Anda di halaman 1dari 17

DESAIN MUTU PENDIDIKAN PESANTREN

Siswanto
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan
Jl. Raya Panglegur Km. 04 Pamekasan
e-mail: siswanto.abinaufal@gmail.com

Abstrak:
Pesantren telah menjadi center of excellence bagi pengembangan SDM yang
memiliki basis moralitas dalam kehidupan sosial. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, pesantren seharusnya memosisikan diri sebagai industri jasa, yang
memberikan pelayanan (service) sesuai keinginan pelanggan. Untuk mewu-
judkan hal tersebut, pesantren dapat mengadaptasi Manajemen Mutu Terpadu
(Total Quality Management/TQM). TQM menekankan pada personal, etika,
budaya, dan sistem kualitas yang terarah untuk memastikan komitmen dari
setiap warga pesantren dalam usaha perbaikan mutu yang berkesinambungan.
Pesantren dituntut untuk meneguhkan diri sebagai lembaga pendidikan yang
terus-menerus melahirkan gagasan konstruktif dalam membingkai manajemen
pesantren untuk melakukan perbaikan mutu pendidikannya. Pesantren perlu
melakukan upaya-upaya strategis mengembangkan desain mutu pendidikannya.
Untuk itu, diperlukan pembenahan berbagai hal yang berkaitan dengan proses
kependidikan di pesantren, yaitu kepemimpinan, kurikulum, pembelajaran,
orientasi layanan, dan evaluasi.

Abstract:
Pesantren has become a center of excellence for the development of human
resources that has a base of morality in social life. Based on these considerations,
pesantren should position itself as a service industry, which provides services
according to the desire of customers. To achieve this position, pesantren can adapt
the Total Quality Management (TQM). TQM emphasizes the personal, ethical,
cultural, and system quality that are directed to ensure the commitment of every
member of pesantren in continuously quality improvement efforts. It is required
that pesantren affirms itself as an educational institution in which constructive
ideas constantly arise from to frame the pesantren management for the
improvement of education quality. Pesantren needs to make strategic efforts to
develop the quality design of education. In so doing, it is required to improve
various aspects with regard to educational processes in pesantren, namely
leadership, curriculum, learning processes, service orientation, and evaluation.
Kata-kata Kunci:
Desain, mutu pendidikan, pesantren , Total Quality Management

Pendahuluan proses transmisi ilmu-ilmu Islam,


Kehadiran pesantren sebagai reproduksi ulama, pemeliharaan ilmu,
institusi pendidikan mampu memberikan dan tradisi Islam, bahkan pembentukan
sumbangan penting dan krusial dalam

KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman


Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v2312.726
Desain Mutu Pendidikan Pesantren

dan ekspansi masyarakat Muslim santri.1 umum yang diformulasikan dalam ben-
Pesantren menjadi bagian infrastruktur tuk sekolahan.3
masyarakat yang secara makro telah ber- Sebagai institusi yang memroduksi
peran menyadarkan masyarakat untuk manusia yang pintar agama, pesantren
memiliki idealisme, kemampuan intelek- tentunya harus menghasilkan santri (out-
tual, dan perilaku yang baik guna menata put) yang berkualitas dan bermanfaat ba-
dan membangun karakter bangsa. Pesan- gi masyarakat sekitar. Output tersebut se-
tren secara berkesinambungan berusaha lain berimplikasi secara personal, juga
membentuk perilaku masyarakatnya.2 berdampak positif secara sosial. Artinya,
Mempertimbangkan proses peruba- sosok santri tidak hanya pada sisi per-
han yang terjadi di pesantren, tampak sonal santri, tapi mempunyai imbas pada
bahwa hingga dewasa ini lembaga ter- komunitas di mana santri tersebut bera-
sebut telah memberikan kontribusi pen- da. Hasil implikasi tersebut dapat dilihat
ting dalam penyelenggaraan pendidikan dari intensitas keuntungan yang besar
nasional. Keberadaan pesantren sebagai yang diproduksi pesantren terhadap ling-
lembaga pendidikan, baik yang masih kungan sekitar, di antaranya berupa ke-
mempertahankan sistem pendidikan tra- untungan pragmatis bagi aspek yang ber-
disionalnya maupun yang sudah menga- dimensi kultural, edukatif, dan sosial.4
lami perubahan, memiliki pengaruh besar Dalam dimensi kultural, kehidupan
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. santri di pesantren ternyata sering kali di-
Dari waktu ke waktu, pesantren semakin hiasi dengan prinsip hidup yang mencer-
tumbuh dan berkembang kuantitas mau- minkan kesederhanaan dan kebersamaan
pun kualitasnya. Tidak sedikit masyara- melalui aktifitas “mukim”, yang memun-
kat yang menaruh perhatian dan harapan culkan sikap solidaritas sosial terhadap
terhadap pesantren sebagai pendidikan sesama. Dari aspek edukatif, pesantren
alternatif. Terlebih lagi dengan berbagai mampu menghasilkan calon pemimpin
inovasi sistem pendidikan yang dikem- agama (religious leader) yang piawai me-
bangkan di pesantren dengan menga- naungi kebutuhan praktik keagamaan
dopsi corak pendidikan umum, menjadi- masyarakat sekitar, hingga kehidupannya
kan pesantren semakin kompetitif untuk memperoleh berkah dari Tuhan. Sedang-
menawarkan pendidikan kepada masya- kan dalam aspek sosial, keberadaan pe-
rakat. Meski telah melakukan berbagai santren seakan telah menjadi semacam
inovasi pendidikan, sampai saat ini pen- “community learning centre” yang berfung-
didikan pesantren tidak kehilangan ka- si menuntut masyarakat, sehingga memi-
rakteristiknya yang unik yang membeda-
3M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo, Manajemen
kan dirinya dengan model pendidikan
Pondok Pesantren dalam Perspektif Global (Yogya-
1Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia, karta: Laksbang, 2006),hlm. 10-11.
4Muhaimin, “Pesantren dalam Bingkai Mutu
Pengalaman Islam (Jakarta: Paramadina, 1999), hlm.
184-185. Pendidikan Global: Meretas Mutu Pendidikan
2Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam Pesantren Masa Depan (Suatu Kata Pengantar)”,
dalam Umiarso dan Nur Zazin, Pesantren di
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 117.
Tengah Arus Mutu Pendidikan, Menjawab Prob-
lematika Kontemporer Manajemen Mutu Pesantren
(Semarang: Rasail Media Group, 2011), hlm. xix
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman
Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
|259
Siswanto

