1.4 Respon log Neutron di berbagai litologi.

Suatu grafik log Neutron akan menunjukkan defleksi ke arah nilai yang
lebih tinggi (ke arah kiri) apabila melalui suatu zona berporositas tinggi, dan
sebaliknya, grafik akan mengalami defleksi ke kanan apabila melalui zona
berporositas rendah.

Log Neutron, umumnya tidak terlepas dari log Densitas, karena kedua log
tersebut memiliki korelasi dalam menentukan jenis fluida yang terindikasi,
antara gas, minyak, dan air, serta batas kontak antar fluida tersebut. Grafik
log Neutron dan log Densitas biasanya ditampilkan pada satu kolom, dan
berdasarkan karakteristik grafik keduanya, apabila terdapat suatu cross-
over dengan jarak separasi yang besar maka merupakan indikasi dari adanya
gas. Sedangkan apabila jarak separasinya sempit dapat mengindikasikan
adanya minyak, lebih sempit lagi menunjukkan adanya fluida air.

Gambar 2.1.5 Analisa kualitatif log Neutron-Densitas untuk identifikasi jenis


fluida hidrokarbon.

2.2 Penentuan Lingkungan Pengendapan Berdasarkan Log

Penentuan lingkungan pengendapan dapat dilihat dari bentuk kurva log


terutama log gamma ray dan spontaneous potential (Walker, 1992). Bentuk

9
kurva log yang tidak spesifik dari setiap lingkungan pengendapan membuat
interpretasi berdasarkan data terssssebut sangat beresiko tinggi. Interpretasi
lingkungan pengendapan yang cukup akurat didapat dari data core. Bentuk

kurva log GR ,SP dan resistivitas memiliki suatu urutanvertikal, yaitu :

Gambar 2 penentuan lingkungan pengendapan

1. Cylindrical, merupakan bentuk dasar yang mewakili homogenitas dan


ideal sifatnya. Bentuk cylindrical diasosiasikan dengan endapan
sedimen braided channel, estuarine atau sub-marine channel fill,
anastomosed channel, eolian dune, tidal sand.
2. Irregular, bentuk ini merupakan dasar untuk mewakili adanya batuan
reservoir. Bentuk irregular diasosiasikan dengan sedimen alluvial
plain, floodplain, tidal sands, shelf atau back barriers. Umumnya
mengidentifikasikan lapisan tipis silang siur atau thin interbeded .
Unsur endapan tipis mungkin berupa crevasse splay, overbanks
deposits dalam laguna serta turbidit.
3. Bell Shaped, profil berbentuk bell menunjukkan penghalusan ke arah
atas,kemungkinan akibat pengisian channel atau channel fills.
Pengamatan membuktikan bahwa besar butir pada setiap level
cenderung sama,namun jumlahnya memperlihatkan gradasi menuju
berbutir halus dengan lempung yang bersifat radioaktif makin banyak
ke atas. Bentuk bell  dihasilkan oleh endapan point bars, tidal deposits,
transgressive shelf sands, sub marine channel dan endapan turbidit.

10
4. Funnel Shaped, profil berbentuk corong atau funnel menunjukkan
pengkasaran kearah atas yang merupakan bentuk kebalikan dari
bentuk bell . Bentuk funnel kemungkinan dihasilkan sistem progradasi
seperti sub marine fanlobes, regressive shallow marine bar, barrier
islands atau karbonat terumbu depan yang berprogradasi di
atas mudstone, delta front atau distributary mouth bar ,crevasse splay,
beach and barrier beach, strandplain, shoreface, prograding shelf
sands dan submarine fan lobes.
5. Symmetrical Regresi, penghalusan ke atas bentuk bell
shape atau bell  merupakan indikasi peristiwa regresi, sedangkan
pengkasaran ke atas funnel shape atau corong mewakili peristiwa
transgresi sedangkan konstan yaitu cilindrical shape mengindikasikan
transisi. Penentuan lingkungan pegendapan pertama kali diarahkan
kepada skala yang besar kemudian akan dianalisis ke dalam skala
kecil dengan kombinasi data yang ada yaitu data cutting dan
karakter wireline log (Walker 1992).

2.3 Penetuan Kontak Air, Minyak dan Gas Bumi

Kontak hidrokarbon-air ( GWC ) adalah ketinggian terendah tempat


hidrokarbon bergerak terjadi. Zona transisi adalah kisaran ketinggian di mana
air diperbanyak dengan hidrokarbon. Kontak gas-minyak ( GOC ) adalah
ketinggian di atas mana gas adalah fase hidrokarbon yang diproduksi.

11
Gambar 3.1 Kontak antara gas dan minyak

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Problem set
data log pengeboran, pensil warna, penggaris, kertas A4, double tip/lem
kertas, alat tulis menulis, kotak alat, lap kasar dan lap halus.

3.2 Prosedur Kerja

1. Melakukan analisis tiap log pada 4 problem set yang diberikan


a. Mentukan jenis litologi berdasarkan analisis data log dengan melihat
perbedaan antara masing-masing log.
b. Melakukan korelasi berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada log
sebelumnya.
2. Berdasarkan hasil analisis data log kemudian dibuat penampang vertikal,
serta mengurutkan lingkungan pengendapan dan genetik unit dari masing-
masing problem set yang telah dianalisis.
3. Menguraikan proses yang mempengaruhi sehingga menghasilkan model
pengendapan seperti pada yang terlihat di setiap problem set pada
pembahasan.

12
.

BAB IV

Penyajian Data

4.1 Analisa Data


4.1.1 SED - 1 WELL
Pada Sed-1 log terdapat 4 jenis litologi yang termasuk kedalam batuan
sedimen silisiklastik dengan kandungan fluida dan hidrokarbon dan kontak
OWC dan GOC.

