Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn. A.N


DENGAN KURANGNYA PENGETAHUAN TENTANG PHBS DAN
ALAT KONTRASEPSI DI DESA OEMATNUNU RT 05
KABUPATEN KUPANG BARAT
TANGGAL 11 FEBRUARI - 07 MARET 2020

OLEH

THERESIA SUHARTINA RESING


172111033

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


UIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY K.S DENGAN MINIMNYA


PENGETAHUAN TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI DESA
OEMATNUNU RT 05-06 KABUPATEN KUPANG BARAT
TANGGAL 11 FEBRUARI - 07 MARET 2020

Laporan Individu Program Pendidikan Kebidanan Komunitas


Telah Memenuhi Persyaratan dan Disahkan
Pada tanggal………………………

Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Rosina K.K Hurek S.Tr.Keb.M.KM Arman R. Lette S.KM,M.PH

Penanggung Jawab PKL TA. 2019/2020

Siti Nur A. J. Ahmad, S.Tr.Keb., M.H.Kes


LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY K.S DENGAN MINIMNYA


PENGETAHUAN TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI DESA
OEMATNUNU RT 05-06 KABUPATEN KUPANG BARAT
TANGGAL 11 FEBRUARI - 07 MARET 2020

Laporan Individu Program Pendidikan Kebidanan Komunitas


Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Rosina K.K Hurek S.Tr.Keb.M.KM Arman R. Lette S.KM,M.PH

Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Universitas Citra Bangsa Kupang

MERI FLORA ERNESTIN, SST. M. Kes


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
oleh rahmat dan karuniaNya laporan ini dapat disusun. Penulisan laporan komunitas
ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas di Universitas Citra Bangsa Kupang. Laporan
ini berisi tentang asuhan yang dilakukan dalam sebuah keluarga yang telah dipilih
oleh penulis sebagai keluarga asuhan penulis selama penulis melakukan Praktek
Kerja Lapangan di Desa Oematnunu RT 05-06 RW 03 Dusun III Oeli’i Kecamatan
Kupang Barat Kabupaten Kupang.

Langkah awal Penulis melakukan pendataan di rumah keluarga kemudian


melibatkan keluarga untuk melihat apa masalah yang ada dalam keluarga tersebut.
Setelah mendapatkan masalah.Penulis kemudian bersama–sama dengan keluarga
membahas bagaimana cara mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang
terdapat dalam keluarga tersebut. Setelah mendapat pemecahan masalah,Penulis
kemudian melibatkan keluarga lagi untuk sama–sama melakukan pelaksanaan yang
diberikan pada keluarga yang belum menggunakan KB selama penulis melakukan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Oematnunu RT 05-06 RW 03 Dusun III
Oeli’i Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang.

Pembuatan ASKEB Komunitas ini, Penulis tidak berjalan sendiri tetapi dengan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Rosina K.K Hurek S.Tr.Keb.M.KM selaku pembimbing I praktek kerja
lapangan dan Arman R. Lette S.KM,M.PH selaku pembimbing II praktek kerja
lapangan yang telah bersedia membimbing dan mendampingi mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan kerja lapangan dan mengerjakan laporan serta Askeb
Komunitas.
Tidak lupa Penulis ingin berterimakasih juga kepada :

1. Rektor universitas Citra Bangsa Dr.Jeffrey Jap.,drg.M,Kes yang telah


mengijinkan mahasiswa untuk melaksanakan perktek kerja lapangan dalam
menerapkan asuhan kebidanan komunitas.
2. Ketua program studi DIII Kebidanan universitas citra bangsa ibu Meri Flora
Ernestin,SST.M.Keb yang telah memperkenankan mahasiswa menjalankan
praktek lapangan (PKL).
3. Camat oematnunu yang telah memberikan kesempatan kepada mahasiswa
menjalani praktek kerja lapangan (PKL) di wilayah kecamatan oematnunu.
4. Bapak Agustins Tabun selaku Kepala Desa oematnunu yang telah
memperkenankan mahasiswa melaksanakan kegiatan PKL di Oematnunu.
5. Kepala Dusun III Oeli’i bapak Yokfen Absalon Bamae yang telah berkenan
menyiapkan dusun III sebagai dusun binaan dalam menjalankan proses praktek
kerja lapangan.
6. Ketua RT 05 dan o6 oematnunu beserta staf yang telah bersedia menyiapkan
desa oematnunu sebagai tempat praktek kerja lapangan (PKL)mahasiswa
kebidanan universitas citra bangsa.
7. Seluruh masyarakat di desa oematnunu terlebih khusus dusun III oeli’i yang
telah bersedia membantu mahasiswa universitas citra bangsa menemukan
permasalahan kesehatan di desa oematnunu.
8. Orang tua, sahabat FS, serta saudara dan saudari yang telah mambantu
memfasilitas mahasiswa selama menjalankan praktek kerja lapangan.
Demikian laporan ini dibuat sebagai bentuk pertanggung jawaban dan hasil
evaluasi terakhir dari berbagai rangkaian kegiatan PKL.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran darii
pembaca demi menyempurnakan laporan ini.Atas perhatian dan tanggapan yang
baik dari pembaca,penulis mengucapkan terima kasih.

