Anda di halaman 1dari 19

MODUL

FARMAKOLOGI

PJMK DOSEN
Dedi Irawandi.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH
Rara Ayu Diya Kartika Budi Setiya Rini
1920033

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah dan petunjuk-Nya, saya
dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Studi ini merupakan mata kuliah dari Farmakologi.
Dengan makalah ini, saya berharap dapat menambah wawasan dari para pembaca mengenai
Farmakologi yang saya sampaikan.

Saya juga ingin agar makalah ini bisa bermanfaat bagi Masyarakat luas terutama pada
masyarakat indonesia bahwasannya Farmakologi sangatlah penting untuk memberikan informasi
tentang kesehatan yang ada dan memberikan edukasi dan evaluasi. Jika terdapat saran dan kritik
mengenai apa yang dibahas dalam makalah ini, penulis terbuka untuk menerimanya.

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
B. TUJUAN ......................................................................................................................4
C. MANFAAT...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
MATERI I
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT.............................................................5
MATERI II
PENATALAKSANAAN OBAT..............................................................................................7
MATERI III
OBAT PADA SISTEM PERNAFASAN.................................................................................8
MATERI IV
OBAT SISTEM PENCERNAAN PERSYARAFAN.............................................................11
MATERI V
OBAT SISTEM PENCERNAAN...........................................................................................13
MATERI VI
TERAPI ANALGESIK DAN TERAPI ANTI INFEKSI.......................................................15
MATERI VII
OBAT SISTEM MUSKULUSKELETAL ............................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang
Farmakologi klinik sebagai salah satu disiplin ilmu kedokteran berkembang karena
latar belakang adanya kebutuhan akan ilmu atau keahlian (expertise) dalam disiplin tersebut.
Kebutuhan akan perkembangan ilmu farmakologi klinik tidak lepas dari perkembangan pesat
dalam ilmu kedokteran di tahun lima puluhan, terutama dengan adanya zaman keemasan
penemuan obat-obat baru yang kemudian digunakan dalam praktek klinik. Karena kemajuan
dalam bidang-bidang ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait, banyak jenis obat baru
yang dikembangkan dan dipakai dalam bidang kedokteran sehingga untuk ini diperlukan
evaluasi secara ilmiah pada manusia agar obat-obat yang dipakai adalah obat-obat yang
memberi manfaat maksimal dan risiko minimal terhadap pasien. Kekeliruan dalam proses
evaluasi dan pemakaian suatu obat akan menimbulkan dampak negatif yang kadang-
kadang dapat menjadi bencana pengobatan (therapeutic disaster) seperti bencana
malformasi janin karena obat talidomid di tahun lima puluhan.
Menurut WHO (1970), kebutuhan akan bidang ilmu farmakologi klinik karena tiga
hal, yaitu:
1.Jenis obat yang semakin banyak
2.Pemilihan obat yang aman dan efektif akan sangat tergantung pada pengetahuan yang baik
tentang obat yang didapatkan dari penelitian ilmiah yang benar,
3.Terjadinya bencana-bencana pengobatan.

B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai farmakologi klinik,
pembahasan terutama mengenai salah satu topik yang tercakup di dalam farmakologi klinik
yaitu mengenai farmakokinetika klinik.

C. Manfaat
1. Sebagai referensi
2. Menambah wawasan pembaca

4
BAB II
PEMBAHASAN

MATERI I
DOSEN: PAK SETIADI

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT

1. Dokter yang bertanggung jawab atas diagnosis dan terapi dengan peran sebagai pemesan
dengan menulis resep .

2. apoteker yang bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat, sebagai
narasumberinformasi obat, konsultasi spesialis untuk profesi kedokteran dan memberi
nasihat.

3. peran perawat ,mata reantai terakhir dalam pemberian obat, bertanggung jawab atas obat
itu di berikan dan memastikan bahwa obat itu benar di minum, perawat adalah tenaga
kesehatan yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.

