P P
A
Dari
ashakimppa.blogspot.com
ashakim.ppa@gmail.com
I. Risalah Nasihat
Mukadimah
Aku mendengar dari orang yang kupercaya tentang sejarah perjalanan hidup Syaikh al-
Imam az-Zahid. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik pada beliau dan
mengharapkan janji yang diber ikan Allah kepada para hamba-Nya yang saling mencinta.
Persaudaraan tidak harus dengan bertemu muka dan berdekatan secara fisik, tapi
yang
dibutuhkan adalah adanya kedekatan hati dan perkenalan jiwa. Jiwa-jiwa merupakan para
prajurit yang tunduk; jika telah saling mengenal, jiwa-jiwa itu pun jinak dan menyatu. Oleh
karenanya, aku ikatkan tali persaudaraan dengannya di jalan Allah Swt.. Selain itu, aku
harap beliau tidak mengabaikanku dalam doa-doanya ketika sedang berkhalwat serta semoga
beliau memintakan kepada Allah agar diperlihatkan kepadaku bahwa yang benar itu benar
dan aku diberi kemampuan untuk mengikutinya, dan yang salah itu salah serta aku diberi
memberikan keterangan berisi petuah dan nasihat serta uraian singkat seputar landasan-
Menasihati Diri
Berbicara tentang nasihat, aku melihat diriku tak pantas untuk memberikannya. Sebab,
nasihat seperti zakat. Nisab-nya adalah mengambil nasihat atau pelajaran untuk diri sendiri.
Siapa yang tak sampai pada nisab, bagaimana ia akan mengeluarkan zakat? Orang yang tak
memiliki cahaya tak mungkin dijadikan alat penerang oleh yang lain. Bagaimana bayangan
akan lurus bila kayunya bengkok? Allah Swt. mewahyukan kepada Isa bin Maryam,
“Nasihatilah dirimu! Jika engkau telah mengambil nasihat, maka nasihatilah orang-
orang. Jika tidak, malulah kepada-Ku.” Nabi kita saw bersabda, “Aku tinggalkan untuk
Pemberi nasihat yang berbicara adalah Alquran, sedangkan yang diam adalah
kematian. Keduanya sudah cukup bagi mereka yang mau mengambil nasihat. Siapa
yang tak mau mengambil nasihat dan keduanya, bagaimana ia akan menasihati orang
lain? Aku telah menasihati diriku dengan keduanya. Lalu aku pun membenarkan dan
menerimanya dengan ucapan dan akal, tapi tidak dalam kenyataan dan perbuatan. Aku
berkata pada diri ini, “Apakah engkau percaya bahwa Alquran merupakan pemberi nasihat
yang berbicara dan juru nasihat yang benar, serta merupakan kalam Allah yang diturunkan
tanpa ada kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya?” Ia menjawab, “Benar.”
Allah Swt. berfirman, “Siapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepadanya balasan amal perbuatan mereka di dunia dan mereka
di dunia ini tak akan dirugikan. Mereka itulah yang tidak akan memperoleh apa-apa di
akhirat kecuali neraka. Dan gugurlah semua amal perbuatan mereka serta batallah apa yang
mereka kerjakan” (Q.S. Hud: 15-16). Allah Swt. menjanjikan neraka bagimu karena engkau
menginginkan dunia. Segala sesuatu yang tak menyertaimu setelah mati, adalah termasuk
dunia. Apakah engkau telah membersihkan diri dan keinginan dan cinta pada dunia?
Seandainya ada seorang dokter Nasrani yang memastikan bahwa engkau akan mati atau
sakit jika memenuhi nafsu syahwat yang paling menggiurkan, niscaya engkau akan takut
dan menghindarinya. Apakah dokter Nasrani itu lebih engkau percayai ketimbang Allah
Swt.? Jika itu terjadi, betapa kufurnya engkau! Atau apakah menurutmu penyakit itu
mengambil pelajaran. Bahkan engkau terus saja condong kepada dunia. Lalu aku datangi
diriku dan kuberikan padanya juru nasihat yang diam (kematian). Kukatakan, “Pemberi
nasihat yang berbicara (Alquran) telah memberitahukan tentang pemberi nasihat yang diam
(kematian), yakni ketika Allah berfirman, „Sesungguhnya kematian yang kalian hindari
akan menjumpai kalian. Kemudian kalian akan dikembalikan kepada alam gaib. Lalu Dia
akan memberi- tahukan kepada kalian tentang apa yang telah kalian kerjakan‟ (Q.S.
al-Jumuah: 8).” Kukatakan padanya, “Engkau telah condong pada dunia. Tidakkah engkau
percaya bahwa kematian pasti akan mendatangimu? Kematian tersebut akan memutuskan
semua yang kau punyai dan akan merampas semua yang kau senangi. Setiap sesuatu yang
akan datang adalah sangat dekat, sedangkan yang jauh adalah yang tidak pernah datang.
„Bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kenikmatan pada mereka selama beberapa
tahun? Kemudian datang pada mereka siksa yang telah dijanjikan untuk mereka? Tidak
berguna bagi mereka apa yang telah mereka nikmati itu.‟ (Q.S. asySyuara: 205-206).”
Jiwa yang merdeka dan bijaksana akan keluar dari dunia sebelum ia dikeluarkan darinya.
Sementara jiwa yang lawwamah (sering mencela) akan terus memegang dunia sampai
ia keluar dari dunia dalam keadaan rugi, menyesal, dan sedih. Lantas ia berkata,
“Engkau benar.” Itu hanya ucapan belaka tapi tidak diwujudkan. Karena, ia tak mau
berusaha sama sekali dalam membekali diri untuk akhirat sebagaimana ia merancang
dunianya. Ia juga tak mau berusaha mencari rida Allah Swt. sebagaimana ia mencari rida
dunia. Bahkan, tidak sebagaimana ia mencari rida manusia. Ia tak pernah malu kepada Allah
kemarau. Ia begitu gelisah ketika berada di awal musim dingin manakala belum selesai
menjemputnya sebelum musim dingin itu tiba. Kukatakan padanya, “Bukankah engkau
bersiap-siap menghadapi musim kemarau sesuai dengan lama waktunya lalu engkau
membuat perlengkapan musim kemarau sesuai dengan kadar ketahananmu menghadapi
sesuai dengan kadar ketahananmu menghadapi neraka dan bersiap-siaplah untuk akhirat
sesuai dengan kadar lamamu tinggal di sana.” Ia menjawab, “Ini merupakan kewajiban yang
tak mungkin diabaikan kecuali oleh seorang yang dungu.” Ia terus dengan tabiatnya itu. Aku
seperti yang disebutkan oleh para ahli hikmat, “Ada segolongan manusia yang separuh
Aku termasuk di antara mereka. Ketika aku melihat diriku keras kepala dengan
perbuatan
yang melampaui batas tanpa mau mengambil manfaat dari nasihat kematian dan Alquran,
maka yang paling utama harus dilakukan adalah mencari sebabnya disertai pengakuan yang
tulus. Hal itu merupakan sesuatu yang menakjubkan. Aku terus-menerus mencari hingga aku
menemukan sebabnya. Ternyata aku terlalu tenang. Oleh karena itu berhati-hatilah darinya.
Itulah penyakit kronis dan sebab utama yang membuat manusia tertipu dan lupa.Yaitu,
keyakinan bahwa maut masih lama. Seandainya ada orang jujur yang memberikan kabar
pada seseorang di siang hari bahwa ia akan mati pada malam nanti atau ia akan mati
seminggu atau sebulan lagi, niscaya ia akan istikamah berada di jalan yang lurus dan
pastilah ia meninggalkan segala sesuatu yang ia anggap akan menipunya dan tidak
Jelaslah bahwa siapa yang memasuki waktu pagi sedang ia berharap bisa mendapati waktu
sore, atau sebaliknya siapa yang berada di waktu sore lalu berharap bisa mendapati
waktu pagi, maka sebenarnya ia lemah dan menunda-nunda amalnya. Ia hanya bisa berjalan
dengan tidak berdaya. Karena itu, aku nasihati orang itu dan diriku juga dengan
nasihat yang diberikan Rasullah saw ketika beliau bersabda,”Salatlah seperti salatnya
Siapa yang menyadari dalam setiap salatnya bahwa salat yang ia kerjakan merupakan salat
terakhir, maka hatinya akan khusyuk dan dengan mudah ia bisa mempersiapkan
diri
sesudahnya. Tapi, siapa yang tak bisa melakukan hal itu, ia senantiasa akan lalai, tertipu, dan
Aku harap ia memohonkan kepada Allah agar aku diberi kedudukan tersebut karena
aku
ingin meraihnyg tapi tak mampu. Aku juga mewasiatkan padanya agar hanya rida
dengannya dan berhati-hati terhadap berbagai tipuan yang ada. Tipuan jiwa hanya bisa
Kemudian, seorang mukalaf minimal harus meyakini tafsiran dari kata-kata “tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad utusan Allah.” Jika ia membenarkan Rasul saw., maka ia juga
harus membenarkan beliau dalam hal sifat-sifat Allah Swt. Dia Zat Yang Maha hidup,
Berkuasa, Mengetahui, Berbicara, dan Berkehendak Tak ada sesuatu pun yang serupa
dengan-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Namun, ia tak harus meneliti hakikat
sifat-sifat Allah tersebut serta tak harus mengetahui apakah kalam dan ilmu Allah bersifat
qadim atau baru. Bahkan, tak jadi masalah walaupun hal RI tak pernah terlintas
dalam benaknya sampai ia matt da lam keadaan mukmin. Ia tak wajib mempelajari dalil
dalil yang dikemukakan oleh para ahli kalam. Selama hatinya meyakini al-Haq, walaupun
dengan iman yang tak disertai dalil dan argumen, ia sudah merupakan mukmin. Rasulullah
mereka yan berada di negeri-negeri dimana masalah-masalah tentang qadim dan barunya
kalam Allah, serta istiwa dan nuzul Allah, ramai diperdebatkan. Jika hatinya tak terlibat
dengan hal itu dan hanya sibuk dengan ibadah dan amal salehnya, maka tak ada beban
apa pun baginya. Namun, jika ia juga memikirkan hal itu, maka minimal ia harus mengakui
keyakinan orang-orang salaf yang mengatakan bahwa Alquran itu qadim, bahwa Alquran
adalah kalam Allah, bukan makhluk, bahwa istiwa Allah adalah benar, bahwa menanyakan
tentangnya adalah bidah, dan bahwa bagaimana cara istiwa itu tidak diketahui. Ia cukup
beriman dengan apa yang dikatakan syariat secara global tanpa mencari-cari hakikat dan
caranya. Jika hal itu masih tidak berguna juga, dimana hatinya masih bimbang dan ragu,
mudah dipahami walaupun tidak kuat dan tidak memuaskan bagi para ahli kalam. Itu
sudah cukup dan tak perlu pembuktian dalil. Namun, lebih baik lagi kalau
kerisauannya itu bisa dihilangkan dengan dalil yang sebenarnya. Sebab, dalil tidak
sempurna kecuali dengan memahami pertanyaan dan jawabannya. Bila sesuatu yang samar
itu disebutkan, hatinya akan ingkar dan pemahamannya tak mampu menangkap jawabannya.
Sebab, sementara kesamaran tersebut tampak jelas, jawabannya pelik dan membingungkan
sehingga sukar dipahami akal. Oleh karena itu, orang-orang salaf tak mau mengkaji dan
membahas masalah ilmu kalam. Hal itu mereka lakukan untuk kepentingan masyarakat
Adapun orang-orang yang sibuk memahami berbagai hakikat, mereka memiliki telaga
yang
sangat membingungkan. Tidak membicarakan masalah ilmu kalam kepada orang awam
adalah seperti melarang anak kecil mendekati pinggir sungai karena takut tenggelam. Se-
dangkan orang-orang tertentu diperbolehkan karena mereka mahir dalam berenang. Hanya
saja, ini merupakan tempat yang bisa membuat orang lupa diri dan membuat kaki
tergelincir, dimana, orang yang akalnya lemah merasa akalnya sempurna. Ia mengira
dan tenggelam dalam lautan tanpa ia sadari. Hanya segelintir orang saja dari mereka yang
menempuh jalan para salaf dalam mengimani para rasul serta dalam membenarkan apa yang
diturunkan Allah Swt. dan apa yang diberitakan Rasul-Nya dimana mereka tak mencari-cari
Demikianlah, ketika Nabi saw. melihat para sahabatnya sibuk berdebat, beliau marah
hingga
memerah kedua pipi beliau dan berkata, “Apakah kalian diperintahkan untuk ini. Kalian
mengumpamakan sebagian isi Kitabullah dengan yang lain. Perhatikan! apa yang Allah pe-
rintahkan pada kalian kerjakanlah, sedangkan yang dilarang kalian tinggalkan.” Ini
merupakan peringatan terhadap manhaj yang benar. Lengkapnya, hal itu kami jelaskan
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam atas makhluk-Nya termulia, Muhammad,
Ketahuilah wahai manusia yang ingin mendapat curahan ilmu, yang betul-betul berharap
dan sangat haus kepadanya, bahwa jika engkau menuntut ilmu guna bersaing,
berbangga,
mengalahkan teman sejawat, meraih simpati orang, dan mengharap dunia, maka
dirimu,
dan menjual akhirat dengan dunia. Dengan demikian, engkau mengalami kegagalan,
perdaganganmu merugi, dan gurumu telah membantumu dalam berbuat maksiat serta
menjadi sekutumu dalam kerugian tersebut. Gurumu itu seperti orang yang menjual pedang
bagi perompak jalanan, sebagaimana Rasul saw. bersabda, “Siapa yang membantu
terwujudnya perbuatan maksiat walaupun hanya dengan sepenggal kata, ia sudah menjadi
Jika niat dan maksudmu dalam menuntut ilmu untuk mendapat hidayah, bukan
membentangkan sayapnya untukmu saat engkau berjalan dan ikan-ikan paus di laut
memintakan ampunan bagimu manakala engkau berusaha. Tapi, engkau harus tahu
sebelumnya bahwa hidayah merupakan buah dari ilmu pengetahuan. Hidayah memiliki
permulaan dan akhir serta aspek lahir dan batin. Untuk mencapai titik akhir tersebut,
permulaannya harus tersusun rapi. Be gitu pula, untuk menyingkap aspek batinnya, harus
Oleh karena itu, di sini akan aku tunjukkan padamu permulaan dari sebuah hidayah
agar
engkau bisa mencoba dirimu dan menguji hatimu. Apabila engkau mendapati hatimu
condong pada hidayah tersebut lalu dirimu berusaha untuk menggapainya, maka setelah itu
engkau bisa melihat perjalanan akhir darinya yang melaju dalam lautan ilmu. Sebaliknya,
jika engkau mendapati hatimu berat dan lengah dalam mengamalkan apa yang menjadi
konsekuensinya, ketahuilah bahwa jiwa yang mendorongmu untuk menuntut ilmu tersebut
tersebut bangkit karena taat kepada setan terkutuk untuk dijerat dengan tali tipuannya. Ia
terus memberikan tipudayanya kepadamu sampai engkau betul-betul binasa. Ia ingin agar
dalam kelompok orang yang merugi dalam amalnya. Yaitu, mereka yang sesat di dunia ini,
yang mengira bahwa mereka telah melakukan suatu perbuatan baik. Saat itu setan
menceritakan padamu tentang keutamaan ilmu, derajat para ulama, serta berbagai riwayat di
seputarnya. Namun, setan tersebut membuatmu lalai dari sabda Nabi saw., “Siapa yang
bertambah ilmu, tapi tidak bertambah hidayah, ia hanya bertambah jauh dari Allah.” Juga
Allahumma innii a‟udzubika min „ilmi laa yanfa‟u wa qalbin laa yakhsya‟ wa „amalin laa
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tidak
khusyuk, dari amal yang tak diterima, dan dari doa yang tak
didengar.”