Kupang, Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik tempat seorang
tinggal beserta aspek-aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah
komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan
atau keyakinan, baik tentang arti keluarga, konsep sehat, maupun konsep
sakit.masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh
suatu derajat hubungan sosial tertentu Kebidanan komunitas merupakan serangkaian
keterampilan dan pengetahuan dalam memberikan pelayanan kebidanan (secara
profesional) pada ibu dan anak yang berada dalam masyarakat di wilayah tertentu.
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep
utama dalam pelayanan kebidanan yaitu: manusia, masyarakat/ lingkungan, kesehatan
dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan
paradigma sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup
masyarakat (Meilani, Niken 2009).
bekerja di desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat dari tugasnya berfungsi
sebagai bidan komunitas. (Syahlan, 1996 )
Pelayanan ini mencakup upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan
peningkatan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan, serta menjamin terjangkaunya
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.Mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
mengajarkan agar mampu melaksanakan praktik kebidanan secara komprehensif
dengan memperhatikan budaya setempat yang dikemas dalam tatanan di komunitas,
serta mampu membentuk jejaring dan menerapkansikap profesional bidan. (Rika
yudika 2011).
Keluarga Berencana (KB) merupakan metode untuk menurunkan angka
pertambahan penduduk Indonesia.keluarga berencana menurut UU No. 10 Tahun
1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP) dengan kematangan reproduksi pada
perempuana usia 20 tahun keatas dan laki – laki umur 25 tahun keatas, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera. Salah satu permasalahan kebidanan komunitas adalah tentang
PUS yang masih sedikit menggunakan KB.
Menurut Manuba (2007) Peserta KB aktif terbagi menjadi dua yakni peserta
KB dengan metode kontrasepsi efektif terpilih (MKET) dengan jenis Alat
Kontrasepsi dalam rahim (AKDR), MOP/MPW, implant dan yang kedua yakni
peserta KB non metode kontrasepsi efektif terpilih yang jenisnya suntik, pil, obat
vagina, kondom, dan yang lainnya. pemerintah Indonesia menyelenggarakan program
Keluarga Berencana atau KB melalui pengaturan kelahiran. pemakaian KB di
indonesia sebanyak 23.361.18936 orang. Angka pemakaian KB di kabupaten
kupang barat 75% dan kebanyakan nya lebih menggunakan KB suntik dan implan.
Dari hasil pengkajian yang di lakukan di desa Oeli’i RT 05/RW 03 pada
keluarga Tn.A.N dan Ny.K.S sebagai keluarga binaan untuk melakukan asuhan
kebidanan komunitas pada Ny.K.S dengan kurangnya pengetahuan tentang KB.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah pada latar belakang tersebut maka penulis merumuskan
masalah yaitu:
Faktor apa saja yang mempengaruhi masalah kesehatan pada keluarga Tn.A.N.
dan Bagaimana asuhan kebidanan komunitas pada Ny.K.S. tentang kurangnya
pengetahuan terhadap KB ?.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan komunitas pada
keluarga Tn.A.N dengan menggunakan manajemen kebidanan dan SOAP.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian masalah kesehatan pada
keluarga Tn.A.N. di RT 05/RW 03 Oeli’i Kupang Barat.
2. Mahasiswa mampu menganlisa masalah dan diagnosa pada keluarga
Tn.A.N di RT 05/RW 03 Oeli’i Kupang Barat.
3. Mahasiswa mamp melakukan antisipasi masalah potensial pada keluarga
Tn.A.N di RT 05/RW 03 Oeli’i Kupang Barat.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan segera pada keluarga Tn.A.N di
RT 05/RW 03 Oeli’i Kupang Barat.
5. Mahasiswa mampu menyusun rencana untuk mengatasi masalah yang ada
di keluarga Tn.A.N di RT 05/RW 03 Oeli’i Kupang Barat.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana atau solusi yang telah dibuat
pada keluarga Tn.A.N di RT 05/RW 03 Oeli’i Kupang Barat.
7. Mahasiswa mampu melakkan evaluasi pada keluarga Tn.A.N di RT 05/RW
03 Oeli’i Kupang Barat.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi keluarga
Keluarga mampu mengenali masalah,mampu mengidentifikasi dan mampu
menyelesaiakan masalah kesehatan yang di alami.
1.4.2 Bagi mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan
kebidanan komunitas dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.4.3 Bagi institusi kesehatan
Dapat memberikan gambaran tentang kejadian kurangnya pengetahuan
tentang KB dan  Sebagai referensi dan perbandingan dalam mengembangkan
proses pembelajaran dikampus dengan hasil yang memuaskan dan berguna di
masa yang akan datang sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Dasar Asuhan Kebidanan Komunitas


2.1.1 Pengertian
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu.
Kebidanan berasal dari kata “bidan”. Kebidanan (midwifery) adalah mencakup
pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan pelayanan untuk menyelamatkan ibu
dan bayi. Kebidanan merupakan profesi tertua didunia sejak adanya peradaban
umat manusia (Ambarwati, dkk.2009).
Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi atau
daerah atau area tertentu. Bidan komunitas(community midwifery) adalah bidan
yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan
komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap
masalah kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga dan masyarakat
manusia. (Ambarwati, dkk.2009).
a. Pengertian Bidan
Menurut Kepmenkes No. 369/Mentri/SK/III/2007 : Kebidan adalah
satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan
kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan
pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopaus dan BBL dan Balita,
fungsi-fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan atau dukungan
pada perempuan, keluarga, dan komunitasnya.
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan
kebidanan yang diakui oleh negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut,
serta memenuhi kualifikasi untuk di daftar (register) atau memiliki ijin yang
sah (lisensi) umtuk melakukan praktik kebidanan (Estiwidani, dkk, 2008).
b. Kebidanan Komunitas
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani
keluarga dan masyarakat diwilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah
bidan yang melayani keluarga dan masyarakat diluar rumah sakit. Dalam
konsep tersebut tercakup sebagai unsur. Unsur–unsur tersebut adalah bidan
sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan komunitas sebagai
sasaran pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan serta faktor yang
mempengaruhi seperti lingkungan (WHO,1993 ).
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian
tertentu. Kebidanan (Midwifery) adalah mencakup pengetahuan yang
dimiliki dan kegiatan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Kebidanan merupakan profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat
manusia (Ambarwati, dkk. 2009).
Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi atau
daerah atau area tertentu.Bidan komunitas (Community Midwifery) adalah
bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.
Kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan
terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga dan
masyarakat manusia (Ambarwati, dkk. 2009).
Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran
titik tekan pelayanan kesehatan terutama kebidanan dari yang terorientasi
target pencapaiaan menjadi terorientasi pencegaan mutu pelayanan.
Pendekatan semacam ini harus mengharuskan pihak pengelola program
untuk mengkoordinasi semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah
sakit, puskesmas, klinik swasta, atau yang berbasis pada masyarakat seperti
posyandu, polindes, bidan desa, petugas penyalur kontrasepsi (CBD) dan
lainnya (Muzakki, 2009).
Konsep kebidanan komunitas terdiri dari beberapa komponen yang
membentuk suatu konsep kebidanan komunitas. Unsur-unsur yang tercakup
dalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran
pelayanan, lingkungan dan pengetahuan, serta teknologi (Monica, 2010).
Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu (Monica Ester, 2010).
BIDAN

BIDAN PELAYANAN
KOMUNITAS KEBIDANAN
SASARAN
KOMUNITAS

Gambar 2.1 Unsur-unsur dalam kebidanan komunitas

2.1.2 Sasaran Pelayanan Kebidanan Komunitas


Sasaran pelayanan kebidanan menurut yulifa (2009) :
a. Sasaran Umum
Masyarakat
b. Sasaran Khusus
Individu, keluarga, kelompok yakni ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita,
anak sekolah, remaja, WUS, PUS, lanjut usia.
Agar pelayanan kebidanan di komunitas terarah dan tetap sasaran, maka
bidan harus menerapkan prinsip asuhan kebidanan di komunitas. Prinsip
asuhan kebidanan komunitas sebagai berikut :
1. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan dan lain-lain yang
mendukung peran bidan komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung bakat dan
martabat kemanusiaan klien.
3. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisa. Populasi tersebut berupa kelompok sasaran yang terdiri atas
jumlah perempuan jumlah kepala keluarga, jumlah neonatus, dan jumlah
balita.
4. Keberhasilan diukur mulai adanya kerja sama dengan berbagai mitra
lintas program dan lintas sektor seperti pemerintah, PPK, kader kesehatan
, tenaga kesehatan, LSM, tokoh masyarakat dan tokoh agama.

