Anda di halaman 1dari 19

BAB VI

Hormon Reproduksi
Hormon-hormon reproduksi dibuat di testis ovarium,
adrenal korteks, berguna dalam pembentukan sperma dan
ovum, serta membentuk sifat seks sekunder. Hormon-
hormon reproduksi bersifat anabolik. Hormon reproduksi
disekresi oleh kelenjar adrenal sama seperti glukokortikoid
dan mineralkortikoid. Hormon reproduksi seperti androgen
dan esterogen, bearasal dari sel-sel zona retikularis dan zona
fasikulata, yang berperan dalam pembentukan sifat seks
sekunder.

Hormon reproduksi merupakan molekul steroid


derivat dari kolesterol. Hormon reproduksi berada di
sitoplasma bergabung dengan protein reseptor spesifik.
Hormon ini terikat secara kompetitif membentuk kompleks
Hormon-reseptor. Kompleks pengikatan hormon reproduksi-
reseptor berperan sebagai pengatur pembentukan protein dan
enzim sistem reproduksi. Kompleks Hormon reseptor-
reseptor masuk ke inti dan terikat pada kromatin (reversibel)
DNA yang selanjutnya sebagai bahan untuk membuat
mRNA pada sintesis protein atau enzim sistem reproduksi.
Hormon reproduksi pada konsentrasi tinggi bekerja
langsung melalui aktivitas enzim-enzim yang ada di
membran sel-sel target.

121 | H o r m o n reproduksi
Gambar 12. Biosintesis hormon-hormon reproduksi

Hormon-hormon reproduksi disebut juga hormon


adrenal kortikosteroid C-19. Androgen primer di adrenal
meliputi dehidroepiandrosteron, androstenedion dan
testosteron. Efek anabolik terjadi retensi N, P, K, Na dan Cl.

Selain hormon steroid, terdapat pula hormon


gonadotropin yang mekanisme kerjanya dipengaruhi oleh
poros hipotalamus-hipofisis, secara struktural merupakan
golongan glikoprotein, meliputi TSH, LH, FSH (dibahas di
bab II) dan hCG.
122 | H o r m o n reproduksi
6.1. Androgen
Androgen terdiri dari dehidroepiandrosteron (DHEA)
dan androstendion. Sumber androgen berasal dari sel-sel
zona retikularis. Pengatur androgen adalah ACTH. Fungsi
utama androgen adalah membantu membentuk karakteristik
atau sifat sekunder pria.

Dehidroepiandroteron (DHEA) dan androstenedion


dibentuk di gonad dan adrenal. Adrenal merupakan sumber
utama DHEA (pria dan wanita). Pada wanita memiliki
sedikit DHEA, sehingga DHEA yang disintesis sebagai
prazat estrogen jumlahnya lebih sedikit dari pria. Androgen
diekskresi sebagai senyawa 17-keto, termasuk DHEA
(sulfat) dan androtenedion beserta metabolitnya. Testosteron
(sedikit dari adrenal), bukan hanya berasal dari 17 keto,
tetapi hepar mengubahnya menjadi androsteron (50%) dan
etiokolonolon yang berbentuk senyawa 17-keto.

Androgen sintetik dapat dijumpai dalam bentuk


fluoxy mesteron dan 2-metil dehidrotestosteron. Bentuk
ekskresi di urin dalam bentuk androsteron, etiokolanolon (17
ketosterol), keduanya dalam jumlah besar dan sedikit
DHEA. Dalam urin androgem berkonyugasi dengan sulfat
dan glukoronat. Sejumlah 1/3 androgen berasal dari testis
yang membentuk struktur dan sifat fungsional testis,
penyusunnya antara lain dalam bentuk androsteron,
etiokolanolon, dan epiandrosteron.

123 | H o r m o n reproduksi
6.2. Testosteron
Testosteron (C-19 ketosteroid) disintesis di sel-sel
leidig testis, melalui 3 tahapan yaitu : (1) kolesterol,
pregnenolon, progesteron, hidroksiprogesteron,
androstenedion dan menjadi testosteron (2) kolesterol,
pregnenolon, hidroksipregnenolon, dehidroepiandrosteron,
androstenedion, testosteron dan (3) DHEA dapat langsung
menjadi testosteron tanpa melalui androstenedion.
Testosteron mengalami 19-hidroksilasi membentuk 19-
hidroksitestosteron atau 19-hidroksiandrostenedion, oksidasi
C19 ini membentuk derivat keto dan liolisis aldehid
membentuk gugus keto, akibatnya pada C19 hilang
membentuk cincin aromatik. Dalam mekanisme ini senyawa
metirapon merupakan inhibitor proses hidroksilasi dengan
menghambat enzim 19-hidroksilase. Hal ini merupakan
salah satu penyebab pembentukan testosteron terhambat.