Sabda Nabi saw., “Di malam aku melakukan Israk, aku melewati sekelompok kaum
yang
bibir mereka digunting dengan gunting api neraka. Lalu aku bertanya, „Siapa kalian?‟
Mereka menjawab, „Kami adalah orang-orang yang memerintahkan kebaikan tapi tidak
Oleh karena itu, jangan engkau serahkan dirimu untuk diperdaya oleh jerat tipuannya.
Celaka
sekali bagi orang bodoh, karena ia tidak belajar. Tapi celaka seribu bagi orang alim yang
jenis:
(1) Seseorang yang menuntut ilmu guna dijadikan bekal untuk akhirat dimana ia hanya
ingin
mengharap rida Allah dan negeri akhirat. Ini termasuk kelompok yang
beruntung;
(2) Seseorang yang menuntut ilmu guna dimanfaatkan dalam kehidupannya di dunia
sehingga
ia bisa memperoleh kemuliaan, kedudukan, dan harta. Ia tahu dan sadar bahwa keada
annya lemah dan niatnya hina. Orang ini termasuk ke dalam kelompok yang berisiko. Jika
ajaln ya tiba sebelum sempat bertobat, yang dikhawatirkan adalah penghabisan yang buruk
(su‟ ul- khatimah) dan keadaannya menjadi berbahaya. Tapi jika ia sempat bertobat sebelum
ajal tiba, lalu berilmu dan beramal serta menutupi kekurangan yang ada, maka ia termasuk
orang yang beruntung pula. Sebab, orang yang bertobat dari dosanya seperti orang yang tak
berdosa;
(3) Seseorang yang terperdaya oleh setan. Ia pergunakan ilmunya sebagai sarana
menyombongkan diri dengan besarnya jumlah pengikut. Ilmunya menjadi turnpuan untuk
meraih sasaran duniawi. Bersamaan dengan itu, ia masih mengira bahwa dirinya
mempunyai posisi khusus di sisi Allah karena ciri-ciri, pakaian, dan kepandaian
berbicaranya yang seperti ulama, padahal ia begitu tamak kepada dunia lahir dan batin.
Orang dari kelompok ketiga di atas termasuk golongan yang binasa, dungu, dan tertipu. Ia
tak bisa diharapkan bertobat karena ia tetap beranggapan dirinya termasuk orang baik. Ia
lalai dari firman Allah Swt. yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman. Mengapa
kalian mengatakan apa-apa yang tak kalian lakukan?!” (Q.S. ash-Shaff: 2). Ia termasuk
mereka yang disebutkan Rasul saw., “Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian
ketimbang Dajjal.” Beliau kemudian ditanya, “Apa itu wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Ulama su‟ (buruk).” Sebab, Dajal memang bertujuan menyesatkan, sedangkan
ulama ini, walaupun lidah dan ucapannya memalingkan manusia dari dunia, tapi amal
Padahal, realita lebih berbekas dibandingkan ucapan. Tabiat manusia lebih terpengaruh
oleh
apa yang dilihat ketimbang mengikuti apa yang diucap. Kerusakan yang ditimbulkan oleh
perbuatannya lebih banyak daripada perbaikan yang disebabkan oleh ucapannya. Karena,
biasanya orang bodoh mencintai dunia setelah melihat si alim cinta pada dunia. Ilmu
pengetahuan yang dimilikinya, menjadi faktor yang menyebabkan para hamba Allah berani
bermaksiat pada-Nya. Nafsunya yang bodoh tertipu, tapi masih memberi angan-angan dan
Maka dari itu, jadilah engkau termasuk golongan yang pertama. Waspadalah agar
tidak menjadi golongan kedua karena betapa banyak orang yang menunda-nunda, ternyata
ajalnya
tiba sebelum bertaubat sehingga akhirnya rugi dan kecewa. Lebih dari itu,
waspadalah! Jangan sampai engkau menjadi golongan ketiga karena engkau betul-betul
Apabila engkau bertanya, “Apa permulaan dari hidayah tersebut sehingga aku bisa
menguji
diriku dengannya?” Maka ketahuilah bahwa hidayah bermula dari ketakwaan lahiriah dan
berakhir dengan ketakwaan batiniah. Tak ada balasan kecuali dengan takwa dan tak ada
larangan-Nya. Masing-masing ada dua bagian. Di sini aku akan menunjukkan kepadamu
secara ringkas aspek lahiriah dari takwa dalam dua bagian tersebut secara bersamaan. Aku
masukkan bagian ketiga agar tulisan menjadi lengkap dan cukup. Allah tempat meminta
pertolongan.
Ketahuilah bahwa perintah Allah ada yang wajib dan ada yang sunah. Yang wajib
merupakan harta pokok. Dia adalah modal perdagangan yang dengannya na bisa
selamat. Sementara yang sunah merupakan laba yang dengannya kita bisa meraih derajat
mulia.
Nabi saw. bersabda, “Allah Swt. berfirman, „Tidaklah orang-orang mendekatkan diri pada-
Ku dengan melaksanakan apa yang Kuwajibkan pada mereka, dan tidaklah seorang hamba
mendekatkan diri padaku dengan amal-amal sunah, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku su-
dah mencintainya, maka Aku menjadi telinganya yang mendengar, matanya yang melihat,
lidahnya yang berbicara, tangannya yang memegang, dan kakinya yang berjalan.”
Engkau tidak akan dapat menegakkan perintah Allah, kecuali dengan senantiasa
mengawasi
hati dan anggota badanmu pada setiap waktu dan pada setiap tarikan nafasmu, dari
pagi hingga sore. Ketahuilah bahwa Allah Swt. menangkap isi hatimu, mengawasi lahir dan
batin- mu, mengetahui semua lintasan pikiranmu, langkah-langkahmu, serta diam dan
gerakmu. Saat bergaul dan menyendiri, engkau sedang berada di hadapan-Nya. Tidak ada
yang diam, dan tak ada yang bergerak, melainkan semuanya diketahui oleh Penguasa langit,
Allah Swt. “Dia mengetahui khianatnya mata dan apa yang disembunyikan hati” (Q.S.
Ghafir: 19),
“Dia Maha Mengetahui yang rahasia dan tersembunyi” (Q.S. Thaha: 7).
Oleh karena itu, hendaklah engkau beradab di hadapan Allah Swt. dengan adab
seorang
hamba yang hina dan berdosa di hadapan-Nya. Berusahalah agar Allah tidak
melihatmu sedang melakukan sesuatu yang dilarang dan tidak melaksanakan apa-apa
yang diperintah. Hal itu hanya bisa terwujud jika engkau bisa membagi waktu dan
mengatur wirid-wiridmu dari pagi hingga petang. Jagalah perintah Allah Swt. yang
diwajibkan kepadamu, sejak dari bangun tidur hingga engkau kembali ke pembaringan.
Jika engkau ingin tidur, hamparkan tempat tidurmu dengan menghadap kiblat. Lalu tidurlah
diatas sisi kananmu seperti tidurnya mayit di liang kuburnya. Ketahuilah bahwa tidur
adalah bagaikan kematian dan terjaga adalah bagaikan bangkit. Bisa jadi, Allah meng
genggam rohmu di malam itu. Maka dari itu, bersiap-siaplah untuk menghadapinya dengan
tidur dalam keadaan suci dan usahakan agar wasiatmu telah tertulis di bawah kepalamu.
Engkau tidur seraya bertobat dan meminta ampunan dari semua dosa dengan tekad tidak
akan berbuat maksiat lagi. Bertekadlah untuk berbuat baik kepada semua muslim jika Allah
membangunkanmu. Ingatlah bahwa engkau akan berbaring di liang kubur seperti itu seorang
diri, hanya ditemani oleh amalmu. Engkau hanya akan dibalas sesuai dengan amal
perbuatanmu itu.
Jangan sampai engkau menghendaki tidur yang banyak dengan menghampar kasur
empuk karena tidur adalah menghentikan kehidupan. Kecuali, jika bangunmu justru menjadi
bencana bagimu sehingga tidur tersebut lebih membuat agamamu selamat. Ketahuilah
bahwa malam dan siang seluruhnya berjumlah dua puluh empat jam. Jangan sampai
tidurmu sepanjang siang dan malam lebih dari delapan jam. Karena, jika engkau berumur
sekitar enam puluh tahun cukup bagimu membuang dua puluh tahun darinya, atau sepertiga
dari umurmu itu. Ketika tidur, kembalilah bersiwak dan bersuci. Bertekadlah untuk bangun
malam atau bangun sebelum subuh. Dua rakaat di tengah malam merupakan salah satu
harta kekayaan yang berharga mulia. Perbanyaklah harta kekayaanmu itu guna menghadapi
hari miskinmu. Sebab, harta kekayaan dunia sama sekali tak akan berguna jika engkau
binasa.
bismika ahya wa amuut wa a‟udzubika allahumma min-syarri kulli dzii syarri. Wa min
syarri kullidabbatin anta akhidzdzi binashiyatiha, inni rabbi ‟alaa shirath mustaqiim.
Allahumma antal wali falaiisa qablaka syai‟in, wa antal akhirufalaisa ba‟da katsi‟in
Iqdhii
fahfazhha bimatahfazhu bihi „ibadakash shalihiin. Allahumma inni as „alukal „afwa wal
„afiyata fiiddiin waddunya wal aakhirati. Allahummaaiqithnii fii ahabiissa „ati ilaika was
ta‟malnii bi ahabbil „amal ilaika hatta tuqarribanii ilaika zulfa wa tub „idanii „an
fatastajiibulii.
pula
kuangkat serta ampunilah dosa-dosaku. Ya Allah, lindungi aku dari siksaMu pada hari para
hamba-Mu dibangkitkan. Ya Allah, dengan nama-Mu aku hidup dan mati. Aku berlindung
pada-Mu dari keburukan segala sesuatu yang memiliki keburukan serta dari kejahatan setiap
berada di jalan yang lurus. Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Pertama yang tidak didahului
oleh sesuatu dan Engkau pula Yang Maha Terakhir yang tak ada sesuatu sesudah-Mu.
Engkau Mahatampak, tak ada sesuatu di atas-Mu. Engkau Maha Tersembunyi, tak ada
Allah, Engkau yang menciptakan diriku dan engkau pula yang mewafatkannya. Kematian
dan kehidupannya ada pada kekuasaanMu. Jika engkau matikan diriku ini, maka ampunilah
dia, dan jika engkau hidupkan, maka jagalah dia sebagaimana engkau menjaga para
hamba-Mu yang saleh. Ya Allah aku meminta pada-Mu pengampunan dan keselamatan di
dunia dan akhirat. Ya Allah, bangunkan aku dalam waktu terbaik menurutmu. Buatlah
aku melakukan perbuatan- perbuatan yang paling Kau senangi sehingga hal itu akan
mendekatkan diriku pada-Mu dan menjauhkannya dari murka-Mu setelah aku meminta
pada-Mu. Setelah aku meminta pada- Mu, maka Engkau memberikannya, aku meminta
ampunan pada-Mu maka Kau terima, dan aku berdoa pada-Mu maka Kau kabulkan
untukku.”
Kemudian bacalah ayat al-Kursi dan amana ar-rasalu (surat al-Baqarah: 285) sampai
akhir
surat. Lalu surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas, serta al-Mulk. Usahakan engkau tidur
dalam keadaan berzikir pada Allah SWT. dan dalam keadaan suci karena siapa yang
melakukan itu, ia akan naik berserta rohnya ke arasy, dan dicatat sebagai orang yang sedang
salat sampai bangun kernbali. Apabila engkau sudah bangun, lakukanlah apa yang telah
kujelaskan sebelumnya padamu. Hendaklah engkau hidup teratur seperti itu dalam sisa
umurmu. Apabila engkau tak bisa melakukannya secara konsisten, sabarlah sebagaimana
sabarnya orang sakit ketika menahan pahitnya obat dan ketika menunggu saat
kesembuhan. Renungkanlah umurmu yang berusia pendek. Jika engkau hidup seratus tahun
merupakan negeri keabadian. Perhatikan bahwa jika engkau bisa bersabar menghadapi
beban penderitaan dan kehinaan dalam mencari kehidupan dunia selama sebulan atau
setahun karena berharap bisa beristirahat sesudahnya selama dua puluh tahun misalnya,
lalu bagaimana engkau tak mau bersabar selama beberapa hari untuk ibadah guna
mengharap kehidupan abadi? Jangan perpanjang angan-anganmu, karena hal itu akan
dirimu: Jika aku bisa bersabar menghadapi penderitaan hari ini barangkali aku mati malam
nanti, dan aku akan bersabar pada malamnya karena barangkali aku mati esok hari.
Sesungguhnya kematian tidak hanya datang pada saat tertentu, kondisi tertentu, atau pada
usia tertentu. Yang jelas, ia pasti datang dan harus siap dihadapi. Bersiap-siap menghadapi
kematian lebih utama ketimbang bersiap-siap menghadapi dunia. Engkau tahu bahwa dirimu
tidak akan lama tinggal di dalam dunia. Oleh karena itu, yang tersisa dari hidupmu
barangkali hanya tinggal satu hari atau satu tarikan nafas. Tanamkan hal ini dalam hatimu
setiap hari. Paksakan dirimu untuk bersabar dalam taat kepada Allah SWT. hari demi hari.
Jika engkau memperhitungkan akan hidup selama lima puluh tahun, maka engkau akan sulit
Manakala engkau bisa bersabar selalu setiap hari, ketika meninggal engkau akan
mendapati
kebahagiaan yang tak ada habis-habisnya. Sementara jika engkau menunda-nunda dan
meremehkan, kematian itu akan mendatangimu pada waktu yang tak kau duga sehingga
engkau akan menyesal dengan penyesalan yang tak berujung. Ketika pagi, sekelompok
makhluk mulia bertahmid dan ketika mati, datang berita yang benar itu kepadamu, “Setelah
beberapa waktu, engkau akan mengetahui kebenaran berita Alquran tersebut” (Q.S.
Shaad:
88).