A. Malpraktek

Malpraktik adalah sebuah tindakan yang atas dasar kelalaian dalam mempergunakan
tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien
atau orang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama.
Unsur-unsur Malpraktek:
1. Kewajiban : Pada saat terjadinya cedera terkait dengan kewajibannya yaitu kewajiban
mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-
tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi.
2. Pengkajian: Pengkakian yang aktual bagi pasien yang ditugaskan untuk memberikan
asuhan keperawatan.
3. Proximate caused: Proximate caused (sebab-akibat) pelanggaran terhadap kewajibannya
menyebabkan atau terkait dengan cedera yang dialami klien.
Sedangkan bila ingin menempuh jalur hukum ada pula unsur yang harus dipenuhi dalam
malpraktik.
1. Berbuat atau tidak berbuat. Tidak berbuat disini adalah mengabaikan pasien dengan alasn
tertentu seperti tidak ada biaya atau tidak ada penjaminannya.
2. Tindakan berupa tindakan medis, diagnosis, terapeutik dan manajemen kesehatan.
3. Dilakukan terhadap pasien.
4. Dilakukan secara melanggar hokum, kepatuhan, kesusilaan atau prinsip profesi lainnya.

5
5. Dilakukan dengan sengaja atau ketidak hati-hatian (lalai, ceroboh).
6. Mengakibatkan salah tindak, rasa sakit, luka, cacat, kerusakan tubuh, kematian dan
kerugian lainnya.
Tindakan yang merupakan malpraktek (kesalahan diagnose, penyuapan dan penyalahangunaan
alat-alat kesehatan).

Dampak mallpraktek. (merugikan pasien, dari segi hukum dapat di jerat hukum pidana,dari segi
agama mendapat dosa dan dari segi social dapat di kucilkan masyarakat.

B. Kelalaian
Kelalaian (Negligence) adalah salah satu bentuk pelanggaran praktek keperawatan,
dimana perawat melakukan kegiatan prakteknya yang seharusnya mereka lakukan pada
tingkatannya, lalai atau tidak mereka lakukan. Ini bukanlah suatu kejahatan dimana jika seorang
dokter lalai atau acuh tak acuh dengan tidak memperhentikan kepentingan orang lain
sebagaimana lazimnya.

tolak ukur yang mengakibatkan timbulnya kelalaian dapat di tinjau dari beberapa hal :

1. tidak melakukan kewajiban dokter.


2. menyimpang dari kewajiban.
3. adanya hubungan sebab akibat.

• Pertanggung gugatan dan pertanggung jawaban

Pertanggunggugatan adalah suatu tindakan apabila terjadi suatu kasus tertentu.

C. prinsip dasar pemberian obat


1. tepat obat
2. tepat dosis
3. tepat pasien.
4. tepat jalur pemberian
5. tepat waktu.
6. tepat pendokumentasian.

• Hak hak klien dalam pemberian obat

Hak mengetahui alasan pemberian obat dan Hak untuk menolak pengobatan.

6
MATERI II
DOSEN: PAK SETIADI

PENATALAKSANAAN OBAT

Penatalaksanaan obat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Pemberian obat ke pasien


Dalam pemberian obat ke pasien dibagi menjadi 3 kegiatan :

1. Persiapan perawat harus melihat obat yang akan di berikan


2. Mengkaji obat melakukan persiapan yang berkaitan dengan pasien.
3. Pemberian obat dengan tanda 6 benar yang harus di perhatikan perawat (benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara, benar dokumentasi.)
Evaluasi

1. perawat bertanggung jawab atas respon pasien


2. metode khusus pemberian obat (untuk orang gangguan jiwa memerlukan pendektan
khusus.
3. pendidikan kesehatan (wajib memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga.

2. Cara penyimpanan obat

1. Sediakan wadah penyimpanan obat dan pilah-pilah obat menurut jenisnya, untuk
memudahkan ketika kita mencarinya.
2. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
3. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau
seperti yang tertera pada kemasan.
4. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat
menimbulkan kerusakan.
5. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku,
kecuali jika tertulis pada etiket obat.
6. Periksa kondisi obat secara rutin, jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa
atau rusak.
7. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
8. Bersihkanlah wadah/kotak tempat penyimpanan obat secara rutin.
Rute pemberian obat ( melalui oral, parental, inhalasi, selaput lender, dan topical).

Penata laksanaan obat secara umum di bagi menjadi dua yaitu pemberian obat langsung ke
pasien dan pengolahan atau penyimpanan obat di ruangan.

7
MATERI III
DOSEN: PAK SETIADI

OBAT PADA SISTEM PERNAFASAN

A. Masalah-Masalah Sistem Pernapasan


Beberapa masalah yang sering terjadi dalam sistem pernapasan, antara lain hipoksia,
hiperkapnia, hipokapnia, asfisia, penyakit pulmonar obstruktif menahun, kanker paru,
tuberkolosis, dan pneumonia. Dalam proses bernapas terdapat beberapa masalah, yaitu:
1. Hipoksia adalah defisiensi oksigen, yaitu kondisi berkurangnya kadar oksigen
dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ.
2. Hiperkapnia adalah peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai
dengan hipoksia. Dimana jika kadar CO2 berlebih dapat meningkatkan respirasi dan
konsentrasi ion hidrogen yang akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebih).
3. Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2¬ dalam darah. Dimana jika terjadi penurunan
kadar CO2¬ dapat menyebabkan terjadinya alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih) dalam
cairan tubuh.
4. Asfisia (sufokasi) adalah suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia yang diakibatkan
ketidakcukupan ventilasi pulmonar.
5. Penyakit pulmonar obstruktif menahun (PPOM) adalah kelompok penyakit yang meliputi
asma, bronkitis kronik, dan emfisema, juga kelompok penyakit industrial seperti
asbestosis, silikosis, dan black lung.
6. Kanker paru (karsinoma pulmonar) sering dikaitkan dengan merokok tetapi dapat juga
terjadi pada orang yang tidak merokok.
7. Tuberkolosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri yang dapat mempengaruhi semua
jaringan tubuh, tapi paling umum terlokalisasi di paru-paru.
8. Pneumonia adalah proses inflamasi infeksius akut yang mengakibatkan alveoli penuh
terisi cairan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa, virus, atau zat
kimia
B. Obat pada sistem pernafasan

Beberapa obat yang bekerja pada sistem pernafasan dengan bentuk sediaan antara lain
tablet/kapsul, tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam, inhaler, tetes hidung, nebulizer.

Jenis-jenis obat-obat respiratorik dibedakan berdasar efek terhadap organ saluran pernafasan
antara lain adalah
1. Bronkodilator
2. Anti inflamasi
3. Penekan sekresi dan edema

8
1. Bronkodilator (obat yang melebarkan saluran nafas), terbagi dalam 2 golongan yaitu:
A. Simpatomimetik / adrenergik

• Bekerja pada reseptor beta 2 (beta 2 agonis), contoh obat antara lain orsiprenalin,
Fenoterol, Terbutalin, Salbutamol
• Obat-obat golongan ini tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan.
Contoh produk:
Berupa semprotan: MDI (metered dose inhaler).

Berbentuk bubuk halus yang dihirup (ventolin diskhaler dan bricasma turbuhaler)

Berupa cairan broncodilator (alupent, berotec, brivasma serta ventolin). Obat ini dengan alat
khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.

B. Antikolinergika
• Anti kolinergik mengika memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf kolinergis di otot
polos bronchi, hingga aktivitas saraf adrenergis menjadi dominan dengan efek
bronchodilatasi
• Contoh obat :
Ipratropium : Atrovent

C. Xantin (teofilin)
• Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya
berbeda, sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
• Nama obat antara lain aminofilin supp, Aminofilin retard, Teofilin
• Cara pemakaian :
1. Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dengan
disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah.
2. Bentuk tablet dan sirup dengan efek merangsang lambung, sehingga sebaiknya
diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung
sebaiknya berhati-hati bila minum obat ni.
3. Teofilin terdapat juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan
ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat
minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering)

2. Anti inflmasi
Pengobatan biasanya dengan antibiotik selama minimal 10 hari, agar infeksi tidak terulang /
kambuh. Obat pilihannya adalah Amoksisilin, Eritrosin, Sefradin dan Sefaklor yang berdaya
bakterisid terhadap antara lain bakteri – bakteri di atas. Penggunaan anti inflamsi disesuaikan
dengan jneis bakteri dan tingkat keparahan penyakit.

