Anda di halaman 1dari 6

PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI

Pemeriksaan fisik neurologi merupakan pemeriksaan yang memerlukan ketelitiandan sistimatik sehingga
dapat menentukan diagnosis klinis dan topik, darikemungkinan diagnosis ini maka perencanaan
pemeriksaan penunjang dapatdilaksanakan secara rasional dan objektif.

Pemeriksaan fisik neurologi mencakup hal-hal sebagai berikut :

-Pemeriksaan tingkat kesadaran

-Pemeriksaan tanda rangsangan meningeal

-Pemeriksaan saraf kranial

-Pemeriksaan fungsi motorik

-Pemeriksaan fungsi sensorik

-Pemeriksaan fungsi luhur

-Pemeriks aan fungsi otonom

-Pemeriksaan fungsi koordinasi

-Pemeriksaan reflek fisiologis

-Pemeriksaan reflek patologis

PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN

Kesadaran adalah produk neurofisiologik dimana seorang individu mampu berorientasi secara wajar
terhadap waktu, tempat dan orang. Kesadaran adalahkeadaan sadar terhadap diri sendiri dan
lingkungan. Keadaan sadar adalahkeadaan terjaga dan waspada dimana sipenderita akan bereaksi
sepenuhnya danadekuat terhadap rangsangan visual, auditoris dan sensibel.

Koma adalah suatu keadaan tidak sadar total terhadap diri sendiri dan lingkunganmeskipun distimulasi
dengan kuat. Diantara keadaan sadar dan koma terdapat berbagai variasi keadaan/status gangguan
kesadaran.

Anatomi Kesadaran

Keadaan sadar ditentukan oleh 2 komponen, yaitu:a.


a. Aspek

“on off quality” atau“Arousibility”Formasio retikularis terletak di rostral mid pons,


midbrain(mesencephalon) dan thalamus ke korteks serebri ARAS(= Ascending Reticular Activating
System)

b. Aspek

“Content” ( isi kesadaran): Korteks Serebri

Pendekatan Diagnostik pada Pasien Tidak Sadar

Berbagai proses intrakranial maupun ekstrakranial dapat disertai gangguankesadaran. Dalam hal ini naik
turunnya tingkat kesadaran dan lamanya gangguankesadaran merupakan salah satu petunjuk penting
dari maju mundurnya suatu penyakit.

Komponen yang harus diperiksa pada pasien tidak sadar adalah:

-Tingkat kesadaran (kualitatif dan kuantitatif)

-Pola pernafasan

-Ukuran dan reaksi pupil

-Pergerakan mata

-Respon dari okulovestibuler

Pemeriksaan kesadaran dapat dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif.

Cara Pemeriksaan Kualitatif

Tingkat kesadaran kualitatif yaitu :

1. Composmentis : Keadaan sisitim sensorik utuh, ada waktu tidur dan sadar penuh serta aktivitas yang
teratur.

2.Somnolen :Pasien dapat bangun spontan pada waktunya atau sesudahdirangsang tapi kembali tidur
setelah stimulasi dihilangkan.

3.Sopor : Pasien terlihat tertidur tapi dapat dibangunkan dengan rangsangverbal yang kuat, dapat
spontan hanya waktu singkat, sistem sensorik berkabut, dapat mengikuti beberapa perintah sederhana.

4.Soporokoma : Pasien tidak ada respon dengan rangsang verbal, denganrangsang nyeri masih ada
gerakan, reflek

5.reflek (cornea, pupil dll) masih baik dan nafas masih adekuat.

6.Koma : Gerakan spontan negatif, reflek reflek negatif, fungsi nafas terganggu atau negatif.
Tingkat kesadaran kualitatif kurang akurat karena merupakan hasil pemeriksaanindividual.

Cara Pemeriksaan Kuantitatif (Metoda Glasgow Coma Scale)

Aspek-aspek kesadaran yang dinilai secara kualitatif kurang seragam, kriterinyasering kurang tegas
sehingga bila digunakan untuk memonitor tingkat kesadaranseseorang seringkali dilakukan oleh
beberapa orang dengan hasil yang tidak konsisten. Untuk mengatasi hal ini Prof. Dr. Bryan Jennet dan
Teasdale, ahli bedah saraf dari universitas Glasgow pada tahun 1974 menilai tingkat kesadaransecara
objektif dari tiga aspek, yaitu kemampuan membuka mata,
kemampuanmotorikdankemampuanberkomunikasi.Pemeriksaan fungsi membuka mata, respon verbal
dan respon motorik terhadaprangsangan yang diberikan. Rangsangan berupa suara atau rangsangan
nyeri.Rangsangan nyeri dapat diberikan pada supra orbita, ujung kuku, manubriumsternum, prosesus
stilomastoideus dan papilla mamae.

Penilaian Glasgow Coma Scale (GCS)

A. Eye (Mata)

1.Membuka mata spontan = 4

2.Membuka mata dengan stimulus suara (panggilan) = 3

3.Membuka mata dengan stimulus nyeri = 2

4.Tidak membuka mata dengan stimulus apapun = 1

Lokasi memberikan rangsangan nyeri.

Motor (reaksi motorik)


a. Mengikuti perintah, dapat melakukan gerak sesuai perintah = 6
b. Reaksi setempat, ada gerakan menghindar terhadap rangsangan yang diberikan dibeberapa
tempat = 5
c. Menghindari nyeri, reaksi fleksi cepat disertai abduksi bahu = 4
d. Reaksi fleksi abnormal, fleksi lengan disertai abduksi bahu = 3
e. Reaksi ekstensi terhadap nyeri, ekstensi lengan disertai adduksi, endorotasi bahu dan pronasi
lengan bawah = 2
f. Tak ada reaksi, tak ada gerakan dengan rangsangan cukup kuat = 1
g. Orientasi bai, berorientasi baik terhadap tempat, waktu, dan orang = 5
h. Gelisah (confused), jawaban yang kacau terhadap pertanyaan = 4
i. Kata tak jelas (inappropriate), seperti berteriak dan tidak menanggapi pembicaraan orang lain =
3
j. Suara yang tidak jelas artinya (unintelligible-sounds), selalu ada suara rintihan dan erangan = 2
k. Tak ada suara = 1
Cara kuantitatif dengan menggunakan Glasglow Coma Sale (GCS) dipandang lebih baik karena beberapa
hal, yaitu:
1. Dapat dipercaya
2. Sangat teliti dan dapat membedakan kelainannya hingga terdapat banyak perbedaan antara dua
penilai (obyektif)
3. Dengan sedikit latihan dapat juga digunakan oleh perawat sehingga observasi mereka lebih
cermat
Hal-hal yang perlu diingat:
1. Nilai maksimum E4M6V5 = 15, nilai minimum E1MV1 = 3
2. Hati-hati bila ada disfasia (untuk menilai verbal) dan kelumpuhan motoric (untuk menilai
motoric)
3. Penilaian GSC untuk anak-anak berumur <5 tahun berbeda nilainya dari dewasa, terutama untuk
penilaian verbal dan motoric, mengingat fungsi otak belum maksimum
PITTSBURGH BRAIN STEM SCORE
Cara ini digunakan untk menilai reflex brainstem pada pasien koma.
Brainstem reflex
1. Reflex bulu mata positif kedua sisi: 2
Negatif : 1
2. Reflex kornea positif kedua sisi : 2
Negative : 1
3. Doll’s eye movement/ice water calories positif kedua sisi : 2
Negatif : 1
4. reaksi pupil kanan terhadap cahaya positif : 2
Negative : 1
5. Reaksi pupil kiri terhadap cahaya positif : 2

KERNIG SIGN
Pada pemeriksaan ini, pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persediaan panggul
sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persediaan lutut
sampai membentuk sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha. Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri
sebelum atau kurang dari sudut 135 derajat, maka dikatakan sering sign positif.

BRUDZINGKI I 9Tanda Leher menurut Brudzingki)


Pasien berbaring dalam sikap telentang, dengan tangan yang ditempatkan dibawah kepala pasien yang
sedang berbaring, tangan pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk
mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada.
Test ini adalah positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutu dan panggul
kedua tunkai secara reflektorik.

BRUDZINGKI II (Tanda tungkai kontra leteral menurut Brudzingki)


Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut, kemudian
tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Bila timbul gerakan secara fisik reflektorik berupa
tungkai kontralateral pada sendi lutu dan panggul ini menandakan test ini positif.

PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL


Pemeriksaan saraf otak dapat membantu kita menentukan lokasi lesi dan jenis penyakit. Tiap
saraf otak harus diperiksa dengan teliti, karena itu perlu pemahaman anatomi, fungsi dan hubungannya
dengan struktur lainnya. Lesi dapat terjadi pada serabut atau bagian perifer (infranuklir, pada inti (nuklir)
atau hubungan ke sentral (supranuklir). Bila inti rusak hal ini diikuti oleh degerasi saraf perifernya. Saraf
perifer dapat pula terganggu tersendiri,
Saraf otak terbagi atas saraf otak I-XII (Nervus cranialis I-XII). Saraf otak I & II merupakan jaras-
jaras berupa tonjolan otak. Saraf otak XI berasal dari segmen servical atau medulla spinalis. Saraf otak
III-X dan XII berhubungan dengan batang otak . nervus cranial yang mempunyai fungsi motoric berasal
dari kelompok-kelompok sel yang terbenam di batang otak yang analog dengan sel-sel pada cornu
anterior medulla spinalis, sedangkan saraf cranial sensorik berasal dari kumpulan sel di bataang otak,
biasanya dalam ganglion-ganglion yang dianggap analog dengan ganglion radiks dorsals saraf spinalis.

SARAF OTAK 1 (NERVUS OLFAKTORIUS)


Anatomi:
Istilah umumnya ditujukan pada traktus olfaktorius dari bulbus olfaktorius pada bagian ventral lobul
frontalis dan dilanjutkan ke posterior untuk berakhir tepat di sebelah lateral kasma optikum, tempat
dimana jaras tersebut menembus cerebrum.

Pasien : Pasien harus sadar dan kooperatif


Bahan : kopi, the, tembakau, jeruk, pepperminth, kamper, aq.rosarum
Pemeriksaan :
1. Subjektif : keluhan pasien
2. Objektif
Tujuan pemeriksaan : untuk mendeteksi adanya gangguan mengancam, selain itu untuk mengetahui
apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit hidung local.
Cara pemeriksaan :
Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk mencium bau-bauan tertentu yang tidak
merangsang. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang
lainya dengan tangan. Sebelumnya periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan setempat,
misalnya ingus atau polip.
Interpretasi :
a. Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan
b. Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam
c. Hiperosmia adalah daya penghiduan terlalu peka
d. Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana tercium bau yang tidak sesuai misalnya minyak
kayu putih tercium sebagai bau bawang goring
e. Jika porosmia dicirikan oleh modalitas olfaktori yang tidak menyenangkan atau memuakan
seperti bacin, pesing dsb, maka digunakan istilah lain yaitu kakosmia.
f. Baik dalam porosmia maupun kakosmia adanya perangsangan olfaktori merupakan suatu
kenyataan, hanya pengenalannya saja tidak sesuai, tetapi bila tercium suatu modalitas olfaktori
tanpa adanya perangsangan maka kesadaran akan suatu jenis bau ini adalah halusinasi, yaitu
halusinasi olfaktori.

Anda mungkin juga menyukai