Jika sebelumnya kami sudah menunjukkan urutan wirid padamu, kami akan sebutkan di sini
bagaimana cara dan adab-adab melaksanakan salat dan puasa serta bagaimana adab menjadi
Apabila engkau telah selesai membersihkan kotoran dan najis yang terdapat di badan,
pakaian, dan tempat salat, juga engkau telah menutup aurat dari pusar sampai dengkul,
maka berdirilah menghadap ke arah kiblat dengan kaki yang lurus tapi tidak dirapatkan
sedangkan engkau berada dalam posisi tegak. Lalu bacalah surat an-Naas guna
berlindung dari setan yang terkutuk. Hadirkan hatimu ketika itu. Buanglah segala bisikan
dan rasa was-was. Perhatikan kepada siapa engkau sedang menghadap dan bermunajat
sekarang. Hendaknya engkau malu untuk bermunajat kepada Tuhan dengan hati yang lalai
dan dada yang penuh dengan bisikan dunia beserta kebejatan syahwat. Sadarlah bahwa
Allah Swt. mengetahui semua yang tersembunyi di dalam dirimu dan melihat hatimu. Allah
ketawaduanmu.
tak
melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. Jika hatimu tidak hadir dan anggota badanmu
tidak bisa tenang maka hal itu disebabkan engkau tidak betul-betul mengenal
keagungan- Nya. Bayangkan jika ada seorang saleh di antara keluargamu yang melihatmu
ketika engkau salat. Pada saat itu, pasti hatimu akan khusyuk dan anggota badanmu akan
tenang. Lalu, tanyakan pada dirimu, “Wahai jiwa yang buruk, tidakkah engkau malu kepada
Pencipta dan Tuanmu?” Apabila engkau mampu salat secara khusyuk dan tenang karena
dilihat seorang hamba yang hina, yang tak bisa memberikan manfaat atau bahaya padamu,
sedang engkau mengetahui bahwa Dia melihatmu tapi engkau tak takut pada keagungan-
Obatilah hatimu dengan cara itu, barangkali ia akan menjadi hadir dalam salatmu. Salatmu
hanyalah saat engkau sadar kepadanya. Adapun salat yang engkau kerjakan dengan hati
yang
perenungan.
Manakala hatimu sudah hadir, jangan lupa mengucapkan ikamah kalau engkau
salat
sendirian. Tapi, jika engkau menunggu datangnya jamaah yang lain hendaknya engkau
melakukan azan lalu ikamah. Apabila engkau sudah mengucapkan ikamah, berniatlah dan
bacalah dalam hatimu, “Aku laksanakan salat lohor karena Allah Swt.” Usahakan niat
tersebut hadir dalam hatimu ketika engkau bertakbir. Jangan sampai niatmu tak kau sadari
sebelum takbir selesai. Angkatlah tanganmu saat bertakbir ke arah pipi dan
pundakmu dengan jari-jari yang tidak dihimpitkan. Jangan terlalu menempel ataupun
menjauh. Yang penting ibu jarimu berada di hadapan kedua cuping telingamu, ujung-ujung
jarimu berada di atas kuping, serta telapak tangan di atas pundak. Jika kedua telapak
tanganmu sudah berada pada posisi terwbut bertakbirlah lalu turunkan kembali dengan
perlahan. Saat diangkat atau diturunkan, jangan kau hentakkan tanganmu ke depart secara
keras dan jangan pula diangkat sampai ke belakang. Selain itu, jangan kau gerakkan ia ke
kanan atau ke kiri. Ketika diturunkan, mulailah engkau meletakkan tanganmu di atas dada.
Iangan kanan berada di atas yang kiri. Renggangkan lari-jari kananmu di lengan tangan
wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samawati wal ardha haniifan musliman wa ma ana
minal musyrikin. Inni shalatii wa nusukii wa mahyaya wamamatii lillahi rabbil „alamiin
banyaknya dan Mahasuci Allah pada tiap pagi dan sore. Aku hadapkan wajahku pada
Tuhan yang mencipta langit dan bumi dengan lurus dan aku bukan dari golongan yang
musyrik. Se- sungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata-mata karena Tuhan
seru sekalian alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Begitulah aku diperintah dan aku termasuk dari
Setelah itu, bacalah al-Fatihah dengan tekanan yang kuat. Usahakan untuk membedakan
antara huruf dhad dan zha‟ dalam bacaan salatmu. Lalu ucapkan amin secara terpisah
Nyaringkan bacaanmu pada salat subuh, magrib, dan isya. Maksudnya, pada dua rakaat
yang
pertama, kecuali jika engkau menjadi makmum. Jika menjadi makmum, nyaringkan bacaan
amin. Lantas, dalam salat subuh, bacalah salah satu surat yang panjang setelah bacaan
surat al-Fatihah. Sementara pada waktu magrib, cukup surat yang pendek. Adapun
pada salat lohor, asar, dan isya, bacalah surat yang pertengahan. Misalnya surat al-
Buruj dan yang semisalnya. Ketika salat subuh yang dilaksanakan dalam perjalanan,
bacalah surat al-Kafirun dan surat al-Ikhlas. Jangan engkau sambungkan akhir bacaan
surat dengan takbir untuk rukuk, tapi pisahkan antara keduanya dengan seukuran bacaan
subhanallah.
tempat
salatmu. Hal itu, akan membuatmu lebih berkonsentrasi dan membuat hatimu lebih
khusyuk. Jangan engkau menoleh ke kiri atau ke kanan pada saat sedang salat.
Lalu bertakbirlah untuk rukuk. Angkat tanganmu dengan cara yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Panjangkan bacaan takbir sampai engkau berada pada posisi rukuk.
Lalu,
letakkan telapak tanganmu di atas lutut sementara jari-jemarimu berada pada posisi yang
renggang. Tegakkan lututmu serta bentangkan punggung, leher, dan kepalamu secara lurus.
Lantas, jauhkan sikumu dari pinggang. Sementara untuk wanita tidak demikian
karena mereka hendaknya menempelkan yang satu dengan yang lain. Lalu ucapkan:
Subhana rabbiyal „azhiim
Bacaan tersebut diucapkan sebanyak tiga kali. Jika engkau salat sendirian, bagus pula kalau
ditambah sampai menjadi tujuh atau sepuluh kali. Kemudian angkat kepalamu sampai
Nya.”
ucapkan:
Rabbana lakal hamdu mil‟as samawati wa mil ardhi wa mil ama syi‟ta min syai‟in ba‟du
“Wahai Tuhan kami, segala puji bagi-Mu sepenul langit dan bumi dan sepenuh apa yang
Apabila engkau sedang dalam melakukan salat subuh, bacalah doa qunut pada rakaat
kedua
ketika dalan posisi iktidal. Lalu, sujudlah dengan bertakbir tanpa mengangkat kedua tangan.
Pertama-tama, letakkanlal kedua lututmu diikuti kemudian oleh kedua tanganmi lalu
dahimu yang berada dalam keadaan terbuka. Letakkan hidung beserta dahimu. jauhkan
sikumu dari pinggang dan angkat perutmu dari paha (Hal ini tidak berlaku bagi wanita).
Letakkan kedua tanganmu di atas tanah sejajar dengan pundakmu. Jangan kau bentangkan
Mahatinggi”
Doa di atas dibaca sebanyak tiga kali, tujuh kali, atau sepuluh kali jika engkau salat
sendirian. Lalu, angkat kepalamu dari sujud seraya bertakbir sampai engkau duduk
dengan tegak. Duduklah di atas kaki kiri. Tegakkan kaki kananmu. Letakkan kedua
tanganmu di atas paha dengan jari-jemari yang renggang. Lantas ucapkan (minimal):
„rabbighfirlii warhamnii warzuqni wajburnii wa „afinii wa
„afuanii
“Ya Tuhan, ampunilah aku, sayangilah aku, berikar rezeki padaku, pimpinlah aku,
tambahkan
Kemudian lakukan sujud yang kedua sama seperti sebelumnya. Lalu duduk tegak
sebentar
tasyahud.
Setelah itu, engkau berdiri dan meletakkan kedua tangan di atas tanah. Jangan
engkau
mendahulukan salah satu kakimu ketika berdiri. Mulailah dengan takbir untuk berdiri saat
hampir selesai dari duduk istirahat. Panjangkan bacaan takbir tersebut sampai pada posisi
setengah berdiri. Usahakan agar duduk istirahat tersebut berlangsung sebentar. Lalu,
laksanakan rakaat kedua seperti rakaat pertama. Ulangi membaca taawud ketika
memulai. Lalu duduklah pada rakaat kedua untuk membaca tasyahud pertama. Saat duduk
tasyahud, letakkan tangan kananmu di atas paha kanan dengan jari yang tergenggam
kecuali jari telunjuk dan ibu jari. Berilah isyarat dengan jari telunjukmu yang kanan
saat membaca illallah (kecuali Allah), bukan pada kata-kata Iaa ilaha (tiada Tuhan).
Sementara itu, engkau letakkan tangan kirimu dengan jari jari terbuka di atas paha kiri.
Duduklah di atas kaki kiri dalam tasyahud pertama ini seperti ketika
duduk antara dua sujud. Adapun pada tasyahud akhir, duduklah secara tawaruk (di atas
pang- kal paha). Setelah mengucapkan salawat atas Nabi Saw., bacalah doa yang sudah
dikenal. Duduklah di atas pangkal paha yang kiri sementara kaki kirimu keluar dari sisi
bawah. Tegakkan posisi kaki kananmu lalu ucapkan salam dua kali dari ke kanan dan kiri.
Menolehlah hingga tampak putihnya kedua pipimu dari kedua sisi. Berniatlah untuk
menyudahi salat dan arahkan salammu pada para malaikat dan kaum muslim yang berada di
dan
pemahaman. Hasan al-Basri rahimahullah berkata, “Setiap salat yang tidak disertai
oleh
kehadiran hati akan cepat terkena hukuman.” Rasul Saw. bersabda, “Seorang
hamba
adakalanya melakukan salat tapi ia tidak mendapat seperenam atau sepersepuluh dari
salatnya. Karena, ganjaran salat bagi seorang hamba sesuai dengan kadar
kekhusyu‟kannya.”
Seorang imam hendaknya meringankan salat. Anas bin Malik r.a. berkata, “Aku tidak
melakukan salat di belakang seorang pun yang lebih ringan dan lebih sempurna salatnya
Seorang imam hendaknya tidak bertakbir sebelum muazin membacakan iqamah dan
sebelum shaf salat lurus sempurna. Ia harus meninggikan suara ketika bertakbir, sementara
makmum tidak meninggikan suara kecuali sebatas yang bisa ia dengar sendiri. Imam harus
berniat menjadi imam guna memperoleh keutamaan. Jika sang imam tak berniat, salat para
jamaah tetap sah apabila mereka telah berniat mengikutinya. Mereka juga memperoleh
pahala bermakmum. Imam tidak boleh menyaringkan bacaan iftitah dan ta‟awudz
sebagaimana dalam salat sendirian. Tapi ia menyaringkan bacaan al-Fatihah dan surat
sesudahnya dalam salat-salat subuh, serta dalam dua rakaat pertama magrib dan isya. Dalam
salat jahar (yang dibaca secara keras), makmum menyaringkan ucapan amin dengan
bersama-sama imam, bu- kan sesudah imam. Lalu, imam diam sejenak setelah membaca
surat al-Fatihah. Di saat itulah makmum membaca surat al-Fatihah agar sesudahnya ia
bisa mendengarkan bacaan imam. Pada salat jahar, makmum tidak membaca surat kecuali
jika ia tidak mendengar suara imam. Hendaknya seorang imam tidak membaca tasbih dalam
rukuk dan sujud lebih dari tiga kali dan juga tidak memberikan tambahan dalam tasyahud
awal setelah membaca salawat kepada Nabi. Pada dua rakaat terakhir, imam cukup
membaca surat al-Fatihah, tidak usah menambah-nambahnya lagi. Juga ketika tasyahud
akhir imam cukup membaca tasyahud dan salawat kepada Rasulullah Saw. Ketika
bersalam, imam hendaknya berniat memberikan salam kepada semua jamaah sedangkan
jamaah atau makmum dengan salamnya berniat menjawab salam imam. Setelah itu imam
berdiam sebentar dan menghadap kepada para jamaah. Jika yang ada di belakangnya
adalah para wanita, maka ia tidak usah menoleh sampai mereka bubar. Hendaknya
makmum tidak berdiri sampai imam berdiri, lalu imam pergi entah ke arah kanan atau tapi
Imam tidak boleh berdoa untuk dirinya sendiri dalam membaca qunut subuh tapi
hendaknya ia mengucapkan Allahumma ihdina (Ya Allah, tunjukkan kami) dengan suara
nyaring, sedangkan para makmum mengamininya tanpa mengangkat tangan mereka karena
hal itu tak terdapat dalam riwayat. Selebihnya makmum membaca sendiri sisa dari doa
qunut tersebut, yakni dimulai dari Innaka la yaqdhi wa la yuqdha „alaika. Makmum tidak
boleh berdiri sendirian secara terpisah, Ia harus masuk ke dalam barisan atau menarik orang
lain untuk membuat barisan dengannya. Makmum tak boleh berdiri di depan iman,
mendahului, atau bergerak secara bersamaan dengan gerakan imam. Tapi, Ia harus
melakukannya sesudah imam. Ia tak boleh rukuk kecuali setelah imam sempurna dalam
posisi rukuk. Begitu pun, ia tak boleh sujud selama dahi imam belum sampai di tanah.
Ketahuilah bahwa Jum‟at merupakan hari raya bagi orang-orang yang beriman. Ia
merupakan hari mulia yang khusus diperuntukkan Allah bagi umat ini. Di dalamnya ada
saat-saat penting yang apabila seorang mukmin meminta kebutuhannya kepada Allah SWT,
pasti Allah akan mengabulkan. Oleh karena itu, persiapkanlah dirimu untuk menghadapi
hari raya tersebut semenjak hari Kamis dengan cara membersihkan pakaian dan banyak
Jumat. Berniatlah untuk berpuasa untuk hari Jumat. Tetapi harus dengan hari Kamis atau
Jika subuh telah tiba, mandilah dengan niat mandi Jumat karena mandi pada hari
Jumat
karena itulah pakaian yang paling dicintai Allah Swt, lalu pakailah parfum yang paling
wangi yang kamu miliki, dan bersihkan badanmu dengan bercukur rambut, menggunting
kuku, bersiwak, dan yang lainnya, kemudian segeralah bergegas menuju mesjid dan
berjalanlah dengan perlahan dan tenang. Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang pergi untuk salat
Jumat di waktu yang pertama seakan-akan ia telah berkurban unta, siapa yang pergi pada
waktu kedua seakan-akan ia berkurban sapi betina, siapa yang pergi di waktu ketiga, seakan-
akan ia berkurban kambing kibas, siapa yang pergi di waktu ke empat seakan-akan ia
berkurban ayam, siapa yang pergi di waktu kelima seakan-akan ia berkurban telur. Jika
imam sudah keluar atau naik mimbar, maka lembaran-lembaran itu pun dilipat dan pena-
pena diangkat, sementara para malaikat berkumpul di mimbar untuk mendengarkan zikir /
peringatan.”
pada
cepatnya mereka menuju salat Jumat. Kemudian, apabila engkau berada di mesjid, usahakan
untuk berada di shaf yang pertama. Jika manusia sudah banyak berkerumun, jangan
melewati pundak mereka dan jangan pula lewat di hadapan mereka yang sedang salat.