Pregnolon merupakan prazat testosteron dan


progesteron melalui pembentukan DHEA terlebih dahulu.
DHEA-sulfat dalam adrenal dihasilkan 400x dalam plasma
yang membentuk testosteron dibandingkan testis, namun
pada ovarium androstenedion membentuk testosteron
sedikit. Pada testis DHEA-SO4 melepas DHEA bebas serta
mensintesis testosteron. Fungsi testis dalam pembentukan
testosteron di regulasi oleh FSH, LH dan prolaktin melalui
mekanisme hipofisis serta pembentukan cAMP. Regulasi ini
terganggu pada kondisi abnormal seperti feminisasi testis
menyebabkan terhambatnya perubahan testosteron dalam
124 | H o r m o n reproduksi
membentuk dehidrotestosteron. Hal ini disebabkan reseptor
disitosol berkurang.

Dalam jaringan, testosteron berubah menjadi


dehidrotestosteron (aktif) dengan bantuan enzim redukstase.
Dalam plasma 99% testosteron terikat dengan protein
membentuk testosteron binding protein (TBG), selanjutnya
akan meningkat pada kondisi tertentu seperti masa
kehamilan dan pada saat pemberian estrogen (guna
penurunan kerja androgen).

6.3. Estrogen
Estrogen (C-18 ketosteroid) mempunyai cincin asam
amino aromatik, terdiri dari struktur estradiol (paling aktif),
estron dan estriol (tidak aktif). Estrogen dapat disintesis
dalam testis, ovarium, adrenal, plasenta, prekusornya berupa
testosteron dan androstenedion. Estrogen utama yang
terdapat diurin dalam bentuk estriol. Estrogen akan disintesis
dalam plasenta pada masa kehamilan. Kadar estriol dalam
urin dipakai untuk menilai keadaan hubungan fetus dan
plasenta pada kondisi distres (kegawatan fetus), dalam hal
ini kadar estriol dalam urin wanita hamil menurun dengan
cepat. Estriol dihidroksilasi dari estron pada C-11 serta
mengalami reduksi keton pada C-17. Estriol dalam urin
berkonyugasi dengan sulfat dan glukoronat. Senyawa
kompleks 2-hidroksiestradiol–katekolesterogen merupakan
inhibitor mekanisme metilasi katekolamin normal. Contoh
senyawa kompleks tersebut yaitu katekolamin yang

125 | H o r m o n reproduksi
meningkat dapat menyebabkan wanita hamil mengalami
hipertensi.

6.4. Progesteron (Hormon Luteal)


Progesteron dibentuk di corp lutein sel graaf dan
plasenta, sebagai prekusor hormon-hormon C19 dan C21.
Dibentuk oleh pregnenolon. Trimetilandrostenolon yang
merupakan analog pregnenolon yang sifatnya menghambat
progesteron. Dalam darah terikat dengan protein pengikat
kortikosteroid. Bentuk ekskresi pregnediol sebagai
glikoronida-sulfat 75% di ekskresi dalam empedu. Pada
kelainan adrenal tertentu seperti Congenital adrenal
hyperplasia (CAH) yang ditemukan banyak pregnanetriol
dalam urin (gejala khas).

6.5. Relaxin-progestational
Relaxin-progestational merupakan hormon yang
dihasilkan oleh corpusluteum dan plasenta, relaksasi
simpanan pubis menjelang dan waktu melahirkan untuk
memperluas jalan lahir. Progesteron tak efektif jika
diberikan peroral untuk pil KB dipakai sintetisnya yaitu
noretindron (norlutein) dan noretinodrel (enovid).

6.6. Hurmane Chorionik Gonadotropin (hCG)


Human Chorionik Gonadotropin (hCG) memiliki berat
molekul antara 36.000- 46.000, secara struktur merupakan
126 | H o r m o n reproduksi
glikoprotein. hCG memiliki kekerabatan dengan LH, FSH,
TSH, memiliki subunit α identik. subunit α ini dapat berikatan
dengan subunit β yang berbeda-beda yang memiliki aktivitas
spesifik. hCG disekrei oleh sinsitiotrofoblas pada masa awal
kehamilan. dapat juga dihasilkan oleh jaringan trofoblast yang
lain seperti chorioadenoma destruens, choriocarcinoma, dan
mola hidatidosa. hCG merupakan hormon luteotrofik selama
kehamilan. hCG berfungsi mempertahankan korpusluteum dan
pertumbuhan endometrium hingga plasenta mengambil alih
perannya. hCG dapat mengatur produksi steroid dalam fetus,
termasuk produksi dehidroepiandrosteron sulfat (DHA-S)
melalui kelenjar adrenal fetus dan produksi testosteron oleh
testis. hCG disintesis oleh sel sinsitiotrofoblas plasenta kadar
dalam darh meningkat segera setelah implantasi ovum yang
dibuahi dan merupakan dasar pemeriksaan kehamilan.

6.7. Ovarium Sekresi hormone reproduksi


Ovarium adalah sepasang organ reproduksi yang
sangat erat kaitannya dengan hormon. Ovarum berlokasi di
dalam pelvis. Ovarium dipertahankan ke dinding lateral
pelvis oleh ligament suspensor. Ovarium berlokasi di
sebelah lateral uterus dan tertambat di daerah medial melalui
ligament ovarium. Di antaranya terdapat ligament luas
(broad ligament) yang merupakan lipatan peritoneum
(Marieb, 2004: 512).

Organ ini sepasang, berbentuk seperti kenari, dengan


panjang kurang lebih 3 cm, lebar 1,5-2 cm, dan tinggi
kurang lebih 1 cm. Ovarium terbagi menjadi bagian korteks

127 | H o r m o n reproduksi
di bagian tepi, dan medulla di bagian tengahnya. Bagian
luarnya dilapisi oleh epitel germinal yang merupakan
modifikasi peritoneum. Jaringan ikat fibrosa membentuk
tunika albugenia di bagian korteks. Frame work jaringan
ikat di bagian korteks berisi berbagai macam folikel ovarium
dalam berbagai tingkat perkembangan. Folikel ovarium
terdiri atas oosit primer, sel folikular dan jaringan ikat.
Folikel ovarium terdiri atas folikel primordial, folikel
primer, folikel sekunder (antral), dan folikel matang (Folikel
Graaf). Selain folikel-folikel ovarium terdapat juga sel
stroma.

Folikel Primordial banyak dijumpai sebelum lahir.


Folikel ini , mengandung sebuah oosit primer yang berada
pada profase meiosis I. Oosit primer berdiameter kurang
lebih 25 µm dengan nukleus tunggal dan satu nukleolus. Sel
folikular folikel primordial berbentuk gepeng dan
mengelilingi oosit.

Folikel Primer mempunyai oosit berdiameter kurang


lebih 100-150 µm. Pada folikel ini nukleus terus membesar
membentuk vesikel germinal. Jika sel folikular hanya terdiri
dari sel selapis kubus, maka folikelnya disebut folikel
primer unilaminar. Folikel primer multilaminar akan
terbentuk bila sel folikularnya terdiri dari sel kubus berlapis
yang disebut sebagai sel granulosa. Pada folikel ini juga
mulai terbentuk zona pelusida. Zona pelusida merupakan
substansi amorf yang memisahkan antara oosit dan sel
folikular. Zona pelusida mengandung glikoprotein ZP1,
ZP2,ZP3 dari oosit. Sel stroma,akan membentuk dua
128 | H o r m o n reproduksi
lapisan yaitu teka interna dan teka eksterna. Teka interna
merupakan lapisan kaya akan pembuluh darah dan mampu
memproduksi androstenedion (yang nantinya oleh sel
granulosa akan diubah menjadi estradiol). Teka eksterna
merupakan lapisan jaringan ikat fibrosa, yang terletak di
bagian luar folikel.

Folikel Sekunder (Antral) berdiameter kurang lebih


200 µm, namun ukuran oosit tetap konstan. Pada tahap ini
terjadi proliferasi sel granulosa akibat pengaruh FSH.
Ruang interseluler sel granulosa akan mulai terisi cairan
(liquor folliculi). Liquor folliculi berisi glikosaminoglikan,
steroid binding protein, progesteron, estradiol, inhibin,
folliostatin, dan aktivin. Liquor folliculli jumlahnya akan
terus bertambah hingga akhirnya terbentuk ruang tunggal
yang disebut antrum. Pada tepi antrum, terdapat
sekelompok sel granulosa yang mengelilingi oosit
membentuk kumulus ooforus. Selapis sel granulosa pada
kumulus ooforus yang langsung mengelilingi oosit primer
disebut korona radiata. Pada akhir tahapan, sel stroma
akan membesar. Kebanyakan folikel akan mengalami
atresia, namun sel granulosanya tdk mati. Sel granulosa
tersebut akan membentuk kelenjar interstitial yang
mensekresi androgen.