liki life style agar hidup dalam kesejahte- juga harus lebih memperhatikan faktor
raan.5 proses pendidikan. Pola pendidikan pe-
Tiga keuntungan pragmatis yang di- santren harus didasarkan atas kebutuhan
munculkan oleh pesantren tersebut men- masyarakat dan suatu paradigma yang
jadi kontribusi yang signifikan terhadap senantiasa berorientasi pada perbaikan
perkembangan masyarakat. Pesantren a- mutu pendidikan yang berkelanjutan.
kan memperkuat karakter sosial sistem Perubahan orientasi dan paradigma
pendidikan nasional yang turut memban- pendidikan pesantren merupakan sebuah
tu melahirkan sumber daya manusia keniscayaan. Sebab model pendidikanpe-
yang memiliki kehandalan penguasaan santrendiyakinimasihmenjadiwahanastra
pengetahuan dan kecakapan teknologi tegis mengubah masa depan, yang
yang senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai mampu melakukan hubungan dialektikal
luhur keagamaan. Pesantren telah men- dengan transformasi sosial dan arah
jadi center of excellence bagi pengem- pembangunan bangsa. Mutu pendidikan
bangan Sumber Daya Manusia (SDM) pesantren akan terkonstruksi dengan baik
yang memiliki basis moralitas dalam ke- jika pesantren mampu mendesain sistem
hidupan sosial.6 Pada akhirnya, SDM pendidikannya sesuai dengan tuntutan
yang dilahirkan dari pesantren ini secara mutu pendidikan dewasa ini.
ideal dan praktis dapat berperan aktif da-
lam setiap proses perubahan sosial menu- Karakteristik Pendidikan Pesantren
ju terwujudnya tatanan kehidupan sosial yang Bermutu
yang paripurna.7 Sejalan dengan perkembangan du-
Namun, seiring perubahan yang te- nia yang semakin maju, masyarakat de-
rus bergulir, pesantren dihadapkan pada ngan tingkat rasionalitas yang memadai,
akselerasi mutu pendidikan yang menun- sudah demikian cerdas untuk menentu-
tut kesesuaian output pendidikan dengan kan pilihan yang lebih rasional dan
alur perkembangan sains dan teknologi. berwawasan ke depan, tidak lagi bersifat
Pesantren dituntut untuk melakukan emosional dan mengandalkan primordia-
langkah-langkah strategis untuk mening- lisme. Mereka memilih lembaga pendidi-
katkan mutu pendidikannya. Perbaikan kan yang bermutu untuk menyekolahkan
mutu pendidikan yang selama ini dilak- anak-anaknya pun sangat rasional dan
sanakan oleh pesantren dinilai kurang mempertimbangkan prospek ke depan.
efektif, karena lebih bersifat input oriented. Mereka akan menentukan pilihan kepada
Paradigma ini memberikan pemahaman lembaga pendidikan yang bermutu yang
bahwa perbaikan mutu pendidikan di dipandangnya ideal, yakni lembaga pen-
pesantren bukan hanya terfokus pada didikan yang mampu mengembangkan
penyediaan faktor input pendidikan, tapi potensi sipritual dan akhlak, mampu me-
ngembangkan aspek intelektual, dan
5Ibid. mampu mengembangkan potensi sosial
6Nur Syam, Transisi Pembaruan, Dialektika Islam, maupun keterampilan anak didiknya.8
Politik dan Pendidikan (Waru: LEPKISS, 2008), hlm.
196. 8Imam
7Sulthon dan Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pe-
Suprayogo, Quo Vadis Madrasah, Gagasan,
Aksi, dan Solusi Pembangunan Madrasah (Yogyakar-
santren, hlm. 11.
ta: Hikayat, 2007), hlm. 55-56.
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman
Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
260 |
Desain Mutu Pendidikan Pesantren

Saat ini, ada kecenderungan kuat jemen pengelolaannya. Faktor-faktor ter-


di kalangan keluarga Muslim untuk me- sebut yang akan membedakan mutu pen-
nyekolahkan anaknya di pesantren, baik didikan pesantren, dan mutu proses pen-
karena alasan religius ataupun ling- didikan dengan sendirinya akan berpe-
kungan sosial dan budaya. Fenomena ini ngaruh terhadap lulusannya. Lulusan da-
menunjukkan bahwa lembaga pendi- ri pesantren yang mempunyai faktor-fak-
dikan pesantren tengah mengalami sema- tor yang mendukung proses pembela-
cam “kebangkitan” atau setidaknya me- jaran bermutu tinggi akan mempunyai
nemukan “popularitas” baru. Hal ini pengetahuan, keterampilan, dan kemam-
menjadi indikasi tentang harapan orang puan yang tinggi pula. Atau dengan kata
tua muslim untuk mendapatkan pendi- lain, pendidikan yang bermutu pada
dikan Islami yang baik, kompetitif, dan dasarnya akan menghasilkan sumber da-
bermutu bagi anak-anaknya.9 ya manusia yang bermutu pula.11
Salah satu indikator dari pendi- Berdasarkan pertimbangan tersebut,
dikan bermutu adalah kemampuan insti- sudah saatnya pesantren memosisikan di-
tusi pendidikan tersebut melahirkan sum- rinya sebagai industri jasa, yaitu industri
berdaya manusia yang bermutu. Ada pun yang memberikan pelayanan (service)
ciri sumber daya yang bermutu adalah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
manusia yang memiliki kemampuan pra- pelanggan. Jasa atau pelayanan yang di-
karsa, kerja sama, kerja tim, pelatihan inginkan oleh pelanggan tentu saja meru-
kesejawatan, penilaian, komunikasi, pe- pakan sesuatu yang berkualitas dan
nalaran, pemecahan masalah, pengam- memberikan kepuasan kepada mereka.
bilan keputusan, penggunaan informasi, Untuk memosisikan dirinya sebagai
perencanaan keterampilan belajar dan ke- industri jasa, pendidikan di pesantren ha-
terampilan multibudaya.10 rus memiliki kriteria-kriteria tertentu
Pendidikan bermutu dapat dilihat yang menjadi karakteristik pesantren ber-
dari sisi prestasi siswa, proses pembela- mutu. Jerome S. Arcaro mengemukakan
jaran, kemampuan lulusan dalam me- lima karakteristik pendidikan bermutu,
ngembangkan potensinya di masyarakat yang diidentifikasi sebagai pilar mutu,
serta dalam hal memecahkan masalah yaitu:
dan berpikir kritis. Oleh karena itu, perlu 1. Visi mutu difokuskan pada pemenu-
mengkaji mutu dari segi proses, produk, han kebutuhan customer, baik customer
maupun sisi internal dan kesesuaian. internal (orang tua, santri, ustaz, dan
Mutu dilihat dari proses adalah efek- pengurus pesantren yang berada da-
tivitas dan efisiensi seluruh faktor ber- lam sistem pendidikan) maupun cus-
peran dalam proses pendidikan. Faktor- tomer eksternal (pihak yang memanfa-
faktor tersebut, misalnya, kualitas pendi- atkan outputproses pendidikan).
dik, sarana-prasarana, suasana belajar, 2. Mendorong keterlibatan total komu-
kurikulum yang dilaksanakan, dan mana- nitas dalam program. Setiap orang
harus berpartisipasi dalam transforma-
9Sulthon dan Khusnuridlo, Manajemen Pondok
Pesantren, hlm. 29. 11M. Sukardjo dan Ukim Kamaruddin, Landasan
10Abdul Hadis dan Nurhayati B., Manajemen Mutu
Kependidikan, Konsep dan Aplikasinya (Jakarta:
Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 70-71. Rajawali Pers, 2009), hlm. 83.
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman
Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
|261
Siswanto

si mutu. Mutu bukan hanya tanggung Dalam konteks yang lebih modern,
jawab dewan sekolah atau pengawas, para santri sering dilibatkan secara lang-
tapi mutu merupakan tanggung jawab sung dalam unit-unit kegiatan pesantren,
semua pihak. seperti dalam pengelolaan unit usaha ko-
3. Mengembangkan sistem pengukuran perasi, dan sebagainya. Model eksperi-
nilai tambah pendidikan. mentasi semacam ini dapat mendorong
4. Menunjang sistem yang diperlukan santri untuk mengembangkan diri, se-
oleh staf dan siswa untuk mengelola hingga diharapkan mereka tidak gagap
perubahan dengan memiliki komitmen ketika telah kembali ke masyarakat. De-
pada mutu. ngan demikian, pesantren menjadi lem-
5. Perbaikan berkelanjutan dengan selalu baga pendidikan yang ideal, karena me-
berupaya keras membuat produk pen- nyediakan laboratorium kecakapan hidup
didikan menjadi lebih baik.12 yang sangat bermanfaat bagi pengem-
Oleh karena itu, pendidikan di bangan keilmuan dan aktualisasi diri
pesantren selain menyiapkan berbagai para santri.14
sumber daya untuk menyiapkan santri
yang pandai dalam bidang ilmu keaga- Perbaikan Mutu Pendidikan Pesantren:
maan dan memiliki perilaku yang aga- Pendekatan Total Quality Management
mis, namun juga harus menyiapkan ber- Secara umum, ada dua teori umum
bagai sumber daya yang membuat santri yang berkembang tentang pencapaian
pandai dalam berbagai ilmu pengeta- mutu pendidikan. Pertama, teori yang
huan, teknologi, olahraga, dan seni. mengatakan bahwa pencapaian mutu
Di samping itu, pesantren selain pendidikan sangat ditentukan oleh faktor
dituntut untuk memperkuat penanaman input. Dalam hal ini faktor input meliputi
nilai-nilai spiritual („ubûdiyyah) kepada kurikulum, perencanaan dan evaluasi,
para santri, juga dituntut untuk mem- ketenagaan, kesiswaan, sarana dan fasi-
perkaya penanaman aspek tanggung ja- litas, iklim sekolah, dan hubungan seko-
wab, rasionalitas, dan pemecahan masa- lah dengan masyarakat. Kedua, teori yang
lah. Tanggung jawab pada konteks ini menekankan pada proses pengelolaan ke-
diartikan sebagai sikap konsisten dan lembagaan (manajemen), proses pengelo-
disiplin melaksanakan apa yang benar laan program, proses pengambilan kepu-
(doing what’s right). Rasionalitas artinya tusan, proses pembelajaran, dan proses
menggunakan akal sehat atau berorien- monitoring evaluasi.15
tasi pada pertanyaan mengapa. Semen-
tara itu, pemecahan masalah adalah dalam Perubahan Nilai-nilai Pesantren (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 15.
mengamalkan apa yang diketahui dan 14M. Dian Nafi‟, et.al. Praksis Pembelajaran Pesantren
dikuasai ke dalam tindakan.13 (Yogyakarta: Institute for Training and
Development, 2007), hlm. 55.
12Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prin- 15Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen

sip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan, Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Konsep Dasar,
terj. Yosal Iriantara (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Buku 1 (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
2005), hlm. 10-14. Dasar dan Menengah, 2002), hlm. 22-25 dan
13Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pe-
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan
santren, Kontribusi Fiqh Sosial Kyai Sahal Mahfudh
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman
Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
262 |
Desain Mutu Pendidikan Pesantren

Untuk menuju pencapaian mutu yang lain. Dengan kata lain, manajemen
pendidikan tersebut, pesantren perlu me- yang berusaha membuat setiap kompo-
lakukan pembenahan secara simultan ter- nen pesantren berkualitas secara menye-
hadap berbagai hal dengan proses pen- luruh, mulai dari pengadaan sampai hasil
didikan. Salah satu pendekatan yang da- akhir.18 TQM merangkum semua penger-
pat diadaptasi dalam manajemen pening- tian dari konsep tentang kualitas, karena-
katan mutu di pesantren adalah Manaje- nya disebut sebagai pengelolaan kualitas
men Mutu Terpadu (Total Quality Mana- secara menyeluruh. TQM menekankan
gement/TQM).16 TQM menekankan pihak pada personal, etika, budaya, dan juga
pengelola pesantren untuk melakukan sistem kualitas yang terarah untuk me-
pendeteksian, pengukuran, dan penilaian mastikan komitmen dari setiap anggota
secara menyeluruh berdasarkan spesifi- organisasi dalam usaha perbaikan yang
kasi-spesifikasi yang dimiliki, sistem dan berkesinambungan.
sivitas akademika pesantren. TQM bisa Efektifitas atau kunci keberhasilan
juga dikatakan sebagai usaha mencip- maupun kegagalan implementasi TQM
takan “kultur kualitas” dari anggota or- adalah management commitment. Lebih
ganisasi yang menekankan pelayanan ke- lanjut, Nanang Fattah menegaskan:
pada pelanggan dan etos kerja yang baik Apabila manajemen mempunyai dan
dari struktur keorganisasian.17 memegang teguh komitmennya, ke-
Setiap sivitas akademika di pesan- mungkinan besar mereka akan berhasil.
tren berusaha secara sportif dan kompeti- Sebaliknya, apabila mereka kurang ko-
mitmen bisa dipastikan bahwa lembaga
tif meraih kualitas, mutu, dan model bagi
akan mengalami kegagalan. Komitmen
ini setidaknya meliputi tiga hal, yaitu
Anak Bangsa (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006),
hlm.252-254.
waktu, antusiasme (anthusiasm), dan
16 Secara definitif, Mulyadi menjelaskan bahwa tersedianya sumber-sumber (resource)
TQM adalah suatu sistem manajemen yang fokus dalam organisasi. Di samping itu, harus
pada orang yang bertujuan untuk meningkatkan diikuti dengan employee involvement (ke-
secara berkelanjutan kepuasan customers pada bia- terlibatan menyeluruh), sehingga setiap
ya yang sesungguhnya secara berkelanjutan dan individu dalam suatu lembaga/or-
terus-menerus. Mulyadi, Total Quality Manajemen ganisasi dapat ikut serta menentukan
(Yogyakarta: UGM, 1998), hlm. 10. Fandy Tjiptono tingkat kualitas yang dicapai.19
mengemukakan bahwa TQM merupakan suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang beru-
saha memaksimalkan daya saing organisasi me- Secara operasional, beberapa hal
lalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, yang menjadi implementasi TQM adalah
tenaga kerja, proses, dan lingkungannya. Fandy
Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Mana- 18Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi, Membuka
gement (Yogyakarta: Andi, 2009), hlm. 4. Penger- Jendela Pendidikan, Mengurai Akar Tradisi dan Integ-
tian tersebut tidak menekankan satu komponen rasi Keilmuan Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGra-
dalam sistem pendidikan, tapi menyangkut selu- findo Persada, 2004), hlm. 44 dan Ahmad Barizi,
ruh komponen penyelenggaraan pendidikan, Pendidikan Integratif, Akar Tradisi dan Integrasi Ke-
yaitu input, proses, dan output serta semua pe- ilmuan Pendidikan Islam (Malang: UIN Maliki
rangkat yang mendukungnya. Press, 2011), hlm. 38.
17Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendi- 19Nanang Fattah, Konsep Manajemen, MBS dan

dikan, terj. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi Dewan Sekolah (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2010), hlm. 59. 2006), hlm. 125.
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman
Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
|263
Siswanto

sebagai berikut: pertama, improvisasi ber- Menurut Syafaruddin, perbaikan


kelanjutan, artinya pihak manajemen (pe- mutu pendidikan dengan pendekatan
ngelola pesantren) hendaknya senantiasa TQM dilakukan melalui: 1) Menyamakan
melakukan perbaikan dan peningkatan komitmen mutu oleh pengasuh pesan-
secara terus menerus untuk menjamin se- tren, para ustadz, dan stakeholders menca-
mua komponen produksi (sivitas akade- kup visi, misi, tujuan, dan sasaran; 2)
mika) mendukung kualitas yang diharap- Mengusahakan adanya program pening-
kan.20 Kedua, menentukan standar-stan- katan mutu pesantren; 3) Meningkatkan
dar kualitas. Seorang pengasuh pesantren pelayanan administrasi pesantren; 4) Ke-
harus mampu menentukan standar-stan- pemimpinan pesantren yang efektif; 5)
dar kualitas yang harus dipertahankan Ada standar mutu lulusan; 6) Jaringan
dan ditingkatkan bagi terwujudnya kuali- kerja sama yang baik dan luas; 7) Penata-
tas pesantren, baik berupa kualitas pendi- an organisasi yang baik (tata kerja); dan
dikan, proses pembelajaran, kurikulum, 8) Menciptakan iklim dan budaya pesan-
metode, dan evaluasi. Ketiga, membangun tren yang kondusif.23
kultur organisasi yang menghargai kua- Untuk memulai mengimplementasi-
litas. Keempat, membangun kesinambung- kan TQM pada tataran internal pesantren,
an organisasi terhadap perkembangan maka tugas komponen pesantren adalah
dan kebutuhan zaman dengan banyak menjadikan TQM tersebut menjadi tata
melakukan perubahan dan pengawasan. nilai yang melembaga dan membudaya.
Kelima, membangun public relation secara Pesantren yang memiliki budaya kuat
harmonis dan dinamis.21 ditandai dengan kecenderungan kiai dan
Sebagai inti pengembangan dan ustadz/ustadzah menganut bersama se-
peningkatan kualitas pendidikan, TQM perangkat nilai dan metode dalam men-
harus dilakukan secara holistik dan kom- jalankan organisasi pesantren. Budaya
prehensif, namun bertahap dalam prinsip pesantren merupakan sesuatu yang di-
perbaikan tiada henti, yakni peningkatan bangun dari hasil pertemuan nilai-nilai
kualitas dalam semua sektor dan dila- (values) yang dianut oleh kiai sebagai
kukan oleh semua orang dalam orga- pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut
nisasi serta dilakukan secara terus mene- oleh para ustadz/ustadzah yang ada di
rus, baik dalam proses pelaksanaan, pela- dalam pesantren. Nilai-nilai tersebut di-
yanannya maupun outcome pendidi- bangun oleh pikiran-pikiran manusia
kannya.22 kemudian menghasilkan “pikiran organi-
sasi.” Dari pikiran organisasi itulah ke-
20M. Dachnel Kamars, “Kebijakan Pendidikan dan mudian muncul dalam bentuk nilai-nilai
Peningkatan Mutu Pendidikan”, dalam Mem- yang diyakini bersama, dan kemudian
bangun Paradigma Pendidikan Islam, ed. Muhmi-
dayeli (Riau: Program Pascasarjana UIN Suska
nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan
Riau, 2007), hlm. 62. utama pembentuk budaya pesantren. Da-
21Fattah, Konsep Manajemen, MBS, dan Dewan Se- ri budaya tersebut kemudian muncul da-
kolah, hlm. 45.
22Siswanto, “Meningkatkan Mutu Madrasah yaan Islam, Vol.2, Nomor 2, (September 2007), hlm.
(Pendekatan Total Quality Management)”, 138.
Academia: Jurnal Pemikiran, Pendidikan, dan Kebuda- 23 Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan

Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 290.


KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman
Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
264 |
Desain Mutu Pendidikan Pesantren

lam berbagai simbol dan tindakan yang mampuan untuk melaksanakan tugas-tu-
dapat diamati dan dirasakan dalam kehi- gas dalam rangka tujuan organisasi, dan
dupan sehari sehari-hari.24 Nilai-nilai ter- konsistensi merupakan kemantapan un-
sebut dapat memengaruhi mutu pendidi- tuk secara terus menerus berpegang pada
kan di pesatren. Prabowo mengemuka- komitmen dan kemampuannya yang ber-
kan: tanggungjawab terhadap keberlangsung-
Karena nilai-nilai memengaruhi cara an organisasi.27
bertindak seseorang. Apabila nilai-nilai Budaya pesantren menjadi kekuatan
diimplementasikan oleh keseluruh- yang menggerakkan dan mengendalikan
an/sebagian orang di organisasi, maka perilaku warganya dalam berkomunikasi
tentu akan memengaruhi perilaku orga-
dengan lingkungannya. Budaya berfungsi
nisasi tersebut, termasuk produktivitas
sebagai perekat yang menyatukan organi-
organisasi. Nilai-nilai penting untuk
mempelajari perilaku organisasi, karena sasi pesantren. Jika organisasi memiliki
nilai-nilai meletakkan fondasi untuk budaya yang kuat, organisasi dan warga-
memahami sikap dan motivasi serta nya akan memiliki perilaku yang seiring
memengaruhi persepsi orang-orang di dan sejalan untuk mewujudkan pendidi-
organisasi.25 kan yang bermutu.
Suatu persepsi bersama yang dianut
oleh anggota organisasi tersebut dinama- Mendesain Pendidikan Bermutu di
kan budaya organisasi. Budaya ini dapat Pesantren
terwujud dalam filosofi, ideologi, nilai- Permasalahan dari lembaga pendi-
nilai, asumsi, keyakinan serta sikap dan dikan baik formal maupun nonformal
norma bersama anggota-anggota organi- adalah mengenai mutu atau kualitas hasil
sasi tersebut dalam memandang realitas, pendidikan (output). Mutu telah menjadi
terutama berkaitan dengan permasalahan keharusan yang tidak terbantahkan. Mu-
internal maupun eksternal.26 tu merupakan indikator penting efektivi-
Untuk mendorong budaya pesan- tas lembaga pendidikan. Mutu dalam
tren yang sukses, maka perlu didukung pendidikan meminta adanya komitmen
oleh 3 C, yaitu commitment, competence,
27Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
dan consistency. Komitmen adalah perjan-
Mengembangkan Budaya Mutu (Malang: UIN Mali-
jian warga madrasah terhadap eksistensi
ki Press, 2010), hlm. 100. Lebih lanjut, ia mengu-
organisasi. Kompetensi merupakan ke- tip pendapat Purwanto bahwa budaya yang kuat
dibangun oleh empat dimensi K atau empat C,
24Muhaimin, et.al. Manajemen Pendidikan, Aplika- yaitu komitmen (commitment), kemampuan (com-
sinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan petence), kepaduan (cohesion), dan konsistensi
Sekolah/Madrasah (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 48. (consistency). Komitmen untuk melakukan yang
25Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pengem-
terbaik bagi perusahaan perlu didukung oleh ke-
bangan Mutu Sekolah/Madrasah (Malang: UIN Ma- mampuan individual baik keahlian teknis, psi-
lang Press, 2008), hlm. 41-42. kologis maupun sosiologis untuk memadukan
26 Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan
diri sebagai bagian dari kehidupan perusahaan
Kemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: Refika secara menyeluruh. Kondisi tersebut harus dilak-
Aditama, 2008), hlm. 140 dan Asmaun Sahlan, Me- sanakan secara konsisten terhadap apa yang telah
wujudkan Budaya Religius di Sekolah, Upaya Me- disepakati bersama. Keempat K pembentuk buda-
ngembangkan PAI dari Teori ke Aksi (Malang: UIN ya yang kuat tersebut merupakan satu kesatuan
Maliki Press, 2010), hlm. 73. yang tidak dapat dipisahkan. Ibid.
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman
Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
|265
Siswanto

pada kepuasaan customer dan komitmen tan dan kelemahan yang dimilikinya, ser-
untuk menciptakan sebuah lingkungan ta mampu menganalisa peluang dan tan-
yang memungkinkan para sivitas akade- tangan yang ada. Para pengasuh, ustadz,
mika menjalankan pekerjaan sebaik- dan pengurus pesantren berupaya me-
baiknya. manfaatkan kekuatan dan peluang yang
Dalam mendesain sistem pendidi- dimiliki serta mencoba untuk meng-
kannya, pesantren harus menggunakan eliminasi kelemahan dan tantangan yang
beberapa pertimbangan, antara lain me- ada.29 Selanjutnya, berdasarkan beberapa
ngenai apakah sistem pendidikan pesan- aspek tersebut, disusun dan dikembang-
tren hanya bertujuan menghasilkan ula- kan berbagai program pendidikan yang
ma? Adakah keterampilan khusus yang semuanya diorientasikan pada pencapa-
dibutuhkan untuk mempersiapkan santri ian mutu pendidikan. Prinsip desain pen-
untuk menjadi pelaksana pembangunan didikan berorientasi mutu ini harus di-
di masyarakat? Apakah pesantren me- jadikan landasan dalam menjalankan
nyediakan lulusan yang memiliki kebe- semua program pesantren.30
basan dalam menentukan masa depan-
29Dalam hal ini, pesantren dapat menggunakan
nya? Apakah sistem pendidikan pesan-
tren berbeda dengan sistem pendidikan pendekatan analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses,
Opportunities, and Threats) yang secara sederhana
umum? Dapatkah pesantren menyedia- dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan
kan program keahlian untuk semua ting- dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta
katan santri? Dapatkah pesantren mem- peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya.
persiapkan santri menjadi orang yang SWOT adalah perangkat umum yang didesain
berwiraswasta atau mempersiapkan me- dan digunakan sebagai langkah awal dalam pro-
ses pembuatan keputusan dan sebagai peren-
reka untuk masuk dalam pasaran kerja?28 canaan strategis dalam berbagai penerapan. Jika
Beberapa pertimbangan di atas, me- hal ini digunakan dengan benar, maka dimung-
nuntut pesantren untuk meneguhkan diri kinkan bagi sebuah madrasah untuk mendapat-
sebagai lembaga pendidikan yang senan- kan sebuah gambaran menyeluruh mengenai si-
tiasa berorientasi pada mutu. Pesantren tuasi madrasah itu dalam hubungannya dengan
masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan yang
harus terus-menerus melahirkan gagasan lain, dan lapangan pekerjaan yang akan dimasuki
konstruktif dalam membingkai manaje- oleh murid-muridnya. Sedangkan pemahaman
men pesantren untuk melakukan per- mengenai faktor-faktor eksternal yang digabung-
baikan mutu pendidikannya. Hal ini kan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan
mengindikasikan bahwa pesantren perlu dan kelemahan akan membantu dalam mengem-
bangkan sebuah visi tentang masa depan. Per-
melakukan upaya-upaya strategis meng- kiraan seperti ini diterapkan dengan mulai mem-
embangkan desain mutu pendidikannya. buat program yang kompeten atau mengganti
Dalam mengembangkan desain mu- program-program yang tidak relevan dan berle-
tu pendidikan yang akan dijalankan, bihan dengan program yang lebih inovatif dan
pihak pesantren harus memahami kekua- relevan. M. Ali Hasan dan Mukti Ali. Kapita Selek-
ta Pendidikan Islam (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2003), hlm. 208-209.
28 Suprayetno W. “Modernisasi Sistem Pendidikan 30Halfian Lubis, Pertumbuhan SMA Islam Unggu-
Pesantren,” dalam Pranata Islam di Indonesia; Per-
gulatan Sosial, Ekonomi, Politik, Hukum dan Pen- lan di Indonesia, Studi tentang Strategi Peningkatan
didikan, ed. Dody S. Truna dan Ismatu Ropi Kualitas Pendidikan (Jakarta: Badan Litbang dan
(Jakarta: Logos, 2002), hlm. 285-288. Diklat Departemen Agama RI, 2008), hlm. 150.
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman
Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
266 |
Desain Mutu Pendidikan Pesantren