Duduklah dekat tembok agar mereka tidak lewat di depanmu. Sebelum itu lakukanlah salat
tahiyyatul masjid. Lebih baik lagi, kalau engkau salat sebanyak empat rakaat. Dalam setiap
rakaat, setelah membaca surat al-Fatihah, engkau membaca surat al-Ikhlas sebanyak lima
puluh kali. Disebutkan dalam satu riwayat bahwa siapa yang melakukan amalan
tersebut, ia tidak akan meninggal dunia sampai melihat tempat duduknya di surga atau
hal itu diperlihatkan padanya. Jangan sampai engkau meninggalkan salat tahiyyatul
masjid walaupun imam sedang berkhotbah. Disunahkan agar dalam empat rakaat itu
engkau membaca surat al-- An‟am, surat al-Kahfi, surat Thaha, dan surat Yasin. Jika
tidak mampu, engkau bisa membaca surat Yásin, surat ad-Dukhan‟ , surat Alif Lam Mim,
as-Sajadah, dan surat al-Mulk. Sebaiknya engkau membaca surat tersebut pada malam Jumat
karena di dalamnya banyak sekali keutamaan. Siapa yang tak bisa, perbanyaklah membaca
surat al-Ikhlas.
Perbanyaklah membaca salawat atas Rasulullah SAW. khususnya pada hari tersebut.
Manakala imam atau khatib sudah naik mimbar, berhentilah dari salat dan berbicara.
Sibukkan dirimu dengan menjawab panggilan azan serta dengan mendengarkan khotbah dan
ceramah. Sama sekali tak boleh berbicara ketika khatib sedang berkhotbah. Dalam riwayat
disebutkan, “Siapa yang berkata kepada temannya, `Diamlah” saat imam berkhotbah maka
ia telah berbuat sia-sia. Dan siapa yang berbuat sia-sia, maka ia tak mendapat
keutamaan Jumat.” itu karena perintah diam itu sendiri berbentuk ucapan. Sebaiknya
Lalu ikutilah perbuatan imam seperti telah disebutkan sebelumnya. Apabila telah selesai,
sebelum berbicara bacalah surat al-Fatihah, surat al-Ikhlas, surat al-Falaq dan surat an-Naas,
masing-masing tujuh kali. Itu akan melindungimu dari Jumat ke Jumat, juga akan
“Allahumma yaa ghaniyy yaa hamiid yaa Mubdii yaa mu‟iid yaa rahiimi yaa waduud
siwaak.”
“Ya Allah wahai Zat Yang Mahakaya, Maha Terpuji, Maha Memulai, Maha
Mengembalikan,
Maha Penyayang, dan Maha Pemberi. Berilah kecukupan padaku dengan yang halal bukan
yang haram; dengan taat, bukan maksiat; dan dengan karunia-Mu, bukan selain-Mu.”
Setelah itu, lakukanlah salat dua rakaat atau enam rakaat yang dilakukan dengan dua-dua.
Semua itu terdapat dalam riwayat yang berasal dari Rasulullah Saw. dalam kondisi yang
berbeda-beda.
Kemudian menetaplah di mesjid sampai waktu maghrib atau asar. Hendaknya engkau
selalu
memperhatikan waktu yang mulia. Sebab, waktu mulia tersebut terdapat sepanjang hari itu,
tapi tidak ditentukan secara pasti. Mudah-mudahan engkau memperolehnya ketika sedang
berada dalam kondisi yang khusyuk dan tunduk kepada Allah SWT. Selama di mesjid,
jangan engkau mendekati majelis cerita dan kisah. Tapi, hendaknya engkau menghampiri
majelis yang berisi ilmu yang bermanfaat. Majelis itulah yang bisa membuatmu lebih takut
kepada Allah dan membuatmu kurang cinta pada dunia. Jika suatu ilmu tak mampu
mengajakmu untuk meninggalkan dunia menuju akhirat, maka lebih baik tak usah
mengetahui ilmu tersebut. Berlindunglah kepada Allah dari ilmu yang tak bermanfaat.
Perbanyaklah berdoa ketika matahari terbit, tergelincir, dan terbenam, ketika khatib naik
mimbar, dan ketika orang-orang berdiri untuk menunaikan salat, karena kemungkinan besar
Dengan
demikian, engkau telah mengumpulkan antara salat, puasa, sedekah, membaca Alquran,
zikir, dan iktikaf. Jadikan hari tersebut sebagai waktu yang khusus kau peruntukkan bagi
akhiratmu
seminggu.
Ketahuilah, bahwa agama Islam terdiri atas dua bagian: meninggalkan apa yang dilarang
dan melakukan amal ketaatan. Meninggalkan apa yang dilarang jauh lebih sulit karena
melakukan amal ketaatan dapat dilakukan setiap orang, sedangkan meninggalkan syahwat
hanya bisa diwujudkan oleh mereka yang tergolong shiddiqun. Oleh karena itu, Rasulullah
sedangkan orang yang berjihad adalah yang berjuang melawan hawa nafsunya.”
tersebut dengan anggota badanmu padahal ia merupakan nikmat dan amanat Allah yang
adalah puncak kekufuran. Dan berkhianat terhadap amanat yang dititipkan Allah kepadamu
betul-betul merupakan perbuatan yang melampaui batas. Anggota badanmu adalah rakyat
mereka. Masing-masing kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab
atas yang dipimpinnya. Sadarlah bahwa semua anggota badanmu akan menjadi saksi atasmu
pada hari kiamat dengan lidah yang fasih. Ia akan menyingkap rahasiamu di hadapan semua
makhluk. Allah Swt. berfirman, “Pada hari dimana lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi
saksi atas perbuatan yang kalian lakukan” (Q.S. an-Nur: 24) Allah Swt berfirman, “Pada hari
ini, Kami tutup mulut mereka sedangkan tangan mereka berbicara pada Kami dan kaki
mereka menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan” (Q.S. Yasin: 65).
Oleh karena itu, peliharalah semua anggota badanmu dari maksiat, khususnya tujuh anggota
badanmu karena neraka Jahannam memiliki tujuh pintu. Masing-masing mereka mempunyai
bagian tersendiri. Yang masuk ke dalam pintu-pintu neraka Jahannam itu adalah mereka
yang bermaksiat kepada Allah Swt. dengan tujuh anggota badan tersebut, yaitu mata, telinga,
Mata diciptakan agar bisa memberi petunjuk padamu di waktu gelap, agar bisa
kau
pergunakan pada saat diperlukan, agar dengannya engkau melihat semua keajaiban langit
dan bumi, dan agar engkau bisa mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Maka dari itu, peliharalah matamu itu dari empat hal: melihat yang bukan mahram-nya,
melihat gambar
bagus dengar syahwat, melihat seorang muslim dengan pandangan meremehkan, serta
Adapun telinga, maka peliharalah ia agar tidak mendengar bidah, gibah, perkataan keji,
takut pada kebatilan, atau kejelekan orang. Telinga tersebut diciptakan untukmu agar
engkau bisa
mendengar kalam Allah Swt, sunah Rasulullah Saw, dan kata hikmah para wali sert a
agar engkau bisa mempergunakannya untuk bisa menggapai surga yang penuh kenikmatan,
kekal abadi di sisi Tuhan Penguasa alam semesta. Jika engkau mempergunakan telinga
tersebut pada sesuatu yang dibenci ia akan menjadi beban atau musuh bagimu. Begitu
pula ia akan berbalik arah dari yang seharusnya bisa mengantarkanmu menuju
pembicara, sedangkan si pende ngar terbebas dari dosa. Karena, dalam riwayat
disebutkan, pendengar adalah sekutu bagi yang berbicara. Ia adalah salah satu pihak dari
dua orang yang sedang bergibah (bergunjing). Adapun lidah, maka ia diciptakan agar
dengannya engkau bisa banyak berzikir kepada Allah Swt, membaca Kitab Suci-Nya,
agama dan duniamu yang tersimpan dalam hati. Apabila engkau mempergunakannya
bukan pada tujuan yang telah digariskan berarti engkau telah kufur terhadap nikmat
Allah Swt. Lidah merupakan anggota badanmu yang paling dominan. Tidaklah
manusia diceburkan ke dalam api neraka melainkan sebagai akibat dari apa yang di- lakukan
oleh lidah. Maka peliharalah ia dengan semua kekuatan yang kau miliki agar ia tidak
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kata yang dengannya ia ingin membuat
teman-temanuya tertawa, namun karena itu ia jatuh ke dasar neraka selama tujuh
puluh musim.” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ada seorang syahid yang terbunuh di
dalam peperangan pada masa Rasulullah Saw. Lalu seseorang berkata, “Selamat baginya
yang telah memperoleh surga!” Tapi Rasul Saw. kemudian bersabda, “Dari mana engkau
tahu? Barangkali ia pernah mengatakan sesuatu yang tak berguna dan bakhil terhadap
sesuatu yang takkan pernah mencukupinya.” Maka, peliharalah lidahmu dari delapan
perkara:
Pertama: berdusta. Jagalah lidahmu agar jangan sampai berdusta baik dalam keadaan yang
serius maupun bercanda. Jangan kau biasakan dirimu berdusta dalam canda karena hal
itu akan mendorongmu untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius. Berdusta termasuk
induk dosa-dosa besar. Kemudian, jika engkau dikenal mempunyai sifat seperti itu
(pendusta) maka orang tak akan percaya pada perkataanmu dan untuk selanjutnya
engkau akan hina dan dipandang sebelah mata. Apabila engkau ingin mengetahui
busuknya perkataan dusta yang ada pada dirimu, maka lihatlah perkataan dusta yang
dilakukan orang lain sert a bagaimana engkau membenci, meremehkan, dan tidak
menyukainya. Lakukanlah hal semacam itu pada semua aib dirimu. Sesungguhnya engkau
tidak mengetahui aibmu lewat dirimu sendiri tapi lewat orang lain. Apa yang kau benci dari
orang lain, pasti juga orang lain membencinya darimu. Oleh karenanya, jangan kau biarkan
Kedua: menyalahi janji. Engkau tak boleh menjanjikan sesuatu tapi kemudian
tidak
menepatinya. Hendaknya engkau berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku,
bukan dalam bentuk perkataan. Jika engkau terpaksa harus berjanji, jangan sampai
kau ingkari janji tersebut, kecuali jika engkau betul-betul tak berdaya atau ada halangan
darurat. Sebab, menyalahi janji merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan buruknya
akhlak. Nabi Saw. bersabda, “Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang jatuh ke
dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan salat. Yaitu, jika berbicara ia
Islam,
orang yang melakukan perbuatan tersebut lebih hebat daripada tiga puluh orang
pezina. Begitulah yang terdapat dalam riwayat. Makna gibah adalah membicarakan seseo
rang dengan
sesuatu yang ia benci jika ia mendengarnya. Jika hal itu engkau lakukan, maka engkau
adalah orang yang telah melakukan gibah dan aniaya, walaupun engkau berkata benar.
Hindarilah untuk menggunjing secara halus. Yaitu, misalnya engkau nyatakan maksudmu
secara tidak Iangsung dengan berkata, “Semoga Allah memperbaiki orang itu. Sungguh
tindakannya sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki kita
dan dia.” Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu gibah (karena dari pernyataanya kita
bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa diri sendiri bersih tidak bersalah. Tapi, jika
engkau merasa berduka dengan perbuatannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa engkau
tak ingin membuka rahasia dan aibnya. Kalau engkau menampakkan dukamu karena
aibnya, berarti engkau sedang membuka aibnya. Cukuplah firman Allah Swt. ini
menghalangimu dari gibah, “Jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain.
Apakah salah seorang di antara kalian senang memakan daging saudaranya yang sudah
Allah mengibaratkanmu dengan pemakan bangkai manusia. Oleh karena itu, alangkah
baiknya jika engkau menghindari perbuatan tersebut. Jika engkau mau merenung, engkau
tak akan menggunjing sesama muslim. Lihatlah pada dirimu, apakah dirimu itu mempunyai
aib, baik yang tampak secara lahiriah maupun yang tersembunyi? Apakah engkau sudah
meninggalkan maksiat, baik secara rahasia maupun terang-terangan? Jika engkau menyadari
hal itu, ketahuilah bahwa ketidakberdayaan seseorang untuk menghindari apa yang kau
nisbatkan padanya sama seperti ketidakberdayaanmu. Sebagaimana engkau tidak suka jika
kejelekanmu disebutkan, ia juga demikian. Apabila engkau mau menutupi aibnya, niscaya
Allah akan menutupi aibmu. Tapi apabila engkau membuka aibnya, Allah akan jadikan
lidah- lidah yang tajam mencabik-cabik kehormatanmu di dunia, lalu Allah akan membuka
aibmu di akhirat di hadapan para makhluk-Nya pada hari kiamat. Apabila engkau melihat
lahir dan batinmu lalu engkau tidak menemukan aib dan kekurangan, baik dari aspek agama
maupun dunia, maka ketahuilah bahwa ketidaktahuanmu terhadap aibmu itu merupakan
kedunguan yang sangat buruk. Tak ada aib yang lebih hebat daripada kedunguan tersebut.
Sebab, jika Allah menginginkan kebaikan bagimu, niscaya Dia akan memperlihatkan aib-
aibmu. Tapi, apabila engkau melihat dirimu dengan pandangan rida, hal itu merupakan
puncak kebodohan. Selanjutnya, jika sangkaanmu memang benar, bersyukurlah pada Allah
Swt. Jangan malah engkau rusak dengan mencela dan menghancurkan kehormatan mereka.
menganggap
bodoh, dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga diri
serta merasa lebih pandai dan berilmu. Ia juga menghancurkan kehidupan. Manakala
mendebat orang pandai, ia akan membenci dan dengki padamu. Nabi Saw. bersabda, “Siapa
yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan
membangun untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa yang meninggalkan
perdebatan padahal dia dalam posisi yang benar Allah akan membangun untuknya
Jangan sampai engkau tertipu oleh setan yang berkata padamu, “Tampakkan yang benar,
jangan bersikap lemah!” Sebab, setan selalu akan menjerumuskan orang dungu kepada
keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan sampai engkau menjadi bahan tertawaan setan
menerimanya adalah suatu kebaikan. Tetapi hal itu harus dilakukan dengan cara
memberikan nasihat secara rahasia bukan dengan cara mendebat. Sebuah nasihat memiliki
karakter dan bentuk tersendiri. Harus dilakukan dengan cara yang baik. Jika tidak, ia hanya
akan mencemarkan aib orang. Sehingga kebukannya lebih banyak daripada kebaikan
sulit diam. Sebab, para ulama su‟ tersebut mengatakan padanya bahwa berdebat
merupakan sesuatu yang mulia dan mampu berdiskusi merupakan satu kebanggaan. Oleh
karena itu, hindarilah mereka sebagaimana engkau menghindar dari singa. Ketahuilah,
Kelima: mengklaim diri bersih dari dosa. Allah Swt. berfirman, “Jangan kalian merasa suc
i.
Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa” (Q.S. an-Najm: 32). Sebagian ahli
hikmat ditanya, “Apa itu jujur yang buruk?” Mereka menjawab, “Seseorang yang
memuji dirinya sendiri.” Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu
Allah Swt. Jika engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat
manusia bertambah hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka
membenci mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di belakang
mereka. Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika engkau mulai
membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu akan mereka
ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu. Keenam: mencela. Jangan sampai
engkau mencela ciptaan Allah Swt, baik itu hewan, makanan, ataupun manusia.