2.1.3 Unsur-unsur kebidanan komunitas


Unsur-unsur tersebut adalah bidan sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan
kebidanan, dan komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu dan teknologi
kebidanan, serta faktor yang mempengaruhi seperti lingkungan.
1. Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan
yang diakui pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan
tersebut, dan lulus, serta terdaftar atau mendapat izin melakukan praktik
kebidanan (Monica, 2010).
Sebagai tenaga kesehatan, bidan membantu keluarga dan masyarakat
agar selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal.
Kegiatan yang dilakukan bidan dikomunitas meliputi :
a. Bimbingan terhadap kelompok remaja, masa perkawinan.
b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, nifas, dalam keluarga.
c. Pertolongan persalinan.
d. Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko
tinggi di keluarga.
e. Pengobatan keluarga sesuai dengan kewenangan.
f. Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan
reproduksi.
g. Pemeliharaan kesehatan anak balita.
2. Pelayanan kebidanan
Pelayanan kebidanan komunitas adalah seluruh tugas yang menjadi
tanggung jawab praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan
yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan
komunitas juga dapat berarti interaksi bidan dan pasien dalam suatu
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan
klien/pasien dari gangguan kesehatan (Monica, 2010).
Sasaran kebidanan komunitas meliputi individu, keluarga dan
kelompok masyarakat. Hubungan interaksi antara bidan dan pasiennya
dilakukan melalui pelayanan kebidanan. Pelayanan kebidanan komunitas
dilakukan diluar rumah sakit, dapat juga merupakan kelanjutan atau
bagian dari pelayanan kebidanan yang diberikan di rumah sakit.
Asuhan kebidanan adalah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
bidan sebagai wujud dari peran, fungsi, tugas, dan tanggung jawab bidan
dalam memberi pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau
masalah dalam bidang kesehatan ibu, bayi, balita, dan KB. Metode asuhan
/ pelayanan yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasien dari
gangguan kesehatan melalui langkah yang meliputi identifikasi dan
analisis masalah, perumusan masalah (diagnosis), rencana pelaksaan,
tindakan, dan evaluasi (Monica, 2010).
Pelayanan kebidanan pada ibu dan anak meliputi masa pranikah,
prahamil, hamil, bersalin, nifas, menyusui, dan masa antara interval, serta
pelayanan pada bayi dan anak (bayi baru lahir, bayi, balita, dan masa pra
sekolah) (Monica, 2010).
ANALISIS MASALAH
Masalah KIA dalam
masyarakat dan masalah
ASUHAN lain yang berhubungan.
IBU
KEBIDANAN
ANAK
KOMUNITAS/
KOMUNITAS/
MASYARAKAT
MASYARAKAT PENATALAKSANAAN
(peran, fungsi bidan)
EVALUASI

Gambar 2.2 : Pendekatan asuhan kebidanan keluarga dalam memecahkan masalah.

3. Pelayanan kebidanan komunitas :


a. Penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan.
b. Pemeliharaan kesehatan ibu dan balita.
c. Pengobatan sederhana bagi ibu dan balita.
d. Perbaikan gizi keluarga.
e. Imunisasi ibu dan anak.
f. Pelayanan KB.
4. Sasaran pelayanan kebidanan komunitas
Komunitas merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang
menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat, serta terikat oleh suatu rasa identitas suatu komunitas
(Koentjaraningrat, 1990). Ciri-ciri komunitas adalah kesatuan wilayah,
kesatuan adat istiadat, rasa identitas komunitas, dan loyalitas terhadap
komunitas (Effendy, 1997).
Dalam komunitas terdapat kumpulan individu yang membentuk
keluarga atau kelompok masyarakat. Sasaran utama pelayanan adalah ibu
dan anak dalam keluarga. Menurut Undang-undang no 23 tahun 1992
tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, isteri,
anak dan anggota keluarga lainnya. Pelayanan ini diserahkan untuk
mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga, anggota keluarga lain yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling bergantung dan berinteraksi (Depkes,
1988). Bila salah satu angggota keluarga mempunyai masalah kesehatan,
maka akan berpengauh terhadap anggota-anggota keluarga yang lain dan
keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya (Monica, 2010).
Sasaran kebidanan komunitas adalah individu, keluarga, dan
kelompok masyarakat. Sasaran utamanya adalah ibu dan anak dalam
keluarga. Kesehatan ibu meliputi sepanjang siklus kehidupannya mulai pra
kehamilan, hamil, persalinan, pasca persalinan, dan masa diluar kehamilan
dan persalinan. Sedangkan kesehatan anak meliputi perkembangan dan
pertumbuhan anak mulai dari masa dalam kandungan, masa bayi, masa
balita, masa pra sekolah, dan masa sekolah
Pengkajian
S Dan O

Ibu
Analisis Masalah
Asuhan Anak
kebidanan Keluarga Masalah Ibu Anak
keluarga (caseload) Dalam Keluarga Dan
Masalah Lain Yang
Berhubungan

Penatalaksanaan

(peran, fungsi bidan)

Evaluasi

Gambar 2.3 : Pendekatan kebidanan komunitas dalam memecahkan masalah


5. Ilmu dan teknologi kebidanan
Pelayanan kebidanan komunitas menggunakan ilmu dan teknologi
yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Bidan dituntut untuk selalu
mengembangkan kemampuannya agar tidak ketinggalan terhadap
kemajuan ilmu dan teknologi dibidang kesehatan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi meliputi: globalisasi ,pasar bebas,
pendidikan tinggi (continuing education), pelatihan (training) dan media.
6. Lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebidanan komunitas antara lain
lingkungan.
Faktor lingkungan meliputi :
a. Lingkungan fisik: keadaan geografis ( misalnya daerah pengunungan
cenderung kekuranga yodium )
b. Lingkungan social: kebiasaan, adat istiadat, budaya , kepercayaan dan
agama di masyarakat, tingkat social ekonomi termasuk pendidikan.
c. Lingkungan flora dan fauna: pemanfaatan tumbuhan dan hewan untuk
menunjang kehidupan.

2.1.4 Peran bidan dalam pelayanan kesehatan di masyarakat


Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem. Adapun peran
bidan dalam pelayanan kesehatan dimasyarakat meliputi:
1. Pemberi asuhan langsung
Asuhan langsung diberikan kepada individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat, meliputi pengkajian kebutuhan kesehatan, merencanakan,
melaksanakan dan menilai hasil kegiatan dalam rangka pemenuhan
kesehatan.
2. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Oleh
karena itu bidan harus mampu memberikan penyuluhan contohnya pada
ibu hamil sesuai waktu kunjungan antenatal trimester pertama, kedua dan
ketiga.
3. Penemu kasus
Deteksi dini yang berkaitan dengan masalah kesehatan ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi dan anak balita.
4. Pelaksana rujukan
Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) yang tidak dapat diatasi oleh bidan
karena keterbatasan kewenangan, perlu dirujuk. Bidan dimasyarakat
bertanggung jawab untuk mengetahui hasil dari setiap kasus yang dirujuk
dan melaksanakan tindak lanjut.
5. Penghubung (komunikator)
Bidan merupakan mata rantai antara sasaran keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan pelayanan pelayanan kesehatan yang diperlukan,
menggalang komunikasi untuk memperoleh informasi yang akurat.
6. Konselor
Konseling dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak (KIA). Kegiatan konseling harus
membawa kepada proses pemecahan masalah kesehatan klien secara
mandiri.
7. Anggota tim
Masalah kesehatan dimasyarakat memerlukan pemecahan masalah baik
secara lintas program maupun lintas sektor. Bidan sebagai anggota tim
perlu mengkoordinasikan kegiatannya kepada anggota tim yang lain
sehingga dapat dicapai keterpaduan program.

8. Supervisi (pembimbing)
Bimbingan kepada dukun bayi, kader yang terlibat dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak berupa mengenal tanda bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas serta rujukan.
9. Panutan (role model)
Pembaharuan dalam merubah tingkah laku masyarakat dalam perilaku
hidup sehat sehingga mampu mandiri dalam menjaga dan meningkatkan
kesehatannya.