Untuk menuju sistem pendidikan memberdayakan pegawai untuk melaku-


pesantren yang bermutu atau berkualitas, kan yang terbaik.32
diperlukan pembenahan terhadap berba- Di samping itu, juga dibutuhkan
gai hal yang berkaitan dengan proses seorang pemimpin transformasional,33
pendidikan di pesantren, yaitu kepemim- yang menurut Timpe diartikan sebagai
pinan, kurikulum, pembelajaran, orienta- pemimpin yang memiliki kemampuan
si layanan, dan evaluasi. Pembenahan ini penciptaan bayangan masa, yaitu memili-
dilakukan secara silmultan dan konsisten, ki gambaran masa depan pesantren yang
sehingga menghasilkan suatu desain mu- ideal dan efektif, yang dapat memuaskan
tu pendidikan pesantren yang dapat seluruh stakeholders,34 dan mampu memo-
mengakomodasi kebutuhan pendidikan bilisasi komitmen seluruh warga pe-
santri dan orang tua santri.
32CA Van Vilsteren, “Leadership in School" dalam
Kepemimpinan dipahami sebagai
segala daya dan upaya bersama untuk Managing School Toward High Performance, Linking
School Management Theory to the School Efectiveness
menggerakkan semua sumber dan alat Knowledge Base, ed. Andrie J. Visscher (Nether-
(resources) yang tersedia dalam suatu land: Swets and Zeitlinger,1999), hlm. 173.
organisasi. Resources tersebut dapat digo- 33Pemimpin transformasional menggiring SDM

longkan menjadi dua bagian, yaitu human yang dipimpin ke arah tumbuhnya sensitivitas
pembinaan dan pengembangan organisasi, pe-
resources dan non-human resources. Sukses
ngembangan visi secara bersama, pendistribusian
tidaknya suatu organisasi untuk menca- kewenangan kepemimpinan, dan membangun
pai tujuan yang telah ditetapkan, sangat kultur organisasi. Pemimpin transformasional a-
tergantung atas kemampuan pimpinan- dalah pemimpin yang mampu mengomuni-
nya untuk menumbuhkan iklim kerja kasikan visi, sehingga menimbulkan emosi yang
kuat dari pengikutnya untuk mencapainya se-
sama agar dengan mudah dapat meng-
hingga perubahan akan terus menerus terjadi.
gerakkan sumber-sumber tersebut, se- Mohammad Karim, Pemimpin Transformasional di
hingga dapat mendayagunakannya dan Lembaga Pendidikan Islam (Malang: UIN Maliki
dapat berjalan secara efektif dan efesien. Press, 2010), hlm. 40. Bagi Sergiovanni, seperti
Kepemimpinan yang efektif dapat di- dikutip Raihani, kepemimpinan tranformasional
lebih berkenaan dengan kepemimpinan moralis,
tunjukkan dengan kemampuan seseorang
yang terpusat pada kepercayaan dan nilai yang
dalam membaca situasi dan kondisi yang dianut oleh kepala sekolah. Sistem nilai dan ke-
berkaitan dengan iklim kerja dalam se- percayaan ini memberikan kepercayaan diri lebih,
buah organisasi.31 untuk memahami pengalaman dan intuisi, dan
Agar desain mutu pendidikan pe- menerima otoritas sakral dan perasaan sebagai
cara mengetahui yang sah sepenuhnya. Selain ni-
santren mencapai hasil yang optimal,
lai moral ini, kepemimpinan sekolah juga berakar
diperlukan suatu kepemimpinan yang pada peran ministerial kepala sekolah, dan komit-
kuat, memiliki visi dan misi yang jelas, men personalnya, wali murid, dan guru untuk
serta mampu menerjemahkan keduanya melakukan tindakan yang benar bagi siswa. Ini
pada rumusan-rumusan kebijakan serta berarti bahwa kepemimpinan sekolah tidak hanya
menyangkut niat baik, tapi juga tindakan. Raiha-
tujuan-tujuan yang terukur dengan men-
ni, Kepemimpinan Sekolah Transformatif (Yogyakar-
ciptakan iklim dan suasana kerja yang ta: LKiS, 2010), hlm. 34.
34A. Dale Timpe, The Art and Science of Business
31Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kemim- Management Leadership (New York: Kend Publi-
pinan Pendidikan Islam, hlm. 29-31. shing Inv, 1987), hlm. 342-344.

KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman


Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
|267
Siswanto

santren untuk mewujudkan bayangan diperlukan untuk mengembangkan buda-


tersebut menjadi sebuah kenyataan dan ya mutu di pesantren.
mampu melembagakan perubahan, se- Konsep kepemimpinan ini mena-
hingga pesantren menjadi bermutu sesuai warkan perspektif perubahan pada kese-
atau melebihi keinginan, kebutuhan, dan luruhan kehidupan institusi pendidikan,
harapan pelanggannya. sehingga menyadari eksistensinya untuk
Kepemimpinan pesantren transfor- membangun institusi yang siap me-
masional diidentifikasikan dan diasosiasi- nyongsong perubahan bahkan mencipta-
kan memiliki kemampuan penciptaan kan perubahan.36 Dengan prinsip ini akan
bayangan masa depan, yakni memiliki tercipta budaya menghargai diri dan hasil
gambaran masa depan pesantren yang karya sendiri terkait dengan perkem-
ideal dan efektif dan dapat memuaskan bangan pendidikan.37
seluruh stakeholders, sehingga mampu Pembenahan kurikulum juga meru-
memobilisasi komitmen warga pesantren pakan bagian yang penting dari program
untuk mewujudkan gambaran dan me- pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai
muaskan pelanggan tersebut menjadi bukanlah semata-mata memproduksi ba-
sebuah kenyataan dan mampu melemba- han pelajaran, melainkan lebih untuk me-
gakan perubahan. Pada akhirnya, pendi- ningkatkan kualitas pendidikan.38 Kuri-
dikan pesantren tersebut akan bermutu kulum dapat memberikan pengalaman
sesuai atau melebihi keinginan, kebutu- belajar positif bagi santri, baik berupa
han, dan harapan pelanggannya.35 bahan pelajaran, kondisi lingkungan pe-
Kesadaran akan kualitas (mutu) santren, figur guru, pola interaksi antar-
dalam pesantren tergantung pada faktor personal, dan kultur yang ada di pesan-
intangibles, terutama sikap manajemen tren.39
tingkat atas (kiai) terhadap mutu jasa Pengembangan kurikulum pesan-
pendidikan Islam. Pencapaian mutu bu- tren ke depan ditandai dengan berbagai
kan hasil penerapan jangka pendek untuk ciri yang secara keseluruhan merupakan
meningkatkan daya saing, melalui imple- upaya penyempurnaan terhadap kelema-
mentasi Total Quality Management yang han-kelemahan yang dijumpai sebelum-
mensyaratkan kepemimpinan kiai yang nya. Di antara ciri tersebut perlu men-
berkesinambungan. Kiai perlu memiliki
36Hasyim Asy‟ari, “Esensi Kepemimpinan Tran-
karakteristik pribadi yang mencakup do-
rongan, motivasi untuk memimpin, keju- sformasional dan Pengaruhnya terhadap Efekti-
fitas Institusi Pendidikan”, Jurnal At-Tarbawi,
juran dan integritas, kepercayaan diri, Kajian Pendidikan Islam, Vol.7 No.1, (Mei-Oktober
inisiatif, orisinalitas, kemampuan kogni- 2008), hlm. 27.
tif, serta pengetahuan dan kharisma. Kua- 37Mulyono, Educational Leadership, Mewujudkan

litas manajerial kiai harus dapat membe- Efektifitas Kepemimpinan Pendidikan (Malang: UIN
rikan inspirasi pada semua jajaran Malang Press, 2009), hlm. 131.
38Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepe-
manajemen agar mampu memperagakan mimpinan Pendidikan Islam, hlm. 87.
kualitas kepemimpinan yang sama, yang 39Baharuddin dan Moh. Makin, Manajemen Pen-

didikan Islam, Transformasi Menuju Sekolah/ Mad-


35Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, hlm. 31- rasah Unggul (Malang: UIN-Maliki Press, 2010),
32. hlm. 55.

KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman


Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
268 |
Desain Mutu Pendidikan Pesantren

dapat catatan penting adalah kurikulum hadap komponen tersebut menurut nor-
pesantren terdiri atas kurikulum yang ma/standar yang berlaku.42 Sehingga
berlaku secara nasional dan kurikulum proses pembelajaran tampaknya menjadi
yang disesuaikan dengan keadaan serta penentu kualitas pendidikan melebihi
kebutuhan lingkungan dan ciri khas sa- komponen-komponen lainnya.
tuan pendidikan yang bersangkutan.40 Metode pembelajaran di pesantren
Desain mutu pendidikan pesantren yang kerap menekankan doktrinal hen-
harus dimulai dengan merumuskan kem- daknya ditransformasikan dan diperkaya
bali kurikulum pendidikan secara integ- dengan pelbagai metode instruksional
ratif dan komprehensif. Sebagai kekayaan modern, yang lebih eksploratif-eksperi-
tradisi, pesantren juga disarankan mem- mentatif bagi pembukaan cakrawala pe-
buka peluang sinergi transformatif dan mikiran santri. Selain diorientasikan ke-
emansipatoris pemberdayaan masyara- pada upaya mengembangkan potensi
kat. Sisi strategis pesantren yang mampu moralitas dan spiritual, dimensi intelek-
mengakomodasikan segenap tingkatan tual santri harus menjadi acuan pertama
umur, sosial, ekonomi, budaya dan inte- dalam proses pembelajaran. Akhirnya,
lektual menjadi pertimbangan utama bagi santri memiliki tiga kepekaan sekaligus,
rumusan kurikulum kependidikan. Ru- yakni intelaktual, moral dan spiritual.43
musan kurikulum pendidikan pesantren Oleh karena itu, pembelajaran di
harus mencerminkan keseimbangan pro- pesantren perlu senantiasa ditingkatkan,
fesional dan proporsional dalam ke- bahkan kalau mungkin menjadi pembe-
butuhan santri antara dunia dan akhirat, lajaran unggul. Ibrahim Bafadal menegas-
akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta kan bahwa pembelajaran unggulan bu-
potensi diri (internal) dan potensi ling- kanlah pembelajaran khusus dan dikem-
kungan (eksternal).41
42Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran
Selain itu, aspek metodologis atau
pembelajaran dalam desain mutu pen- (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011), hlm. 69.
Komponen-komponen dalam pendidikan berhu-
didikan pesantren merupakan suatu yang bungan antara satu dengan lainnya, yang meli-
vital yang tidak boleh diabaikan. Pembe- puti: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keem-
lajaran dikembangkan seirama dengan pat komponen pembelajaran tersebut harus
tuntutan kebutuhan hasil pendidikan diperhatikan oleh guru dalam memilih dan me-
yang berkaitan dengan kemajuan ilmu nentukan model-model pembelajaran apa yang
akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
dan teknologi yang melekat pada wujud Rusman, Model-model Pembelajaran, Mengembang-
pengembangan kualitas sumber daya ma- kan Profesionalisme Guru (Jakarta: RajaGrafindo
nusia. Pembelajaran berkaitan dengan ke- Persada, 2001), hlm. 1. Dalam konteks demikian,
mampuan mengelola secara operasional pembelajaran merupakan suatu sistem atau pro-
dan efesien terhadap komponen-kompo- ses membelajarkan peserta didik yang direnca-
nakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi
nen yang berkaitan dengan pembelajaran, secara sistematis agar peserta didik dapat men-
sehingga menghasilkan nilai tambah ter- capai tujuan pembelajaran secara efektif dan efi-
sien. Najib Sulhan, Pembangunan Karakter pada
40Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri,Madrasah Anak, Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Seko-
Unggulan, Lembaga Alternatif di Era Kompetitif lah Efektif (Surabaya: Surabaya Intelektual Club,
(Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 53-54. 2006), hlm. 7.
41Barizi, Pendidikan Integratif, hlm. 53-54. 43 Barizi, Pendidikan Integratif, hlm. 54-55.

KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman


Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
|269
Siswanto

bangkan hanya untuk siswa yang unggul, berhasil, selalu mempertimbangkan san-
melainkan lebih merupakan pembela- tri sebagai pribadi yang memiliki berba-
jaran yang secara metodologis maupun gai kebutuhan. Untuk itu, semua kegiatan
psi-kologis dapat membuat siswa menga- yang ada di pesantren, diarahkan agar
lami proses belajar secara maksimal santri mendapat layanan pendidikan
dengan memperhatikan kapasitas ma- yang baik dan tercipta suasana belajar
sing-masing peserta didik. Ada tiga in- yang kondusif. Pemikiran layanan ini
dikator pembelajaran unggulan, yaitu: diupayakan untuk meningkatkan mutu
pertama, dapat melayani semua siswa; secara individual santri dan menguatkan
kedua, semua anak mendapatkan penga- tingkat koordinasi antar pesantren ke ta-
laman belajar semaksimal mungkin; dan raf yang lebih tinggi. Dengan demikian,
ketiga, proses pembelajaran sangat pesantren dapat terus meningkatkan kua-
bervariasi bergantung tingkat kemam- litas dan daya gunanya secara bersama-
puan anak yang bersangkutan.44 sama dan menyeluruh dalam mewujud-
Di samping itu, bisa ditambahkan kan visi dan misi pesantren.
satu indikator lagi sebagai indikator yang Orientasi layanan kepada santri da-
keempat, yaitu mampu mewujudkan peru- pat dikembangkan dengan mengguna-
bahan (hasil) yang sangat signifikan da- kan dua pendekatan, yaitu pertama, pen-
lam pengetahuan, sikap, maupun kete- dekatan kuantitatif, yaitu pendekatan
rampilan. Model pembelajaran inilah yang menekankan kepada pemenuhan
yang sesungguhnya patut menjadi para- aturan, tugas-tugas, harapan yang dimin-
meter mutu pendidikan pesantren, bukan ta oleh lembaga pendidikannya untuk
karena fasilitas yang lengkap, berbiaya mencapai tujuan manajemen santri. Ke-
mahal atau lainnya.45 dua, pendekatan kualitatif, yaitu pende-
Pada aspek lain, orientasi layanan katan yang diarahkan kepada terciptanya
dapat dijadikan sebagai wahana bagi suasana kondusif pengembangan diri
santri untuk mengembangkan diri seop- santri yang dilakukan secara mandiri dan
timal mungkin, baik dari segi individua- optimal di lembaga pendidikannya.47
litas, sosial, aspirasi, kebutuhan atau po- Pengembangan diri santri diarahkan
tensinya, sehingga santri dapat menga- untuk merancang masa depan yang total
rahkan diri dan bertindak wajar sesuai bagi mereka. Santri dipandang sebagai
dengan ketentuan dan keadaan lingkung- pribadi yang memiliki potensi yang ber-
an pesantren, keluarga, dan masyarakat.46 beda-beda yang perlu diaktualisasikan
Orientasi layanan santri hendaknya secara optimal. Untuk itu, membutuhkan
dirancang dengan mengakomodasi ber- kondisi yang kondusif bagi tumbuh dan
bagai kebutuhan santri. Pendidikan yang berkembangnya potensi tersebut, baik ba-
kat atau minat santri.48 Lingkungan pe-
44Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu santren yang kurang menghargai hasil
Sekolah Dasar dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi belajar tinggi akan menyebabkan anak
(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 31.
45 Mujamil Qomar, Manajamen Pendidikan Islam yang memiliki bakat atau minat tersebut
(Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 162.
46Baharuddin dan Makin, Manajemen Pendidikan 47Ibid., hlm. 70.
Islam, hlm. 68. 48 Maimun dan Fitri,Madrasah Unggulan, hlm. 63.

KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman


Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
270 |
Desain Mutu Pendidikan Pesantren

tidak akan memperoleh kepuasaan in- lompok ataupun lembaga melalui tiga
strinsik dan hasil upayanya.49 pertanyaan mendasar, yaitu: seberapa
Dalam rangka meningkatkan mutu baik kondisi kita saat ini? Harus menjadi
sesuai dengan harapan pelanggan, penge- seberapa baik kita ini? Bagaimana cara
lola pendidikan pesantren perlu melaku- untuk mencapai yang baik tersebut?
kan evaluasi mutu yang berkelanjutan Untuk mewujudkan hal tersebut da-
dengan mengadaptasi dan mengaplikasi- pat ditempuh dengan langkah-langkah,
kan empat teknik, yaitu school review, yaitu: 1) menentukan fokus; 2) menentu-
benchmarking, quality assurance, dan quality kan aspek/variabel/indikator; 3) menen-
control. tukan standar mutu; 4) membandingkan
School review merupakan suatu pro- standar tersebut dengan kemampuan
ses di mana seluruh komponen pesan- yang dimiliki; 5) menentukan gap/ke-
tren bekerja sama dengan pihak orang tua senjangan yang terjadi; 6) merencanakan
dan tenaga profesional untuk mengana- target; dan 7) merumuskan cara-cara dan
lisia, mengevaluasi, dan menilai terhadap program-program untuk mencapai target
efektivitas pesantren serta mutu lulusan. tersebut.
School review dilakukan untuk menjawab Adapun quality assurance merupa-
pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah kan suatu teknik untuk menentukan bah-
yang dicapai pesantren sesuai dengan wa proses pendidikan telah berlangsung
harapan orang tua dan santri sendiri? sebagaimana seharusnya. Dengan teknik
Bagaimana prestasi santri? Faktor apa ini akan dapat dideteksi ada atau tidak-
yang menghambat upaya untuk mening- nya penyimpangan yang terjadi pada
katkan mutu? Apakah faktor-faktor pen- proses, dan ada tidaknya layanan yang
dukung yang dimiliki pesantren? School tidak prima. Teknik ini menekankan pada
review akan menghasilkan rumusan ten- monitoring yang berkesinambungan dan
tang kelemahan-kelemahan, kelebihan- melembaga, menjadi subsistem madra-
kelebihan dan prestasi santri, serta reko- sah. Quality assurance akan menghasilkan
mendasi untuk pengembangan prog-ram informasi yang merupakan umpan balik
tahun mendatang.50 bagi pesantren serta memberikan jaminan
Sedangkan benchmarking merupakan untuk orang tua santri bahwa pesantren
suatu kegiatan untuk menetapkan stan- senantiasa memberikan pelayanan terbaik
dar dan target yang akan dicapai dalam bagi santri.52
suatu periode tertentu.51 Benchmarking da- Untuk melaksanakan quality assu-
pat diaplikasikan untuk individu, ke- rance, pesantren harus menekankan pada
kualitas hasil belajar, hasil kerja santri
49Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola dimonitor terus menerus, informasi dan
Kecerdasan dalam Pembelajaran, Sebuah Konsep Pem- data dari pesantren dikumpulkan serta
belajaran Berbasis Kecerdasan (Jakarta: Bumi Aksa-
ra, 2009), hlm. 91.
dianalisa untuk memperbaiki proses di
50Sri Minarti, Manajemen Sekolah, Mengelola Lem- pesantren, dan semua pihak harus memi-
baga Pendidikan secara Mandiri (Yogyakarta: Ar- liki komitmen untuk secara bersama
Ruzz Media, 2011), hlm. 350-351.
51Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, terj. 52Minarti, Manajemen Sekolah, hlm. 352-352.
Yosal Iriantara (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), hlm. 206.
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman
Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
|271
Siswanto

mengevaluasi kondisi pesantren yang Sustainabilitas kebermutuan pendidikan


kritis dan berupaya untuk memperbaiki. pesantren ditentukan oleh adanya suatu
Selanjutnya, quality control merupa- komitmen dan harapan semua pengelola
kan suatu sistem untuk mendeteksi ter- pendidikan untuk menghasilkan pendidi-
jadinya penyimpangan kualitas luaran kan yang bermutu.
yang tidak sesuai dengan standar yang Pendidikan pesantren dituntut un-
ditetapkan. Quality control memerlukan tuk menerapkan manajemen mutu yang
indikator kualitas yang jelas dan pasti, mampu menghasilkan pendekatan yang
sehingga dapat ditentukan penyimpa- integratif dan koheren dengan berlan-
ngan kualitas yang terjadi sekecil apa daskan komitmen dan kemauan baik dari
pun.53 Quality control merujuk pada de- seluruh komponen pesantren. Dan yang
teksi dan eleminasi komponen-komponen tak kalah penting adalah nilai-nilai kepe-
atau hasil akhir suatu produk yang tidak santrenan yang diaktualisasikan secara
sesuai dengan standar.54 integral dalam seluruh proses pelaksa-
Berdasarkan teknik tersebut dapat naan manajemen mutu pendidikan. Nilai-
dikemukakan bahwa desain perbaikan nilai tersebut diterjemahkan dalam perila-
mutu pendidikan pesantren mengaplika- ku manajemen pesantren dan memba-
sikan sekumpulan teknik, mendasarkan ngunkan komitmen mereka untuk mewu-
pada ketersediaan data kuantitatif-kuali- judkan pendidikan yang bermutu. De-
tatif, dan pemberdayaan semua kompo- ngan demikian, pesantren akan eksis
nen pesantren untuk secara berkesinam- sebagai lembaga pendidikan Islam yang
bungan meningkatkan kapasitas dan ke- mempunyai misi mencetak insan-insan
mampuan organisasi pesantren guna me- unggul.
menuhi kebutuhan santri dan masya-
rakat. Daftar Pustaka
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mu-
Penutup tu, Prinsip-prinsip Perumusan dan
Tuntutan akan pendidikan di pesan- Tata Langkah Penerapan, terj. Yosal
tren semakin bermutu semakin men- Iriantara.Yogyakarta: Pustaka Pela-
desak. Mutu pendidikan pesantren meli- jar, 2005.
puti mutu input, proses, output, dan Asy‟ari, Hasyim. “Esensi Kepemimpinan
outcome. Pendidikan pesantren perlu di- Transformasional dan Pengaruhnya
desain sedemikian rupa agar dapat me- terhadap Efektifitas Institusi Pendi-
menuhi tuntutan masyarakat yang me- dikan” Jurnal At-Tarbawi, Kajian
naruh harapan besar terhadap pesantren. Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 1, Mei-
Oktober 2008.
53Prim Masrokan Mutohar, “Manajemen Strategik Azra, Azyumardi. Konteks Berteologi di In-
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”, Episte- donesia, Pengalaman Islam. Jakarta:
me: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, Vol. 3,
Paramadina, 1999.
Nomor 2, (Desember 2008), hlm. 162.
54 Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Bafadal, Ibrahim. Manajemen Peningkatan
Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi
521, dan Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidi- Menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi
kan, hlm. 58. Aksara, 2003.
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman
Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
272 |
Desain Mutu Pendidikan Pesantren

Baharuddin dan Moh. Makin. Manajemen na Pengembangan Sekolah/Madrasah.


