Artikel Wendhi Best Practice Implementasi PBL Dalam Pembelajaran Abad 21
Artikel Wendhi Best Practice Implementasi PBL Dalam Pembelajaran Abad 21
Oleh :
Wendhie Prayitno S.Kom, MT
Widyaiswara LPMP D.I.Yogyakarta
email : wendhies@yahoo.com
ABSTRAK
Perkembangan kurikulum di sekolah saat ini dituntut untuk melakukan perubahan dalam
menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning)
menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning).
Hal ini disesuaikan dengan tuntutan pembelajaran yang akan mempengaruhi perkembangan
anak di masa depan, dimana anak harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking
and learning skils). Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan berpikir
kritis (critical thinking), memecahkan masalah (problem solving), kolaborasi, dan kecakapan
berkomunikasi. Kecakapan-kecakapan itu yg sering dikatakan sebagai Kecakapan Abad 21
yang harus dimiliki oleh siswa. Siswa dapat memiliki kecakapan-kecakapan itu apabila guru
mampu mengembangkan pembelajaran dengan aktivitas kegiatan-kegiatan yang
menantang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah.
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah Asessment atau Penilaian. Asessment dapat
diberikan diantara siswa sebagai feedback, oleh guru dengan rubrik penilaian yang telah
disiapkan oleh guru atau berdasarkan kinerja serta produk yang mereka hasilkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut di atas, pendekatan pembelajaran yang cukup menantang bagi
guru adalah pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning atau PBL).
Pembelajaran abad ke-21 yang berpusat pada siswa berbeda dengan pembelajaran
tradisional yang berpusat pada guru, dalam arti bahwa keduanya memiliki pendekatan yang
berbeda terhadap isi, pembelajaran, lingkungan ruang kelas, penilaian, dan teknologi. Hal ini
yang menjadikan hal yang harus dimiliki oleh siswa sebagai peserta didik yang tergabung
dalam empat cara yaitu :
Way of thinking, cara berfikir yaitu beberapa kemampuan berfikir yang harus dikuasai
peserta didik untuk menghadapi dunia abad 21. Kemampuan berfikir tersebut diantaranya:
kreatif, berfikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pembelajar.
Ways of working. kemampuan bagaimana mereka harus bekerja dengan dunia yang global
dan dunia digital. Beberapa kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
adalah communication and collaboration. Generasi abad 21 harus mampu berkomunikasi
dengan baik, dengan menggunakan berbagai metode dan strategi komunikasi. Disamping itu
mereka juga harus mampu berkolaborasi dan bekerja sama dengan individu maupun
komunitas dan jaringan. Jaringan komunikasi dan kerjasama ini memanfaatkan berbagai
cara, metode dan strategi berbasis ICT. Bagaimana seseorang harus mampu bekerja secara
bersama dengan kemampuan yang berbeda-beda.
Tools for working. Seseorang harus memiliki dan menguasai alat untuk bekerja. Penguasaan
terhadap Information and communications technology (ICT) and information literacy
merupakan sebuah keharusan. Tanpa ICT dan sumber informasi yang berbasis segala sumber
akan sulit seseorang mengembangkan pekerjaannya.
Skills for living in the world. kemampuan untuk menjalani kehidupan di abad 21, yaitu:
Citizenship, life and career, and personal and social responsibility. Bagaimana peserta didik
harus hidup sebagai warga negara, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan
sosial.
Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki itu yang terintegrasi dalam satu kecakapan
yaitu kecakapan abad 21. Secara umum, kecakapan abad 21 meliputi :
II. PEMBAHASAN
A. Project Based Learning (PBL)
Project Based Learning (PBL) merupakan satu dari banyak model pembelajaran yang
sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju dan banyak diimplementasikan di
banyak lembaga-lembaga guruan baik lembaga guruan formal maupun non formal.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia, Project Based Learning bermakna sebagai
pembelajaran berbasis proyek. Definisi secara lebih komperehensif tentang Project Based
Learning menurut The George Lucas Educational Foundation (2005) adalah sebagai
berikut :
a. Project-based learning is curriculum fueled and standards based. Project Based Learning
merupakan pendekatan pembelajaran yang menghendaki adanya standar isi dalam
kurikulumnya. Melalui Project Based Learning, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa
dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi)
dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung siswa dapat
melihat berbagai elemen mayor sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah displin yang
sedang dikajinya (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
b. Project-based learning asks a question or poses a problem that each student can
answer. Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menuntut guru dan
atau siswa mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat
bahwa masingmasing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Project Based
Learning memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggali konten (materi)
dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap siswa pada akhirnya
mampu menjawab pertanyaan penuntun (The George Lucas Educational Foundation:
2005).
c. Project-based learning asks students to investigate issues and topics addressing real-
world problems while integrating subjects across the curriculum. Project Based Leraning
merupakan pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa membuat “jembatan”
yang menghubungkan antar berbagai subjek materi. Melalui jalan ini, siswa dapat
melihat pengetahuan secara holistik. Lebih daripada itu, Project Based Learning
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan
berharga bagi atensi dan usaha siswa (The George Lucas Educational Foundation:
2005).
Pada pendekatan Project Based Learning, guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa
untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penuntun. Sedangkan pada kelas
”konvensional” guru dianggap sebagai seseorang yang paling menguasai materi dan
karenanya semua informasi diberikan secara langsung kepada siswa. Pada kelas Project
Based Learning, siswa dibiasakan bekerja secara kolaboratif, penilaian dilakukan secara
autentik, dan sumber belajar bisa sangat berkembang. Hal ini berbeda dengan kelas
”konvensional” yang terbiasa dengan situasi kelas individual, penilaian lebih dominan
pada aspek hasil daripada proses, dan sumber belajar cenderung stagnan.
c. Create a Schedule
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain :
Di sekitar sekolah terdapat banyak peternak sapi yang kandangnya dekat dengan sekolah,
kendaraan bermotor, debu pada musim kemarau, dan limbah rumah tangga. Hal ini
tentunya berpengaruh terhadap kesehatan pernafasan warga sekolah, terutama para
siswa. Sehubungan dengan hal itu, maka siswa kelas V diberi tugas untuk melakukan
pengamatan, diskusi, wawancara tentang alat pernafasan dan gangguan pernafasan, serta
langkah-langkah untuk mengantisipasi gangguan alat pernafasan, selanjutnya siswa
mampu mempresentasikan hasil proyeknya di depan Bapak / Ibu guru serta semua murid
SD Jetis II, dan mampu mempublikasikan melalui majalah dinding, serta
merekomendasikan ke pemerintah setempat.
Identitas Sekolah
Nama Awal dan
KKG GUGUS II SAPTOSARI (GUGUS NGLORO)
Akhir
Daerah Sekolah SAPTOSARI
Nama Sekolah SD N JETIS II
Kota Sekolah,
GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
provinsi
Tinjauan Unit
Judul Unit :
Lingkunganku Kotor, Paru-paruku Bocor
Ringkasan Unit
Di sekitar sekolah terdapat banyak peternak sapi yang kandangnya
dekat dengan sekolah, kendaraan bermotor, debu pada musim kemarau,
dan limbah rumah tangga. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap
kesehatan pernafasan warga sekolah, terutama para siswa. Sehubungan
dengan hal itu, maka siswa kelas V diberi tugas untuk melakukan
pengamatan, diskusi, wawancara tentang alat pernafasan dan gangguan
pernafasan, serta langkah-langkah untuk mengantisipasi gangguan alat
pernafasan, selanjutnya siswa mampu mempresentasikan hasil
proyeknya di depan Bapak / Ibu guru serta semua murid SD Jetis II, dan
mampu mempublikasikan melalui majalah dinding, serta
merekomendasikan ke pemerintah setempat.