2.1.5 Tujuan Asuhan Kebidanan di Komunitas


a. Tujuan Umum
Asuhan kebidanan di komunitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pada umumnya yakni kesejahteraan ibu hamil, ibu menyusui, ba
yi, balitaremaja, WUS, PUS, lansia di wilayah kerja bidan.
b. Tujuan Khusus
1. Meningakatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
2. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
3. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,
persalinan dan perinatal secara terpadu.
4. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.
5. Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait (Yulifa dkk.2009).
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Definisi
1. Departemen Kesehatan RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
kelaurga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Salvicion G. Bailon dan Araciles Maglaya (1989)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Dari kedua defenisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keluarga
adalah :
1. Unit terkecil masyarakat.
2. Terdiri atas dua orang atau lebih.
3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
4. Hidup dalam satu rumah tangga.
5. Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga.
6. Berinteraksi diantara sesama anggota kelaurga.
7. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
8. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
2.2.2 Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantarnya adalah :
1. Patrilineal: adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2. Matrilineal: adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. Matrilokal: adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal: adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawinan: adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Effendy,
2010).
2.2.3 Ciri-ciri Struktur Keluarga-Anderson Carter
1. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing (Effendy, 2010).
2.2.4 bentuk keluarga
1. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak-anak.
2. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi, dan sebagainya.
3. Keluarga berantai (Serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti.
4. Keluarga duda atau janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (Extended
Family) karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari berebagai suku
hidup dalam suatu kominiti dengan adat istiadat yang sangat kuat
(Effendy, 2010).
2.2.5 Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga
1. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
dipihak ayah.
2. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah dipihak ibu.
3. Equalitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan
ibu (Effendy, 2010).
2.2.6 Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat (Effendy, 2010).
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peranan ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3. Peranan anak : Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual
(Effendy, 2010).
2.2.7 Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga (Friedman,1998) adalah sebagai berikut.
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function), yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan.
Pola hidup agraris yang berubah menjadi industrialisasi menyebabkan fungsi
keluarga dikembangkan menjadi :
a. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif
yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan
sumber daya keluarga.
b. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan status sosialnya oleh keluarga lain yang berada di sekitarnya.
c. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung
jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi
kehidupan dewasanya.
d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
e. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan primer dalam rangka melindungi dan pencegahan
terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga.
f. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan.
g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan
yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
h. Fungsi reproduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga
merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal
(menyeluruh), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks
bagi anak, dan yang lain.
i. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar
rumah (Suprajitno, 2004).
2.2.8 Tahap-tahap Kehidupan Keluarga
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut:
1. Tahap pembentukan keluarga; tahap ini dimulai dari pernikahan, yang
dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.
2. Tahap menjelang kelahiran anak; tugas keluarga yang utama untuk
mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak
merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang
sangat dinantikan.
3. Tahap menghadapi bayi; dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan
memeberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi
kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orangtuanya, dan
kondisinya masih sangat lemah.
4. Tahap menghadapi anak prasekolah; pada tahap ini anak sudah mulai
mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya,
tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui
mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat
sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan ugas keluarga adalah mulai
menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama, norma-
norma sosial budaya dan sebagainya.
5. Tahap menghadapi anak sekolah; dalam tahap ini tugas keluarga adalah
bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa
depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-
tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
6. Tahap menghadapi anak remaja; tahap ini adalah tahap yang paling rawan,
karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk
kepribadiannya, oelh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat
diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua
dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
7. Tahap melepaskan anak ke masyarakat; setelah melalui tahap remaja dan
anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, amak tahap selanjutnya
adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupan
bermuah tangga.
8. Tahap berdua kembali; setelah anak besar dan menempuh kehidupan
keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap
ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan
akan dapat menimbulkan depresi dan sters.
9. Tahap masa tua; tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua ornag tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini (Effendy,
2010).
2.2.9 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu
tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga habis. Orang perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orangtua / keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan
kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
anggota keluarga yang megalami gangguan kesehatan perlu memperoleh
tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah
apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan untuk pertolongan
pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga
(Suprajitno, 2004)
2.2.10 Ciri-Ciri Keluarga
a. Diikat dalam suatu tali perkawinan.
b. Ada hubungan darah.
c. Ada ikatan batin.
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya.
e. Ada pengambil keputusan.
f. Kerjasama diantara anggota keluarga.
g. Komunikasi interaksi antara anggota keluarga.
h. Tinggal dalam satu rumah. (Effendy, 2010)