Pendidikan Islam, Transformasi Menu- Jakarta: Kencana, 2009.
ju Sekolah/Madrasah Unggul. Malang: Mulyadi. Kepemimpinan Kepala Sekolah da-
UIN-Maliki Press, 2010. lam Mengembangkan Budaya Mutu.
Barizi, Ahmad. Pendidikan Integratif, Akar Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendi- Mulyadi. Total Quality Manajemen. Yogya-
dikan Islam. Malang: UIN Maliki karta: UGM, 1998.
Press, 2011. Mulyono. Educational Leadership, Mewu-
Departemen Pendidikan Nasional. Mana- judkan Efektifitas Kepemimpinan Pen-
jemen Peningkatan Mutu Berbasis Se- didikan. Malang: UIN Malang Press,
kolah, Konsep Dasar, Buku 1. Jakarta: 2009.
Direktorat Jenderal Pendidikan Da- Mutohar, Prim Masrokan. “Manajemen
sar dan Menengah, 2002. Strategik dalam Meningkatkan Mu-
Fattah, Nanang. Konsep Manajemen, MBS tu Pendidikan”, Episteme: Jurnal
dan Dewan Sekolah. Bandung: Pusta- Pengembangan Ilmu Keislaman Volu-
ka Bani Quraisy, 2006. me 3, Nomor 2, Desember 2008.
Hadis, Abdul dan Nurhayati B. Manaje- Nafi‟, M. Dian. et.al. Praksis Pembelajaran
men Mutu Pendidikan. Bandung: Al- Pesantren. Yogyakarta: Institute for
fabeta, 2010. Training and Development, 2007.
Hasan, M. Ali dan Mukti Ali. Kapita Selek- Nursyam, Transisi Pembaruan, Dialektika
ta Pendidikan Islam. Jakarta: Pedo- Islam, Politik dan Pendidikan. Waru:
man Ilmu Jaya, 2003. LEPKISS, 2008.
Kamars, M. Dachnel. “Kebijakan Pendidi- Prabowo, Sugeng Listyo. Manajemen Pe-
kan dan Peningkatan Mutu Pendidi- ngembangan Mutu Sekolah/Madrasah.
kan” dalam Membangun Paradigma Malang: UIN Malang Press, 2008.
Pendidikan Islam, ed. Muhmidayeli. Qomar, Mujamil. Manajamen Pendidikan
Riau: Program Pascasarjana UIN Islam. Jakarta: Erlangga, 2007.
Suska Riau, 2007. Raihani. Kepemimpinan Sekolah Transfor-
Karim, Mohammad. Pemimpin Transfor- matif. Yogyakarta: LKiS, 2010.
masional di Lembaga Pendidikan Islam. Rusman, Model-model Pembelajaran, Me-
Malang: UIN Maliki Press, 2010. ngembangkan Profesionalisme Guru.
Maimun, Agus dan Agus Zaenul Fitri. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001.
Madrasah Unggulan, Lembaga Alter- Sahlan, Asmaun. Mewujudkan Budaya Reli-
natif di Era Kompetitif. Malang: UIN gius di Sekolah, Upaya Mengembang-
Maliki Press, 2010. kan PAI dari Teori ke Aksi. Malang:
Marno dan Triyo Supriyatno. Manajemen UIN Maliki Press, 2010.
dan Kemimpinan Pendidikan Islam. Sallis, Edward. Manajemen Mutu Terpadu
Bandung: Refika Aditama, 2008. Pendidikan, terj. Ahmad Ali Riyadi
Minarti, Sri. Manajemen Sekolah, Mengelola dan Fahrurrozi. Yogyakarta; IRCi-
Lembaga Pendidikan secara Mandiri. SoD, 2010.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Shaleh, Abdul Rachman. Madrasah dan
Muhaimin, et.al. Manajemen Pendidikan, Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta:
Aplikasinya dalam Penyusunan Renca- RajaGrafindo Persada, 2006.
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman
Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
|273
Siswanto

Siswanto. “Meningkatkan Mutu Madra- Timpe, A. Dale. The Art and Science of Bu-
sah (Pendekatan Total Quality Ma- siness Management Leadership. New
nagement)”, Academia, Jurnal Pemi- York: Kend Publishing, Inv, 1987.
kiran, Pendidikan dan Kebudayaan Umiarso dan Zazin, Nur. Pesantren di
Islam, Vol.2, Nomor 2, September Tengah Arus Mutu Pendidikan, Menja-
2007. wab Problematika Kontemporer Mana-
Sukardjo, M. dan Ukim Kamaruddin. jemen Mutu Pesantren. Semarang:
Landasan Kependidikan, Konsep dan Rasail Media Group, 2011.
Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers, Uno, Hamzah B. dan Masri Kuadrat, Me-
2009. ngelola Kecerdasan dalam Pembela-
Sulhan, Najib. Pembangunan Karakter pada jaran, Sebuah Konsep Pembelajaran
Anak, Manajemen Pembelajaran Guru Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi
Menuju Sekolah Efektif. Surabaya: Su- Aksara, 2009.
rabaya Intelektual Club, 2006. Usman, Husaini Manajemen, Teori, Praktik,
Sulthon, M. dan Moh. Khusnuridlo. Ma- dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
najemen Pondok Pesantren dalam Aksara, 2009.
Perspektif Global. Yogyakarta: Laks- Vilsteren, CA Van. “Leadership in
bang, 2006. School” dalam Managing School
Suprayogo, Imam. Quo Vadis Madrasah, Toward High Performance, Linking
Gagasan, Aksi dan Solusi Pembangu- School Management Theory to the
nan Madrasah. Yogyakarta: Hikayat, School Efectiveness Knowledge Base,
2007. ed. Andrie J. Viss-cher. Netherland:
Suwendi. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Swets and Zeitlinger, 1999.
Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persa- W. Suprayetno. “Modernisasi Sistem
da, 2004. Pendidikan Pesantren,” dalam Pra-
Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendi- nata Islam di Indonesia; Pergulatan
dikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, Sosial, Ekonomi, Politik, Hukum dan
2005. Pendidikan, ed. Dody S. Truna dan
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. Ismatu Ropi. Jakarta: Logos, 2002.
Total Quality Management.Yogyakar- Yamin, Martinis. Paradigma Baru Pembela-
ta: Andi, 2009. jaran. Jakarta: Gaung Persada Press,
Tholkhah, Imam dan Ahmad Barizi. 2011.
Membuka Jendela Pendidikan, Mengu- Zubaedi. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
rai Akar Tradisi dan Integrasi Keilmu- Pesantren, Kontribusi Fiqh Sosial Kyai
an Pendidikan Islam. Jakarta: RajaGra- Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-
findo Persada, 2004. nilai Pesantren. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007.



KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman


Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 258-274
Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved
DOI: 10.19105/karsa.v23i2.726
274 |

Anda mungkin juga menyukai