Janganlah engkau dengan mudah memastikan seseorang yang menghadap kiblat sebagai
kafir, atau munafik. Karena, yang mengetahui semua rahasia hanyalah Allah Swt. Oleh
karena itu, jangan mencampuri urusan antara hamba dan Allah Swt. Ketahuilah bahwa
pada hari kiamat engkau tak akan ditanya, “Mengapa engkau tidak mencela si fulan?
sepanjang hidupmu dan engkau melupakannya, engkau tetap tak akan ditanya tentang hal
itu serta tak akan dituntut karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika engkau mencela salah satu
makhluk Allah Swt. baru engkau akan dituntut. Jangan engkau mencerca sesuatu pun dari
makhluk Allah Swt. Nabi Saw. sendiri sama sekali tidak pernah mencela makanan yang
tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau memakannya. Jika tidak, beliau
tinggalkan.
Ketujuh: mendoakan keburukan bagi orang lain. Peliharalah lidahmu untuk tidak
mendoakan keburukan bagi suatu makhluk Allah Swt. Jika ia telah berbuat aniaya
padamu, maka serahkan urusannya pada Allah Swt. Dalam sebuah hadis disebutkan,
“Seorang yang dianiaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya sehingga
menjadi imbang, kemudian yang menganiaya masih memiliki satu kelebihan yang bisa ia
tuntut kepadanya pada hari kiamat.” Sebagian orang terus mendoakan keburukan bagi Hajjaj
sehingga sebagian salaf berkata, “Allah menghukum orang-orang yang telah mencela Hajjaj
untuknya, sebagaimana Allah menghukum Hajjaj untuk orang yang telah ia aniaya.”
Kedelapan: bercanda, mengejek, dan menghina orang. Peliharalah lidahmu baik dalam
kondisi serius maupun canda karena ia bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa,
membuat risau, dan menyakiti hati. Ia juga merupakan pangkal timbulnya murka dan marah
serta dapat menanamkan benih-benih kedengkian di dalam hati. Oleh karena itu,
jangan engkau bercanda dengan seseorang dan jika ada yang bercanda denganmu,jangan kau
Semua itu merupakan cacat yang terdapat pada lidah. Yang perlu kau lakukan adalah
mengasingkan diri atau senantiasa diam kecuali dalam keadaan darurat. diceritakan bahwa
Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. meletakan sebuah batu di mulutnya agar tidak berbicara
keuali saat perlu saja. Beliau menunjuk lidahnya lalu berkata, “Inilah yang menjadi segala
sumber bagiku. kekanglah ia sekuat tenagamu, karena ia merupakan faktor utama yang
Adapun perut, maka jangan kau isi ia dengan barang haram atau syubhat. Berusahalah untuk
berusahalah
mengkonsumsinya tidak sampai kenyang. Sebab, perut yang kenyang bisa membekukan
beribadah dan menuntut ilmu, memperkuat syahwat, serta membantu tentara setan. Jika
kenyang dari makanan halal merupakan awal segala keburukan, bagaimana jika dari yang
haram? Mencari sesuatu yang halal merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Beribadah dan
menuntut ilmu yang disertai mengkonsumsi makanan haram seperti membangun di atas
kotoran hewan. Apabila engkau merasa cukup selama setahun memakai baju yang kasar,
lalu selama sehari semalam memakan dua potong roti garing, lalu engkau tidak menikmati
apa yang lezat bagi manusia, maka engkau tak butuh pada yang lain. Barang yang halal
sangat banyak. Engkau tidak perlu meyakinkan dirimu dengan menyelidiki hal-hal yang
tersembunyi. Tapi engkau harus menjaga diri dari yang sudah jelas kau ketahui bahwa itu
adalah haram. Atau setelah di- lihat dari ciri-ciri yang terkait dengan harta tersebut, engkau
bisa menduga bahwa itu adalah haram. Apayang sudah diketahui tampak jelas secara lahir,
sementara yang bersifat dugaan tampak dengan adanya ciriciri. Misalnya harta penguasa
dan para pekerjanya, harta orang yang tak bekerja kecuali dengan cara menjual khamar,
riba, judi, dan sebagainya. Jika engkau tahu bahwa sebagian besar hartanya adalah haram,
maka apa yang kau terima darinya, walaupun mungkin halal, ia termasuk haram karena
adanya dugaan yang kuat tadi. Yang jelas-jelas haram adalah memakan harta wakaf tanpa
izin atau syarat dari si pemberi wakaf. Siapa yang melakukan maksiat, kesaksiannya tertolak,
dan wakaf atau apa pun yang ia terima atas nama kesufian adalah haram.
Kami telah menyebutkan hal-hal yang terkait dengan masalah syubhat, halal, dan
haram dalam satu kajian tersendiri pada kitab Ihya Ulumiddin. Pelajarilah kitab tersebut
karena mengetahui yang halal dan haram wajib hukumnya bagi setiap muslim
sebagaimana yang disebutkan Allah Swt, “Mereka yang menjaga kemaluan mereka,
kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau sahaya yang mereka miliki, maka mereka tak
dapat dicela” (Q.S. al- Mukminun: 5-6). Engkau baru bisa menjaga kemaluan dengan
menjaga pandangan mata, menja a hati untuk tidak merenungkannya, serta menjaga perut
dari yang syubhat dan dari vvvvvat. Kedua tangan, harus engkau pelihara agar ia tidak
kau jadikan alat untuk memukul seorang rnuslim, untuk mendapat harta haram, untuk
menyakiti sesama makhluk, untuk berkhianat terhadap amanat dan titipan, serta untuk
menuliskan sesuatu yang tak boleh diucapkan karena pena merupakan lidah pula. Oleh
Janganlah engkau pergunakan kedua kaki untuk menuju pintu seorang penguasa lalim.
Sebab,
berjalan menuju para penguasa lalim tanpa ada keperluan merupakan maksiat yang besar
karena berarti ia bersikap tawadu dan memuliakan mereka yang telah berbuat lalirn.
Allah Swt. telah memerintahkan kita untuk berpaling dari mereka dalam firman-Nya
yang berbunyi, “Janganlah kalian condong kepada mereka yang telah berbuat lalim, niscaya
kalian tersentuh api neraka dan kalian tidak mempunyai penolong selain Allah. Lalu kalian
tidak ditolong” (QS. Hud: 113). Jika engkau pergi menemui mereka untuk mendapat harta,
berarti engkau berusaha meraih sesuatu yang haram. Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang
bersikap merendah kepada orang kaya, sepertiga agamanya telah hilang.” ini terhadap orang
kaya yang saleh, lalu bagaimana merendah terhadap orang kaya yang lalim?
Ringkasnya, ketika engkau bergerak dan diam dengan anggota badanmu, itu
semua
merupakan nikmat Allah Swt. Maka dari itu, janganlah engkau menggerakkan anggota
badanmu dalam rangka maksiat kepada Allah. Tetapi pergunakanlah untuk taat kepada-Nya.
Ketahuilah, jika engkau tak patuh maka bencananya akan kembali padamu, sementara jika
kamu mau menanam, maka buahnya akan menjadi milikmu. Adapun Allah, Dia tak
butuh
padamu dan tak butuh pada amal perbuatanmu. Setiap jiwa tergantung pada amal perbuatan-
nya. Jangan sampai engkau berkata, “Allah Maha Pemurah Dan Maha Penyayang. Dia
Maha Mengampuni dosa mereka yang bermaksiat.” Ini merupakan ungkapan yang benar
tapi ditujukan pada sesuatu yang batil. Orang yang mengucapkannya termasuk dungu
seperti kata Rasul Saw., “Orang yang cerdik adalah yang bisa menundukkan hawa nafsunya
dan beramal untuk hari sesudah mati. Sedangkan orang yang dungu adalah yang mengikuti
Ketahuilah bahwa ucapanmu itu seperti ucapan seseorang yang ingin menjadi fakih
dalam
ilmu agama tanpa mau belajar, tapi justru sibuk dengan sesuatu yang batil lalu
berkata, “Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Dia Maha berkuasa untuk
mencurahkan ke dalam hatiku berbagai ilmu yang Dia tanamkan di hati para nabi dan
wali-Nya tanpa usaha dan belajar.” Itu seperti ucapan orang yang menginginkan harta, tapi
tak mau menanam, berdagang, atau berusaha kemudian berujar, “ Allah Maha Pemurah. Dia
memiliki kekayaan langit dan bumi. Dia Maha Berkuasa untuk memberikan kepadaku
sebagian dari khazanah kekayaan-Nya sehingga aku tak perlu bekerja. Hal itu telah Dia
lakukan kepada para hamba- Nya.” Jika engkau mendengar ucapan kedua orang di atas,
engkau pasti menganggap kedua orang itu bodoh dan engkau pasti mengejeknya
walaupun sifat pemurah dan kuasa Allah yang ia sebutkan benar. Demikian pula, Orang-
orang yang alim dalam bidang-bidang agama akan menertawakanmu jika engkau
menuntut ampunan tanpa ada usaha. Allah Swt. berfirman, “Bagi manusia apa yang ia
usahakan” (Q.S. an-Najm: 39), “Kaliaan dibalas sesuai dengan amal perbuatan kalian” (Q.S.
ath-Thar: 16), “Orang-orang abrar (berbuat baik) berada dalam kenikmatan sedangkan
mereka yang selalu berbuat dosa berada di neraka Jahim” (Q.S. al-Infithar: 13-14).
Apabila engkau tetap menuntut ilmu dan mencari harta dengan bersandar pada
kemurahan-
Nya serta terus membekali diri untuk akhirat, maka Tuhan Pemelihara dunia dan
akhirat adalah satu. Dia Maha Pemurah dan Penyayang baik di dunia maupun di akhirat.
Ketaatanmu tidak membuat-Nya bertambah pemurah. Hanya saja, kemurahan-Nya
adalah Dia memudahkan jalan menuju negeri kenikmatan yang abadi dan kekal dengan
senantisa sabar dalam meninggalkan syahwat selama beberapa saat. Ini merupakan
puncak kemurahan. Jangan engkau rusak dirimu dengan ajaran jahat para pengangguran.
Ikutilah para nabi dan orang-orang saleh. Jangan engkau terlalu berharap bisa memanen
sesuatu yang tak kau tanam. Sedangkan orang yang berpuasa, salat, berjihad, serta
bertakwa, semoga ia diampuni. Ini adalah beberapa hal yang patut dipelihara oleh
bentuk ketakwaan secara batin. Hati adalah segumpal daging yang jika baik maka seluruh
badan menjadi baik. Tapi jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh badan menjadi
rusak. Berusahalah untuk memperbaiki hatimu itu agar seluruh anggota badanmu juga
Ketahuilah, bahwa agama Islam terdiri atas dua bagian: meninggalkan apa yang dilarang
Meninggalkan apa yang dilarang jauh lebih sulit karena melakukan amal ketaatan dapat di-
lakukan setiap orang, sedangkan meninggalkan syahwat hanya bisa diwujudkan oleh
mereka
yang tergolong shiddiqun. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. bersabda, “Orang yang
berhijrah adalah yang meninggalkan keburukan, sedangkan orang yang berjihad adalah yang
nikmat
Allah dalam rangkat bermaksiat kepada-Nya adalah puncak kekufuran. Dan berkhianat
terhadap amanat yang dititipkan Allah kepadamu betul-betul merupakan perbuatan yang
me- lampaui batas. Anggota badanmu adalah rakyat atau gembalaanmu, maka perhatikan
pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Sadarlah bahwa
semua anggota badanmu akan menjadi saksi atasmu pada hari kiamat dengan lidah
yang fasih. Ia akan menyingkap rahasiamu di hadapan semua makhluk. Allah Swt.
berfirman, “Pada hari dimana lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas perbuatan
yang kalian lakukan” (Q.S. an- Nur: 24) Allah Swt berfirman, “Pada hari ini, Kami tutup
mulut mereka sedangkan tangan mereka berbicara pada Kami dan kaki mereka menjadi
Oleh karena itu, peliharalah semua anggota badanmu dari maksiat, khususnya tujuh
anggota
badanmu karena neraka Jahannam memiliki tujuh pintu. Masing-masing mereka mempunyai
bagian tersendiri. Yang masuk ke dalam pintu-pintu neraka Jahannam itu adalah mereka
yang bermaksiat kepada Allah Swt. dengan tujuh anggota badan tersebut, yaitu mata, telinga,
Mata diciptakan agar bisa memberi petunjuk padamu di waktu gelap, agar bisa kau
pergunakan pada saat diperlukan, agar dengannya engkau melihat semua keajaiban langit
dan bumi, dan agar engkau bisa mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Maka dari itu, peliharalah matamu itu dari empat hal: melihat yang bukan mahram-nya,
melihat gambar bagus dengar syahwat, melihat seorang muslim dengan pandangan
Adapun telinga, maka peliharalah ia agar tidak mendengar bidah, gibah, perkataan keji,
takut pada kebatilan, atau kejelekan orang. Telinga tersebut diciptakan untukmu agar
engkau bisa mendengar kalam Allah Swt, sunah Rasulullah Saw, dan kata hikmah para
wali serta agar engkau bisa mempergunakannya untuk bisa menggapai surga yang penuh
kenikmatan, kekal abadi di sisi Tuhan Penguasa alam semesta. Jika engkau
mempergunakan telinga tersebut pada sesuatu yang dibenci ia akan menjadi beban atau
musuh bagimu. Begitu pula ia akan berbalik arah dari yang seharusnya bisa
dibebankan kepada si pembicara, sedangkan si pende ngar terbebas dari dosa. Karena,
dalam riwayat disebutkan, pendengar adalah sekutu bagi yang berbicara. Ia adalah salah
satu pihak dari dua orang yang sedang bergibah (bergunjing). Adapun lidah, maka ia
diciptakan agar dengannya engkau bisa banyak berzikir kepada Allah Swt, membaca Kitab
kebutuhan agama dan duniamu yang tersimpan dalam hati. Apabila engkau
mempergunakannya bukan pada tujuan yang telah digariskan berarti engkau telah
kufur terhadap nikmat Allah Swt. Lidah merupakan anggota badanmu yang paling
dominan. Tidaklah manusia diceburkan ke dalam api neraka melainkan sebagai akibat dari
apa yang di- lakukan oleh lidah. Maka peliharalah ia dengan semua kekuatan yang kau
ingin membuat teman-temanuya tertawa, namun karena itu ia jatuh ke dasar neraka
selama tujuh puluh musim.” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ada seorang syahid
yang terbunuh di dalam peperangan pada masa Rasulullah Saw. Lalu seseorang berkata,
“Selamat baginya yang telah memperoleh surga!” Tapi Rasul Saw. kemudian bersabda,
“Dari mana engkau tahu? Barangkali ia pernah mengatakan sesuatu yang tak berguna
dan bakhil terhadap sesuatu yang takkan pernah mencukupinya.” Maka, peliharalah
Pertama: berdusta. Jagalah lidahmu agar jangan sampai berdusta baik dalam keadaan yang
serius maupun bercanda. Jangan kau biasakan dirimu berdusta dalam canda karena hal
itu
akan mendorongmu untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius. Berdusta termasuk induk
dosa-dosa besar. Kemudian, jika engkau dikenal mempunyai sifat seperti itu (pendusta)
maka orang tak akan percaya pada perkataanmu dan untuk selanjutnya engkau akan
hina dan dipandang sebelah mata. Apabila engkau ingin mengetahui busuknya perkataan
dusta yang ada pada dirimu, maka lihatlah perkataan dusta yang dilakukan orang lain serta
semacam itu pada semua aib dirimu. Sesungguhnya engkau tidak mengetahui aibmu lewat
dirimu sendiri tapi lewat orang lain. Apa yang kau benci dari orang lain, pasti juga orang
lain membencinya darimu. Oleh karenanya, jangan kau biarkan hal itu ada pada dirimu.