2.3 Kontrasepsi
2.3.1 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
1). Pengertian
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah suatu alat atau benda yang
dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka
panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia produktif.
AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu alat yang dimasukan ke dalam
rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi.
AKDR adalah suatu usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung
secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga
rahim. AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat
dari plastic yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung
hormon yang dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai
benang (Handayani, 2010).
2). Cara kerja
a). Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang
menimbulkan reaksi radang setempat, dengan serbukan lekosit yang
dapat melarutkan blastosis atau sperma.
b). Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada
pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup
dalam uterus.
c). Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan sering
adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat
menghalangi nidasi.
d). AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lendir serviks
sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk dapat melewati
cavum uteri.
e). Pergerakan ovum yang bertahan cepat di dalam tuba falopi.
f). Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan seksual
terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan
mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi
(Handayani, 2010).
3). Keuntungan
a). AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
b). Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak
perlu diganti).
c). Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
d). Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
e). Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
f). Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A).
g). Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
h). Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
i). Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
j). Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
k). Membantu mencegah kehamilan ektopik.
4). Kerugian
Adapun kelemahan AKDR yang umunya terjadi (Mulyani, 2013):
a). Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
b). Haid lebih lama dan banyak
c). Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
d). Saat haid lebih sakit
e). Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
f). Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan.
g). Penyakit radang panggul terjadi.
h). Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR.
i). Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
j). Klien tidak dapat melepaskan AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melakukannya.
k). Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang sesudah melahirkan).
l). Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR
untuk mencegah kehamilan normal.
m). Perempuan harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu, untuk
melakukan ini perempuan harus bisa memsukkan jarinya ke dalam
vagina. Sebagian perempuan ini tidak mau melakukannya.
5). Efek samping
a). Amenorhea
b). Kejang
c). Perdarahan pervagina yang hebat dan tidak teratur
d). Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak
e). Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya Penyakit
Radang Panggul (PRP) (Mulyani, 2013).
6). Penanganan efek samping
a). Periksa hamil/tidak, bila tidak hamil AKDR jangan dilepas, lakukan
konseling dan selidiki penyebab amenorea, bila hamil sarankan untuk
melepas AKDR apabila talinya terlihat dan hamil lebih dari 13 minggu.
Bila benang tidak terlihat dan kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR
jangan dilepas.
b).Pastikan penyebab kekejangan, PRP, atau penyebab lain. Tanggulangi
penyebabnya apabila ditemukan berikan analgesik untuk sedikit
meringankan, bila kejangnya berat lepaskan AKDR dan beri kontrasepsi
lainnya.
c).Pastikan adanya infeksi atau KET. Bila tidak ada kelainan patologis,
perdarahan berlanjut dan hebat lakukan konseling dan pemantauan. Beri
ibuprofen (800 mg) 3 kali sehari dalam satu minggu untuk mengurangi
perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1-3
bulan). Bila pengguna AKDR dalam 3 bulan lebih menderita anemi (Hb
<7 gr%), lepas AKDR dan ganti kontrasepsi lain.
d). Pastikan hamil atau tidak, tanyakan apakah AKDR terlepas, periksa
talinya didalam saluran endoserviks dan kavum uteri, bila tidak
ditemukan rujuk untuk USG.
e). Pastikan klien tidak terkena IMS, lepas AKDR bila ditemukan atau
dicurigai menderita gonorrhea atau infeksi klamedia, lakukan
pengobatan memadai. Bila PRP, maka obati dan lepas AKDR sesudah
40 jam dan kemudian ganti metode lain.
2.3.2 Implan
1). Pengertian
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari
sejenis karet silastik yang berisi, dipasang pada lengan atas (Mulyani,
2013).
2). Cara kerja
a) Menghambat Ovulasi
b) Perubahan lendir serviks menjadi kental dan sedikit.
c) Menghambat perkembangan siklus dari endometrium (Mulyani, 2013).
3). Keuntungan
a) Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen.
b) Dapat digunakan untuk jangka waktu panjang 5 tahun dan bersifat
reversibel.
c) Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan
d) Perdarahan terjadi lebih ringan, tidak menaikkan darah.
e) Resiko terjadinya kehamilan ektropik lebih kecil jika dibandingkan
dengan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (Mulyani, 2013).
4). Kerugian
a) Susuk KB / Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan
yang terlatih
b) Lebih mahal
c) Sering timbul perubahan pola haid.
d) Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
e) Beberapa orang wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena
kurang mengenalnya (Mulyani, 2013).
5). Efek samping dan penanganannya
a) Amenorhea
Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek
samping yang serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan,
terutama jika terjadi amenorrhea setelah masa siklus haid teratur. Jika
tidak ditemukan masalah, jangan berupaya untuk merangsang
perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.
b) Perdarahan bercak (spotting) ringan.
Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan.
Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan
apapun (Mulyani, 2013). Bila klien mengeluh dapat diberikan:
(1). Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 µg EE) selama 1 siklus
(2). Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari)
Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil
kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa,
berikan 2 tablet pil kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan
dengan satu siklus pil kombinasi.
c) Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan)
Informasikan bahwa kenaikan / penurunan BB sebanyak 1-2 kg dapat
saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan BB terlalu mencolok.
Bila BB berlebihan hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi
yang lain (Mulyani, 2013).
d) Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih di
tempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila
tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang
kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi
cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang
lain atau ganti cara (Mulyani, 2013).
e) Infeksi pada daerah insersi
Bila infeksi tanpa nanah bersihkan dengan sabun dan air atau antiseptik,
berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan
minta klien kontrol 1 mg lagi. Bila tidak membaik, cabut implant dan
pasang yang baru di lengan yang lain atau ganti cara.
Bila ada abses bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar,
cabut implant, lakukan perawatan luka, beri antibiotika oral 7 hari
(Mulyani, 2013).
2.3.3 Pil
1). Pengertian
Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintetis
progesteron (Mulyani, 2013).
2). Cara kerja
a). Menghambat ovulasi
b). Mencegah implantasi.
c). Memperlambat transport gamet atau ovum.
d). Luteolysis
e). Mengentalkan lendir serviks.
3). Keuntungan
a). Keuntungan kontraseptif
(1) Sangat efektif bila digunakan secara benar
(2) Tidak mengganggu hubungan seksual
(3) Tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI
(4) Segera bisa kembali ke kondisi kesuburan bila dihentikan
(5) Tidak mengandung estrogen
b). Keuntungan non kontrasepstif
(1). Bisa mengurangi kram haid
(2). Bisa megurangi perdarahan haid.
(3). Bisa memperbaiki kondisi anemia.
(4). Memberi perlindungan terhadap kanker endometrial.
(5). Mengurangi keganasan penyakit payudara.
(6). Mengurangi kehamilan ektopik.
(7). Memberi perlindungan terhadap beberapa penyebab PID.
c). Kerugian
(1) Menyebabkan perubahan dalam pola perdarahan haid.
(2) Sedikit pertambahan atau pengurangan berat badan bisa terjadi.
(3) Bergantung pada pemakai (memerlukan motivasi terus menerus dan
pemakaian setiap hari).
(4) Harus diminum pada waktu yang sama setiap hari.
(5) Kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan metode.
(6) Berinteraksi dengan obat lain, contoh : obat-obat epilepsi dan
tuberculosis.
d). Efek samping dan penanganannya
(1) Amenorrhea
Singkirkan kehamilan dan jika hamil lakukan konseling. Bila tidak
hamil sampaikan bahwa darah tidak terkumpul di rahim (Mulyani,
2013).
(2) Spotting
Jelaskan merupakan hal biasa tapi juga bisa berlanjut, jika berlanjut
maka anjurkan ganti cara.
(3) Perubahan Berat Badan
Informasikan bahwa perubahan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat
saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan
mencolok/berlebihan hentikan suntikan dan anjurkan metode
kontrasepsi lain (Mulyani, 2013).
2.3.4 Suntik
1). Pengertian
Suntikan progestin merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi hormon
progesteron (Mulyani, 2013).
2). Cara kerja
a). Menekan ovulasi
b). Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa.
c). Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk implantasi
dari ovum yang sudah dibuahi.
d). Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba
fallopi.
3). Keuntungan
a). Manfaat kontraseptif
(1). Sangat efektif (0.3 kehamilan per 1000 wanita selama tahun
pertama penggunaan).
(2). Cepat efektif (<24 jam) jika dimulai pada hari ke 7 dari siklus haid.
(3). Metode jangka waktu menengah (Intermediate-term) perlindungan
untuk 2 atau 3 bulan per satu kali injeksi.
(4). Pemeriksaan panggul tidak diperlukan untuk memulai pemakaian.
(5). Tidak mengganggu hubungan seks.
(6). Tidak mempengaruhi pemberian ASI.
(7). Bisa diberikan oleh petugas non-medis yang sudah terlatih.
(8). Tidak mengandung estrogen.
b). Manfaat non kontraseptif
(1). Mengurangi kehamilan ektopik.
(2). Bisa mengurangi nyeri haid.
(3). Bisa mengurangi perdarahan haid.
(4). Bisa memperbaiki anemia.
(5). Melindungi terhadap kanker endometrium.
(6). Mengurangi penyakit payudara ganas.
(7). Memberi perlindungan terhadap beberapa penyebab PID (Penyakit
Inflamasi Pelvik).
c). Kerugian
(1). Perubahan dalam pola perdarahan haid, perdarahan / bercak tak
beraturan awal pada sebagian besar wanita.
(2). Penambahan berat badan (2 kg).
(3).Meskipun kehamilan tidak mungkin, namun jika terjadi, lebih besar
kemungkinannya berupa ektopik dibanding pada wanita bukan
pemakai.
(4). Harus kembali lagi untuk ulangan injeksi setiap 3 bulan (DMPA)
atau 2 bulan (NET-EN).
(5). Pemulihan kesuburan bisa tertunda selama 7-9 bulan (secara rata-
rata) setelah penghentian.
d). Efek samping dan penanganannya
(1). Amenorrhea
(a). Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan
efek samping yang serius.
(b). Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama
jika terjadi amenorrhea setelah masa siklus haid yang teratur.
(c). Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya untuk
merangsang perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.
(d). Perdarahan Hebat atau Tidak Teratur
(2). Spotting yang berkepanjangan (>8 hari) atau perdarahan sedang :
(a) Yakinkan dan pastikan
(b) Periksa apakah ada masalah ginekologis (misalnya
servisitis)
(c) Pengobatan jangka pendek :
 Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 µg EE) selama 1
siklus
 Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari)
Perdarahan yang ke dua kali sebanyak atau dua kali lama
perdarahan normal :
(a) Tinjau riwayat perdarahan secara cermat dan periksa
hemoglobin (jika ada)
(b) Periksa apakah ada maslah ginekologid
(c) Pengobatan jangka pendek yaitu :
 Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 µg EE) selama 1
siklus
 Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari)
Jika perdarahan tidak berkurang dalam 3-5 hari, berikan :
(a) Dua (2) pil kontrasepsi oral kombinasi per hari selama
sisa siklusnya kemudian 1 pil perhari dari kemasan pil
yang baru
(b) Estrogen dosis tinggi (50 µg EE COC, atau 1.25 mg yang
disatukan dengan estrogen) selama 14-21 hari.
(c) Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan
nafsu makan) Informasikan bahwa kenaikan / penurunan
BB sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet
klien bila perubahan BB terlalu mencolok. Bila BB
berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode
kontrasepsi yang la