Mata Pelajaran
IPA
Kelas
V
Perkiraan Waktu Yang Dibutuhkan
4 X pertemuan ( 1 bulan ) : 2 X di kelas, 2 X di luar kelas.
Dasar Unit
Standard dan Tolok Ukur Isi Yang Ditargetkan
1.1 Mengidentifikasi fungsi organ pernafasan manusiaa
Indikator :
1. Mengidentifikasi alat pernafasan pada manusia.
2. Menjelaskan penyebab terjadinya gangguan pada alat
pernafasan manusia.
3. Membiasakan diri memelihara kesehatan alat pernafasan.
Rencana Penilaian
Waktu Penilaian
Ringkasan Penilaian
Penilian yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi :
1. Penilaian awal
Digunakan sebagai alat untuk mengecek kesiapan dalam mengikuti
proses kegiatan penelitian
2. Penilaian sementara
Digunakan untuk mengamati tentang kerja sama, komunikasi
kelompok dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok
secara pribadi maupun secara bersama-sama (dengan alat bantu
penilaian berupa daftar pertanyaan)
3. Penilaian akhir
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu
menghasilkan produk yang akan disampaikan melalui mading.
Rincian unit
Prasyarat Kecakapan (kemampuan Prasyarat)
Dalam pembagian kelompok, guru mempertimbangkan kemampuan siswa
dalam hal menulis, berkomunikasi, menganalisa data dan menggunakan
teknologi.
Prosedur Pengajaran (prosedur instruksi)
Siswa ditugaskan :
Pertemuan pertama (pagi hari) 2X35 menit
1. Penjelasan proyek, pembagian kelompok dan penyusunan jadwal
kegiatan dengan bimbingan guru.
2. Penjelasan materi melalui LCD.
3. Mengidentifikasi hal-hal yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit pada organ pernafasan yaitu polusi udara yang disebabkan
oleh bau kotoran ternak, bau limbah keluarga, asap kendaraan
bermotor, asap pembakaran sampah dan debu pada musim
kemarau.
Pertemuan kedua (sore hari) 2X35 menit
1. Melakukan pengamatan ke kandang ternak, jalan raya, limbah
keluarga untuk mengetahui penyebab polusi udara yang dapat
menimbulkan penyakit pernafasan. Setiap kelompok melakukan
penelitian atau pengujian.
2. Membandingkan perbedaan bernafas pada udara yang tercemar
(kotor) dan udara yang sejuk (bersih)
3. Siswa melakukan wawancara dengan petugas Puskesmas dan Ketua
RT tentang kesehatan lingkungan kaitannya dengan penyakit alat
pernafasan manusia.
4. Siswa melakukan diskusi dari hasil pengamatan dan wawancara.
Sumberdaya -
Internet
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
i. Alim Bahri (2009). Sistem Pembelajaran Abad 21 dengan Project Based Learning (PBL).
Diambil pada tanggal 5 Januari 2009 dari
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Sistem%20
Pembelajaran%20Abad%2021%20dengan%20%3CQ%3EProject%20Based%20Learning%
20(PBL)%3C/Q%3E&&nomorurut_artikel=252
ii. Anonim (2010), Laporan Pelaksanaan Implementasi Essential Course (EC) tahun 2010,
LPMP D.I.Yogyakarta.
iii. Neumont University.(2006).Project Based Learning. Diambil pada tanggal 10 Juli 2007
dari http://www.neumont.edu/future-students/bachelor-project-basedlearning.html
iv. Teach, Intel (2007), “Modul Pelatihan Intel Teach – Getting Started”, Intel Education
v. Teach, Intel (2008), “Modul Pelatihan Intel Teach – Essentials Course”, Intel Education
vi. The George Lucas Educational Foundation .(2005).Instructional Module Project Based
Learning. Diambil pada tanggal 10 Juli 2007 dari
http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php