Kedua: menyalahi janji. Engkau tak boleh menjanjikan sesuatu tapi kemudian
tidak
menepatinya. Hendaknya engkau berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku,
bukan dalam bentuk perkataan. Jika engkau terpaksa harus berjanji, jangan sampai
kau ingkari janji tersebut, kecuali jika engkau betul-betul tak berdaya atau ada halangan
darurat. Sebab, menyalahi janji merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan buruknya
akhlak. Nabi Saw. bersabda, “Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang jatuh ke
dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan salat. Yaitu, jika berbicara ia
Islam,
orang yang melakukan perbuatan tersebut lebih hebat daripada tiga puluh orang
pezina. Begitulah yang terdapat dalam riwayat. Makna gibah adalah membicarakan
seseorang dengan sesuatu yang ia benci jika ia mendengarnya. Jika hal itu engkau lakukan,
maka engkau adalah orang yang telah melakukan gibah dan aniaya, walaupun engkau
berkata benar. Hindarilah untuk menggunjing secara halus. Yaitu, misalnya engkau nyatakan
maksudmu secara tidak Iangsung dengan berkata, “Semoga Allah memperbaiki orang
itu. Sungguh tindakannya sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar Dia
memperbaiki kita dan dia.” Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu gibah (karena dari
pernyataanya kita bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa diri sendiri bersih tidak
secara rahasia jika engkau merasa berduka dengan perbuatannya. Dengan demikian,
jelaslah bahwa engkau tak ingin membuka rahasia dan aibnya. Kalau engkau
menampakkan dukamu karena aibnya, berarti engkau sedang membuka aibnya. Cukuplah
firman Allah Swt. ini menghalangimu dari gibah, “Jangan sebagian kalian menggunjing
sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian senang memakan daging
saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian tidak menyukainya” (Q.S. al-Hujurat: 12).
Allah mengibaratkanmu dengan pemakan bangkai manusia. Oleh karena itu, alangkah
baiknya jika engkau menghindari perbuatan tersebut. Jika engkau mau merenung, engkau
tak akan menggunjing sesama muslim. Lihatlah pada dirimu, apakah dirimu itu mempunyai
aib, baik yang tampak secara lahiriah maupun yang tersembunyi? Apakah engkau sudah
meninggalkan maksiat, baik secara rahasia maupun terang-terangan? Jika engkau menyadari
hal itu, ketahuilah bahwa ketidakberdayaan seseorang untuk menghindari apa yang kau
nisbatkan padanya sama seperti ketidakberdayaanmu. Sebagaimana engkau tidak suka jika
kejelekanmu disebutkan, ia juga demikian. Apabila engkau mau menutupi aibnya, niscaya
Allah akan menutupi aibmu. Tapi apabila engkau membuka aibnya, Allah akan jadikan
lidah- lidah yang tajam mencabik-cabik kehormatanmu di dunia, lalu Allah akan membuka
aibmu di akhirat di hadapan para makhluk-Nya pada hari kiamat. Apabila engkau melihat
lahir dan batinmu lalu engkau tidak menemukan aib dan kekurangan, baik dari aspek agama
maupun dunia, maka ketahuilah bahwa ketidaktahuanmu terhadap aibmu itu merupakan
kedunguan yang sangat buruk. Tak ada aib yang lebih hebat daripada kedunguan tersebut.
Sebab, jika Allah menginginkan kebaikan bagimu, niscaya Dia akan memperlihatkan aib-
aibmu. Tapi, apabila engkau melihat dirimu dengan pandangan rida, hal itu merupakan
puncak kebodohan.
Selanjutnya, jika sangkaanmu memang benar, bersyukurlah pada Allah Swt. Jangan malah
engkau rusak dengan mencela dan menghancurkan kehormatan mereka. Sebab, hal itu
menganggap
bodoh, dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga diri
serta merasa lebih pandai dan berilmu. Ia juga menghancurkan kehidupan. Manakala
mendebat orang pandai, ia akan membenci dan dengki padamu. Nabi Saw. bersabda, “Siapa
yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan
membangun untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa yang meninggalkan
perdebatan padahal dia dalam posisi yang benar Allah akan membangun untuknya
Jangan sampai engkau tertipu oleh setan yang berkata padamu, “Tampakkan yang benar,
jangan bersikap lemah!” Sebab, setan selalu akan menjerumuskan orang dungu kepada
keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan sampai engkau menjadi bahan tertawaan setan
menerimanya adalah suatu kebaikan. Tetapi hal itu harus dilakukan dengan cara
memberikan nasihat secara rahasia bukan dengan cara mendebat. Sebuah nasihat memiliki
karakter dan bentuk tersendiri. Harus dilakukan dengan cara yang baik. Jika tidak, ia hanya
akan mencemarkan aib orang. Sehingga kebukannya lebih banyak daripada kebaikan yang
ditimhulkannya. Orang yang sering bergaul dengan para fakih zaman ini memiliki karakter
suka berdebat sehingga ia sulit diam. Sebab, para ulama su‟ tersebut mengatakan
padanya bahwa berdebat merupakan sesuatu yang mulia dan mampu berdiskusi
merupakan satu kebanggaan. Oleh karena itu, hindarilah mereka sebagaimana engkau
menghindar dari singa. Ketahuilah, perdebatan merupakan sebab datangnya murka Allah dan
murka makhluk-Nya.
Kelima: mengklaim diri bersih dari dosa. Allah Swt. berfirman, “Jangan kalian merasa
suci.
Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa” (Q.S. an-Najm: 32). Sebagian ahli
hikmat ditanya, “Apa itu jujur yang buruk?” Mereka menjawab, “Seseorang yang
memuji dirinya sendiri.” Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu
Allah Swt. Jika engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat
manusia bertambah hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka
membenci mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di belakang
mereka. Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika engkau mulai
membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu akan mereka
ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu. Keenam: mencela. Jangan sampai
engkau mencela ciptaan Allah Swt, baik itu hewan, makanan, ataupun manusia.
Janganlah engkau dengan mudah memastikan seseorang yang menghadap kiblat sebagai
kafir, atau munafik. Karena, yang mengetahui semua rahasia hanyalah Allah Swt. Oleh
karena itu, jangan mencampuri urusan antara hamba dan Allah Swt. Ketahuilah bahwa
pada hari kiamat engkau tak akan ditanya, “Mengapa engkau tidak mencela si fulan?
sepanjang hidupmu dan engkau melupakannya, engkau tetap tak akan ditanya tentang hal
itu serta tak akan dituntut karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika engkau mencela salah satu
makhluk Allah Swt. baru engkau akan dituntut. Jangan engkau mencerca sesuatu pun dari
makhluk Allah Swt. Nabi Saw. sendiri sama sekali tidak pernah mencela makanan yang
tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau memakannya. Jika tidak, beliau
tinggalkan.
Ketujuh: mendoakan keburukan bagi orang lain. Peliharalah lidahmu untuk tidak
mendoakan keburukan bagi suatu makhluk Allah Swt. Jika ia telah berbuat aniaya
padamu, maka
serahkan urusannya pada Allah Swt. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Seorang yang
dianiaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya sehingga menjadi imbang,
kemudian yang menganiaya masih memiliki satu kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya
pada hari kiamat.” Sebagian orang terus mendoakan keburukan bagi Hajjaj sehingga
sebagian salaf berkata, “Allah menghukum orang-orang yang telah mencela Hajjaj
untuknya, sebagaimana Allah menghukum Hajjaj untuk orang yang telah ia aniaya.”
Kedelapan: bercanda, mengejek, dan menghina orang. Peliharalah lidahmu baik dalam
kondisi serius maupun canda karena ia bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa,
membuat risau, dan menyakiti hati. Ia juga merupakan pangkal timbulnya murka dan marah
serta dapat menanamkan benih-benih kedengkian di dalam hati. Oleh karena itu,
jangan engkau bercanda dengan seseorang dan jika ada yang bercanda denganmu,jangan kau
Semua itu merupakan cacat yang terdapat pada lidah. Yang perlu kau lakukan adalah
mengasingkan diri atau senantiasa diam kecuali dalam keadaan darurat. diceritakan bahwa
Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. meletakan sebuah batu di mulutnya agar tidak berbicara
keuali saat perlu saja. Beliau menunjuk lidahnya lalu berkata, “Inilah yang menjadi segala
sumber bagiku. kekanglah ia sekuat tenagamu, karena ia merupakan faktor utama yang
Adapun perut, maka jangan kau isi ia dengan barang haram atau syubhat. Berusahalah untuk
mencari yang halal. Jika engkau telah mendapatkan yang halal, berusahalah
mengkonsumsinya tidak sampai kenyang. Sebab, perut yang kenyang bisa membekukan
beribadah dan menuntut ilmu, memperkuat syahwat, serta membantu tentara setan. Jika
kenyang dari makanan halal merupakan awal segala keburukan, bagaimana jika dari yang
haram? Mencari sesuatu yang halal merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Beribadah dan
menuntut ilmu yang disertai mengkonsumsi makanan haram seperti membangun di atas
kotoran hewan. Apabila engkau merasa cukup selama setahun memakai baju yang kasar, lalu
selama sehari semalam memakan dua potong roti garing, lalu engkau tidak menikmati apa
yang lezat bagi manusia, maka engkau tak butuh pada yang lain. Barang yang halal sangat
banyak. Engkau tidak perlu meyakinkan dirimu dengan menyelidiki hal-hal yang
tersembunyi. Tapi engkau harus menjaga diri dari yang sudah jelas kau ketahui bahwa itu
adalah haram. Atau setelah di- lihat dari ciri-ciri yang terkait dengan harta tersebut, engkau
bisa menduga bahwa itu adalah haram. Apayang sudah diketahui tampak jelas secara lahir,
sementara yang bersifat dugaan tampak dengan adanya ciriciri. Misalnya harta penguasa
dan para pekerjanya, harta orang yang tak bekerja kecuali dengan cara menjual khamar,
riba, judi, dan sebagainya. Jika engkau tahu bahwa sebagian besar hartanya adalah haram,
maka apa yang kau terima darinya, walaupun mungkin halal, ia termasuk haram karena
adanya dugaan yang kuat tadi. Yang jelas-jelas haram adalah memakan harta wakaf tanpa
izin atau syarat dari si pemberi wakaf. Siapa yang melakukan maksiat, kesaksiannya
tertolak, dan wakaf atau apa pun yang ia terima atas nama kesufian adalah haram.
Kami telah menyebutkan hal-hal yang terkait dengan masalah syubhat, halal, dan
haram dalam satu kajian tersendiri pada kitab Ihya Ulumiddin. Pelajarilah kitab tersebut
karena mengetahui yang halal dan haram wajib hukumnya bagi setiap muslim
Adapun kemaluan, peliharalah ia dari semua yang diharamkan Allah. Jadilah sebagaimana
yang disebutkan Allah Swt, “Mereka yang menjaga kemaluan mereka, kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau sahaya yang mereka miliki, maka mereka tak dapat dicela”
(Q.S. al- Mukminun: 5-6). Engkau baru bisa menjaga kemaluan dengan menjaga pandangan
mata, menjaga hati untuk tidak merenungkannya, serta menjaga perut dari yang syubhat dan
dari rasa kenyang. Karena, semua itu merupakan penggerak dan tempat tumbuhnya syahwat.
Kedua tangan, harus engkau pelihara agar ia tidak kau jadikan alat untuk memukul seorang
rnuslim, untuk mendapat harta haram, untuk menyakiti sesama makhluk, untuk berkhianat
terhadap amanat dan titipan, serta untuk menuliskan sesuatu yang tak boleh diucapkan
karena pena merupakan lidah pula. Oleh karena itu,peliharalah pena tersebut sebagaimana
Janganlah engkau pergunakan kedua kaki untuk menuju pintu seorang penguasa lalim.
Sebab,
berjalan menuju para penguasa lalim tanpa ada keperluan merupakan maksiat yang besar
karena berarti ia bersikap tawadu dan memuliakan mereka yang telah berbuat lalirn.
Allah Swt. telah memerintahkan kita untuk berpaling dari mereka dalam firman-Nya
yang berbunyi, “Janganlah kalian condong kepada mereka yang telah berbuat lalim, niscaya
kalian tersentuh api neraka dan kalian tidak mempunyai penolong selain Allah. Lalu kalian
tidak ditolong” (QS. Hud: 113). Jika engkau pergi menemui mereka untuk mendapat harta,
berarti engkau berusaha meraih sesuatu yang haram. Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang
bersikap merendah kepada orang kaya, sepertiga agamanya telah hilang.” ini terhadap orang
kaya yang saleh, lalu bagaimana merendah terhadap orang kaya yang lalim?
Ringkasnya, ketika engkau bergerak dan diam dengan anggota badanmu, itu
semua
merupakan nikmat Allah Swt. Maka dari itu, janganlah engkau menggerakkan anggota
badanmu dalam rangka maksiat kepada Allah. Tetapi pergunakanlah untuk taat kepada-Nya.
Ketahuilah, jika engkau tak patuh maka bencananya akan kembali padamu, sementara jika
kamu mau menanam, maka buahnya akan menjadi milikmu. Adapun Allah, Dia tak butuh
padamu dan tak butuh pada amal perbuatanmu. Setiap jiwa tergantung pada amal perbuatan-
nya. Jangan sampai engkau berkata, “Allah Maha Pemurah Dan Maha Penyayang. Dia Maha
Mengampuni dosa mereka yang bermaksiat.” Ini merupakan ungkapan yang benar tapi
ditujukan pada sesuatu yang batil. Orang yang mengucapkannya termasuk dungu seperti
kata Rasul Saw., “Orang yang cerdik adalah yang bisa menundukkan hawa nafsunya dan
beramal untuk hari sesudah mati. Sedangkan orang yang dungu adalah yang mengikuti hawa
Ketahuilah bahwa ucapanmu itu seperti ucapan seseorang yang ingin menjadi fakih
dalam
ilmu agama tanpa mau belajar, tapi justru sibuk dengan sesuatu yang batil lalu
berkata, “Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Dia Maha berkuasa untuk
mencurahkan ke dalam hatiku berbagai ilmu yang Dia tanamkan di hati para nabi dan wali-
Nya tanpa usaha dan belajar.” Itu seperti ucapan orang yang menginginkan harta, tapi tak
mau menanam, berdagang, atau berusaha kemudian berujar, “ Allah Maha Pemurah. Dia
memiliki kekayaan langit dan bumi. Dia Maha Berkuasa untuk memberikan kepadaku
sebagian dari khazanah kekayaan-Nya sehingga aku tak perlu bekerja. Hal itu telah Dia
lakukan kepada para hamba- Nya.” Jika engkau mendengar ucapan kedua orang di atas,
engkau pasti menganggap kedua orang itu bodoh dan engkau pasti mengejeknya
walaupun sifat pemurah dan kuasa Allah yang ia sebutkan benar. Demikian pula, Orang-
orang yang alim dalam bidang-bidang agama akan menertawakanmu jika engkau
menuntut ampunan tanpa ada usaha. Allah Swt. berfirman, “Bagi manusia apa yang ia
usahakan” (Q.S. an-Najm: 39), “Kaliaan dibalas sesuai dengan amal perbuatan kalian” (Q.S.
ath-Thar: 16), “Orang-orang abrar (berbuat baik) berada dalam kenikmatan sedangkan
mereka yang selalu berbuat dosa berada di neraka Jahim” (Q.S. al-Infithar: 13-14).