2.3.5 Metode Amenorhea Laktasi


1. Pengertian
Metode Amenorhea Laktasi (MAL) adalah : kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya
diberikan ASI saja tanpa pemberian makanan tambahan atau minuman
apapun (Mulyani, 2013).
2. Cara kerja
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara
yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya
kurang dari 6 bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL
efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayinya mendapat cukup
asupan per laktasi. Pada wanita postpartum, konsentrasi progesteron,
estrogen dan prolaktin yang tinggi selama kehamilan turun secara drastis.
Tanpa menyusui, kadar gonadotropin meningkat pesat, konsentrasi
prolaktin kembali ke normal dalam waktu sekitar 4 minggu dan pada
minggu ke delapan postpartum, sebagaian besar wanita yang memberi susu
formula pada bayinya memperlihatkan tanda-tanda perkembangan folikel
dan akan berevolusi tidak lama kemudian (Mulyani, 2013).
Sebaiknya pada wanita yang menyusui, konsentrasi prolaktin tetap
meninggi selama pengisapan sering terjadi dan pada setiap kali menyusui
terjadi peningkatan sekresi prolaktin secara akut. Walaupun konsentrasi
follicle stimulating hormone (FSH) kembali ke normal dalam beberapa
minggu postpartum, namun konsentrasi luteineizing hormone (LH) dalam
darah tetap tertekan sepanjang periode menyusui. Yang penting pola pulsasi
normal pelepasan LH mengalami gangguan dan inilah yang diperkirakan
merupakan penyebab mendasar terjadinya penekanan fungsi normal
ovarium. Wanita yang menyusui bayinya secara penuh atau hampir penuh
dan tetap amenorea memiliki kemungkinan kurang dari 2% untuk hamil
selama 6 bulan pertama setelah melahirkan.
3. Keuntungan
a. Keuntungan kontrasepsi
1) Segera efektif
2) Tidak mengganggu senggaman
3) Tidak ada efek samping secara sistemik
4) Tidak perlu pengawasan medis
5) Tidak perlu obat atau alat
6) Tanpa biaya
b. Keuntungan non-kontrasepsi
1) Untuk bayi :
a) Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan
lewat ASI).
b) Sumber asupan gisi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal.
c) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu
lain atau formula atau alat minum yang dipakai.
2) Untuk Ibu :
a) Mengurangi perdarahan pasca persalinan.
b) Mengurangi resiko anemia.
c) Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi.
4. Kerugian
Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30
menit pasca perssalinan
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn A.N DENGAN


KURANGNYA PENGETAHUAN TENTANG KB DI RT 05-06 RW 03
DESA OEMATNUNU KECAMATAN KUPANG BARAT
KABUPATEN KUPANG

Tanggal : 28 Februari 2020


Waktu : 08:00 Wita
Tempat : Desa Oematnunu RT 05 RW 03
Nama Pengkaji : Theresia S. Resing
Nim : 172111033
A. DATA UMUM
I. IDENTITAS KELUARGA
1. Data Kepala Keluarga
a. Nama : Tn.Ayub Nenobesi
b. Umur : 31 Tahun
c. Pendidikan Terakhir : SMA
d. Pekerjaan Pokok : wiraswasta
e. Agama : Kristen Protestan
f. Suku Bangsa : timor
g. Penghasilan Sebulan : 1.000.000-2.000.000
h. Alamat : RT 05 RW 03 Dusun III Oeli’i Desa
Oematnunu Kecamatan Kupang Barat Kabupaen Kupang
2. Data Anggota Keluarga
Tabel 3.1 Data Anggota Keluarga Tn. A. N.
N Nama Umur Agama Hub. Pendidikan Terakhir Pekerja
0
Kel. an
LK PR Jenis BS T BT TT T
S
1. K.S 31 K.P Istri SMA √ IRT
2. A. N 10 K.p Anak SD √
3. L.N 7 K.p Anak SD √
4. H.N 5 bln K.p Anak √
3. Riwayat pernikahan
Status : Syah Jumlah : Suami 1x Lama : 11 tahun
Istri 1x
4. Genogram

Gambar 3.1 Genogram keluarga Tn. A. N.


Keterangan :
= Ayah

= Ibu
=anak perempuan

=anak laki-laki

Dapur

5. Denah Rumah W
Tempat Tidur

R.Tamu

Gambar 3.2 Denah rumah Tn. A. N


6. Kebiasaan hidup sehari-hari
a. Kebiasaan Makan
Seluruh anggota keluarga makan 3-4 kali perhari secara teratur. Makanan
pokok nasi dan jagung(kadang-kadang),setiap hari makan sayur dan
lauk(ikan,tahu,tempe,telur dan kadang-kadang makan daging,pagi hari di
awali dengan minum kopi dan makan kue.
b. Kebiasaan Minum
Anggota Keluarga minum air putih ± 1680 cc (6-7 gelas)/hari, semua
anggota inti minum kopi ± 240 cc (1 gelas)/hari kadang-kadang minum
teh
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS)
Semua anggota keluarga jarang mencuci tangan sebelum makan dan
mencuci tangan setelah makan hanya setelah makan sesuatu sesuatu yang
menyebabkan bau pada tangan. Mandi 2x/hari,gosok gigi 2x/hari untuk
orang tua dan 1x/hari untuk anak-anak,keramas rambut 3x/minggu.
d. Situasi Sosial Budaya dan Ekonomi
1. Penghasilan suami tiap bulan tidak ttap tetapi cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hri.
2. Suami merupakan anggota masyarakat dan ketua Rt.05
3. Hubungan keluarga dengan masyarakat sekitar baik.
e. Status kesehatan Keluarga
1. Bila anggota keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas pembantu
(pustu) atau puskesmas Batakte
2. Imunisasi anak lengkap
3. Riawayat Persalinan
Kelahiran Anak-anaknya ditolong oleh bidan dan melahirkan di
Rumah Sakit di dampingi oleh suami dan ibu kandung serta ibu sudah
mengetahui apa itu program revolusi KIA.
f. Penyakit yang pernah diderita
Sebelumnya keluarga tuan A. N. pernah menderita batuk pilek yang
terjadi pada satu bulan yang lalu.
g. Situasi perumahan dan lingkungan sekitar
a. Perumahan
rumah sendiri, atap sen, lantai Keramik, kebersihan rumah cukup,
ventilasi cukup, pengcahayaan cukup, penerangan rumah pada malam
hari menggunakan listrik.
b. Sumber air minum
Menggunakan Air yang berasal dari tangki untuk mencuci, untuk
minum dan masak dari sumur bor lalu dimasak untuk minum, keadaan
air jernih, kuantitas air baik.
c. Tempat pembuangan tinja/jamban
Keluaga mempunyai jamban pribadi dan jenis jambannya leher angsa.
d. Pembuangan sampah
Sampah di bakar, kalo hujan ditampun dulu pas musim panas baru di
bakar