Folikel Matang (Folikel Graaf) berdiameter kurang


lebih kurang lebih 2,5 cm. Liquor folliculli semakin banyak,
sehingga kumulus ooforus seolah-olah “lepas dari membran
basal”. Ovulasi terjadi pada kurang lebih hari ke-14 siklus
menstruasi. Folikel de Graaf dan folikel sekunder terus
129 | H o r m o n reproduksi
mensekresi estrogen, sehingga kadar estrogen naik. Naiknya
kadar estrogen akan menyebabkan feed back negatif FSH
yg dikeluarkan pituitari anterior dan aliran LH tiba-tiba dari
pituitari anterior. Aliran darah ke ovarium dan kapiler teka
eksterna meningkat, yang mengakibatkan plasma keluar
sehingga terjadi edema. Histamin, prostaglandin dan
kolagenase kemudian dilepaskan.

Aliran LH juga menyebabkan 0osit primer folikel


Graaf menyelesaikan meiosis I sehingga membentuk oosit
sekunder dan badan polar I. Oosit sekunder masuk meiosis
II, berhenti pada metafase. Oosit sekunder dan sel folikular
kemudian diovulasikan. Sisa folikel Graaf akan membentuk
korpus hemorhagicus yang kemudian akan membentuk
korpus luteum.

Korpus luteum terdiri dari sel lutein granulosa dan


sel lutein teka. Sel lutein granulosa terletak di bagian tengah
korpus luteum dan mencapai 80 % populasi sel. Sel lutein
granulosa bentuknya cukup besar, berwarna pucat, dan
mempunyai mikrovili. Sel ini mampu mensekresi
progesterone dan mampun mengkonversi androgen menjadi
estrogen. Sel lutein teka menyusun kurang lebih 20 %
populasi sel. Sel ini terletak di daerah perifer korpus luteum.
Sel lutein teka mampu mensekresi progesteron, estrogen,
androgen. Progesteron dan estrogen akan menghambat LH
dan FSH sehingga perkembangan folikel baru dan ovulasi
sekunder tidak terjadi

130 | H o r m o n reproduksi
Bila seorang wanita tidak mengalami kehamilan,
maka LH tidak ada dan korpus luteum dipertahankan hanya
selama kurang lebih 14 hari. Korpus luteum akan
berdegenerasi dan menjadi korpus luteum menstruasi. Bila
seorang wanita mengalami hamil, maka HcG disekresi
plasenta. Korpus luteum akan dipertahankam selama kurang
lebih 3 bulan. Korpus luteum kehamilan berukuran besar,
dengan diameter kurang lebih 5 cm, dan mensekresi
hormone. Setelah masa kehamilan mencapai usia kurang
lebih 4 bulan kehamilan, plasenta mulai sekresikan relaxin
yang digunakan untuk melebarkan bukaan pelvis saat partus
(Gartner & Hiatt, 2001: 461-473).

131 | H o r m o n reproduksi
Sajian :Ovarium kucing
Pewarnaan: Hematoxylin Eosin
Perbesaran: 4 x 10
Keterangan gambar:
K : Korteks
M : Medulla
A : Folikel de Graaf

132 | H o r m o n reproduksi
Sajian :Ovarium kucing : Folikel de Graaf
Pewarnaan : Hematoxylin Eosin
Perbesaran : 10 x 10
Keterangan gambar:
O : Oosit
G : Sel-sel granulosa
A : Antrum berisi liquor folliculli

133 | H o r m o n reproduksi
Sajian : Ovarium kucing: Korpus luteum
Pewarnaan :
Hematoxylin Eosin
Perbesaran: 4 x 10
Keterangan gambar:
K : Korpus luteum
F : Folikel atresia

134 | H o r m o n reproduksi
6.8. Testis Sekresi Hormon Reproduksi
Testis terletak di dalam skrotum. Pada masa fetal,
testis berkembang dalam ruang abdomen atas, berhubungan
dengan ginjal. Pada minggu terakhir masa gestasi, testis
akan turun sampai ke skrotum. Peritoneum yang terikat
membentuk tunika vaginalis yang menutupi testis kecuali
sedikit bagian posterior, hal ini menyebabkan testis dapat
bergerak bebas dalam skrotum.

Bagian dalam testis dilapisi oleh jaringan ikat yang


membentuk tunika albugenia. Tunika albugenia masuk ke
dalam stroma testis membentuk septa. dan membagi testis
menjadi kurang lebih 250 lobulus. Tiap lobulus berisi
saluran yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus
seminiferus merupakan tempat terjadinya gametogenesis.
Tubulus seminiferus mempunyai panjang kurang lebih 30-
70 cm, dengan diameter 150-250 µm. terdapat  1000
tubulus pada kedua testis. Tubulus seminiferus berfungsi
memproduksi spermatozoa.

Tubulus seminiferus terbungkus oleh kapsula fibrosa


yang dibatasi oleh 4-5 lapis epitel germinal. Epitel
germinal terdiri dari 2 tipe sel yaitu sel spermatogenik dan
sel penyokong (sel Sertoli). Sel spermatogenik (sel seks)
terdiri atas 5 tipe sel yaitu spermatogonia, spermatosit
primer, spermatosit sekunder, spermatid, dan spermatozoa.

Sel penyokong (Sel Sertoli) mempunyai banyak


fungsi diantaranya adalah: melindungi dan memberi makan
135 | H o r m o n reproduksi
spermatozoa, fagositosis sitoplasma yang dibuang selama
spermiogenesis, membentuk sawar darah-testis dengan
membentuk zonula occludentes diantara sel Sertoli yang
berdekatan sehingga mengisolasi ruang adluminal dari
jaringan ikat yang pada akhirnya membentuk proteksi gamet
yang berkembang dari sistem imun, sintesis Androgen
Binding Protein (ABP) yang mengikat testosterone, selama
embryogenesis, mensintesis Antimullerian Hormone yang
mencegah pembentukkan duktus mullerian (prekursor sistem
reproduksi wanita), sekresi hormon inhibin (menghambat
pengeluaran FSH), sekresi medium kaya fruktosa untuk
nutrisi & transport spermatozoa, sintesis testicular
transferrin (apoprotein yang menangkap besi dari serum
transferin untuk pematangan gamet)

Tubulus seminiferus terpisah satu sama lain melalui


jaringan ikat. Pada jaringan ikat terdapat sel Interstitial (Sel
Leydig). Sel Leydig berbentuk bulat dan besar. Sel ini
mempunyai sitoplasma eosinofilik dan droplet lemak. Pada
individu yang sudah tua terdapat pigmen lipokrom & kristal
(Reinke). Sel Leydig berfungsi mensekresi testosteron yang
akan membentuk karakteristik sekunder pria (Gartner &
Hiatt, 2001: 487-508).

Fungsi organ, testis terutama berfungsi untuk


spermatogenesis. Spermatogenesis adalah proses diferensiasi
sel seks menjadi spermatozoa. Terjadinya spermatogenesis
dapat dipengaruhi oleh testosterone dan FSH (dari pituitari
anterior). Mula-mula LH ( dari pituitari anterior) berikatan
dengan reseptor LH sel Leydig. Hal ini akan menyebabkan
136 | H o r m o n reproduksi
aktivasi adenilat siklase dan pembentukan cAMP. Terjadi
aktivasi protein kinase sel Leydig dan aktivasi kolesterol
esterase akan mengakibatkan kolesterol dikonversi menjadi
testosterone.

Ketika kadar testosteron darah tidak cukup untuk


mempertahankan spermatogenesis, maka FSH menginduksi
sel Sertoli untuk mengeluarkan Androgen Binding Protein
(ABP) sehingga kadar testosteron akan naik. Pengeluaran
LH dihambat oleh tingginya kadar testosterone, sedangkan
pengeluaran FSH dihambat oleh inhibin. Hal ini menjadi
feedback negatif pengeluaran GnRH sehingga menurunkan
tingkat spermiogenesis (Gartner & Hiatt 2001: 487-508).

137 | H o r m o n reproduksi
Sajian : Testis
Pewarnaan : Hematoxylin Eosin
Perbesaran: 4 x 10
Keterangan gambar:
T:Tubulus seminiferus
I : Jaringa ikat
P: Pembuluh darah

138 | H o r m o n reproduksi
Sajian : Testis
Pewarnaan : Hematoxylin Eosin
Perbesaran : 10 x 10
Keterangan gambar:
T: Tubulus seminiferus
I: Jaringan ikat dengan Sel Interstitial (Leydig)

139 | H o r m o n reproduksi

Anda mungkin juga menyukai