Apabila engkau tetap menuntut ilmu dan mencari harta dengan bersandar pada
kemurahan-
Nya serta terus membekali diri untuk akhirat, maka Tuhan Pemelihara dunia dan akhirat
adalah satu. Dia Maha Pemurah dan Penyayang baik di dunia maupun di akhirat.
Dia memudahkan jalan menuju negeri kenikmatan yang abadi dan kekal dengan senantisa
sabar dalam meninggalkan syahwat selama beberapa saat. Ini merupakan puncak
kemurahan. Jangan engkau rusak dirimu dengan ajaran jahat para pengangguran. Ikutilah
kau tanam. Sedangkan orang yang berpuasa, salat, berjihad, serta bertakwa, semoga ia
diampuni. Ini adalah beberapa hal yang patut dipelihara oleh anggota badanmu. Engkau
juga harus membersihkan hatimu karena ia merupakan bentuk ketakwaan secara batin.
Hati adalah segumpal daging yang jika baik maka seluruh badan menjadi baik. Tapi jika
segumpal daging itu rusak, maka seluruh badan menjadi rusak. Berusahalah untuk
memperbaiki hatimu itu agar seluruh anggota badanmu juga baik. Hati menjadi baik
C. Adab Bergaul
Ketahuilah bahwa „sahabatmu‟ yang tak pernah berpisah denganmu entah dalam keadaan
diam, bepergian, tidur, diam, bahkan dalam hidup dan matimu adalah Tuhan Penciptamu.
Selama engkau mengingatNya, niscaya Dia menjadi „Teman dudukmu‟. Sebab, Allah Swt.
berkata, “Aku adalah teman duduk bagi orang yang berzikir pada-Ku.” Selama hatimu sedih
menyertaimu. Sebab Allah Swt. berkata, “Aku berada bersama mereka yang hatinya sedih
menjadikan-Nya sebagai
„sahabat‟ dan niscaya engkau akan meninggalkan yang lainnya. Jika engkau tak
mampu
melaksanakan hal itu setiap waktu, maka engkau harus menyediakan waktu di malam dan di
siang hari untuk kau pergunakan berkhalwat bersama Tuhan dan merasakan
anggota badan, segera mengerjakan perintah, meninggalkan larangan, tidak menolak takdir,
senantiasa berzikir dan berpikir, mengutamakan yang hak atas yang batil, putus asa dari
makhluk, tunduk dengan perasaan hormat, risau diliputi oleh rasa malu, tenang dalam
berusaha karena yakin atas jaminan-Nya, bertawakal kepada karunia Allah Swt. Semua ini
harus menjadi karaktermu sepanjang siang dan malam. Itulah adab menjalin hubungan
dengan „Teman yang tak pernah berpisah denganmu.‟ Adapun semua makhluk, dalam
Jika engkau seorang alim, maka adab yang kau harus kau perhatikan adalah sabar, selalu
santun, duduk dengan wibawa disertai kepala yang tunduk, tidak takabur terhadap semua
hamba kecuali pada mereka yang lalim dengan tujuan menghapus kelalimannya, bersikap
tawadu dalam setiap majelis dan pertemuan, tidak bersenda gurau, menyayangi murid,
berhati-hati terhadap orang yang sombong, memperbaiki negeri dengan cara yang baik dan
tidak marah, tidak malu untuk mengaku tidak tahu, memperhatikan pertanyaan si
penanya dan berusaha memahami pertanyaannya, mau menerima hujah dan mengikuti yang
benar dengan kembali kepadanya manakala ia salah, melarang murid mempelajari ilmu yang
berbahaya dan mengingatkannya agar tidak menuntut ilmu untuk selain rida Allah
Swt, melarang murid sibuk dengan hal-hal yang bersifat fardu kifayah sebelum
menyelesaikan yang fardu ain (yang termasuk fardu ain adalah memperbaiki yang lahir dan
batinnya dengan takwa) serta membekali dirinya terlebih dahulu dengan sikap takwa tersebut
agar sang murid bisa mencontoh amalnya, kemudian mengambil manfaat dari ucapannya.
02. Adab Seorang Murid
Jika engkau seorang murid, maka adab yang harus dimiliki oleh seorang murid terhadap
gurunya adalah mendahuluinya dalam memberi hormat dan salam, tidak banyak berbicara di
hadapannya, tidak mengatakan apa yang tak ditanya oleh gurunya, tidak bertanya sebelum
diberi izin, tidak mengungkapkan sesuatu yang bertentangan dengan ucapannya, misalnya
dengan ber- kata, “Pendapat si fulan berbeda dengan dengan ucapanmu”, tidak menunjuk
sesuatu yang berseberangan dengan pendapatnya sehingga terlihat ia lebih tahu tentang yang
benar daripada gurunya, tidak bertanya kepada teman duduk gurunya dalam majelisnya,
disertai sikap tenang dan etika sebagaimana ketika menunaikan salat. Murid juga tak boleh
banyak bertanya ketika guru sedang bosan. Jika guru berdiri maka sang murid juga harus
berdiri untuknya, tidak diikuti dengan pembicaraan dan pertanyaan, tidak bertanya
Tidak berburuk sangka pada perbuatan-perbuatan yang secara lahiriah tidak bisa diterima,
karena ia lebih mengetahui rahasia dibalik itu semua. Sehubungan dengan hal itu perhatikan
pertanyaan Musa a.s kepada Nabi Khidir a.s, “apakah engkau sengaja melubangi
kesalahan yang besar” (Q.S al-Kahfi: 71) ia salah dalam menyikapi perbuatan Nabi Khidir
Had ist
Allah SWT berfirman dalam al-Qur‟an surat al-Kahfi ayat 60-82 yang tafsir
60. dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya[*]: “Aku tidak akan
berhenti
(berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan
sampai
bertahun-tahun”.
61. Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan
ikannya,
itu.
62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya:
“Bawalah
kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita
ini”.
63. Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu
tadi,
Maka Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang
melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke
64. Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”. lalu keduanya kembali, mengikuti
jejak
mereka semula.
65. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang
telah
Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya
66. Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”
67. Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama
aku.
68. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum
mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal
itu?”
69. Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan
aku
urusanpun”.
70. Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan
kepadaku
kepadamu”.
71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu
Khidhr
kamu
menenggelamkan penumpangnya?” Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan
yang besar.
72. Dia (Khidhr) berkata: “Bukankah aku telah berkata: “Sesungguhnya kamu sekali-
kali
73. Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah
kamu
urusanku”.
74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak,
Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih,
bukan karena Dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang
mungkar”.
76. Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka
cukup
77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu
negeri,
mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau
menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang
hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau,
78. Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan
kuberitahukan
kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya.
79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku
bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang
80. dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan
Kami
khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan
kekafiran.
81. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak
lain
yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu
bapaknya).
82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan
di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah
seorang
Tuhanmu; dan
bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah
tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. (QS al-Kahfi ayat
60-82)
[*] Menurut ahli tafsir, murid Nabi Musa a.s. itu ialah Yusya „bin
Nun.
[**] Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di
sini
ialah wahyu dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang
Bani Israil, kemudian ada seseorang yang bertanya, „Siapakah orang yang paling pandai
Dengan ucapan itu, Allah mencelanya, sebab Musa tidak mengembalikan pengetahuan
suatu
ilmu kepada Allah. Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa, „Sesungguhnya Aku
memiliki seorang hamba yang berada di pertemuan antara laut Persia dan Romawi,
Musa bertanya, „Ya Rabbi, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya?‟
Maka
dijawab, “Bawalah seekor ikan yang kamu masukkan ke dalam suatu tempat, di mana ikan
itu
berada!‟
Kemudian Musa pun pergi. Musa pergi bersama seorang pelayan bernama Yusya‟ bin Nun.
Keduanya membawa ikan tersebut di dalam suatu tempat hingga keduanya tiba di
sebuah batu besar. Mereka membaringkan tubuhnya sejenak lalu tertidur. Tiba-tiba ikan
tersebut menghilang dari tempat tersebut. Ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut.
Lalu keduanya terus menyusuri dari siang hingga malam hari. Pada pagi harinya,
Musa
„Bawalah ke mari makanan kita. Sesungguhnya kita telah merasa letih karena
Musa berkata,
„„Itulah tempat yang kita cari,‟ lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula.‟ (QS.
Al-Kahfi: 64)
Setibanya mereka di batu tersebut, mereka mendapati seorang lelaki yang tertutup kain,
lalu
Khidir (orang itu) bertanya, „Berasal dari manakah salam yang engkau ucapkan tadi?‟ Musa
menjawab, „Aku adalah Musa.‟ Khidir bertanya, „Musa yang dari Bani Israil?‟
ًاْسب ِ عَم َعٍ| َح َو َلب.ْدش ْم بَم ن َىه َم ْ ُع بِ َ|ج
م
„„Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?‟ Dia menjawab, „Sesungguhnya kamu sekali-kali
Dia
ajarkan kepadaku saja. Kamu tidak mengetahuinya. Sedangkan engkau juga mempunyai
ilmu yang hanya diajarkan Allah kepadamu saja, yang aku tidak mengetahuinya.‟
Musa berkata,
„Insya Allah, kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan
membawa serta
mereka. Akhirnya, mereka mengenali Khidhir, lalu penumpang kapal itu membawa
Tiba-tiba, seekor burung hinggap di tepi perahu itu, ia mematuk (meminum) seteguk atau
dua kali teguk air laut. Kemudian, Khidhir memberitahu Musa, „Wahai Musa, ilmuku dan
ilmumu tidak sebanding dengan ilmu Allah, kecuali seperti paruh burung yang
Khidhir lalu menuju salah satu papan perahu, kemudian Khidhir melubanginya.
Melihat kejanggalan ini Musa bertanya, „Penumpang kapal ini telah bersedia membawa
serta kita tanpa memungut upah, tetapi mengapa engkau sengaja melubangi kapal mereka?
Khidhir menjawab,
ًه
ِ اْسسُع يِْسمَأ ْهِم ًِْىق وْر ِخا ًِ ثٍَِسو بَم ُ َبن اْسب.ً ب ج َ ِع َم ٍَعِط َو ْم ب َق
„Bukankah aku telah berkata, „Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersamaku.‟
Musa berkata, „Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku.‟‟ (QS. Al-Kahfi: 72–
73)
Itulah sesuatu yang pertama kali dilupakan Musa, kemudian keduanya melanjutkan
bersama kawan-kawannya. Tiba-tiba Khidhir menarik rambut anak itu dan membunuhnya.
bertanya,
ً اْسُكو ًبٍَْئش َثِْئج دقَ َن ْف َو ٍَِْسغِب ًٍَِةكَش ًبسَْفو َثَْهَحق
„Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang
lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar.‟ (QS. Al-Kahfi: 74)
Khidhir menjawab,
„Bukankah sudah aku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar
Maka, keduanya berjalan. Hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu
negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu
tidak mau
menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah
ً اسْب ْم َن َح|ْس ِه ٍَْهع ع ٌْأَح ىِ|ٍْب َ|و ًٍِْى ئُِ|ب |َُوأَس ا اَر َه. هَهع َتَرخجَ|بَن َثِْئش ْو
ٍَْ ِ ْسَجأ َبق ُهَم بََقأ
ب
„Khidhir berkata bahwa, melalui tangannya, dia menegakkan dinding itu. Musa
berkata,
„Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.‟ Khidhir berkata, „Inilah
Semoga Allah menganugerahkan rahmat kepada Musa „alaihis salam. Tentu, kita
sangat menginginkan sekiranya Musa dapat bersabar sehingga kita memperoleh cerita
tentang urusan keduanya.” (HR. Al-Bukhari no. 122 dan Muslim no. 2380)
03. Adab Seorang Anak
Jika engkau mempunyai kedua orang tua, maka adab seorang anak kepada kedua
orang tuanya adalah memerhatikan ucapan mereka, berdiri manakala mereka berdiri,
mengerjakan perintah mereka, tidak berjalan di depan mereka, tidak meninggikan suara
di atas suara mereka, menyambut panggilan mereka, mencari rida mereka, merendahkan
diri di hadapan mereka, tidak mengungkit-ngungkit amal bakti yang telah dilakukan kepada
mereka, tidak menatap mereka secara tajam, tidak bermuka masam kepada mereka, dan
Ketahuilah! Setelah itu manusia terbagi atas tiga kelompok: sebagai teman, sebagai kenalan,
Jika engkau kebetulan bertemu dengan orang bodoh, maka hendaknya engkau tidak ikut
memperhatikan ucapan-ucapan buruk mereka, berusaha untuk tidak sering bertemu dan
butuh pada mereka, mengingatkan perbuatan mungkar mereka secara lemah lembut, serta
Sedangkan terhadap saudara dan teman, ada dua tugas yang harus kau
perhatikan:
Tugas pertama,
Terlebih dahulu engkau harus melihat kriteria orang yang bisa dijadikan sahabat atau teman.
Jangan engkau bersahabat kecuali dengan orang yang benar-benar layak dijadikan saudara
atau sahabat. Rasulullah Saw. bersabda, “Seseorang bergantung pada agama teman
karibnya.
Oleh karena itu, hendaknya kalian memperhatikan siapa yang harus dijadikan teman karib.”
Manakala engkau ingin mencari teman yang bisa menyertaimu dalam belajar serta
bisa menemanimu dalam urusan agama dan dunia, perhatikan lima hal berikut ini:
1. Akal.Tidak ada untungnya bergaul dengan orang bodoh karena bisa berakhir
kepada
mudarat kepadamu serta ingin memanfaatkanmu. Musuh yang pandai lebih baik daripada
akhlaknya.
Yaitu, orang yang tak bisa menahan diri ketika muncul amarah dan syahwat. Alqarnah
al-
telah
mengungkapkan hal itu, “Wahai anakku, jika engkau ingin bergaul dengan manusia,
bergaullah dengan orang yang jika kau layani dia menjagarnu, jika kau temani dia
membaguskanmu. Bersahabatlah dengan orang yang jika engkau ulurkan tanganmu untuk
sesuatu ia membantu dan menolongmu, serta jika kalian berselisih dalam sebuah persoalan
3. Baik Dan Saleh. Jangan engkau bersahabat dengan orang fasik yang selalu berbuat
maksiat besar. Karena, orang yang takut kepada Allah tak akan terus berbuat maksiat besar.
Engkau tak akan aman dari bencana yang ditimbulkan oleh orang yang berbuat maksiat
besar itu. Ia akan selalu berubah-rubah sikap sesuai dengan kondisi dan kepentingan. Allah
Swt. berfirman, “Jangan engkau ikuti orang yang Kami lalaikan hatinya dari berzikir kepada
Kami dan mengikuti hawa nafsunya. Orang itu telah betul-betul melampaui batas” (Q.S.
al-Kahfi:
28). Hindarilah bergaul dengan orang fasik. Sebab, selalu menyaksikan kefasikan dan
maksiat akan membuatmu toleran dan meremehkan maksiat. Karena itu, hatimu akan
memandang remeh masalah gibah. Seandainya mereka melihat cincin emas atau pakaian
sutera yang dipergunakan seorang fakih, mereka akan sangat mengingkarinya. Padahal,
4. Tidak Tamak terhadap Dunia. Bergaul dengan orang yang tamak terhadap
dunia
menjadi hukum alam. Sebuah tabiat bisa mencuri tabiat lainnya tanpa disadari. Dengan
demikian, berteman dengan orang tamak bisa membuatmu lebih tamak, sebaliknya
olehnya. Ia seperti fatamorgana. Ia membuat dekat yang jauh darimu dan membuat jauh
Bisa jadi kelima hal ini tidak kau dapati pada orang-orang yang berada di sekolah atau
di
mesjid. Dengan demikian, engkau harus memilih salah satu, entah mengasingkan diri
karena hal itu akan membuatmu selamat, atau engkau bergaul dengan mereka sesuai dengan
karakter mereka. Hendaknya engkau mengetahui bahwa saudara itu ada tiga macam:(1)
Saudara untuk akhiratmu. Dalam hal ini engkau harus melihat pada agamanya. (2) Saudara
untuk duniamu. Dalam hal ini, engkau harus memperhatikan akhlaknya. (3) Saudara untuk
bersenang-senang Dalam hal ini engkau harus selamat dari kejahatan, fitnah, dan
keburukannya.
Manusia itu ada tiga jenis: ada yang seperti makanan dimana memang selalu diperlukan, ada
yang seperti obat di mana hanya sewaktu-waktu saja diperlukan dan ada pula yang seperti
penyakit di mana sama sekali tak diperlukan, tapi seorang hamba kadangkala diuji
de- ngannya. Jenis yang ketiga inilah yang tidak menyenangkan dan tidak pula
memberikan manfaat Maka, engkau harus berpaling darinya agar selamat. Ketika
menyaksikan tingkah lakunya kalau paham engkau akan mendapatkan manfaat yang besar.
Yaitu, dengan menyaksikan kondisi dan perbuatannya yang buruk, engkau akan membenci
dan menghindar darinya. Orang yang bahagia adalah yang bisa mengambil pelajaran dari
orang lain. Seorang mukmin merupakan cermin bagi mukmin yang lain. Nabi Isa a.s. pernah
ditanya, “Siapa yang telah mengajarkan adab padamu?” Nabi Isa a.s. menjawab, “Tak ada
yang mengajariku. Tapi aku melihat kejahilan orang bodoh, maka aku pun menghindarinya.”
Benar sekali yang beliau katakan. Seandainya manusia meninggalkan apa yang mereka
benci dari orang lain, adab mereka akan menjadi sempurna dan tak perlu lagi kepada para
Tugas kedua,
Memperhatikan hak-hak persahabatan. Manakala telah terjalin persekutuan, telah terbina hu-
bungan antara engkau dengan temanmu itu, maka engkau harus memperhatikan hak-hak dan
adalah seperti dua tangan, yang satu membersihkan yang lain.” Nabi Saw. pernah masuk ke
dalam semak belukar lalu memetik dua ranting siwak, yang satu bengkok dan yang satu lagi
lurus. Waktu itu beliau bersama para sahabatnya. Lalu beliau memberikan yang lurus
sedangkan yang bengkok beliau simpan untuk dirinya sendiri, lantas mereka bertanya,
“Wahai Rasulullah engkau yang lebih berhak atas ranting yang lurus ini daripadaku.” Nabi
siang, melainkan ia ditanya, „Apakah ia telah menunaikan hak Allah Swt. dalam
persahabatannya itu atau justru ia melalaikannya.‟ Nabi Saw. juga berkata, “Tidaklah dua
orang bersahabat, melainkan yang paling dicintai Allah Swt. adalah yang paling mengasihi
temannya.”
Adab dalam bergaul atau bersahabat adalah mengutamakan teman dalam hal harta. Jika
tidak,
maka dengan mengeluarkan kelebihan harta ketika dibutuhkan,atau membantu dengan jiwa
saat diperlukan secara langsung tanpa diminta, menyimpan rahasia, menyembunyikan aib,
penuh perhatian terhadap apa yang dibicarakannya, memanggil dengan nama yang
menasihatinya dengan lemah lembut dan jelas jika memang diperlukan, memaafkan ketika
ia salah dan tidak malah mencaci, mendoakannya di saat berkhalwat dengan Allah, baik
ketika masih hidup maupun ketika sudah meninggal, tetap setia kepada keluarga dan
kerabatnya manakala ia sudah meninggal dunia, ikut meringankannya dan bukan justru
bersedih atas hal buruk yang menimpanya, menyembunyikan di dalam hati apa yang
ketika berdiri, serta diam ketika ia berbicara sampai selesai dengan tidak
sebagaimana ia senang kalau diperlakukan demikian. Siapa yang tak mencintai saudaranya
sebagaima ia mencintai dirinya sendiri, berarti ia telah dihiasi nifak (sifat munafik). Ini
merupakan bencana baginya di dunia dan di akhirat. Itulah adab-adab yang harus kau
perhatikan berkenaan dengan hak orang awam yang bodoh dan hak para sahabat.
kecuali dari orang yang telah kau kenal. Adapun seorang teman, maka ia adalah orang yang
bisa membantumu, sedangkan seorang awam tak akan berpengaruh bagimu. Sesungguhnya
keburukan itu semuanya berasal dari para kenalan yang menampakkan persahabatan lewat
lidah mereka. Oleh karena itu, usahakan untuk mengabaikan mereka. Apabila engkau
terpaksa berhadapan dengan mereka di sekolah, di mesjid, di pasar, atau di sebuah negeri,
engkau tak boleh menghinakan mereka. Sebab, engkau tak mengetahui bisa jadi ia lebih ba
ik darimu.
Jangan pula engkau mengagungkan dunia yang mereka miliki karena engkau bisa
binasa.
Sebab, dunia dan isinya dalam pandangan Allah Swt. sangat kecil. Betapapun
hebatnya penduduk dunia menurutmu, ia tetap jatuh di mata Allah Swt. Engkau tak boleh
mengor- bankan agamamu guna mendapat dunia mereka. Orang yang melakukan hal itu
pasti menjadi rendah di mata mereka, dan untuk selanjutnya tak akan diberi. Apabila mereka
memusuhimu, jangan kau lawan dengan permusuhan pula karena engkau tak mungkin
bisa sabar menghadapi perlawanan mereka karena agamamu dapat menjadi pudar karenanya
Jangan merasa senang dengan penghormatan, sanjungan, dan kecintaan yang mereka
berikan.
Karena, sebenarnya satu persen pun hal itu tak ada dalam hati mereka. Jangan engkau kaget
dan marah kalau mereka mencelamu ketika engkau tidak ada, karena jika engkau jujur, hal
itu juga engkau lakukan bahkan terhadap sahabat, kerabat, guru, dan kedua orang tuamu.
Engkau juga menyebut-nyebut di belakang mereka apa yang tak kau ucapkan di hadapan
mereka. Jangan engkau bersikap tamak terhadap harta, kedudukan, dan bantuan mereka.
Karena, orang yang tamak akan gagal pada hari kemudian. Sikap tamak tersebut betul-betul
hina. Jika engkau meminta kebutuhanmu pada seseorang, lalu ia memenuhinya, maka
berterima kasihlah pada Allah dan padanya. Tapi manakala orang itu tak bisa membantumu,
jangan engkau mencela dan mengeluhkannya karena hal itu bisa menimbulkan sikap
permusuhan. Jadilah seorang mukmin yang selalu pemaaf. Jangan menjadi seorang rnunafik
yang hanya mencari salah. Katakanlah, “Dia memang tak bisa memberi karena alasan
melihat tanda-tanda ia akan menerimanya. Jika tidak, ia tak akan mendengar dan hanya akan
menjadi musuhmu. Jika mereka berbuat salah dalam satu persoalan dan mereka tetap tak
mau belajar, maka jangan engkau mau mengajari mereka. Sebab mereka hanya akan
memanfaatkan ilmumu dan akan menjadi musuhmu. Kecuali jika sikap mereka itu terkait
dengan maksiat yang mereka lakukan, maka ingatkan mereka pada kebenaran secara lemah
lembut dan tidak kasar. Jika engkau lihat sikap mereka baik, bersyukurlah kepada Allah
yang telah menjadikanmu dicintai oleh mereka. Tapi kalau mereka bersikap buruk, maka
serahkan diri
mereka kepadaAllah Swt. Dan berlindunglah engkau pada Allah Swt. dari keburukan
mereka itu. Jangan engkau mencerca mereka. Begitu pula, jangan engkau berkata pada
mereka, “Mengapa engkautak menghormatiku? Aku adalah Fulan bin Fulan. Aku seorang
yang mulia dalam segi ilmu.” Itu adalah ucapan seorang yang dungu. Orang yang paling
dungu adalah orang yang menganggap dirinya bersih lalu menyanjung diri sendiri.
Ketahuilah bahwa Allah Swt. membuat mereka bisa menguasaimu akibat dosamu
sebelumnya. Oleh karena itu, istigfarlah terhadap dosamu itu dan sadarlah bahwa hal
itu merupakan hukuman Allah atasmu. Perhatikan hak-hak mereka, abaikan perbuatan
batil mereka, ungkapkan kebaikan mereka, serta diamkan keburukan mereka. Janganlah
engkau bergaul dengan Para fakih, terutama mereka yang sibuk dengan perselisihan dan
mata mereka menguntitmu dari belakang, mereka terus mengingat kesalahanmu saat
bergaul dengan mereka sehingga hal itu bisa menjadi senjata untuk menghadapimu ketika
mereka marah dan berdebat kusir. Mereka tak akan memaafkan dan mengampuni
kesalahanmu itu, serta tidak pula menutupi aibmu. Me- reka selalu membuat perhitungan
denganmu, dengki baik pada yang sedikit maupun yang banyak, serta terus menghasungmu
untuk mencela dan membenci teman dan saudara. Jika senang, mereka akan bertutur kata
manis. Sebaliknya, jika marah dalam hati mereka terpendam murka. Dari luar yang tampak
pakaiannya, sementara dari dalam mereka layaknya serigala. Inilah yang terjadi pada
sebagian besar mereka, kecuali orang-orang yang dilindungi Allah Swt. Bergaul dengan
mereka hanya membawa kerugian dan berteman dengan mereka hanya membawa
penyesalan.
dengan mereka yang jelas-jelas memusuhimu? Al-Qadhi Ibn Ma‟ruf rahimahullah Ta‟ala.
Berusahalah engkau menjadi seperti yang dikatakan oleh Hilal bin al-Ala‟ ar-Raqi:
Demikian pula hendaklah engkau seperti yang disebutkan oleh Para ahli hikmat: Hadapilah
teman yang dan musuhmu dengan wajah rida, tidak bersikap hina, dan tidak pula takut
pada
mereka. Sebaliknya engkau harus berwibawa, tapi tidak sombong dan harus bersikap
tawadu. Jadi, pada semua persoalan, engkau harus bersikap pertengahan. Sebab, semua yang
Jangan engkau melihat ke arah samping, jangan banyak menoleh ke belakang, serta
jangan
tidak tergesa-gesa. Hindarilah memasukkan jari-jarimu ke dalam jari-jari yang lain, memai-
nkan janggut atau memainkan cincinmu, membersihkan gigi, memasukkan jari ke hidung,
banyak meludah, mengusir lalat dari wajah, serta hilir-mudik di depan orang-orang dan di
dalam salat.
Duduklah dengan tenang. Aturlah bicaramu dan dengarkan ucapan yang baik yang
datang
dari orang lain dengan tidak keterlaluan dalam menunjukkan kekaguman. Jangan
memintanya untuk mengulang. Berpalinglah dari pembicaraan yang membuat tawa dan yang
berupa kisah. Jangan engkau beritakan kekagumanmu tentang anakmu. Juga, jangan
kau sampaikan syair, pembicaraan, tulisan, serta semua yang khusus untukmu. Jangan
berhias seperti wanita. Jangan merendahkan diri seperti seorang budak. Jangan terlalu
banyak bercelak dan dipoles. Jangan memaksa ketika butuh dan jangan menghasung orang
keluargamu,
kepada anakmu, apalagi kepada orang lain. Karena, jika mereka melihatnya sedikit, engkau
akan hina di mata mereka dan jika banyak, mereka tak akan senang kepadamu. Hin
dari mereka tapi tidak dengan sikap keras. Lembutlah pada mereka tapi tidak dengan sikap
lemah. Jangan engkau candai ibumu atau budakmu, karena dengan demikian harga dirimu
bisa jatuh. Apabila engkau berselisih maka tetap jaga wibawa dan kehormatan. Jangan
sampai engkau berbuat jahil dan tergesa-gesa. Berpikirlah terlebih dahulu sebelum
mengeluarkan argumen. Jangan banyak menunjuk dengan tangan. Jangan banyak menoleh
Apabila marahmu telah mereda, baru berbicara. Jika sultan atau penguasa mendekatimu,
engkau harus betul-betul waspada terhadapnya. Hindarilah teman yang ada maunya, karena
ia musuh yang paling utama. Dan jangan sampai engkau lebih memuliakan harta ketimbang
kehormatanmu.
Penjelasan ini cukup bagimu sebagai permulaan dari sebuah hidayah. Cobalah dirimu untuk
mengaplikasikannya. Jadi ada tiga bagian: melakukan amal ketaatan, meninggalkan maksiat,
dan bergaul dengan sesama. Itu semua sudah mencakup hubungan antara seorang hamba
dan Khalik serta makhluk-Nya. Jika engkau merasa hal itu sesuai dengan dirimu,
kemudian engkau condong serta ingin melakukannya, berarti Allah telah memercikkan
Sadarilah bahwa permulaan ini mempunyai akhir dan di baliknya ada berbagai
rahasia, pengetahuan, dan hal-hal yang tersingkap. Semua itu telah kami jelaskan dalam
Kitab Ihya‟ Ulumiddin. Karena itu berusahalah untuk mempelajarinya. Namun, jika engkau
merasa berat dalam melakukan berbagai pelajaran di atas, lalu mengingkarinya dan engkau
berkata pada dirimu sendiri, “Apa gunanya ilmu tersebut dalam forum para ulama?
Kapankah pengetahuan tersebut bisa membuatmu mengalahkan para rekan dan rival?
menyebabkanmu memperoleh harta serta jabatan ahli wakaf dan hakim?” Maka sadarlah
bahwa setan telah menjerumuskanmu dan telah membuat mu lupa terhadap tempat
kembalimu. Maka itu carilah setan lain yang sejenis denganmu guna mengajarkan apa
berada di tempatmu tidak betul-betul murni menjadi milikmu apalagi yang berada di
desa.atau di negerimu. Selain itu, engkau juga tak kan mendapat kekayaan abadi dan nikmat
Mahapertama, Yang Maha Terakhir, Yang Mahatampak dan Yang Maha Tersembunyi. Tak
ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung.
Salawat dan salam atas Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabat beliau semua.
PPa Semutan.
Muharrom 1436
H.
Oktober 2014
M.