3.2 ANALISA DATA


Dari hasil pengkajian data, dapat diketahui masalah yang terjadi dalam keluarga
Tn.A. N. adalah kurangnya PHBS dan kurangnya pengetahuan tentang alat
kontrasepsi hal ini terjadi karena letak yang jauh dari fasilitas kesehatan, tetapi
meskipun begitu ibu sudah menyadari bahwa tenaga kesehatan yaitu bidan
berperan penting dalam mencapai kesehatan keluarga. Hal ini dapat dilihat pada
ibu sudah/telah melahirkan dan ditolong oleh bidan dan anaknya juga
mendapatkan imunisasi lengkap dari bidan, serta mengikuti posyandu tiap bulan,
alasan ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi dikarenakan ibu tidak terlalu
mengetahui macam macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan.

3.3 PERUMUSAN MASALAH


Berdasarkan hasil pengkajian data yang diperoleh, maka penulis dapat
merumuskan masalah yang ada pada keluarga binaan yaitu kurangnya PHBS dan
kurangnya pengetahuan tentang alat kontrasepsi(KB).

3.4 PRIORITAS MASALAH


Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarga Tn. A. N. maka perlu
dilakukan prioritas masalah yang sesuai metode Hanlon Kualitatif :

Tabel 3.2 perhitungan prioritas masalah kurangnya pengetahuan tentang KB


No Kriteria Perhitungan Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah Pengetahuan yang
 Kurang pengetahuan kurang tentang metode
tentang metode kontrasepsi
kontrasepsi dan 3/6 0,5 0,5 menimbulkan
macam-macam cara kecemasan dan
penggunaan dan efek penolakan/respon tubuh
sampingnya (3) terhadap metode yang
 Ancaman kesehatan (2) digunakan
 Keadaan sejahtera (1)
2 Kemungkinan masalah Keluarga meyakini
untuk dirubah penggunaan alat
 Dengan mudah (2) kontrasepsi dapat
 Hanya sebagian (1) 3/3 1 1 membantu

 Tidak dapat ( 0 ) meningkatkan


kesejahteraan
3 Potensi masalah untuk Keluarga menganggap
dirubah bahwa program KB
 Tinggi ( 3 ) 3/6 0,5 0,5 dapat meningkatkan
 Cukup (2 ) kesejahteraan keluarga

 Rendah ( 1)

4 Menonjol masalah Kelaurga inggin


 Masalah harus segera menggunakan alat
ditangani ( 2 ) 2/4 0,5 0,5 kontrasepsi
 Masalah yang tidak
perlu segera ditangani
(2)
 Masalah tidak dirasakan
(0)
Total skor 2,5

Tabel 3.3 Perhitungan prioritas Masalah PHBS


No Kriteria Perhitu Bobot Skor Pembenaran
ngan

1. Kurangnya menjaga keber 2/3x1 1 2/3 PHBS yang kurang


dapat menimbulkan
berbagai macam
penyakit.

2. Kemungkinan masalah untuk 1/2x2 2 1 PHBS yang kurang


dirubah telah menjadi
 Dengan mudah (2) falsafah hidup.
 Hanya sebagian (1)
 Tidak dapat (0)
3. Potensi masalah untuk 2/3x1 1 2/3 PHBS yang kurang
dirubah telah menjadi
 Tinggi (3) kebiasaan hidup
 Cukup (2) sehari-hari.
 Rendah (1)
4. Menonjolnya masalah 0/2x1 1 0 Keluarga tidak
 Masalah berat harus merasakan dampak
segara ditangani (2) yang serius karena
 Masalah yang tidak perlu
segara ditangani (2) kurangnya PHBS.
 Masalah tidak dirasakan
(0)
Total 5/3 = 1,6

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan metode Hanlon Kualitatif yang


menjadi prioritas tertinggi untuk di selesaikan terlebih dahulu adalah masalah:
1. Keluarga Berencana(KB)
2. Perilaku Hidup Bersih Sehat

3.5 PERENCANAAN
Tanggal : 28 Februari 2020
Jam : 17.00 Wita
Diagnosa : keluarga Tn.A.S dengan kurangnya PHBS dan kurangnya
pengetahuan tentang KB
1. Lakukan pendekatan kepada keluarga
2. Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga
3. Beri konseling pada keluarga tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat
4. Jelaskan tentang macam-macam alat kontraspsi dan manfaatnya
5. Lakukan pantauan dan kunjungan ulang pada keluarga binaan untuk
mengetahui hasil dari konseling pada tanggal 28 Februari 2020
6. lakukan pendokumentasian

3.6 PELAKSANAAN
Tanggal : 28 Februari 2020
Jam : 17.15 Wita
Diagnosa keluarga Tn.A.S dengan kurangnya PHBS dan kurangnya pengetahuan
tentang KB
1. Melakukan pendekatan kepada keluarga
2. Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga
3. Memberikan konseling pada keluarga tentang perilaku hidup bersih sehat
yaitu: cuci tangan sbelum dan sesudah makan,mandi 2x/hari,gosok gigi
2x/hari,keramas rambut,buang sampah pada tempatnya.
4. Jelaskan tentang macam-macam alat kontraspsi dan manfaatnya dengan media
yang di gunakan adalah leaflet
5. Melakukan pantauan dan kunjungan ulang pada keluarga binaan untuk
mengetahui hasil dari konseling pada tanggal 28 februari 2020.
6. Melakukan pendokumentasian

3.7 EVALUASI
Tanggal : 28 Februari 2020
Jam : 17.30 Wita
Diagnosa : keluarga Tn.A.S dengan kurangnya PHBS dan kurangnya
pengetahuan tentang KB
1. Telah terjalin hubungan yang baik antara mahasiswa dengan keluarga
2. Sudah tenjalin hubungan yang baik mahasiswa dengan keluarga
3. Ibu sudah mengetahui tentang perilaku hidup bersih sehat(PHBS)
4. Ibu sudah mengetahui tentang macam-macam alat kontrasepsi dan
manfaatnya
5. Telah melakukan pantauan dan kunjungan ulang pada keluarga binaan
6. Pendokumentasian sudah di lakukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. K.S. UMUR 31 TAHUN


DENGAN KURANGNYA PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT
KONTRASEPSI DI DESA OEMATNUNU RT 05 RW 03
KECAMATAN KUPANG BARAT
KABUPATEN KUPANG

Tanggal : 29 Februari 2020


Jam : 08:45 Wita

S : Ibu menggatakan tidak ada keluhan dan ibu ingin menggunakan alat kontrasepsi
karena anaknya masih berumur 6 bulan
O: Ku : baik Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmhg N : 84 x/menit S : 36,8 0C RR : 18 x/menit
A : P3A0AH3 Calon Aseptor KB
P:
a. Informasikan Hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan umum ibu baik dan
hasil pengukuran TTV dalam batas normal.
b. Memberikan informasi mengenai jenis-jenis KB
c. Menjelaskan tentang KB yang dipilih
d. Menjelaskan pada ibu untuk makan-makanan yang teratur dan bergizi
e. Menjelaskan kepada ibu untuk istirahat secara teratur
f. Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga personal hygiene
g. Merencanakan tanggal 02 maret untuk suntik KB 3 bulan
h. Melakukan pendokumentasian