9
1. Ventilasi adalah efektifitas mekanisme ventilasi paru di pengaruhi oleh beberapa factor
yaitu:
1) konsentrasi oksigen atmosfer.
2) kemampuan komplience.
2. pengaturan pernafasan oleh system saraf pusat.
3. Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi rendah.
4. Perfusi adalah distribusi aliran darah di dalam paru dalam suatu menit darah yang masuk
paru mengalir sekitar lima liter.

10
MATERI IV
DOSEN: PAK SETIADI

OBAT SISTEM PADA PERSYARAFAN

A. Definisi
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas
(merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Umumnya semua obat yang
bekerja pada SSP menimbulkan efek dengan mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia
sinap (tergantung kerja transmitter)

Obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamiknyadibagi atas
dua golongan besar yaitu :
1. Merangsang atau menstimulasi secara langsung maupun tidak langsung aktivitas
otak,sumsum tulang belakang beserta syarafnya.
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung proses- proses
tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya
Beberapa contoh Obat perangsang syaraf pusat antara lain adalah :
1. Amfetamin
2. Metilfenidat
3. Niketamid
4. Doksapram
Berdsarkan klasifikasi obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan
besar, yaitu:
1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi :
• Psikoleptika (menekan atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti
hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan antipsikotika);
• Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan
psikostimulansia(wekamin)).
2. gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan penyakit
Parkinson
3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal
4. Jenis obat vertigo dan obat migrain

A. Obat psikofarma atau psikotropik


bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP). Obat ada 3 kelompok yaitu:

a. menekankan fungsi psikis (neuroleptika(mayor dan minor tranquilizer)).


b. menstimulasi fungsi psikis (anti depresif dan psikotimunlansia).
c. mengacukan fungsi mental (halusinogen, impion, LSD, fensiklidin).

11
B. Terapi obat gangguan neurologis. Beberapa gangguan neurologis antara lain adalah
antiepileptika dan penyakit Parkinson.
a) obat antiepileptika (obat yang dapat menghentikan penyakit ayan salah satu obatnya
adalah hidmontin, benzodiazepine).
b) obat gemetar (Parkinson)

C. Obat memblokir perasaan sakit


a) obat anestesi beberapa obat golongan ini adalah anestetika dan analgetika (anastetik local
dan anastetik umum).
b) obat analgetik atau obat penghalang nyeri.obat atau zat-zat yang mengurangi atau
menghilangkan kesadaran.(analgetikparifer tidak di pengaruhi oleh syaraf otak, analgetik
nalrkotik menghalau rasa nyeri hebat).
c) Terapi farmakologik pada penyakit system pernafasan.ada 3 yaitu (epilepsy, Parkinson,
dan migren).

B. Diagnose keperawatan
1. Gangguan pola tidur
2. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
3. Resiko tinggi injuri
4. Ketidak seimbangan nutrisi
5. Defisist pengetahuan

12
MATERI V
DOSEN: PAK SETIADI

OBAT SISTEM PENCERNAAN

A. Berikut Obat Sistem Pencernaan :


1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut, disini terjadi proses pemotongan dan
penggilingan makanan yang di lakukan secara mekanik oleh gigi.

2. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos ivolunter yang menggerakan makanan
tertelan melalui saluran pencernaan.

3. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil
sehingga absorsi dapat berlangsung.

4. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri,
dalam bentuk fases dari saluran pencernaan.

5. Absorbsi adalah pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke
dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat di gunakan oleh sel-sel tubuh.

B. Sistem Pencernaan
1. Anti tukak adalah suatu kondisi pada lambung, duodenum, esophagus bagian bawah, dan
stoma gastro enterostomi(setelah bedah lambung). Tujuannya adalah meringankan atau
menghilangkan gejala mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi yang serius.
-contoh obat anti tukak
a) Antasida (menetralisisr asam lambung, antacid doen dan Mylanta).
b) Obat yang menghambat pompa proton (menekan sekresi asam lambung contohnya
omeprazole)
c) Golongan antagonis reseptor h2 (menekan pembebasan asam yang di produksi oleh
gastrin, menghambat sekresi asam basa dan sekresi asam yang distimulasi oleh histamine
contohnya cimetidine)
d) Golongan yang meningkatkan pertahanan mukosa cara kerjanya pada saat terpapar asam
lambung, sukralfat akan membentuk lapisan yang melindunbgi luka / tukak. Contohnya
sukralfat.
e) Trankuiler (obat penenang obat ini memiliki efek yang minimal dalam mencegah dan
mengobati tukak obat ini mengurangi perangsangan vagal dan menurunkan kecemasan.

13
2. Antispasmodik obat ini bereaksi pada system saraf otonom dan mencegah kejang otot yang di
gunakan untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin di sebabkan diare, gastritis,
tukak peptic.

3. Antikolinergik obat ini menghilangkan nyeri dengan menurunkan motilitas dan sekresi
gastrointestinal, menghambat weaktu pengosongan lambung.

4. Obat pencernaan jenis regular GIT, antfatulen dan anti inflamasi obat ini menghentikan
gangguan motilitas/pergferakan dari gastro intestinal. Antiflatuen adalah obat mengatasi gas
yang berlebihan pada system pencernaan seperti pada meteorisme.

5.Antidiare, diare merupakan suatu gejala, pengobatan tergantung pada penyebabnya.

6.Obat laksatif (pencahar). Sembelit (konstipasi) adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami kesulitan buang air besar atau jarang membuang air besar . jika konstipasi disebabkan
oleh suatu penyakit, maka penyakitnya harus diobati, pencxegahan dan pengobatan terbaik untuk
konstipasi akah gabungan dari olah raga, makanan kaya serat.

7. Kolagogum, kolelitolitik dan hepatic protector. Obat pencernaan untuk fungsi hati dan empedu
yang bermasalah, obat yang menstimulasi aliran empedu ke duodenum disebut kolkagogum.

8. Obat digestan. Obat ini membantu proses pencernaan berisi enzim enzim atau campurannya,
bergunba untuk memperbaiki fungsi pencernaan,bermanfaaat pada defisiensi satu atau lebih zat
yang berfungsi mencerna makanan.

9. Obat hemoreoid. (wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik
(vena) dan terletak di dinding rectum dan anus.

14
MATERI VI
DOSEN: PAK SETIADI

TERAPI ANALGESIK DAN TERAPI ANTI INFEKSI

1. Terapi analgesic.
Analgesik adalah obat yang menghilangkan rasa sakit. Antipiretik adalah obat yang mencegah
atau menghilrngkan demam.

Penanganan Rasa Nyeri berdasarkan proses terjadinya :

-Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dengan analgetika perifer.
-Merintangi penyaluran ransangan di saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anastesi lokal.
-Blokade pusat nyeri di SSP dengan analgetika sentral (narkotika) atau dengan anastesi umum.

A. Pembagian analgesik

Menjabarkan bahwa atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu Tjay, (2007),:
A. Analgetika perifer/lemah(non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral dan Analgetika anti radang termasuk kelompok ini
B. Analgetika kuat/narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
pada fractura dan kanker.

1. Analgesik perifer/lemah mempengaruhi produksi substansi penyebab nyeri pada tempat


luka. Analgesik ini meliputi aspirin dan salisilat, parasetamol, NSAID (non steroidal anti
inflamatrory drugs) misalnya buprofen, derivat-antranila.
a) Aspirin dan Salisilat
Aspirin (asam asetilsalisilat) mempunyai sifat analgesik, antipiretik, dan anti inflamasi.
Bentuk sediaan berupa tablet 250 mg dan 500 mg yang dipakai untuk nyeri akut
muskuloskeletal. , efek antipiretiknya untuk menurunkan suhu badan yang naik, efek
antiinflamasi untuk menangani artritis reumatoid.
b) Parasetamol
Analgesik ini adalah alternatif bila aspirin dikontraindikasi, namun, agens ini tidak
mempunyai efek anti-inflamasi seperti aspirin. Nama lain obat ini adalah asetaminofen.
c) NSAID (non-steroidal anti-lnflammatory drug)
NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) atau obat anti inflamasi non steroid
(AINS) adalah suatu kelompok obat yang berfungsi sebagai anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik. NSAID merupakan obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimiawi.

15
d) Derivat-Antranilat (Asam mefenamat dan asam flufenamat)
Asam mefenamat (Ponstan, Mefic, Stanza) dipakai untuk mengobati penyakit
muskuloskeletal. Juga untuk sakit gigi, dismenorea dan nyeri menstruasi, karena
memiliki efek inhibisi kuat terhadap penglepasan prostaglandin.
e) Derivat-Pirazolon Turunan pirazolon terdiri atas fenilbutazon, dipiron, antipirin, apazon,
aminopirin,dan oksifenbutazon.
f) Opiat Lemah (Narkotik)
Beberapa opiat lemah adalah kodein fosfat, dihidrokodein, dan dekstropropoksifen.
Semua opiat memiliki efek analgesik, antitusif, dan menyebabkan konstipasi, dan
semuanya berpotensi menimbulkan ketergantungan

2. Analgesik Kuat (narkotik).

Narkotik adalah agens penting dalam penatalaksanaan nyeri pasca bedah dan dapat
diberikan secara kontinu melalui infus atau secara intermiten dengan dosis kecil-kecil melalui
suntikan dengan interval teratur. Pengobatan nyeri viseral dengan analgesik narkotik sanglt
efektif, terutama nyeri terus-menerus. Keburukan narkotik adalah depresi pernapasan, konstipasi,
toleransi, dan ketergantungan bila sering digunakan. Pada orang tertentu penggunaan narkotik
lebih dari beberapa hari saja dapat berakibat ketergantungan psikis dan fisik. Efek halusinogen
dan euforia obat ini adalah faktor-faktor yang memudahkan ketergantungan. Alkaloid yang
berasal dari opium adalah morfin, codein, papaverinc dan noscapin.
a) Morfin adalah derivat paling poten dari opium. Agens ini bekerja pada sistem saraf pusat
(SSP) sebagai depresan, kantuk, depresi pernapasan dan depresi refleks batuk. Sifat
analgetika dari morfina berdasarkan penekanannya pada susunan saraf sentral yang
disertai dengan perasaan nyaman, menghambat pernafasan dan dapat menyembuhkan
batuk.
b) Petidin
Petidin (meperadine) memiliki sifat mirip-morfin namun kurang berakibat konstipasi dan
retensi urine, dan tidak memiliki sifat menekan batuk seperti morfin. Kerjanya hanya 2-3
jam, sehingga tidak cocok untuk nyeri yang menahun. Kegunaan utama adalah sebagai
pramedikasi sebelum bedah dan mengatasi nyeri pasca-bedah, khusuusnya bedah
abdominal, karena kurang menyebabkan retensi urine dan konstipasi dibanding morfin.
c) Metadon
Metadon (physeptone) adalah senyawa mirip-morfrn dengan sifat-sifat mirip-morfin,
termasuk berpotensi adiksi. Namun agens ini lebih aktip bila diberikan per oral daripada
morfin.
d) Fentanil
Merupakan opioid sintetik, dengan efek analgesik 80x lebih kuat dari morfin, tetapi
depresi nafas lebih jarang terjadi.

16
3. Terapi anti infeksi

A. Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-
sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat
antibakteri. Antibiotik merupakan salah satu jenis obat untuk mengobati dan mencegah
infeksi oleh bakteri dan maupun mikroorganisme lainnya.
Antibiotik dapat diberikan dalam tiga cara:

1. Antibiotik oral, seperi tablet, pil, kapsul atau sirup.


2. Antibiotik topikal, seperti salep, lotion, semprotan atau tetes, yang sering digunakan
untuk mengobati infeksi kulit.
3. Antibiotik suntikan, bentuk suntikan langsung atau melalui infus ke dalam aliran darah
atau otot, biasanya antibiotik suntikan hanya diberikan pada orang dengan penyakit yang
serius.

Penggunaan antibiotik didasarkan pada:

1. Penyebab infeksi
Proses pemberian antibiotic yang paling baik adalah dengan melakukan pemeriksaan
mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun pada kenyataannya, proses tersebut tidak dapat
berjalan karena tidak mungkin melakukan pemeriksaan kepada setiap pasien yang datang karena
infeksi, dank arena infeksi yang berat perlu penanganan segera maka pengambilan sample bahan
biologic untuk pengembangbiakan dan pemeriksaan kepekaan kuman dapat dilakukan setelah
dilakukannya pengobatan terhadap pasien yang bersangkutan.

2. Faktor pasien
Faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotic adalah fungsi organ tubuh
pasien yaitu fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi (status
imunologis), daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil
atau menyusui dan lain-lain.

B. Fungsi Antibiotik
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi
infeksi, misalnya pada pembedahan besar.

C. Klasifikasi Antibiotik
Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:

17
1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, antara lain beta-laktam (penisilin,
sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan
vankomisin.
2. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein antara lain, aminoglikosid,
kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin),
klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.
3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat antara lain, trimetoprim dan
sulfonamid.
4. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat antara lain, kuinolon,
nitrofurantoin

D. Penggolongan jenis antibiotic


1. Penisilin, digunakan untuk mengobati berbagai infeksi, seperti infeksi kulit dan infeksi
saluran kemih.
2. Sefalosporin, digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi, juga efektif untuk
mengobati infeksi yang serius seprti septicaemia dan meningitis.
3. Aminoglikosida, cenderung hanya digunakan untuk mengobati penyakit serius seperti
meningitis, karena dapat menyebabkan efek samping yang serius, seperti gangguan
pendengaran dan kerusakan ginjal.
4. Tetrasiklin, digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi. Tetrasiklin umum
digunakan untuk mengobati jerawat sedang sampai berat dan kondisi lain pada kulit
wajah yang disebut dengan rosacea, yang menimbulkan kemerahan dan bintik-bintik
pada kulit.
5. Makrolida, sangat efektif mengobati infeksi paru-paru. Makrolida juga menjadi antibiotik
alternatif pada mereka yang alergi terhadap penisilin atau untuk membunuh bakteri yang
kebal terhadap penisilin. -Fluoroquinolones, merupakan antibiotik spektrum luas jenis
baru yang efektif untuk berbagai macam infeksi.
6. Sulfonamid, yaitu kelompok zat antibakteri yang digunakan untuk pengobatan infeksi
yang disebabkan oleh bakteri dengan sifat dari antibiotik ini adalah amfoter, artinya dapat
membentuk garam baik dengan zat asam maupun basa
7. Polipeptida, penyatuan dua atau lebih asam amino ke dalam satu rantai. Jenis antibiotiik
ini hanya diperuntukkan untuk pemakaian luar saja

18
MATERI VII
DOSEN: PAK SETIADI

OBAT SISTEM MUSKULUSKELETAL

Pengobatan
Tujuan terapi:
1. menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan
2. menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi
3. membatasi kerusakan sendi
4. mengurangi factor penyebab
Terapi non obat:
1. penurunan berat badan ( bagi yang obes)
2. menghindari makanan ( misalnya yang mengandung purin tinggi)
3. mengurangi konsumsi alcohol (bagi peminum alcohol)
4. meningkatkan asupan cairan
5. terapi es pada tempat yang sakit

Penyakit khusus pada muskuluskeletal


1. arthritis gout (pirai)
2. arthritis rheumatoid (AR)
3. ankylossing spondylitis
4. osteoporosis
5. osteoarthritis

obat anal getik atau obat penghilang nyeri

analgetik perifer (non narkotik), analgetik ini tidak di pengareuhi system syaraf pusat b,
analgetik narkotik

19

Anda mungkin juga menyukai