4.1.2 SED-2 WELL

13
Pada sed-2 well ini terdapat 3 jenis litologi yang merupakan batuan
sedimen silisiklastik dengan kandungan fluida air dan hidrokarbon serta
kontak antar fluida antara lain OWC dan GOC.

4.1.3 SED-3 WELL


Pada sed-3 well ini terdapat 3 jenis litologi yang merupakan batuan
sedimen silisiklastik dengan kandungan fluida air dan hidrokarbon serta
kontak antar fluida antara lain GOC.

14
4.1.4 SED-4 WELL
Pada sed-2 well ini terdapat 3 jenis litologi yang merupakan batuan
sedimen silisiklastik dengan kandungan fluida air dan hidrokarbon serta
kontak antar fluida antara lain OWC dan GOC.

15
BAB V
ANALISIS KUALITATIF DATA
5.1 Hasil Analisis data Log
Pada log SED-1 WELL, terdapat 4 jenis litologi yaitu, batulempung,
batupasir, serpih, dan batubara dengan kandungan fluida antara lain : air,
hidrokarbon ( minyak dan gas ), dan jenis kontak fluida Oil water contact dan
Gas oil contact. Batupasir ( 5192-5166 ft ) pada litologi ini memiliki
kandungan fluida dan gas yang membentuk OWC dan GOC dan fluida karena
perbedaan densitas diantara ketiganya. Batupasir ( 5164-5154 ft ) tidak
mengandung fluida karena nilai sp tidak terlihat. Batubara ( 5152-5152 ft )
memiliki nilai resistensi yang sangat tinggi serta nilai neutron dan densitas
yang tinggi. Batulempung ( 5136-5134 ft ) memiliki kandungan fluida berupa
air yang dapat dilihat dari refleksi log sp mengarah kekanan. Batupasir (5134-
5128 ft ) memiliki kandungan gas, minyak, dan air.
Pada log SED-2 WELL, terdapat 3 jenis litologi yaitu batulempung, sepih
dan batupasir dengan kandunga fluida berupa air dan hidrokarbon ( minyak
dan Gas bumi ) serta jenis kontak fluida berupa OWC dan GOC. Batupasir
(5186-5161 ft ) memiliki kandungan fluida berturut-turut berupa air, minyak
dan gas bumi dan membentuk OWC dan OGC. Batupasir ( 5160-5140 ft )
memiliki kandungan fluida terlihat dari log sp yang memiliki refeksi kekanan.
Batupasir ( 5118-5105 ft ) memiliki kandungan fluida berupa gas
hidrokarbon.
Pada log SED-3 WELL, terdapat 3 jenis litologi yaitu batulempung, serpih
dan batupasir dengan kandungan fluida berupa air dan hidrokarbon ( minyak
dan gas bumi ) serta kontak fluida GOC. Batupasir ( 5180-5153 ft ) memiliki

16
kandungan fluida secara berturut-turut berupa minyak dan gas serta
membentuk kontak OGC karna adanya perbedaan densitas. Serpih ( 5128-
5122 ft ) memiliki kandungan fluida berupa air yang terlihat dari log Sp yang
relative kekanan. Pada (5116-5100 ft ) sepih ditemukan kandungan fluida
berupa gas bumi.
Pada log SED-4 WELL, terdapat 3 jenis litologi yang berbeda yaitu batu
lempung, sepih dan batupasir, dengan kandungan fluida berupa air dan
hidrokarbon ( gas dan minyak bumi ) serta jenis kontak OWC dan GOC.
Batupasir ( 5190-5161 ft ) memiliki kandungan fluida secara berturut-turut
berupa air, minyak dan gas bumi dengan kontak fluida OWC dan GOC
dikarenakan perbedaan densitas keduanya. Pada ( 5130-5137 ft ) serpih
mengandung fluida berupa air karena dari log SP memiliki refleksi relative
kekanan. Serpih ( 5150-5180 ft ) mengandung fluida berupa hidrokarbon gas
bumi.

5. 2 Korelasi

Dari hasil analisis yang dilakukan didapatkan 3 jenis lotologi batuan


silisiklastik yaitu batu pasir, lempung dan serpih. Berdasarkan indikasi pola
penampang log adalah Finning upward yang terbentuk dari proses progradasi
atau subsidence.

Gambar 5.2 Korelasi

17
Hasil korelasi menunjukan hubungan 4 penampang logging membentuk
suatu cebakan berupa antiklin sehingga air, minyak, dan gas bumi dapat
terakumulasi didalamnya.

5.2 Penampang Vertikal


Pada penampang vertikal terlihat 4 jenis litologi dengan ketebalan dan
jenis lingkungan pengendapan yang berasal dari laut dangkal.

18
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Minyak dan gas (migas) merupakan sumber mineral yang berasal dari
kerak bumi. Migas dapat diperoleh dari hasil eksplorasi dan eksploitasi. Dari
hasil analisis yang dilakukan pada 4 data logging didapatkan 3 jenis lotologi
batuan silisiklastik yaitu batu pasir, lempung dan serpih. Berdasarkan indikasi
pola penampang log adalah Finning upward.

Dari hasil korelasi menunjukan hubungan 4 penampang logging


membentuk suatu cebakan berupa antiklin sehingga air, minyak, dan gas
bumi dapat terakumulasi didalamnya.

6.1 Saran

Sebaiknya sebelum melakukan praktikum mahasiswa dianjurkan untuk


membaca modul praktikum terlebih dahulu agar lebih memahami apa yang
akan dilakukan dilaboratorium.

19
20

Anda mungkin juga menyukai