Tanggal : 02 Maret 2020


Jam : 08:32 Wita

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan


O: Ku : baik Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmhg N : 84 x/menit S : 36,8 0C RR : 18 x/menit BB : 60 Kg
A: P3A0AH3 Calon Aseptor KB suntik 3 bulan
P:
- Menginformasikan Hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan umum ibu
baik dan hasil pengukuran TTV dalam batas normal.
- Menjelaskan ulang tentang KB suntik 3 bulan
- Memberikan pelayanan KB
jam 08.40; di lakukan persiapan alat dan obat suntik kb 3 bulan
1 ampul 3 cc obat
Jam 08.45; di lakukan pemberian obat suntik kb 3 bulan
Jam 08.50; penyuntikan selesai dan alat-alat di rapikan, sampah dibuang pada
tempatnya

Tanggal: 02 Maret 2020


Jam : 10.00 Wita
S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
O: Ku : baik Kesadaran : Composmentis
A: P3A0AH3 Aseptor KB suntik 3 bulan
P:
- Informasikan pada ibu bahwa keadaan umum ibu baik.
- Menjelaskan tentang efek samping obat suntik kb 3 bulan
- Menjelaskan pada ibu untuk makan-makanan yang teratur dan bergizi
- Menjelaskan kepada ibu untuk istirahat secara teratur
- Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga personal hygiene
- Menjadwalkan kunjungan ulang pada tanggal 25 Mei
- Melakukan pendokumentasian
Tanggal : 05 Maret 2020
Jam : 08.45 Wita
S : Ibu mengatakan ada batuk pilek dan sudah mendapatkan obat dari pustu
O: Ku : baik Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 100/60 mmhg N : 78 x/menit S : 36,7 0C RR : 18 x/menit
A: P3A0AH3 Aseptor KB suntik 13 bulan
P:
- Informasikan Hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan umum ibu baik
dan hasil pengukuran TTV dalam batas normal.
- Menjelaskan pada ibu untuk makan-makanan yang teratur dan bergizi serta
meminum obat yang dikasih dari pustu
- Menjelaskan kepada ibu untuk istirahat secara teratur
- Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga personal hygiene
- Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 25 mei
2020
- Melakukan pendokumentasian

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Pembahasan akan berfokus pada tujuan laporan komunitas yang telah
ditetapkan. Adapun tujuan dari laporan komunitas yaitu mengidentifikasi
masalah kesehatan yang di alami keluarga Tn.A.N dan Ny.K.S tetang PHBS dan
penggunaan alat kontraepsi.
Setelah penulis melakukan pengkjian dan pemberian asuhan pada keluarga Tn.
A.N. di Desa Oeli”i, maka penulis dapat data sebagai berikut :
1. Pengkajian
.Data pengkajian dibagi menjadi data subjektif dan data obyektif. Data
subjektif adalah data yang diperoleh dari klien dan keluarga, sedangkan data
obyektif adalah data yang diperoleh berdasarkan hasil pemeriksaan (Sudarti,
2010). Informasi ini mencakupi riwayat hidup, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan.
Pengkajian pada keluarga Tn.A.N di temukan dalam keluarga terdiri atas 5
orang yaitu Tn.A.N dan istri Ny.K.S dengan 3 orang anaknya.
2. Interprestasi data
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Interpretasi data
merupakan kesimpulan yang didapat dari hasil anamnesa, pemeriksaan umum,
pemeriksaan kebidanan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang.
Sehingga didapat diagnose, masalah, dan kebutuhan.
3. Identifiksi kebutuhan akan tindakan segera
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi (Romauli, 2011). Pada
pembahasan kasus keluarga Tn.A.N ini penulis tidak menemukan adanya
masalah potensial.
4. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk segera ditangani
bila adanya data yang menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan
segera dan keadaan tersebut merupakan suatu kegawatdaruratan (Romauli,
2011). Dari kasus keluarga Tn.A.N. tidak di perlukan tindakan segera.
5. Perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah yang berkaitan
dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Semua kegiatan dan
rencana asuhan harus rasional dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan
klien. Rencana asuhan menyeluruh untuk keluarga Tn.A.N dalam pemasangan
KB suntik 3 bulan pada Ny.K.S. telah diuraikan, dilaksanakan secara efisien
dan aman.
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang telah diuraikan harus dilaksanakan
secara efisien dan aman (Kemenkes RI, 2013).
Pada masalah kesehatan keluarga Tn.A.N. Penulis telah melakukan
pelaksanaan sesuai dengan rencana tindakan yang sudah dibuat.
7. Evaluasi
evaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosa
dan masalah yang diidentifikasi. Untuk mengetahui keefektifan asuhan yang
diberikan, pasien dapat diminta untuk mengulangi penjelasan yang telah
diberikan (Manuaba, 2010).
pada keluarga Tn.A.N. sudah dilakukan pemasangan alat kontrasepsi(KB)
pada aseptor kb suntik 3 bulan Ny.K.S pada tanggal 2 maret.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil asuhan kebidanan komunitas yang di lakukan pada keluarga
Tn A.N dan Ny K.S ada dua masalah yang di temukan yaitu kurangnya
pengetahun tentang alat kontrasepsi atau (KB) dan kurangnya Perilaku Hidup
Bersih Sehat Oleh karena itu untuk menyelesaikan masalah ini mahasiswa telah
melakukan penyuluhan dan konseling tentang program PHBS dan sejak tanggal
02 Maret 2020 Ibu sudah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan.
5.2 Saran
Dari berbagai permasalahan yang di temukan penulis menyarankan kepada:
1. Institusi
Di harapkan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
selanjutnya,institusi dapat menyediakan media yang daapat di
gunakan sebagai alat dalam hal penyuluhan dan promosi kesehatan.
2. Keluarga
Diharapkan dalam keluarga untuk memperhatikan pola hidup sehat
dan menjalankan program pola hidup sehat seperti:membersikan
halaman rumah baik di dalam maupun luar rumah,membuang
limbah atau sampah pada tempat nya,mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan,serta menerapkan pola hidup sehat lain pada
keluarga sehingga dapat menekan masalah kesehatan yang terjadi
dalam keluarga.
3. Petugas Puskesmas
Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk melakukan KIE
tentang perilaku hidup sehat,KB,dan kesehatan lingkungan agar
meningkatkan kehidupan masyarakat setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Pudiastri Ratna.2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta :


NuhaMedika
Alwi, H 2005 Kesehatan komunitas teori dan praktek dalam jurnal PKS vol.
VIINo.25
Depkes RI 1998 Konsep keluarga sehat Surabaya
Dewi Pudiastri Ratna.2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: SMedika
Karwati, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan V.Jakarta: CV Trans Info Media.
M.Mid, Runjani.2008. Asuhan Kebidana Komunitas. Jakarta: EGC.
Monica Ester 2010 Confenderation of midwife. Jakarta: EGC
Mulyani, Nina Siti dan Mega Rinawati. 2013. Keluarga Berencana dan Alat
Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Varney Helen,2007. Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2 Jakarta: ECG
Wijacsastro, H 2009,Asuhan Kebidanan Komunitas: Yayasan Bina Jakarta
Yulifah, Y. 2009, Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai